Anda di halaman 1dari 21

Marasmus

MARASMUS

PENDAHULUAN
Anak usia dibawah 5 tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap
masalah kesehatan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP)
yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Krisis ekonomi di Indonesia yang
berdampak juga pada peningkatan jumlah penderita KEP, sehingga target pada
Repelita V, berupaya menurunkan prevalensi KEP tidak tercapai.
Untuk mengantisipasi masalah diatas, diperlukan upaya pencegahan dan
penanggulangan secara terpadu disetiap tingkatan pelayanan kesehatan termasuk pada
sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas perawatan, puskesmas, balai
pengobatan, puskesmas pembantu, pos pelayanan terpadu dan pusat pemulihan gizi
yang disertai peran aktif masyarakat.

DEFENISI
Marasmus adalah salah satu bentuk KEP berat yang timbul karena defisiensi
karbohidrat dengan presentasi berat badan kurang dari 60% tanpa edema.

ETIOLOGI
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi sering dijumpai pada
bayi yang tidak cukup ASI dan tidak diberi makan penggantinya atau sering diserang
diare.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

Marasmus dapat terjadi akibat berbagai penyakit seperti infeksi, kelainan


bawaan saluran pencernaan, kelainan jantung bawaan, malabsorbsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan gangguan saraf pusat.(1,2)
Dapat juga disebabkan oleh karena pemasukan kalori atau protein atau
keduanya yang tidak mencukupi akibat kekurangan dalam susunan makanan dan
kebiasaan makan makanan yang tidak layak.
Faktor kepadatan penduduk serta kemiskinan ikut berperan serta sebagai
faktor penyebab.

KLASIFIKASI
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi (AKG).
Menurut WHO dan NCHS, KEP digolongkan atas 3 macam :
1. KEP ringan bila BB/U: 70 80 %.
BB/TB

:80 90 %

2. KEP sedang bila BB/U

: 60 70 %

BB/TB
3. KEP berat bila BB/U
BB/TB

: 70 80 %
: < 60 %
: < 70 %.

Selain pengklasifikasian diatas KEP juga bisa dibagi menjadi 3 jenis lagi :
1. Marasmus, jika seseorang tampak kurus dan dehidrasi.
2. Kwashiokor, jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan.
Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH
KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

3. Marasmik kwashiorkor, jika seseorang berada dalam kondisi marasmus dan


kwashiorkor.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus :
1. Faktor diet, diet kurang energi akan mengakibatkan penderita marasmus.
2. Peranan faktor sosial. Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu
yang sudah turun-temurun.
3. Peranan kepadatan penduduk. Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa marasmus
terdapat dalam jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat
penduduknya dengan higiene yang buruk.
4. Faktor infeksi. Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi
berat dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan
meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh.
5. Faktor kemiskinan. Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli
bahan makanan ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan
tempat tinggal dapat mempercepat timbulnya KEP.

PATOFISIOLOGI
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam
keadaan normal dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak
terpenuhi pada intake yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan
cadangan protein sebagai sumber energi.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya
seperti berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus kadang-kadang masih
ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk
albumin. 3

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis marasmus terdiri dari: 1,2,3,4,5
1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik terganggu (berat badan < 60%).
2. Tampak sangat kurus (gambaran seperti kulit pembalut tulang).
3. Muka seperti orang tua (old man face).
4. Pucat, cengeng, apatis.
5. Rambut kusam, kadang-kadang pirang, kering, tipis dan mudah dicabut.
6. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada, sehingga
kulit kehilangan turgornya.
7. Jaringan otot hipotrofi dan hipotoni.
8. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
9. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
10. Sering disertai penyakit infeksi, diare kronis atau konstipasi.

