Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

MARASMUS

DOSEN PENGAMPU: dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes

Kelompok 7:

Asima Rosmauli Hutabarat (191000228)

Aditya Wahyu Dwikurniawan (191000231)

Elsa Dea Patricia (191000243)

Anggi Pratiwi Tanjung (191000244)

Julita Glori Anjelina Matondang (191000250)

Ribka Theresia Girsang (191000261)

Puput Puspita Br Ginting (191000264)

Maria Naomi M Sitohang (191000265)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SUMATERA UTARA

2021
DAFTAR ISI

BAB I ...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................2
1.3. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .............................................................................................................................3
2.1 Definisi Marasmus .................................................................................................................3
2.2 Etiologi Marasmus .................................................................................................................3
2.3 Epidemilogi Marasmus ..........................................................................................................4
2.4 Tanda dan gejala Marasmus ...................................................................................................4
2.5 Diagnosis Marasmus ..............................................................................................................5
2.6 Pencegahan Marasmus ...........................................................................................................6
2.7 Pengobatan Marasmus............................................................................................................6
2.8 Program Pemerintah Terkait Penanganan Masalah Gizi di Indonesia ...................................6
2.9 Perbedaan Marasmus dan Kwashiorkor .................................................................................7
BAB III ............................................................................................................................................8
PENUTUP .......................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................8
3.2 Saran .......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan berat badan
lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan teakhir. Kriteria lain yang
digunakan adalah apabila saat pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan ideal
berdasarkan tinggi badan. Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein dan
energi karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang.Di Indonesia masalah malnutrisi atau
gizi buruk masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut
Riskesdas tahun 2013 tercatat sekitar4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi
buruk dan kurang. Masalah utama yang sering terjadi pada anak penderita marasmus adalah
penciutan otot dan hilangnya lemak subkutis, mereka mengalami penurunan berat badan,
perkembangan otak menjadi lambat, dan apabila berkepanjangan dapat menyebabkan gagal
tumbuh. Komplikasi yang mungkin terjadi pada marasmus yaitu penurunan sistem imun,
depresi, kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot pernapasan, serta penurunan
fungsi jantung. Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Selain faktor
lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu bentuk
malgizi protein dan energi karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang.Asupan protein
merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Kurangnya asupan
protein pada anak akan berakibat fatal. Salah satunya adalah kekurangan gizi akibat
Kekurangan Energi Protein. Asupan protein pada anak berdampak besar pada pertumbuhan
dan perkembangan anak. Anak akan bertambah tinggi, gemuk dan sehat apabila asupan gizi
khususnya protein dalam tubuhnya tercukupi.

Marasmus merupakan MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber
energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein.Bila kekurangan
sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukuplama maka anak dapat
berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor. Marasmus sering berhubungan dengan

1
keadaan kepadatan penduduk, adanya infeksi, konsumsi kalori yang tidak memadai yang
mengakibatkan kekurangan protein dan mikronutrisi, cedera atau penyakit menahun, dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun, serta terjadinya krisis
ekonomi di lndonesia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definis dan penyebab penyakit marasmus?


2. Bagaimana epidemiologi marasmus?
3. Bagaimana gejala klinis penyakit marasmus?
4. Bagaimana cara diagnosa penyakit marasmus?
5. Bagaimana strategi pencegahan, mekanismepenularan dan pengobatan penyakit
marasmus?
6. Apa program yang dilakukan pemerintah pada penyakit marasmus?
7. Apa perbedaan marasmus dan kwashiorkor?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahuidefinisi dan penyebab penyakit marasmus


2. Untuk mengetahui epidemiologi marasmus
3. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit marasmus
4. Untuk mengetahui cara diagnosa penyakit marasmus
5. Untuk mengetahui strategi pencegahan, mekanismepenularan dan pengobatan penyakit
marasmus
6. Untuk mengetahui program yang dilakukan pemerintah pada penyakit marasmus
7. Untuk mengetahuiperbedaan marasmus dan kwashiorkor

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Marasmus

Menurut Jellife (1966) KEP merupakan istilah umum yang meliputi malnutrition, yaitu
gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor. Marasmus adalah bentuk
malnutrisi protein kalori yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama
terjadi selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998).

Gizi buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup
atau higiene jelek disebabkan oleh defisiensi karbohidrat. Marasmus memiliki gejala kelaparan
yang hebat karena makanan yang dikonsumsi tidak menyediakan energi yang cukup untuk
mempertahankan hidupnya sehingga badan menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut
tulang. Marasmus biasanya terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal ini terjadi apabila ibu
tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat rendah atau ibu memutuskan untuk tidak
menyusui bayinya.

