Anda di halaman 1dari 21

Tubuh memerlukan berbagai nutrisi untuk tumbuh dan berkembang.

Kondisi kekurangan nutrisi tidak


hanya akan mengganggu keseimbangan tubuh, namun juga menurunkan daya tahan tubuh, memicu
penyakit, hingga kematian. Hal ini disebabkan kegagalan tubuh untuk menyeimbangkan kebutuhan dan
menjaga daya tahan, dan kedua proses tersebut memerlukan asupan nutrisi yang mencukupi. Akibatnya
terjadi gangguan akibat kekurangan nutrisi yang serius atau dikenal dengan marasmus.

Apa itu marasmus?

Marasmus adalah bentuk gangguan nutrisi yang disebabkan tubuh kekurangan protein dan kalori.
Kedua nutrisi tersebut sangat dibutuhkan untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh. Saat tubuh
kekurangan protein dan kalori, berbagai fungsi fisik mengalami perlambatan bahkan dapat terhenti.

Marasmus adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di negara berkembang dan dapat dialami oleh
anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, khususnya balita, kondisi ini lebih mungkin terjadi
dan memiliki keparahan yang lebih tinggi. UNICEF memperkirakan sedikitnya terdapat 500.000 kasus
kematian akibat marasmus pada anak-anak di dunia.

Kekurangan protein dan kalori juga dapat menyebabkan kwashiorkor yang merupakan komplikasi dari
marasmus. Pada umumnya, kwashiorkor terjadi pada usia anak-anak dan menyebabkan masalah
pertumbuhan, terutama stunting alias gangguan pertumbuhan tinggi badan. Kondisi kekurangan nutrisi
saat usia balita akan meningkatkan risiko seorang anak mengalami kwashiorkor.

BACA JUGA: Tanda-tanda Anak Anda Kurang Gizi

Marasmus dapat dikenali dari tinggi dan berat anak

Penetapan kondisi ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada tinggi dan berat badan. Pada anak-anak,
akan disesuaikan dengan batas usianya. Jika memiliki tinggi dan berat di bawah batas normal maka hal
tersebut kemungkinan tanda awal dari perkembangan marasmus. Selain itu, perilaku atau keaktifan
seseorang juga dapat menjadi penguat diagnosis, di mana seseorang dengan marasmus akan terlihat
lemas dan cenderung apatis. Kesulitan yang mungkin terjadi, terutama pada anak-anak, adalah
membedakan gejala awal kurang gizi dengan adanya penyakit infeksi.

BACA JUGA: 7 Penyebab Anak Lebih Pendek Dibanding Teman-Temannya

Apa saja gejala yang terjadi saat seseorang mengalami marasmus?

Penderita akan mengalami penurunan berat badan yang disertai dengan dehidrasi, kemudian disertai
masalah saluran pencernaan seperti diare kronis. Jika asupan makanan tidak mencukupi dalam waktu
yang lama, maka lambung akan mengalami penyusutan. Marasmus juga identik dengan hilangnya
massa lemak dan otot sehingga seseroang dapat terlihat sangat kurus.

Selain itu, marasmus sering diawali dengan kelaparan dan beberapa gejala malnutrisi, di antaranya:

 Kelelahan
 Penurunan suhu tubuh
 Gangguan emosi – tidak menunjukan ekspresi emosi
 Mudah marah
 Lesu
 Perlambatan pernapasan
 Tangan bergetar
 Kulit kering dan kasar
 Kebotakan

BACA JUGA: Waspada Sepsis Pada Anak yang Bisa Sebabkan Kematian

Apa penyebab marasmus?

Gangguan nutrisi adalah hal yang sangat dipengaruhi berbagai hal. Marasmus sendiri dapat disebabkan
beberapa kemungkinan penyebab, di antaranya:

Kurang asupan protein dan kalori – adalah penyebab utama yang biasanya dipicu oleh terbatasnya
akses terhadap makanan.

