Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 7 TAHUN 2017

DISUSUN OLEH : KELOMPOK A4

Tutor : Dr. Eka Febri Zulissetiana, M. Bmd


Disusun Oleh:
Dorothy Juliana 04011381621163

Putri Elfani Pradita 04011381621168

Nabila Thifal Balma 04011381621173

Dela Erjalia 04011381621178

Muthiara Adlin Azzahra 04011381621181

Sesa Magabe 04011381621183

Angela Maria Linata 04011381621188

Umrohtul Habibah 04011381621193

Tasya Lianda Sari 04011381621195

Riswan Ahmad Pradaretza 04011381621201

Naomi Winny Tioline 04011381621212

Aldo Giovanno 04011381621227

Narvin Bernard Ravichandiran 04011381621234

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2017

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................03

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................04

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................05

KLARIFIKASI ISTILAH............................................................................................06

IDENTIFIKASI MASALAH.......................................................................................08

HIPOTESIS..................................................................................................................08

KETERKAITAN ANTAR MASALAH......................................................................09

ANALISIS MASALAH...............................................................................................10

Masalah 1.........................................................................................................10

Masalah 2.........................................................................................................14

Masalah 3.........................................................................................................20

KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN............................................................25

SINTESIS.....................................................................................................................27

KERANGKA KONSEP...............................................................................................54

BAB III PENUTUPAN............................................................................................................55

KESIMPULAN............................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................56

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial
Skenario B Blok 7 Tahun 2017” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberi nafas kehidupan,


2. Tutor kelompok A4 Dr. Eka Febri Zulissetiana, M. Bmd
3. Teman-teman sejawat FK Unsri,
4. Semua pihak yang telah membantu kami.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan untuk membuka wawasan yang lebih luas
lagi.Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.Amin.

Palembang, 21 April 2017

Kelompok A4

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Blok Biokimia adalah blok ke-7 semester 2 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada
kesempatan ini dilaksanakan tutorial menelaah skenario sebagai bahan pembelajaran
untuk berpikir kritis mengenai suatu kasus.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi ini, yaitu:
a. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
b. Dapat berpikir kritis terhadap kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis pembelajaran diskusi kelompok.
c. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

C. DATA TUTORIAL
Tutor : Dr. Eka Febri Zulissetiana, M. Bmd
Moderator : Sessa Magabe
Sekretaris : Putri Elfani Pradita dan Muthiara Adlin A.

Presentan : Umrohtul Habibah


Waktu : 1. Senin, 17 April 2017
Pukul 07.30 – 10.00 WIB
2. Rabu, 19 April 2017
Pukul 07.30 – 10.00 WIB

4
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO B BLOK 7 Tahun 2017

Tn. Arai, 28 tahun adalah seorang instruktur bina raga di Lingga Gym. Tn. Arai rutin
mengkonsumsi nasi porsi normal dan makanan berprotein tinggi dalam jumlah banyak seperti
telur, daging, dada ayam dan susu protein tinggi sejak 5 tahun yang lalu. Beberapa hari
terakhir dia merasa BAK-nya tidak lancar. Dia khawatir dengan pola makannya saat ini
sehingga dia konsultasi ke dokter. Dokter mengatakan kesehatan Tn. Arai bagus, memiliki
berat badan ideal dan otot yang bagus, tetapi dia harus mengurangi asupan protein.

5
I. KLARIFIKASI ISTILAH

NO. ISTILAH DEFINISI


1. Protein Setiap senyawa kelompok organik kompleks yang
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
sulfur
Sumber : dorland

Senyawa organik kompleks yang berbobot molekul


tinggi yang merupakan polimer dari monomer asam
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida
Sumber : wikipedia
2. Otot Sebuah jaringan dalam tubuh manusia dan hewan yang
berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakan
tulang.
Sumber : Wikipedia

Jaringan yang menghasilkan gerak pada oragnisme


hewan melalui kontraksi
Sumber : Doraland
3. Bina raga Olahrga yang membangun bentuk otot agar terwujud
bentuk tubuh yang kekar dan ideal
Sumber : KBBI
4. Instruktur Orang yang bertugas mengajarkan sesuatu dan
sekaligus memberikan latihan dan bimbingannya
Sumber : KBBI
5. BAK Ialah pengeluaran cairan yang diekskresi oleh ginjal
disimpan dalam kandung kemih dan dikeluarkan
melalui uretra
Sumber : Dorland
8. Berat badan ideal Bobot optimal dari tubuh untuk menjaga kesehatan dan

6
kebugaran
Sumber : kerjanya.net

Berat badan : suatu parameter yang memberikan


gambaran massa tubuh.
Sumber : digilib.unimus.ac.id

7
II. IDENTIFIKASI MASALAH

NO. MASALAH KESESUAIAN PRIORITAS


1 Tn. Arai, 28 tahun seorang instruktur Masalah **
bina raga, rutin mengkonsumsi nasi
porsi normal dan makanan berprotein
tinggi dalam jumlah banyak seperti
telur, daging, dada ayam dan susu
protein tinggi sejak 5 tahun yang lalu.
3 Beberapa hari terakhir dia merasa Masalah ***
BAK-nya tidak lancar.
6 Dokter mengatakan Tn. Arai, Masalah *
memiliki berat badan ideal dan otot
yang bagus, tetapi harus mengurangi
asupan protein.

III. HIPOTESIS

Tn. Arai merasa BAK-nya tidak lancar karena kelebihan asupan protein.