2.2 Etiologi Marasmus

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan
hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor
lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah
sebagai berikut:

 Pemasukan kalori yang tidak cukup. Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu
encer.
 Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orang tua
– anak terganggu.

3
 Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance.
 Malformasi kongenital (Kelainan Struktur Bawaan). Misalnya: penyakit jantung bawaan,
penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus,
hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
 Pemberian ASI. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.
 Penyapihan. Penyapihan terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang
akan menimbulkan marasmus.

2.3 Epidemilogi Marasmus

Secara epidemiologi, malnutrisi ditemukan hampir di seluruh belahan dunia dengan


populasi paling berisiko adalah bayi, anak-anak dan wanita. Sekitar 462 juta dewasa tergolong
berat badan kurang (underweight). Selain itu, diperkirakan lebih dari 150 juta ba lita mengalami
stunting dan 50 juta anak mengalami gizi buruk. Data UNICEF menyatakan bahwa secara
global, 1 dari 4 balita menderita stunting. India merupakan negara dengan jumlah balita pendek
tertinggi, sementara Indonesia menempati peringkat kelima.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018


menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka
tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9 % dan yang menderita gizi
kurang sebesar 13,8%. Marasmus paling sering terjadi pada anak berusia kurang dari 5 tahun.
Periode ini ditandai dengan kebutuhan energi meningkat dan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi virus dan bakteri.

2.4 Tanda dan gejala Marasmus

Tanda dan gejala Marasmus :

 Anak tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit


 Berwajah lonjong dan tampak lebih tua
 Bentuk perut cekung disertai dengan diare kronik (terus menerus)
 Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukruan tubuh

4
 Otot paha mengendor (baggy pant0
 Cengeng dan rewel
 Setelah mendapat makan, anak masih terasa lapar
 Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit
 Mudah terkena infeksi penyakit
 Rambut tipis dan mudah rontok
 Tingkat kesadaran menurun

2.5 Diagnosis Marasmus

Diagnosis marasmus dilakukan dengan cara melakukan beberapa tes di bawah ini:

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengukur tinggi dan berat badan, jika dari hasil
pengukuran tersebut, tinggi dan berat badan anak di bawah standar sehat atau di bawah angka
yang seharusnya dimiliki oleh anak sehat pada usia tertentu, kemungkinan anak menderita
marasmus. Marasmus bisa diperparah dengan keseharian anak yang kurang bergerak. Ini tanda
bahwa kebutuhan energi anak tidak terpenuhi dengan sempurna. Tubuh anak yang lemas dan
tidak berenergi juga bisa merupakan salah satu indikasi anak mengalami marasmus.

2. Tes darah

Tes darah berguna untuk mendeteksi hemoglobin glukosa darah, albumin serum, dan
elektrolit. Meskipun begitu cara ini biasanya jarang dilakukan untuk mendiagnosis marasmus.
Hal ini karena anak-anak yang menderita marasmus juga biasanya mengalami infeksi yang
bisa memengaruhi darah.

5
2.6 Pencegahan Marasmus

Cara mencegah marasmus yang bisa dilakukan meliputi:

 Mengonsumsi makanan yang kaya kalori dan protein, seperti mengonsumsi buah, sayur,
susu, telur, ikan, dan kacang.
 Mengonsumsi vitamin
 Menjaga kebersihan dengan cara selalu menggunakan air yang bersih untuk makan,
minum, dan mandi.
 Minum ASI ekslusif 6 bulan pertama

2.7 Pengobatan Marasmus

Beberapa cara mengobati marasmus yang bisa dilakukan, yaitu:

 Minum susu hangat


 Mengonsumsi minyak nabati seperti wijen, kasein, dan gula. Hal ini bermanfaat untuk
meningkatkan energy
 Mengonsumsi antibiotik atau obat lain untuk mengobati infeksi
 Menyuntikkan cairan berisi makanan ke darah dan lambung, agar makanan bisa lebih
cepat diserap tubuh
 Perawatan kesehatan mental jika marasmus disebabkan oleh gangguan makan

Selain dokter juga biasanya akan menyarankan pasien untuk meningkatkan asupan kalori
dengan cara mengonsumsi makanan sehat yang kaya akan karbohidrat dan kalori.