Gangguan makan – beberapa jenis gangguan makan menyebabkan seseorang tidak mengonsumsi
kalori dan protein yang dibutuhkan, seperti anoreksia dan pica.

Status kesehatan – kondisi seseorang saat berada dalam masa pengobatan atau mengalami infeksi
seperti sifilis dan tuberkulosis menyebabkan seseorang membutuhkan asupan nutrisi yang tepat dalam
jumlah yang lebih banyak. Jika tidak terpenuhi maka akan dengan mudah mengalami defisiensi nutrisi.

Kondisi bawaan lahir – seperti penyakit jantung kongenital dapat mempengaruhi pola konsumsi
seseorang dan memicu asupan yang tidak seimbang yang menyebabkan malnutrisi.

Apakah marasmus bisa disembuhkan?

Marasmus ditangani dengan bertahap, di mana kondisi dehidrasi pada penderita diatasi terlebih dahulu.
Dehidrasi dapat memicu kesulitan untuk mencerna makanan dan dapat memperburuk gejala diare jika
penderita mengalaminya.

Setelah mulai membaik, pengobatan dilanjutkan dengan pola makan seimbang untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Meskipun demikian, terkadang penderita tidak dapat mengonsumsi makanan dengan
cara normal sehingga makan dan minum dilakukan dalam jumlah yang sedikit, atau menggunakan
infus ke pembuluh darah vena dan lambung.

Selain itu, riwayat infeksi pada penderita juga perlu diperhatikan. Penggunaan antibiotik kemungkinan
diperlukan untuk mempertahankan nutrisi dan melawan penyakit di saat yang bersamaan. Sembuh dari
penyakit infeksi akan meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan.

BACA JUGA: Tips Menyisipkan Sayuran Pada Makanan Anak Anda

Bagaimana cara mencegah marasmus?

Cara terbaik agar terhindar dari marasmus adalah dengan menerapkan pola makan seimbang dengan
cara memenuhi protein dari susu, ikan, telur atau kacang-kacangan. Selain itu konsumsi sayur dan buah
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral agar terhindar dari kondisi malnutrisi
secara umum.

Pencegahan infeksi juga merupakan hal penting karena berbagai penyakit dapat berpotensi
menyebabkan gangguan nutrisi pada seseorang, terutama jika ia pernah mengalami marasmus. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta memastikan bahwa
makanan yang dikonsumsi terbebas dari penyakit. Pada kelompok usia bayi, perlindungan juga
dilakukan dengan cara pemberian ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan memperkuat daya tahan
tubuh.
Kwashiorkor dan marasmus adalah dua bentuk malnutrisi yang sering terjadi
pada anak-anak di negara berkembang. Kemiskinan dan kekurangan bahan
pangan adalah dua penyebab utamanya.

Selain di negara miskin, kondisi ini juga dapat terjadi di negara-negara yang tingkat
pendidikan penduduknya rendah, sedang mengalami situasi politik yang tidak stabil,
sedang mengalami bencana alam, dan kekurangan bahan makanan. Kwashiorkor
dan marasmus dapat terjadi pada usia berapa pun, tapi paling umum terjadi pada
anak-anak.

Di Indonesia, masalah gizi tersebut masih ditemukan pada anak-anak berusia di


bawah 3 tahun. Angka kemiskinan, kesulitan memperoleh asupan makanan bergizi,
dan tidak diberikan ASI, merupakan beberapa faktor yang turut berperan dalam
terjadinya kedua masalah gizi ini.

Lalu apa perbedaan umum antara kedua penyakit tersebut?

Kwashiorkor: Kekurangan Protein

Secara spesifik, kwashiorkor diartikan sebagai kondisi kekurangan atau bahkan


ketiadaan asupan protein. Padahal, protein dibutuhkan tubuh untuk memperbaiki
dan membuat sel-sel baru. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan di bagian
bawah kulit (edema), akibat terlalu banyaknya cairan dalam jaringan tubuh.
Pembengkakan dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh dan umumnya dimulai di
kaki.