8
IV. KETERKAITAN ANTAR MASALAH

Tn. Arai 28 tahun,


binaragawan

Mengkonsumsi makanan
Berat badan ideal berprotein tinggi secara Pemecahan
berlebihan protein

Protein di dalam tubuh


Asam amino
tinggi
essensial

Pembentukan
Katabolisme protein tinggi
protein otot

Urea meningkat Otot yang bagus

BJ meningkat

Urin pekat

BAK tidak lancar

9
V. ANALISIS MASALAH

1. Tn. Arai, 28 tahun intruktur bina raga, rutin mengkonsumsi nasi porsi normal
dan makanan berprotein tinggi dalam jumlah banyak seperti telur, daging, dada
ayam dan susu protein tinggi sejak 5 tahun yang lalu.
a. Apa yang dimaksud makanan sumber protein tinggi ?
Suatu makanan bisa dikatakan sumber protein tinggi atau sumber protein
rendah berdasarkan komposisi asam amino, pencernaan dan efisiensi dimana
asam amino diserap dan selanjutnya digabungkan dalam protein tubuh.
Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas protein adalah
biological value (BV)

b. Berapakah porsi nasi normal ?


Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram, yang
setara dengan 3/4 gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein dan 40 gram
Karbohidrat
c. Fungsi dan peran protein bagi tubuh ?
1) Pertumbuhan dan Pemeliharaan
- Penyusun utama sel tubuh

10
- Membran disekeliling sel juga terbuat dari peotein. Jumlah sel dalam tubuh
meningkat selama periode anak-anak dan remaja. Tambahan lagi protein dlm
jaringan juga selalu mengalami perombakan.
- Protein penting dalam pembentukan ensim, antibody dan beberapa hormon.
2) Energi
Kelebihan protein dalam tubuh bisa digunakan utk energi. Melalui proses
deaminasi dlm hati dan akan menghasilkan urea yg dibuang melalui urin, pada
saat proses biosintesis urea ini kemudian juga akan dihasilkan hasil antara yg
masuk dalam siklus metabolisme yg akan melepaskan energi.
3) Sebagai Enzim
Berperan terhadap perubahan-perubahan kimia dalam system biologis.
4) Alat Pengangkut dan Alat Penyimpanan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu.
5) Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena
adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
6) Penunjang Mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya
kolagen, suatu protein yang berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk
serabut.
7) Pertahanan Tubuh
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein
khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing
yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain.
8) Media Perambatan Impuls Syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya
rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau
cahaya pada sel-sel mata.
9) Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter
bahan (Winarno, 2004).

11
d. Adakah hubungan antara profesi yang dimiliki oleh Tn. Arai dengan pola
makanan yang dilakukannya sekarang ?
Kebutuhan protein pada atlet ialah 1 – 1,2 g/ kg berat badan per hari.
Hal ini dikarenakan profesi Tn. Arai sebagai binaragawan yang
mengharuskannya untuk untuk membuat massa otot (GABA).
e. Apa dampak konsumsi protein tinggi dalam waktu yang lama (5 tahun) ?
Protein mengandung nitrogen apabila konsumsi protein meningkat
maka nitrogen meningkat. Hal ini mengakibatkan berat jenis urin meningkat
sedangkan pH urin menurun. Berat jenis urin yang meningkat mengakibatkan
diuresi.
f. Berapa kebutuhan protein per usia dan berapa kebutuhan protein bagi
Tn. Arai ?

Protein mensuplai 4 kalori per gram, tetapi secara ekonomis sumber


energi yang berasal dari protein lebih mahal dibandingkan dengan sumber
energi yang berasal dari lemak dan karbohidrat.

12
Sebagai dasar perhitungan, kecukupan protein = 10-15 % dari total
suplai kalori. Misalnya 10% dari kecukupan energi = 210 kalori = 52,5 gram
protein, (1 kalori = 4 gram protein) (Suhardjo dan Clara, 1992).

g. Apa komposisi nutrisi dalam diet Tn. Arai?


Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), yang sering juga disebut
dengan diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) yaitu diet yang mengandung
energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet ini diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah dengan makanan sumber protein tinggi seperti susu,
telur, dan daging. Pemberian diet TKTP ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh, dan untuk menambah berat badan
hingga mencapai berat badan normal.
Adapun syarat-syarat diet TKTP ini adalah energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg
BB; protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB; lemak cukup, yaitu 10-25 % dari
kebutuhan energi total; karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi
total; vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal; dan makanan
diberikan dalam bentuk mudah cerna

13
2. Beberapa hari terakhir dia merasa BAK-nya tidak lancar.
a. Bagaimana proses pembentukan urin dan BAK yang normal?

Penyaringan (Filtrasi)

Filtrasi darah terjadi di kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada


glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga
mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah
proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi
pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan
kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma.
Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan
dan menjadi bagian dari endapan. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3
lapisan yaitu: endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium visceral.

Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin


primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung
protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa,
natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.

14
Penyerapan (Absorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian


terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan
sekresi dari tubulus renal tidak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal
bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus
yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum
cairan meninggalkan tubulus proksimal. Substansi yang masih berguna seperti
glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan
garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung
ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin


sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin
sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun
bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2%
dalam urin sekunder.

Penyerapan Kembali (Reabsorbsi)

Pada pertengahan proksimal pertama, natrium diabsorpsi bersama


dengan glukosa dan asam amino. Jumlah natrium yang direabsorpsi sebanding
dengan jumlah H2O yang direabsorpsi, karena H2O begerak secara osmosis
keluar dari lumen tubulus, sehingga osmolalitas cairan pada bagian proximal
tetap sama dengan osmolalitas pada filtrat glomerus yaitu 300 mOsm/l.