DIAGNOSIS
Marasmus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fisik, dan
didukung oleh pemeriksaan laboratorium. 1
PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan penyakit KEP bertujuan untuk mengurangi insidensi
dan menurunkan angka kematian sebagai akibat usaha pencegahan mungkin dapat
ditanggulangi oleh petugas kesehatan tanpa menunggu perbaikan status sosial
ekonomi, golongan dan kepentingan.
Tujuan yang lebih luas dalam pencegahan KEP ialah memperbaiki pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental anak Indonesia sehingga dapat menghasilkan manusia
Indonesia yang dapat bekerja baik dan memiliki kecerdasan yang cukup.
1. Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu tertentu misalnya BKIA,
puskesmas dan posyandu.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

b. Melakukan imunisasi terhadap penyakit infeksi yang prevalensinya


tinggi.
c. Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air minum,
MCK dan sebagainya.
2. Pengendalian makanan formula yang mengandung tinggi energi untuk anak
yang disapih.
3. Kombinasi makanan suplemen.
4. Pendidikan gizi dengan tujuan untuk mengajar rakyat mengubah kebiasaan
mereka dalam menanam bahan makanan dan cara menghidangkan makanan
supaya mereka dan anaknya mendapat makanan.
PENATALAKSANAAN
Pasien marasmus berat dirawat inap dengan pengobatan rutin sebagai berikut:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu ketiak < 36C, atau suhu
dubur < 36C). Dan hipoglikemi yang biasa terjadi secara bersamaan.
Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, maka berikan:

50 ml bolus pemberian sekaligus glukosa 10% atau larutan sukrosa 10 % (1


sendok teh gula dalam 5 sendok makan air) secara oral atau NGT.

Selanjutnya berikan larutan setiap 30 menit selama 2 jam.

Berikan antibiotika.

Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam.

2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal < 36C, hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai
menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas. Pantau Suhu anak sampai
> 36,5C.
3. Atasi/cegah dehidrasi

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

Berikan cairan resomal/ pengganti sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit


selama 2 jam.

Selanjutnya berikan 5 10 ml/kgBB/jam untuk 4 sampai 10 jam. Berikutnya.

Bila tanpa dehidrasi berikan cairan maintenance.

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya:

Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma rendah.

Defisiensi kalium dan magnesium diterapi dengan :


K 2 4 meq/kgBB/hari (150 300 mg KCL/kgBB/hari).
Mg 0,3 0,6 meq/kgBB/hari (7,5 15 MgCl2/kgBB/hari).

5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam, seringkali tidak nampak, oleh karena itu pada semua KEP berat secara
rutin diberikan:
Antibiotika spektrum luas, bila tanpa komplikasi: kontrimoksazol 5 ml
suspensi pediatri secara oral, 2 kali sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4
kg).
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia,
hipotermia, infeksi kulit, infeksi saluran napas atau saluran kencing) beri
ampisilin 50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian
secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam, selama 5 hari.
Bila amoksisilin tidak ada, maka teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam
secara oral, atau gentamisin 7,5 mg/kgBB/IM atau IV sekali sehari selama 7
hari.
Bila dalam 48 jam tidak ada kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25
mg/kgBB/IM atau IV setiap 6 jam selama 5 hari.
Bila terdeteksi kuman spesifik, beri pengobatan spesifik. Bila anoreksia
menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga 10
hari.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

6. Koreksi defisiensi nutrien mikro


Berikan setiap hari:

Tambahan multivitamin.

Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).

Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari.

Bila berat badan mulai naik: Fe gluconate (sangobion) 250 mg/kgBB/hari


atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hari.

Vitamin A oral Untuk umur > 1 tahun 200.000 SI, umur 6 12 bulan 100.000
SI, dan umur 0 5 bulan 50.000 SI.