Bengkak biasanya diiringi sejumlah kondisi berikut:

 Rambut yang kering, jarang, dan rapuh, bahkan dapat berubah warna menjadi putih
atau kuning kemerahan seperti rambut jagung.

 Ruam atau dermatitis.

 Mudah marah.

 Kelelahan dan mengantuk.

 Gangguan tumbuh kembang.

 Perut membesar.

 Infeksi yang terjadi terus menerus, akibat lemahnya kekebalan tubuh.

 Kuku pecah dan rapuh.

 Berubahnya pigmen kulit.

 Penurunan massa otot.

 Diare.

 Berat dan tinggi badan tidak bertambah.

Pada kasus yang lebih parah, pengidap kwashiorkor juga dapat


mengalami syok karena dehidrasi berat. Kondisi ini perlu segera mendapat
penanganan medis oleh dokter di rumah sakit.

Marasmus: Kekurangan Asupan Energi dan Protein

Jika kwashiorkor adalah malnutrisi karena kekurangan protein meski asupan


energinya cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari
semua bentuk makronutrien, mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini
paling banyak ditemukan pada anak berusia di bawah 2 tahun.

Ciri-ciri fisik penderita marasmus:

 Kekurangan berat badan.

 Kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak.

 Pertumbuhan terhambat.
 Kulit kering dan rambut rapuh.

 Terlihat lebih tua dari usianya.

 Tidak berenergi dan tampak tidak bersemangat atau lesu.

 Wajah menjadi bulat seperti orang tua.

 Diare kronis.

Selain itu, penderita marasmus rentan mengalami infeksi akut seperti infeksi saluran
pernapasan dan gastroenteritis, serta infeksi kronis seperti tuberkulosis.

Selain kwashiorkor dan marasmus, terdapat jenis ketiga keadaan malnutrisi energi
protein berat, yaitu campuran marasmus-kwashiorkor. Keadaan ini mempunyai
gejala campuran dari kedua kondisi tersebut.

Selain meningkatkan risiko terjadinya berbagai macam penyakit, keadaan malnutrisi


energi protein berat juga dapat mengancam nyawa. Meski telah ditangani, namun
anak-anak yang pernah mengalami kwashiorkor dan marasmus mungkin masih
akan mengalami masalah kesehatan dalam jangka panjang. Sebagian anak akan
tetap mengalami gangguan fisik dan mental akibat kwashiorkor seumur hidupnya.
Karena itu, penting untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak untuk mencegah
kwashiorkor dan marasmus.

Marasmus merupakan keadaan dimana seorang anak mengalami defisiensi


energi dan protein. Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang
menderita kelaparan. Gizi buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan
dimana pemberian makanan tidak cukup atau higiene yang jelek.

Epidemiologi
Pada umumnya masyarakat Indonesia telah mampu mengkonsumsi
makanan yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih
cukup banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi
minimum. Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan
hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72%
kabupaten di Indonesia. Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk
dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit
masih tinggi. Rani di RSU Dr. Pirngadi Medan mendapat 935 (38%)
penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat. Mereka terdiri
dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk.
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif
di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr.
Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus
sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang
kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya
krisis ekonomi di lndonesia.

Etiologi
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:

 Pemasukan kalori yang tidak cukup


Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas
susu kaleng yang terlalu encer.
 Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang
mempunyai hubungan orang tua – anak terganggu.
 Kelainan metabolik, misalnya: renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
 Malformasi kongenital, misalnya: penyakit jantung bawaan,
penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,
micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic
fibrosis pancreas.

Patogenesa
Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau
terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada
mulanya keadaan tersebut adalah proses fisiologis untuk kelangsungan hidup
jaringan, ubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan
yang masuk, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan
protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.