Pada pertengahan proksimal kedua, natrium banyak direbasorpsi


bersama Cl-. Reabsorpsi natrium ini bersama dengan ion dan zat lain ini
menggunakan cara co-transpor dan difusi atau osmosis, sementara air seperti
yang dijelaskan di atas tetap mengikuti kadar Na. Pada sepanjang bagian ansa
henle tipis dan ansa henle asenden tebal, membran tubulus menjadi
impermeabel terhadap air dan sangat permeabel terhadap natrium, sehingga
urin menuju tubulus distal osmolalitasnya lebih kecil yaitu 100 mOsm/l.

15
Walaupun jika terdapat ADH di bagian tubulus ini, ADH tidak dapat bekerja,
karena membran tubulus impermeabel terhadap air. Pada bagian tubulus distal,
disinilah tempat hormon-hormon seperti aldosteron dan ADH dapat berkeja
aktif untuk masing-masing mereabsoprsi natrium dan H2O, untuk menentukan
seberapa pekat volume urin yang akan dihasilkan.

Sementara zat-zat sisa seperti kreatinin dan asam urat, setelah proses
filtrasi akan langsung di ekskresi melalui tubulus, tanpa ada proses reabsorpsi
lagi. Sedangkan kalium dan ureum, masih dapat disekresikan ke lumen. Pada
tubulus kolingentes, duktus kolingentes kortikal, dan duktus kolingentes
medula, masih terdapat reabsorpsi natrium dan air 10%. Pada duktus
kolingentesmedula, urem masih dapat disekresikan ke lumen tubulus ubtuk
dapat diekskresi bersama urin.

Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat
ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa
metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.

Miksi

16
1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di
dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua. Terjadinya distensi atau peningkatan
tegangan pada kandung kemih mencetuskan refleks I yang
menghasilkan kontraksi kandung kemih dan refleks V yang
menyebabkan relaksasi uretra.
2. Timbul refleks saraf yang disebut reflek miksi (refleks berkemih)
yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal
setidaknya menimbulkan kesadaran dan keinginan untuk
berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan
mengaktifkan refleks II yang akan menghasilkan kontraksi
kandung kemih dan IV sehingga stingfer eksternal dan uretra akan
berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Jika tejadi distensi pada
uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan
sfingter uretra maka akan mengaktifkan refleks III, sehingga
kontraksi kandung kemih melemah.
Jika sudah tiba saat berkemih, pusat cortical dapat
merangsang pusat berkemih sacral untuk membantu mencetuskan
refleks berkemih dan dalam waktu yang bersamaan menghambat
sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat
terjadi
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi BAK?
i. Jumlah air yang diminum
Semakin banyak air yang diminum jumlah urin semakin banyak.
Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam
darah sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan
air kencing akan terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila sedikit
air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah akan
banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna
lebih kuning .
ii. Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah
Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka
pengeluaran urin semakin banyak.

17
iii. Konsentrasi hormon insulin
Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urin.
Kasus ini terjadi pada orang yang menderita kencing manis.
iv. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika
darah sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan
ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin
yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit.
v. Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga
suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit
sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di
antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin
banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.
vi. Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan
meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada
saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan
berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air
kecil
vii. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika.
Seseorang yang banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air
kencingnya akan meningkat.
c. Mengapa gejala BAK yang tidak lancar baru dirasakan setelah beberapa
tahun mengkonsumsi protein tinggi?
Protein yang masuk ke dalam tubuh akan dipecah menjadi asam amino yang
selanjutnya akan diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Semakin
banyak protein yang kita konsumsi maka semakin banyak protein yang
dipecah menjadi asam amino. Hal ini mengakibatkan semakin banyak asam
amino di dalam darah yang menyebabkan tekanan kapiler meningkat. Untuk
pembentuka urin, terjadi proses filtrasi. Pada proses filtrasi, terjadi perbedaan
tekanan kapiler dengan tekanan glomerulus. Hal ini mengakibatkan

18
glomerular filtration rate (GFR) meningkat. Hal ini mengakibatkan kerja ginjal
meningkat pula yang lama kelamaan akan mengakibatkan kerusakan ginjal.

d. Apa saja komposisi dari urin normal?

Senyawa Dalam Urine Normal


- End-product metabolisme nitrogen: urea, asam urat dan kreatinin
- asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah
- badan keton zat sisa metabolisme lemak,
- hormon
- zat toksin (obat, vitamin, dan zat kimia asing) dan zat abnormal
(protein, glukosa, sel darah, Kristal kapur).
- ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, amonium, sulfat, Ca, dan Mg)

e. Berapa frekuensi BAK yang normal?


Eliminasi urin atau mikturisi biasanya terjadi tanpa nyeri dengan
frekuensi lima sampai enam kali sehari, dan kadang-kadang sekali pada
malam hari. Rata-rata individu memproduksi dan mengeluarkan urin sebanyak
1200-1500 dalam 24 jam. Jumlah ini tergantung asupan cairan, respirasi, suhu
lingkungan, muntah atau diare.

19
f. Adakah hubungan antara metabolisme protein dan konsumsi protein
berlebihan dengan BAK tidak lancar?

Asupan protein berlebihan

Katabolisme protein
meningkat

Meningkatkan kadar
nitrogen

Meningkatnya komposisi urin


(urea, kreatinin, as.urat,
ammonia)

BJ meningkat pH turun

Urin menjadi pekat

Diuresi turun

3. Dokter mengatakan Tn. Arai, memiliki berat badan ideal dan otot yang bagus,
tetapi harus mengurangi asupan protein.
a. Bagaimana metabolisme protein ?