7. Mulai pemberian makanan


Pemberian diet dibagi dalam 3 fase, yaitu: fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi.
Fase Stabilisasi (2 7 hari)
Fase dimulainya pemberian makanan segera setelah anak dirawat sehingga
energi dan protein cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal
tubuh.
Prinsif pemberian nutrisi pada fase inisial/stabilisasi adalah sebagai berikut:
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa.
Oral atau nasogastrik.
Kalori 100 kkal/kgBB/hari
Protein 1 1,5 gr/kgBB/hari.
Cairan 130 ml/kgBB/hari.
Fase Transisi (Minggu ke-2)
Fase pemberian makanan secara perlahan-lahan untuk menghindari resiko
gagal jantung dan intoleransi saluran cerna bila anak mengkonsumsi makanan
dalam jumlah banyak secara mendadak.
Kalori 150 kkal/kgBB/hari
Protein 2 3 gr/kgBB/hari
Cairan 150 ml/kgBB/hari.
Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH
KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

Fase Rehabilitasi (Minggu ke-3 7)


Pada masa pemulihan, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar
tercapai asupan makanan yang tinggi. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan
timbulnya selera makan, biasanya 1 2 minggu setelah dirawat.
Setelah masa transisi dilampaui, anak diberi:
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
Energi 150 220 kkal/kgBB/hari.
Protein 4 6 gr/kgBB/hari
8. Fasilitasi tumbuh kejar
Untuk mengejar pertumbuhan yang tertinggal, anak diberi asupan makanan
seperti pada fase-fase tersebut di atas. Untuk itu harus tersedia jumlah asupan
makanan yang memadai seperti pada tahapan fase-fase di atas.
9. Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.
10. Siapkan follow up setelah sembuh
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah
setelah penderita dipulangkan. Kepada orang tua disarankan:

Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur.

Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster).

Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.

Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu:

Defisiensi vitamin A.

Dermatosis.

Penyakit karena parasit/cacing.

Diare berlanjut.

Tuberkulosis, obati sesuai dengan pedoman tuberkulosis.

PROGNOSIS

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

Marasmus

Dengan pengobatan adekuat, umumnya penderita dapat ditolong walaupun


diperlukan waktu sekitar 2 3 bulan untuk tercapainya berat badan yang diinginkan.
Pada tahap penyembuhan yang sempurna, biasanya pertumbuhan fisik hanya terpaut
sedikit dibandingkan dengan anak yang sebayanya. Namun kadang-kadang
perkembangan intelektualnya akan mengalami kelambatan yang menetap, khususnya
kelainan mental dan defisiensi persepsi. Retardasi perkembangan akan lebih nyata
lagi bila penyakit ini diderita sebelum anak berumur 2 tahun, ketika masih terjadi
proliferasi, mielinisasi dan migrasi sel otak.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

10

Marasmus

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi ke-14. FKUI. Jakarta. 2001; 10436.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid I. FKUI. Jakarta. 1985; 360-66.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi-Protein pada
Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta. 2000; 3-16.
4. Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. FKUI. Jakarta.
2000; 514-18.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

11

Marasmus

STATUS ORANG SAKIT


\

ANAMNESE PRIBADI OS
Nama

: Edo

Umur

: 5 tahun 2 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

BB Masuk

: 7 kg

Tgl. Masuk RS

: 27 September 2005

Alamat

: JL. Raya Menteng No. 50 Amplas - Medan

ANAMNESE MENGENAI ORANG TUA OS


Bapak

Ibu

Nama

: Zulbahri

Yeni

Umur

: 30 tahun

28 tahun

Perkawinan

: I

Pekerjaan

: Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMP

SMP

Penyakit

: Tidak ada

Tidak ada

Alamat

: JL. Raya Menteng No.50 Amplas - Medan

RIWAYAT KELAHIRAN OS
Tempat Tgl Lahir

: Medan, 4 Juli 2000

Jenis kelamin

: Laki-laki

Cara lahir

: Spontan, cukup bulan

Ditolong Oleh

: Bidan

BB Lahir

: 2700 gr

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

12

Marasmus

RIWAYAT IMUNISASI
1. BCG

: 1 kali, scar (+)

2. Polio

: 2 kali

3. DPT

: -

4. Campak

: 1 kali

5. Hepatitis B

: -

ANAMNESE MAKANAN
0 4 bulan

: ASI on demand

4 6 bulan

: ASI on demand
os diberi makan tambahan bubur susu 2 x sehari,
sepiring kecil tapi os tidak menghabiskan.