Gejala klinis

 Pertumbuhan berkurang atau terhenti


 Konsipasi atau diare
 Wajahnya tampak tua
 Mata tampak besar dan dalam
 Lemak pipi menghilang
 Apatis

Komplikasi

 Defisiensi Vitamin A
 Dermatosis
 Kecacingan
 Diare kronis
 Tuberkulosis

Pengobatan
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting
yaitu:

 Atasi/ cegah hipoglikemia


 Atasi/ cegah hipotermia
 Atasi/ cegah dehidrasi
 Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
 Obati/cegah infeksi
 Mulai pemberian makanan
 Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
 Koreksi defisiensi nutrien mikro
 Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/ mental
 Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Marasmus mungkin merupakan istilah yang jarang sekali terdengar sehingga
tak begitu familiar bagi kita, padahal sebetulnya marasmus ini masih
termasuk dalam kondisi kekurangan gizi yang kerap terjadi di negara-
negara berkembang. Gizi buruk merupakan hal yang serius dan paling sering
ditemui pada balita. Hanya saja, terkadang orang-orang merasa kesulitan
untuk membedakan kondisi marasmus dan kwashiorkor.

Kwashiorkor pun masih sejenis dengan marasmus di mana kondisi tersebut


adalah suatu bentuk kekurangan gizi buruk akibat asupan protein yang tidak
tercukupi dan sangat kurang. Marasmus merupakan sebuah kondisi yang
banyak dijumpai diderita oleh anak-anak balita yang usianya 0-2 tahun
dengan ciri-ciri tertentu yang mudah dikenali.

Marasmus juga dikenal sebagai sebuah keadaan malnutrisi di mana asupan


kalori dan protein di dalam tubuhnya sangatlah rendah. Seperti kita tahu,
kalori dan protein merupakan zat nutrisi penghasil tenaga bagi tubuh agar
bisa beraktivitas dan berfungsi dengan sempurna. Maka bisa dibayangkan
bentuk fisik seseorang yang mengalami marasmus ini karena defisit energi di
dalam tubuh.

Kondisi marasmus bukanlah sebuah kondisi kesehatan yang bisa diabaikan


karena marasmus ini mampu menjadi penyebab dari hilangnya jaringan
otot, lemak dan jaringan lain yang ada di dalam tubuh manusia. Terjadinya
malnutrisi adalah saat tubuh kita tak memperoleh protein
serta karbohidrat yang cukup.

Perlu diketahui oleh kita sekalian bahwa gizi buruk, khususnya kondisi
termasuk di dalam bentuk paling parah dari kondisi malnutrisi protein-
energi atau PEM di dunia. Marasmus ini paling kerap ditemui di negara
yang masih dalam status berkembang. Asia Selatan, Amerika Selatan dan
juga Afrika merupakan wilayah-wilayah yang paling banyak dengan kasus
seperti ini.

Tak heran apabila di negara-negara berkembang tadi masih banyak kasus


marasmus bahkan juga kwashiorkor karena memang persediaan makanan
tidaklah memadai. Air di negara berkembang pun ada sebagian yang masih
sangat kurang dan juga mengalami kontaminasi. Ketika air terkontaminasi,
otomatis air tersebut sudah bercampur dengan parasit dan bakteri lain di
mana akan masuk ke tubuh peminumnya nanti.

(Baca juga: akibat kekurangan gizi – penyebab malnutrisi)

Penyebab
Penyebab dari terjadinya marasmus sudah dijelaskan sebelumnya, yakni
karena adanya asupan protein dan kalori yang tergolong kurang secara
berlebih. Namun selain dari hal tersebut, tentunya ada beberapa faktor
lainnya yang turut menjadi pendukung atau peningkat risiko terjadinya
marasmus. Di bawah inilah beberapa faktor risiko yang perlu dikenali.

 Kelaparan Kronis

Masalah kelaparan kronis bisa saja kemudian menjadi faktor penyebab


marasmus. Kelaparan kronis artinya adalah bahwa persediaan makanan di
wilayah tempat tinggal penderita sangatlah terbatas. Tak semua makanan
yang ada mengandung nutrisi tinggi sehingga selain kekurangan makanan,
nutrisi pun juga tak cukup sehingga kelaparan kronis mampu menjadikan
seseorang mengalami marasmus.