Katabolisme:

1. Katabolisme nitrogen asam amino, menghasilkan amonia (NH3)


kemudian dibawa ke hepar untuk diubah menjadi Urea, dan
diekskresikan oleh ginjal.

20
2. Katabolisme kerangka karbon asam amino akan melewati senyawa
amfibolik
Anabolisme:

1. Sintesis protein
2. Sintesis produk khusus, misalnya purin, pirimidin, serotonin dll.
Sisa: mengalami katabolisme

b. Apa saja sifat fisika dan kimia dari protein ?


Sifat fisik protein adalah:
1) Protein tidak berwarna dan hambar.

2) Mereka homogen dan kristal.

3) Protein bervariasi dalam bentuk, protein bisa berbentuk struktur kristaloid


sederhana sampai struktur fibrilar panjang.

4) Struktur protein terdiri dari dua pola yang berbeda – protein globular dan
protein fibrilar.

5) Protein globular yang berbentuk bulat dan hadir pada tanaman. Protein
Fibrilar yang seperti benang, mereka umumnya hadir pada hewan.

6) Protein umumnya memiliki berat molekul besar berkisar antara 5. 103 dan
106 , karena ukuran besar, protein menunjukkan banyak sifat koloid.

7) Tingkat difusi protein sangat lambat.

8) Protein menunjukkan efek Tyndall.

9) Protein cenderung mengubah sifat mereka seperti denaturasi.

10) Protein seperti asam amino menunjukkan amfoter yaitu properti, mereka
dapat bertindak sebagai asam dan alkali.

11) Dapat membentuk garam dengan kedua kation dan anion berdasarkan
muatan bersih.

12) Kelarutan protein tergantung pada pH.

13) Semua protein menunjukkan bidang cahaya terpolarisasi ke kiri, yaitu,


laevorotatory.

21
Sifat kimia protein adalah:
1) Protein ketika dihidrolisis oleh asam, seperti asam pekat HCl hasil amino
dalam bentuk hidroklorida mereka.

2) Ketika Protein dihidrolisis dengan alkali menyebabkan hidrolisis asam


amino tertentu seperti arginie, sistein, serin, dll, juga aktivitas optik dari
asam amino yang hilang.

3) Protein yang reaksi dengan alkohol memberikan ester yang sesuai. Proses
ini dikenal sebagai esterifikasi.

4) Asam amino bereaksi dengan amina membentuk amida.

5) Ketika asam amino bebas atau protein dikatakan bereaksi dengan asam
mineral seperti HCl, garam asam terbentuk.

6) Ketika asam amino dalam medium alkali bereaksi dengan banyak asam
klorida, reaksi asilasi berlangsung.

7) Reaksi Sanger adalah Protein bereaksi dengan reagen FDNB untuk


menghasilkan turunan berwarna kuning, asam amino DNB.

8) Tes Folin adalah tes spesifik untuk asam amino tirosin, di mana warna biru
berkembang dengan asam phosphomolybdotungstic dalam larutan alkali
karena kehadiran kelompok fenol.

c. Berapakah asupan protein yang dianjurkan untuk Tn.Arai per harinya ?

Jumlah protein yang dianjurkan pada atlet untuk membentuk


kekuatan otot dan kecepatan sebesar 1,2 – 1,7 g/kgBB/hari, untuk
endurance/ketahanan dianjurkan 1,2 –1,4 g/ kg BB/hari. Pada latihan
intensitas rendah protein diperlukan 1,4 - 2 g /kg BB, latihan berat
sebesar 2 g/ kg bb BB/hari. dan saat latihan intensif diperlukan 2,2 - 2,9
gr/kg BB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein hewani dan
nabati harus diberikan dalam jumlah kurang lebih sama (Yessis dan
Trubo, 1993).

22
d. Apa akibat dari kelebihan dan kekurangan konsumsi protein?

Efek Kekurangan Protein

Asupan protein yang kurang dari kebutuhan protein harian bisa menimbulkan
sejumlah efek pada kesehatan kita. Untuk dapat mencegah dan
mewaspadainya, simak kondisi-kondisi berikut ini:

1) Edema
2) Kekeringan Kulit
3) Anemia
4) Kerontokan Rambut
5) Penurunan Berat Badan
6) Kesulitan Tidur
7) Gampang Kelelahan
8) Penurunan Fungsi Otak
9) Lambatnya Proses Penyembuhan
10) Kwasiorkor
11) Marasmus
12) Chacexia
13) Gagal Hati
14) Apati

Efek Kelebihan Protein

Kekurangan protein menimbulkan efek yang tak enak, begitu juga kasusnya
saat asupan protein melebihi kebutuhan harian yang seharusnya. Berikut ini
bisa dilihat efek negatif apa saja ketika membiarkan zat protein terlalu
berlebihan di dalam tubuh.