6 12 bulan

: Susu kaleng 2 x/hari 1 botol, tidak dihabiskan.


Nasi bubur 2 x/hari sepiring kecil, tidak dihabiskan.

12 sekarang

: Nasi biasa 2 x/hari sepiring kecil, tidak dihabiskan.

RIWAYAT PERKEMBANGAN FISIK


Baru lahir

: Menangis kuat, ekstremitas bergerak aktif.

3 Bulan

: Mengangkat kepala.

6 Bulan

: Dapat tengkurap.

8 Bulan

: Dapat tengkurap dan telentang sendiri.

14 Bln sekarang: Bisa duduk dengan ditopang, tidak bisa bicara dan tidak
bisa berdiri.
KETERANGAN MENGENAI SAUDARA OS
1. Laki-laki/ 7 tahun/ sehat.
2. Laki-laki/ 5 tahun 2 bulan/ OS

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

13

Marasmus

3. Laki-laki/ 2,5 tahun/ sehat.


ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama

: Demam

Telaah

: - Demam dialami os sejak 1 minggu ini, demam naik


turun, demam tinggi turun dengan obat penurun panas,
kejang (-), menggigil (-).
- Os tampak semakin kurus sejak 4 bulan yang lalu,
disertai nafsu makan os yang kurang.
- Mual (-), muntah (-)
- Batuk (-).
- BAB (+) normal
- BAK (+) normal
- Riwayat keluar cacing dari mulut/ hidung/ feces (-).

RPT

: Tidak jelas.

RPO

: Obat penurun panas.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status present
KU / KP / KG

: Jelek/ bera/ buruk

Anemis : (+)

Sensorium

: Cengeng, rewel

Sianosis : (-)

Frekuensi Nadi : 128 x/menit

Dispnoe : (-)

Frekuensi Nafas : 32 x/menit

Edema

: (-)

Ikterus

: (-)

Temperatur

: 38,8 0C

BB Masuk

: 7 kg

2. Status Lokalisata

Kepala

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

14

Marasmus

Kepala

: Ubun-ubun besar tertutup cekung, rambut hitam tidak


mudah dicabut.

Mata

: Reflek cahaya +/+, pupil isokor kiri = kanan,


konjungtiva palpebra inferior pucat (+), cekung (+).

Telinga

: Tidak ada kelainan

Hidung

: Tidak ada kelainan

Mulut

: Mukosa bibir kering (+)

Wajah

: Old man face (+)

Leher

: Pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Toraks
Inspeksi

: Simetris fusiformis, iga gambang (+), retraksi (-).

Palpasi

: Stem Fremitus ki=ka.

Perkusi

: Sonor pada kedua lapangan paru.


Batas jantung :

Auskultasi

Atas

: ICR II kiri.

Kanan

: Linea para sternalis kanan.

Kiri

: 1 cm medial linea mid clavikula kiri.

: Suara Pernafasan : vesikuler, suara tambahan (-).


Paru

: RR : 32 x/mnt, reguler, ronchi (-).

Jantung : HR : 128 x/mnt, reguler, desah (-).

Abdomen
Inspeksi

Simetris, cekung

Palpasi

Soeple, hepar/ lien tidak teraba, turgor kulit kembali


lambat.

Perkusi

Auskultasi :

Tympani
Peristaltik (+) normal.

Ekstremitas

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

15

Marasmus

Superior : Pols : 128 x.mnt, reguler, T/V cukup. Lemak subkutan


kurang, hipotrofi otot.
Inferior

: Oedema (-), lemak subkutan kurang, hipotrofi otot.

Glutea

: Baggy pants (+).