 Kekurangan Vitamin

Faktor lain yang mampu meningkatkan potensi seseorang terkena


marasmus adalah kurangnya asupan vitamin, seperti vitamin E, vitamin K
dan vitamin A. Ketiga vitamin tersebut merupakan contoh vitamin yang
vital bagi tubuh dan ketika tubuh mengalami defisit ketiga vitamin tersebut,
akibatnya pun marasmus terjadi pada orang tersebut.

Kwashiorkor dan marasmus adalah dua contoh penyakit akibat gizi


buruk (malnutrisi) yang sering kita kenal sebagai busung lapar.
Meskipun keduanya hampir sama, namun kita perlu tahu
bagaimana membedakan kedua kondisi tersebut satu sama
lain. Lantas apa perbedaan marasmus dan kwashiorkor?

Tahukah Anda, bahwa tubuh kita membutuhkan kalori, protein,


dan nutrisi untuk menunjang keseluruhan fungsi tubuh agar
berjalan normal. Tanpa nutrisi yang cukup, otot-otot akan lemas
bahkan mengecil, tulang menjadi rapuh, kecerdasan menurun, dan
fikiran menjadi terganggu.

Iklan dari HonestDocs

HonestDocs Health Shop - Pesan Obat Jadi Lebih Mudah!

GRATIS biaya antar obat ke seluruh Indonesia hingga Rp.30,000 (minimum transaksi Rp.50,000)
Pesan Sekarang
Kalori adalah unit satuan energi yang dibutuhkan tubuh untuk
menjalankan fungsinya. Selain sumber energi, tubuh kita juga
memerlukan sejumlah besar protein. Tanpa protein yang cukup,
maka perbaikan sel dan pembentukan sel-sel baru menjadi
terhambat, sebagai contoh dalam proses penyembuhan luka.

Dengan demikian, apabila kita tidak mengkonsumsi nutrisi yang


cukup, maka tubuh menjadi kurang gizi. Salah satu jenis
kekurangan gizi adalah kekurangan gizi energi protein atau disebut
dengan Malnutrisi Energi Protein (MEP). Dua jenis gizi buruk ini
adalah marasmus dan kwashiorkor. Mari kita pelajari masing-
masing beserta perbedaannya.

Perbedaan Gejala Marasmus dan Kwashiorkor


Kekurangan gizi dapat terjadi karena beberapa alasan, mungkin
saja karena sumber makanan yang tidak tersedia, atau mungkin
diakibatkan oleh kondisi yang menyulitkan untuk makan,
menyerap nutrisi, atau menyiapkan makanan. Minum alkohol terlalu
banyak juga dapat menyebabkan kekurangan gizi.

Gejala-gejala kekurangan gizi meliputi:

 Kelelahan
 Kesulitan untuk tetap hangat (mempertahankan suhu tubuh)
 Suhu tubuh lebih rendah
 Diare
 Nafsu makan berkurang
 Sifat lekas marah
 Kelemahan
 Bernapas lebih lambat
 Mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki
 Kulit kering
 Rambut rontok
 Memar

# Gejala Marasmus

Marasmus terjadi ketika tubuh kekurangan energi (Kalori) yang


lebih sering terjadi pada anak-anak dan bayi. Kondisi ini
akan menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan. Gejala-
gejala marasmus meliputi:

Iklan dari HonestDocs

HonestDocs Health Shop - Pesan Obat Jadi Lebih Mudah!

GRATIS biaya antar obat ke seluruh Indonesia hingga Rp.30,000 (minimum transaksi Rp.50,000)
Pesan Sekarang
 Penurunan berat badan
 Dehidrasi
 Diare kronis
 Perut cekung (kempes)

Seorang anak akan lebih berisiko jika tinggal di daerah pedesaan di


mana sulit untuk mendapatkan makanan atau daerah yang memiliki
kekurangan makanan. Atau pada bayi yang tidak diberi ASI. Lebih
lanjut silahkan baca: Kwashiorkor : Gejala, Penyebab,
Penatalaksanaan

# Gejala Kwashiorkor

Kwashiorkor terjadi pada orang yang memiliki kekurangan protein


yang parah. Anak-anak yang mengalami kwashiorkor biasanya
berumur lebih tua dari anak-anak yang mengembangkan
marasmus. Apabila seorang anak lebih banyak
mengonsumsi karbohidrat sebagai makanan utamanya, maka ini
menjadi faktor resiko utama.