1) Kenaikan Berat Badan


2) Penyakit Ginjal dan Kanker
3) Kerusakan Otak dan Hati
4) Potensi Osteoporosis
5) Peningkatan Kadar Kolesterol
6) Dehidrasi

23
7) Penurunan Ketosis
8) Pengasaman pada darah

e. Mengapa Tn. Arai diminta mengurangi asupan protein padahal ia


memiliki berat badan ideal dan otot yang bagus ?
Karena akibat asupan protein yang berlebihan, mengakibatkan
katabolisme protein meningkat. Katabolisme protein meningkat
mengakibatkan komposisi urin meningkat (urea, asam sitrat, ammonia,
kreatinin) meningkat. Dengan meningkatnya komposisi urin maka berat jenis
urin meningkat dan pH urin menurun (daya larut rendah). Hal ini
mengakibatkan Tn. Arai kesulitan BAK. Selain itu dengan asupan protein
yang berlebihan, maka akan terjadi keseimbangan nitrogen negatif dimana
sintesis lebih sedikit dibandingkan katabolisme yang secara tidak langsung
juga menjelaskan mengapa Tn.Arai kesulitan BAK.
f. Mengapa berat badan Tn. Arai tetap ideal dan memiliki otot yang bagus
padahal sudah mengkonsumsi protein tinggi selama 5 tahun ?
Hal ini disebabkan protein yang dikonsumsi merupakan sumber amino
esensial bagi tubuh. Asam amino esensial berperan dalam membentuk asam
amino non esensial. Salah satu yang termasuk asam amino non esensial yaitu
glutamat. Transaminasi glutamat menghasilkan GABA (Gamma amino butirat
acid) yang menyebabkan asam lemak menurun sedangkan massa otot
meningkat.

24
VI. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN

No. Learning What I Know What I don’t know What i have to How I
Issues prove will
learn
1. Metabolisme - Sifat fisika dan - Sintesis asam - Sintesis asam
Protein
kimia protein amino non amino non
essensial essensial
- Metabolisme - Metabolisme Jurnal,
asam amino asam amino Buku,
essensial essensial dan
- Katabolisme - Katabolisme
protein dan protein dan asam Internet
asam amino amino
- Sifat fisika dan - Sifat fisika dan
kimia protein kimia protein
- Peran vitamin - Peran vitamin
dan mineral dan mineral
dalam sintesis dalam sintesis
asam amino asam amino

2. Siklus urea - Definisi - Mekanisme - Mekanisme


dan keseimbangan siklus urea siklus urea
keseimbangan nitrogen - Jenis – jenis - Jenis – jenis
nitrogen keseimbangan keseimbangan
nitrogen nitrogen

3. Nutrisi dan - Fungsi umum - Jumlah (kadar) - Jumlah (kadar)


Protein protein nutrisi yang nutrisi yang
- Beberapa dibutuhkan oleh dibutuhkan oleh
penyakibat tubuh tubuh
akibat - Manfaat nutrisi - Manfaat nutrisi
kelebihan dan bagi tubuh bagi tubuh
kekurangan - Fungsi protein - Fungsi protein

25
protein - Dampak - Dampak
kelebihan dan kelebihan dan
kekurangan kekurangan
protein protein
4. Diet Tinggi - Definisi - Syarat diet - Syarat diet TKTP
Kalori Tinggi TKTP - Jenis diet TKTP
Protein - Jenis diet TKTP - Bahan makanan
(TKTP) - Bahan makanan TKTP
TKTP
6. Miksi dan - Proses - Proses miksi - Proses miksi
Urin pembentukan - Faktor yang - Faktor yang
urin mempengaruhi memepengaruhi
pembentukan pembentukan
urin urin
- Proses
pembentukan
urin

26
VII. SINTESIS
A. Metabolisme Protein

Pencernaan Protein

Enzim yang disekresi oleh Lambung, Pankreas, dan usus akan mencerna
protein menjadi bentuk yang lebih sederhana dan akhirnya akan diserap dalam
bentuk asam amino.

Protein dalam makanan dicerna  Proteosa  Pepton  Polipeptida 


asam amino

Dalam lambung ada pencernaan protein oleh enzim pepsin, dalam pH rendah
mempunyai kerja yang optimum. Rennin dapat mengkoagulasi susu pada bayi
dan hewan.

Absorbsi

Absorpsi L-asam amino lebih cepat dari pada D-asam amino. Proses ini perlu
energi (transport aktif). Pada keadaan normal tak terjadi absorpsi protin atau
polipeptida namun pada keadaan tertentu dapat terjadi absorpsi protein
/polipeptida (sedikit), misalnya dalam keadaan alergi.

Metabolisme Asam Amino

Katabolisme:

 Katabolisme nitrogen asam amino, menghasilkan amonia (NH3)


kemudian dibawa ke hepar untuk diubah menjadi Urea, dan
dikeskresimoleh ginjal.

27
 Katabolisme kerangka karbon asam amino akan melewati senya
amfibolik

Anabolisme:

 Sintesis protein
 Sintesis produk khusus, misalnya purin, pirimidin, serotonin dll.

Sisa: mengalami katabolisme

Apabila berlebihan kerangka C asam amino dengan melalui senyawa


amfibolik bisa diubah menjadi ATP, asam lemak atau steroid dan disimpan
dalam bentuk glikogen, dan dengan tambahan senyawa lain bisa diubah
menjadi trigliserida.

Pada keadaan kelaparan, katabolisme asam amino meningkat, sehingga


produksi urea meningkat. Kerangka C asam amino akan diubah menjadi
glukose, untuk mempertahankan kadar glukose darah, selain juga diubah
menjadi energi. Pada keadaan kelaparan glikogen hepar telah habis.

Jenis Asam Amino

28
Sintesis Asam Amino

A. Aspartat dan Asparagin

Aspartat merupakan anggota pertama dari keluarga aspartat asam


amino, berasal dari oksaloasetat dalam reaksi transaminasi.

Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah aspartat transaminase .