Genitalis

: Laki-laki, tidak ada kelainan.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah lengkap
Hb

: 8,6 gr%

Ht

: 25,5 %

Leukosit

: 9100/mm3

Trombosit direk

: 261.000/mm3

Feses
Makroskopis

Mikroskopis

Konsistensi : cair (-)

Leukosit (-)

Lendir (-)

Eritrosit (-)

Darah (-)
RESUME
Anamnesa
Seorang anak laki-laki umur 5 tahun 6 bulan datang ke RSUPM diantar oleh
orang tuanya 27 September 2005 dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu ini,
os tampak semakin kurus sejak 4 bulan yang lalu, nafsu makan berkurang, dan
semakin lama semakin menurun. Batuk (-), mual (-), muntah (-). Riwayat BAB keluar
cacing (-), berlendir (-), berdarah (-).

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

16

Marasmus

Pemeriksaan Fisik
Status Presents
KU/KP/KG

: Jelek/ berat/ buruk.

Sensorium

: Cengeng, rewel.

Pols

: 128 x.mnt

RR

: 128/mnt.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

17

Marasmus

Temperatur

: 38,8oC

BB masuk

: 7 kg.

Status Lokalisata
Kepala
Kepala

: Ubun-ubun besar tertutup cekung, rambut hitam tidak mudah


dicabut.

Mata

: Refleks cahaya +/+, pupil isokor ki = ka, konjungtiva palpebra


inferior pucat (+), cekung (+).

Wajah

: Old man face (+).

Mulut

: Mukosa bibir kering (+).

Thoraks
Inspeksi
Abdomen

: Simetris fusiformis, iga gambang (+), retraksi (-).


: Soepel, hepar/ lien tidak teraba, turgor kulit kembali lambat.

Ekstremitas
Superior

: Pols, 128 x/mnt, reguler, T/V cukup, lemak subkutan kurang,


hipotrofi otot.

Inferior
Glutea

: Oedema (-), lemak subkutan kurang, hipotrofi otot.


: Baggy pants (+).

Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 27 September 2005
Darah lengkap
Hb

: 8,6 gr%

Ht

: 25,5 %

Leukosit

: 9100/mm3

Trombosit direk

: 261.000/mm3

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

18

Marasmus

DIAGNOSA BANDING

Gizi buruk tipe marasmik + Anemia.

Gizi buruk tipe Marasmik Kwashiorkor + Anemia.

DIAGNOSA KERJA
Gizi buruk tipe Marasmik + Anemia.
TERAPI
Bed rest
IVFD dextrose 5 %, NaCl 0,45 % 30 gtt/mnt micro.
Inj. Ampicillin 250 mg/ 6 jam/ IV
Inj. Gentamicyn 20 mg/ 12 jam/ IV.
Paracetamol 3 x 100 mg pulv
Vitamin A 200.000 IU selama 2 hari
Asam folat 1 x 5 mg (hari I) selanjutnya 1 x 1 mg.
Diet bubur ayam 800 Kkal dengan 10 gr protein.
USUL
KGD ad random.
PROGNOSIS
Kurang.

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

19

Marasmus

KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun case ini
guna memenuhi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul Marasmus.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dr. Dalan K. Keliat, Sp.A atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan serta dalam penyusunan case ini.
Bahwasanya hasil usaha penyusunan case ini masih banyak kekurangannya,
tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan
penyusunan case lain dikemudian kesempatan.
Harapan penulis semoga case ini dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan

serta

dapat

menjadi

arahan

dalam

mengimplementasikan

penatalaksanaan Marasmus di masyarakat.

Medan,

Okttober 2005

Penulis

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

20

Marasmus

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

ii

PENDAHULUAN............................................................................................

DEFENISI.........................................................................................................

ETIOLOGI........................................................................................................

KLASIFIKASI..................................................................................................

PATOFISIOLOGI.............................................................................................

GAMBARAN KLINIS.....................................................................................

DIAGNOSIS.....................................................................................................

PENCEGAHAN...............................................................................................

PENATALAKSANAAN..................................................................................

PROGNOSIS....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

10

STATUS ORANG SAKIT................................................................................

11

Melita Effendi dan Fitri Asymida, FK-UNBRAH


KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUPM 2005

21

Anda mungkin juga menyukai