Gejala-gejala kwashiorkor meliputi:


 Edema, atau bengkak atau penampilan bengkak karena retensi
cairan
 Perut buncit dan menonjol
 Ketidakmampuan untuk tumbuh atau bertambahnya berat badan

Seorang anak akan lebih berisiko jika tinggal di daerah pedesaan di


mana akses untuk mendapatkan makanan kaya protein begitu
terbatas. Anak-anak bayi yang tidak mendapatkan ASI juga berisiko
apalagi tidak mendapatkan makanan kaya protein.

Gambar perbedaan marasmus dan kwashiorkor

Jika kedua kelompok gejala ada secara bersamaan, maka disebut sebagai
marasmus-kwashiorkor.

Penyebab marasmus dan kwashiorkor


Marasmus disebabkan oleh kekurangan energi atau kalori karena
asupan makan yang kurang, sedangkan kwashiorkor disebabkan
oleh asupan protein yang kurang, meskipun sudah cukup makan
sumber kalori yang lain, misalnya hanya makan nasi dan ubi tanpa
lauk ataupun zat gizi lain yang mengandung protein.
Penyebab utama dari kedua kondisi ini adalah
kurangnya asupan makanan. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi akses seseorang terhadap makanan meliputi:

 kelaparan
 ketidakmampuan pengasuh untuk mendapatkan makanan karena
kurangnya transportasi atau ketidakmampuan fisik
 hidup dalam kemiskinan

Hal-hal lain yang dapat menyebabkan gizi buruk meliputi:

 memiliki gangguan makan


 kurang pendidikan tentang kebutuhan nutrisi
 penggunaan obat yang mengganggu penyerapan nutrisi
 memiliki kondisi medis yang meningkatkan kebutuhan tubuh akan
kalori
 Kekurangan vitamin A, E, dan K.

Pengobatan
Kedua kondisi dapat diobati dengan perlahan-lahan dengan cara
meningkatkan asupan kalori. Dokter Anda dapat menambahkan
suplemen protein cair jika anak memiliki masalah mencerna
makanan. Dokter sering merekomendasikan suplemen multivitamin
dan mungkin meresepkan obat untuk meningkatkan nafsu makan.
Jika gejalanya parah, rawat inap mungkin diperlukan.

Baca: Sumber Makanan Tinggi Protein Terbaik

Mencari bantuan sesegera mungkin penting bagi pemulihan dan


kelangsungan hidup jangka panjang. Anak-anak yang
mengembangkan kwashiorkor mungkin tidak mencapai potensi
mereka secara penuh. Jika seorang anak tidak mendapatkan
pengobatan dini, mereka dapat mengembangkan cacat mental dan
fisik permanen. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan
kematian jika kasus yang berat tidak segera diobati.

Mengenal Penyakit Marasmus & Kwasiorkhor


Kwashiorkor atau biasa lebih dikenal “busung lapar", pertama kali diperkenalkan
oleh Dr Cecile Williams pada tahun 1933 sewaktu ia berada di Gold Coast,
Afrika. Saat itu, Dr Cecile Williams banyak menemui anak-anak mengalami
gejala busung lapar atau kwashiorkor.
Istilah kwashiorkor itu sendiri berasal dari bahasa setempat yang berarti
“penyakit anak pertama yang timbul begitu anak kedua muncul". Makna dari
kata-kata ini intinya adalah menggambarkan suatu penyakit yang timbul pada
anak pertama akibat anak tersebut tertelantarkan oleh orangtua akibat adanya
adik yang baru lahir.