Aspartat transaminase (AST) (juga dikenal sebagai glutamat oksaloasetat
transaminase, atau GOT), yang paling aktif dari aminotransferase, dan
ditemukan di sebagian besar sel. Karena Isozim AST terjadi baik di
mitokondria dan sitoplasma, reaksinya reversible. Aktivitas enzim ini secara
signifikan mempengaruhi aliran karbon dan nitrogen dalam sel. Keluarga
aspartat juga mengandung asparagin, lisin, metionin, dan treonin. Treonin

29
berkontribusi pada jalur reaksi dimana isoleusin disintesis. Asparagin, amida
dari aspartat, tidak terbentuk langsung dari aspartat dan NH4+.

Asparagin disintesis oleh ATP dari nitrogen amida glutamin dalam


reaksi yang dikatalisasi oleh asparagin sintetase. Dalam beberapa bakteri,
asparagin sintetase mengkatalisis pembentukan asparagin dari aspartat
menggunakan amonia daripada glutamat sebagai sumber dari kelompok
amida. Reaksi ini mirip dengan reaksi yang dikatalis oleh glutamine sintetase.
Dalam beberapa kasus, asparagin sintetase dapat menggunakan salah amonia
atau glutamat sebagai substrat. (Horton.2006)

B. Lisin, Metionin, dan Threonine

Aspartat adalah komponen awal dari lisin, metionin, treonin dan. tahap
ini dikatalis oleh aspartat semialdehid dehidrogenase. Kedua enzim terdapat
dalam bakteri, protista, jamur, dan tanaman tetapi tidak ditemukan pada
hewan. Akibatnya, hewan tidak dapat mensintesis lisin, metionin, dan treonin.
(Horton.2006)

30
C. Alanin, Valin, Leusin, dan Isoleusin

Keluarga piruvat terdiri dari alanin, valin, leucine, dan isoleucine. Alanine
disintesis dari piruvat dalam satu langkah:

Piruvat bergabung dengan α-ketobutyrate melalui serangkaian tiga reaksi yang


mengarah ke rantai bercabang antara α-keto-β-methylvalerate. Kompleks ini
kemudian dikonversi ke isoleusin dalam reaksi transaminasi. Enzim yang
menjadi katalis sintesis α-keto-β-methylvalerate juga mengkatalisis sintesis
dari-ketoisovalerate dengan menggabungkan dua molekul piruvat daripada
satu molekul piruvat dan satu molekul α-ketobutyrate. α-Ketoisovalerate
diubah langsung ke valin oleh valin transaminase. Enzim yang sama yang
mengkatalis sintesis isoleusin dari α-keto-β-methylvalerate

Valine dan isoleusin disintesis paralel dengan empat enzim yang sama.
Sintesis valin diawali dengan kondensasi piruvat dengan hidroksietil - TPP
( produk dekarboksilasi dari piruvat tiamin pirofosfat ).Produk α-acetolactate
kemudian dikurangi untuk membentuk α,β- dihydroxyisovalerate diikuti oleh
dehidrasi α- ketoisovalerate . Valin diproduksi dalam reaksi transaminasi
berikutnya.

Sintesis isoleusin juga melibatkan hidroksietil - TPP , yang mengembun


dengan α- ketobutyrate untuk membentuk α- aceto - α- hidroksibutirat . ( α-
Ketobutyrate berasal dari reaksi deaminasi L - treonin dengan katalis treonin
deaminase . ) α, β - Dihydroxy -β- methylvalerate , berkurangnya produk α-
aceto - α- hidroksibutirat , dan hilangnya molekul H2O , maka terbentuklah α-
keto-β-methylvalerat . isoleusin kemudian dihasilkan selama reaksi

31
transaminasi . Langkah pertama dari biosintesis leusin dari α- ketoisovalerate ,
asetil CoA menyumbangkan dua unit karbon . Leusin terbentuk setelah
isomerisasi , pengurangan , dan transaminasi . (Trudy McKee.2004)

D. Glutamat , Glutamin , Arginin , dan Prolin

Keluarga glutamat meliputi glutamate,glutamin, prolin, dan arginin. Seperti


dijelaskan, α-ketoglutarat mungkin dikonversi menjadi glutamat oleh aminasi
reduktif dan oleh reaksi transaminasi melibatkan sejumlah asam amino.
Meskipun kontribusi relatif dari reaksi sintesis glutamat bervariasi dengan
jenis sel dan kondisi metabolisme, transaminasi memainkan peran utama
dalam kebanyakan sintesis molekul glutamat dalam sel eukariotik. Selain
sebagai komponen protein dan sebagai prekursor untuk asam amino lainnya,
glutamat juga digunakan dalam sistem saraf pusat sebagai neurotransmitter
rangsang. (Trudy McKee.2004)

Pengubahan glutamat menjadi glutamin, dikatalisis oleh glutamin sintase,


yang berlangsung di sejumlah jaringan mamalia (hati, otak, ginjal, otot, dan
usus). BCAA ( rantai cabang asam amino) merupakan sumber penting dari
gugus amino dalam sintesis glutamine. Gugus amino BCAA mungkin
digunakan terutama untuk sintesis asam amino nonesensial. Selain perannya
dalam sintesis protein, glutamine adalah pendonor gugus amino dalam
berbagai reaksi biosintesis (misalnya, purin, pirimidin, dan sintesis gula

32
amino) dan sebagai bentuk penyimpanan dan transportasi yang aman dari
NH4+ . (Trudy McKee.2004)