2.8 Program Pemerintah Terkait Penanganan Masalah Gizi di Indonesia

Pemberian makanan tambahan di sekolah: Program Gizi Anak Sekolah (Pro-GAS)


Program drintisi dari 2012-2015 dan sekarang sedang diperpanjang. Program ini bertujuan untuk
menggunakan makanan sekolah, berbasis makanan lokal, sebagai titik masuk dalam memberikan
paket terpadu untuk meningkatkan gizi, ketahanan pangan, dan pendidikan. Pada tahun 2017,
Pro-GAS telah meningkat di lima provinsi dengan mencapai 100.000 siswa di 563 sekolah dasar.

6
2.9 Perbedaan Marasmus dan Kwashiorkor

Perbedaan besar dari marasmus dan kwashiorkor adalah peran dari diet. Diet yang
mengandung cukup energy tetapi kurang kandungan protein dapat menyebabkan kwarshiorkor,
sedangkan diet yang kurang energy walaupun mengandung gizi seimbang akan menyebabkan
marasmus.
Pada penderita kwarshiorkor, tubuh mengalami kehilangan protein. Kondisi ini ditandai
dengan adanya pembengkakan di bawah kulit (edema), penderitanya juga ditandai dengan perut
yang membesar. Sebaliknya, penderita marasmus mengalami penyusutan massa otot dan
memiliki perut yang cekung ke dalam sehingga nampak sangat kurus dikarenakan tubuh
kekurangan berbagai macam gizi dengan tingkat yang parah.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan berat badan lebih
dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan teakhir. Kriteria lain yang digunakan
adalah apabila saat pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan ideal berdasarkan
tinggi badan. Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi
pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998). Marasmus paling
sering terjadi pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Periode ini ditandai dengan kebutuhan
energi meningkat dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus dan bakteri.

Tanda dan gejala marasmus pada anak dapat dilihat dari tinggi dan berat anak. Jika anak
memiliki tinggi dan berat di bawah batas normal, hal tersebut kemungkinan adalah awal dari
marasmus. Diagnosa marasmus dapat melalui 2 cara, yaitu melalui pemeriksaan fisik dan tes
darah. Jika melalui pemeriksaan fisik, dilihat dari tinggi dan berat badan, dan jika melalui tes
darah dapat berguna untuk mendeteksi hemoglobin glukosa darah, albumin serum, dan elektrolit.

3.2 Saran

1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk dapat memenuhi asupan kalori dan protein yang
cukup dan seimbang, agar anak – anak dapat tumbuh dengan sehat.

2. Setiap anggota keluarga, terutama kepada orang tua supaya dapat mengupayakan dan
memperhatikan pemenuhan gizi anak, agar tidak menderita gizi buruk.

3. Tenaga kesehatan dapat mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang gizi, terutama di
daerah yang diindikasikan terjadinya gizi buruk seperti marasmus.

8
4. Pada penderita marasmus sebaiknya anak diberi energi tinggi dan protein tinggi, dengan
mengobati faktor penyakit penyerta, serta apabila anak sudah agak membaik tidak lupa
memperhatikan atau menimbang berat badannya secara rutin.

5. Pemerintah harus lebih memperhatikan upaya dalam mengatasi masalah gizi buruk, terutama
pemenuhan gizi pada masyarakat dengan tingkat ekonomi atau pendapatan yang rendah.

9
DAFTAR PUSTAKA

FARAHITA, TALITHA, G0B016029 (2019) GAMBARAN KONSUMSI ENERGI,


PROTEIN DAN ZAT BESI PADA BALITA GIZI BURUK DI RUMAH SINGGAH GIZI
KOTA PEKALONGAN. Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Sri Sukotjo. (n.d.). K A J I A N S E K T O R K E S E H ATA N.

https://www.scribd.com/doc/70117709/Makalah-Marasmus

https://pdfcoffee.com/makalah- marasmus-4-pdf- free.html

https://www.academia.edu/26078181/MARASMUS

http://epiders.blogspot.com/2011/11/epidemiologi-penanggulangan- marasmus.html

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/malnutrisi/epidemiologi

http://repository.unimus.ac.id/3770/3/BAB%20II.pdf

https://www.sehatq.com/penyakit/marasmus

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-
anak/marasmus/#:~:text=Gejala%20utama%20anak%20yang%20mengalami,menurun%20taja
m%20sampai%20sangat%20rendah

https://www.sehatq.com/penyakit/marasmus

10

Anda mungkin juga menyukai