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk dari gangguan gizi yang dikenal sebagai
Kurang Energi dan Protein (KEP) 1), ada juga yang mendefinisikan bahwa
kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang
berat. Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh
mencukupi kebutuhan. Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi
dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena
defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari
ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan. Pada umumnya, kandungan
karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya
sangat rendah 2)

Dan dapat dipahami, jika anak-anak yang mengalami kurang energi dan protein
itu, akan mudah terserang infeksi seperti diare, ISPA (infeksi saluran
pernapasan atas), TBC, polio, dan lain-lain.
Gejala awal KEP dimulai dengan anak yang tidak mengalami pertambahan tinggi
maupun berat badan. Bila keadaan lebih lanjut, anak menjadi kurus dan berat
badan justru menurun. Gejala yang ada adalah anak akan lesu, apatis, selalu
gelisah, dan cengeng. Anak juga akan mudah terserang penyakit infeksi.
Apabila keadaan menjadi lebih buruk, anak yang mengalami kekurangan energi
dan protein sekaligus akan menjadi kurus-kering. Gejala kurus kering demikian
disebut sebagai marasmus. Istilah Marasmus berasal dari bahasa Yunani, yang
berarti kurus-kering. Sebaliknya, walau asupan protein sangat kurang, tetapi si
anak masih menerima asupan hidrat arang / karbohidrat (misalnya nasi ataupun
sumber energi lainnya), maka yang terjadi adalah gejala kwashiorkor.

Anak dengan kwashiorkor akan mengalami edema (penumpukkan cairan di


jaringan bawah kulit; umumnya di ujung-ujung tungkai bawah) dan adanya
akumulasi cairan di rongga usus. Bagian tubuh yang menderita edema akan
menjadi bengkak, bagian tersebut bila dipencet memberikan suatu cekungan .
Terjadi pula penimbunan cairan di rongga perut yang menyebabkan perut si
anak menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar). Apabila keadaan
menjadi lebih berat, kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas, rambut
menjadi merah kusam dan mudah dicabut, anak menjadi lebih sering menderita
bermacam penyakit dan lain-lain.

Ciri-ciri lain penderita kwashiorkor adalah hambatan pertumbuhan, perubahan


pada pigmen rambut dan kulit, edema, dan perubahan patologi pada hati. Hal ini
terutama terlihat pada infiltrasi lemak, nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain
adalah apati, cengeng, atrofi pankreas, gangguan saluran cerna, anemia, kadar
albumin serum yang rendah, dan dermatosis.

Kulit penderita terlihat menjadi gelap. Pada ekstremitas dan punggung, timbul
bercak-bercak menebal yang dapat mengelupas. Kulit di bawahnya berwarna
merah muda yang hampir seperti pelagra.

Soal terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar albumin serum.
Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan
menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan tubuh.

Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel,
diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan
perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa
terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar. Kwashiorkor dianggap ada
hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya
defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan
jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi 3)

Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk 4)

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa
mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain
adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.

a. Kwashiorkor

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum


pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa
rasa sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut
• anemia
• diare.

b. Marasmus:

- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit


- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
- diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor:

- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor


dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
yang tidak mencolok
-
Catatan : SEMUA PENDERITA KEP BERAT UMUMNYA DISERTAI DENGAN ANEMIA
DAN DEFISIENSI MIKRONUTRIEN LAIN 4)
. Kekurangan gizi masyarakat biasanya identik dengan kemiskinan dan
kesempatan lapangan kerja

Tanda-tanda Marasmus adalah tampak sangat kurus tinggal tulang terbungkus


kulit, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, perut cekung, iga
gambang, sering diserti penyakit infeksi. Tanda-tanda Kwashiorkor adalah
endema umumnya di seluruh tubuh terutama penggung kaki, wajah membulat &
sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan mudah dicabut/rontok,
apatis dan rewel, pembesaran hati, otot mengecil, kulit bercak merah muda
yang meluas, sering disertai penyakit infeksi. Sedangkan Marasmus +
Kwashiorkor merupakan campuran gejala klinis marasmus dan kwashiorkor
disertai odema yang tidak mencolok.