Prolin merupakan turunan glutamat. γ-glutamyl fosfat direduksi menjadi


glutamat-y-semialdehid. enzim yang mengkatalisis fosforilasi glutamat (γ-
glutamil kinase) diatur oleh umpan balik negatif inhibisi oleh prolin. Siklus
glutamat-γ-semialdehid spontan membentuk Δ-pyrroline-5-karboksilat.
Reduktase Δ-pyrroline-5-karboksilat mengkatalisis reduksi Δ-pyrroline-5-
karboksilat membentuk prolin. interkonversi Δ-pyrroline-5-karboksilat dan
prolin dapat bertindak sebagai shuttle mekanisme untuk mentransfer
kekurangan ekivalen yang berasal dari jalur fosfat pentosa ke dalam
mitokondria. Prolin juga dapat disintesis dari ornithine, pada siklus urea.
(Trudy McKee.2004)

E. Serine, Glycine, and Cysteine

Tiga asam-serin, glisin, dan amino sistein-berasal dari glikolitik /


gluconeogenic 3-fosfogliserat. Serin disintesis dari 3 -phosphoglycerate dalam
tiga langkah. Pertama, substituen hidroksil sekunder 3-fosfogliserat dioksidasi
menjadi kelompok keto, membentuk 3-phosphohydroxypyruvate. Senyawa ini
mengalami transaminasi dengan glutamat untuk membentuk 3-phosphoserine
dan α-ketoglutarat. Akhirnya, 3 - phosphoserine dihidrolisis untuk
memberikan serin dan Pi. (Horton.2006)

Serin merupakan sumber utama dari glisin melalui reaksi reversibel yang
dikatalisasi oleh serin hydroxymethyltransferase . Dalam mitokondria tanaman
dan bakteri, aliran fluks reaksi ini adalah menuju serin yang menyediakan rute
ke serin yang berbeda atau yang lain. Reaksi Serin hydroxymethyltransferase

33
membutuhkan dua kofaktor: PLP gugus prostetik dan kosubstrat
tetrahydrofolate. (Horton.2006) Pada sebagian besar spesies, biosintesis sistein
dari serin terjadi dalam dua langkah Pertama, gugus asetil dari asetil CoA
ditransfer ke substituen b-hidroksil serin, membentuk O-acetylserine.
Selanjutnya, digantikan oleh kelompok sulfide asetat untuk membentuk
sistein. (Horton.2006) Serin adalah sumber utama dari glisin. Jumlah yang
lebih kecil dari glisin dapat diturunkan dari kolin.

Sintesis glisin dari kolin terdiri dari dehydrogenations dan serangkaian


dimethylations. Glisin bertindak sebagai penghambat neurotransmitter dalam
sistem saraf pusat. Ketika pemancar neuro penghambatan mengikat reseptor
sel saraf, yang biasanya terkait dengan saluran klorida, membran menjadi
hiper-terpolarisasi dikarenakan membran lebih negatif dalam neuron
terpolarisasi daripada di neuron yang sedang istirahat. (Trudy McKee.2004)

34
Sintesis sistein adalah komponen utama dari metabolisme belerang. Kerangka
karbon sistein berasal dari serin. Hewan tidak memiliki jalur biosintesis sistein
yang normal. Namun demikian, sistein masih dapat disintesis pada hewan
sebagai produk sampingan degradasi metionin. Dalam langkah pertama, serin
mengembun dengan homosistein, senyawa antara dalam biosintesis metionin.
Produk dari reaksi kondensasi, cystathionine, dibelah menjadi ketobutyrate
dan sistein. (Horton.2006)

F. Fenilalanin , Tirosin , dan Triptofan

Keluarga aromatic asam amino meliputi fenilalanin, triptofan dan


tirosin. Kunci penjelasan dari jalur sintesis asam amino aromatik adalah dari
beberapa pengamatan bakteri dengan mutasi gen tunggal yang membutuhkan
sebanyak lima senyawa untuk pertumbuhan : fenilalanin , tirosin , triptofan , p
- hydroxybenzoate , dan p - aminobenzoate . Senyawa ini semuanya
mengandung cincin aromatik . ketidakmampuan mutan tumbuh tanpa senyawa
ini akan dibatalkan pada saat shikimate tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa
metabolit ini merupakan perantara dalam biosintesis semua senyawa aromatik.
Chorismate , turunan dari shikimate , adalah cabang dalam sintesis asam
amino aromatik . Jalur untuk shikimate dan chorismate dimulai dengan
kondensasi fosfoenolpiruvat dan erythrose 4 - fosfat untuk membentuk tujuh
turunan gula karbon dan Pi. Jalur dari shikimate ke chorismate melibatkan
fosforilasi shikimate , penambahan gugus asetil dari fosfoenolpiruvat , dan

35
defosforilasi. Hewan tidak memiliki enzim dari jalur chorismate . Mereka
tidak dapat mensintesis chorismate dan , akibatnya , tidak dapat mensintesis
salah satu asam amino aromatik . (Horton.2006)

Dalam sintesis fenilalanin pada E. coli, chorismate bifunctional


dehydratase mutase-prephenate mengkatalisis penataan chorismate untuk
menghasilkan prephenate, suatu senyawa yang sangat reaktif. Selanjutnya,
enzim mengkatalisis penghapusan ion hidroksida dan CO2 dari prephenate
untuk membentuk sepenuhnya aromatic phenylpyruvate produk, yang
kemudian ditransaminasi untuk fenilalanin. Sebuah chorismate bifunctional
mutase-prephenate dehidrogenase yang mirip mempercepat pembentukan
prephenate dan kemudian 4-hydroxyphenylpyruvate di cabang tirosin. Dan
mengalami transaminasi perantara untuk membentuk tirosin. Beberapa bakteri
dan beberapa tanaman mengikuti jalur yang sama dari chorismate ke
fenilalanin dan tirosin sebagai E. coli meskipun mutase chorismate dan
dehydratase prephenate atau kegiatan dehidrogenase prephenate berada di
rantai polipeptida terpisah.