Peduli Korban Busung Lapar ( kwashiorkor)

Kondisi ini disebabkan oleh :

1. Kemiskinan
Kemiskinan ini menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat. Rendahnya daya
beli masyarakat ini menyebabkan kebanyakan keluarga miskin di tidak mampu
memenuhi kebutuhan gizi bagi balitanya. Jangankan untuk membeli susu atau
makanan tambahan untuk bayi, untuk makan sehsri-hari saja mereka tidak
mampu. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka balita penderita gizi
buruk.

2. Rendahnya kesadaran tentang gizi


Rendahnya gizi buruk pada bayi tersebut akan mengakibatkan :

a. Lost Generation
Bayi penderita gizi buruk ini adalah balita yang tidak memiliki masa depan.
Nantinya mereka tidak mampu untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik
karena rendahnya nilai gizi yang dimiliki. Hal ini berdampak pada kualitas
Sumber Daya Mamusia yang semestinya menjadi pemimpin masa depan.

b. Generasi yang membebani masyarakat dan pemerintah


Pertumbuhan yang terhambat karena gizi buruk pada masa balita tentunya akan
membebankan keluarga masyarakat dan pemerintah.
Kwashiorkor atau busung lapar adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi
protein yang berat. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Cecily Williams bagi
kondisi tersebut yang diderita oleh bayi dan anak balita. Nama ini berasal dari
daerah di Pantai Emas, Afrika yang berarti anak terlantar.Defisiensi ini sangat
parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan.
Biasanya, Kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia
enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah
dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI
atau makanan sapihan. Pada umumnya, kandungan karbohidrat makanan
tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah.

Ciri-ciri anak menderita kwashiorkor adalah hambatan pertumbuhan, perubahan


pada pigmen rambut dan kulit, edema, dan perubahan patologi pada hati. Hal ini
terutama terlihat pada infiltrasi lemak, nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain
adalah apati, cengeng, atrofi pankreas, gangguan saluran cerna, anemia, kadar
albumin serum yang rendah, dan dermatosis.

Kulit penderita terlihat menjadi gelap. Pada ekstremitas dan punggung, timbul
bercak-bercak menebal yang dapat mengelupas. Kulit di bawahnya berwarna
merah muda yang hampir seperti pelagra.Soal terjadinya edema, biasanya
diawali akibat turunnya kadar albumin serum. Ini mengakibatkan turunnya
tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan menerobos pembuluh darah dan
masuk ke dalam cairan tubuh.

Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel,
diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan
perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa
terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar.

kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini


adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya
adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan
juga ditambah dehidrasi.
kekurangan gizi masyarakat biasanya identik dgn kemiskinan dan kesempatan
lapangan kerja

Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang
berat. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Cecily Williams bagi kondisi
tersebut yang diderita oleh bayi dan anak balita. Nama ini berasal dari daerah di
Pantai Emas, Afrika yang berarti anak terlantar.
Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh
mencukupi kebutuhan. Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi
dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena
defisiensi ini adalah dua tahun.

Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau
makanan sapihan. Pada umumnya, kandungan karbohidrat makanan tersebut
tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah.

Ciri-ciri anak menderita kwashiorkor adalah hambatan pertumbuhan, perubahan


pada pigmen rambut dan kulit, edema, dan perubahan patologi pada hati. Hal ini
terutama terlihat pada infiltrasi lemak, nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain
adalah apati, cengeng, atrofi pankreas, gangguan saluran cerna, anemia, kadar
albumin serum yang rendah, dan dermatosis.

Kulit penderita terlihat menjadi gelap. Pada ekstremitas dan punggung, timbul
bercak-bercak menebal yang dapat mengelupas. Kulit di bawahnya berwarna
merah muda yang hampir seperti pelagra.

Soal terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar albumin serum.
Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan
menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan tubuh.

Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel,
diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan
perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa
terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar.

Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini


adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya
adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan
juga ditambah dehidrasi

Anda mungkin juga menyukai