Beberapa bakteri lain menggunakan jalur alternatif di mana prephenate


pertama ditransaminasi dan kemudian dekarboksilasi. Biosintesis triptofan
dari chorismate membutuhkan lima enzim. Langkah pertama, nitrogen amida
glutamin ditransfer ke chorismate; eliminasi dari gugus hidroksil dan piruvat
bagian yang berdekatan dari chorismate menghasilkan aromatik senyawa
anthranilate . Dua reaksi akhir dari biosintesis triptofan dikatalisis oleh
tryptophan synthase. Dalam beberapa organisme , dua domain katalitik
independen sintase tryptophan terdapat pada rantai polipeptida tunggal . Pada

36
organisme lain , enzim terdiri dari dua jenis subunit dalam tetramer α2β2 .
Subunit alfa atau domain mengkatalisis pembelahan indole gliserol fosfat
menjadi gliseraldehida 3 - fosfat dan indole . Subunit beta atau domain
mengkatalis kondensasi indole dan serin dalam reaksi yang memerlukan PLP
sebagai kofaktor . Indole yang dihasilkan dalam reaksi, dikatalis oleh alfa
subunit tetramers α2β2 kemudian disalurkan atau ditransfer langsung ke situs
aktif dari subunit β . Ketika struktur tiga dimensi dari sintase triptofan dari
Salmonella typhimurium ( organisme sintase triptofan yang memiliki struktur
oligomer α2β2 ) ditentukan dengan kristalografi sinar-X , ditemukan sebuah
terowongan tempat bergabungnya situs aktif α dan β. Diameter terowongan
sesuai dengan dimensi molekul indole , jadi bagian dari indole yang melalui
terowongan akan menjelaskan mengapa indole tidak berdifusi.

G. Histidin

10 langkah biosintesis histidin pada bakteri diawali dengan kondensasi


antara cincin pirimidin dengan turunan ribosa , phosphoribosyl pirofosfat
(PRPP) . Pada reaksi berikutnya ,enam bagian dari cincin adenin dibelah, dan
glutamine akan memberikan atom nitrogen yang dimasukkan melalui tahap
siklisasi ke cincin produk imidazol , imidazole gliserol fosfat. Sebagian besar
atom karbon dan nitrogen dari ATP yang dibebaskan sebagai aminoimidazole
carboxamide ribonucleotide, dalam biosintesis purin (Bagian 18.1). Metabolit
ini kemudian dapat didaur ulang menjadi ATP. Imidazole gliserol fosfat
mengalami dehidrasi, transaminasi oleh glutamat, penghapusan hidrolitik dari
fosfat, dan oksidasi dari tingkat alkohol primer dengan asam karboksilat dalam
dua langkah berurutan, membentuk histidin. (Horton.2006)

37
Katabolisme Asam Amino

38
Terdapat 3 vitamin yang terlibat dalam metabolisme asam amino yaitu :

a. Vitamin B6
Bentuk aktif dari vitamin B6 adalah peridoksal fosfat, yang
selalu terdapat dalam bentuk aminopiridoksumin fosfat, yang
berfungsi sebagai gugus prostetik sejumlah enzim yang
mengkatalisis reaksi mentabalisme asam amino, transaminasi,
dekarboksilasi dan rasemisasi. transaminasi yang dikatalisis
oleh transaminasi atau aminotransferase, piridoksal fosfat
yang terikat kuat, berfungsi sebagai pembawa sementara
gugus amino dari senyawa donor yaitu asam -amino,
menuju senyawa penerima gugus amino yaitu asam -keto

b. Asam folat (tetrahydrofolate)


Asam tetrahidrofolat (FH4) atau TGF berfungsi sebagai pembawa
sementara gugus 1- karbon di dalam sejumlah reaksi enzimatik
yang kompleks. Di sini, gusgus metil (-CH3), metelen (-CH2),
metinil (-CH = ), formil (-CHO), atau formino (-CH = NH)
dipindahkan dari satu molekul ke molekul lainnya.

c. Vitamin B12
Terdapat dua jenis reaksi enzimatik yang memerlukan koenzim
vitamin B12 jenis pertama mengakatalisis penggeseran 1,2 suatu
atom hidrogen dari satu atom karbon substrat ke atom berikutnya
dengan pengeseran 2,1 (terbalik) yang serentak dari beberapa gugus
lainnya, alkil, karboksil, hidroksil atau gugus amino. Jenis reaksi
yang kedua, koenzim B12 tertindak sebagai pembawa gugusan
metil yang didapat dari N5 metiltetrahidrobolat, terhadap molekul
akseptor yang sesaui, dalam suatu reaksi, gugus metil menduduki
posisi, S-deaksi adensil dari koenzim B12, suatu contoh adalah
metilasi dari homosistein untuk menghasilkan metionin

39
B. Siklus Urea dan Keseimbangan Nitrogen

Tahapan:

1. Transaminasi
Transaminase adalah proses katabolisme asam amino yg melibatkan
pemindahan/pelepasan gugus amino (-NH2) yang mengandung
nitrogen, dari satu asam amino kepada asam amino yang lain.

Alanin transaminase
AA + asam piruvat asam α keto + alanine

Glutamat transaminase
AA + asam α ketoglutara asam α keto + asam glutamat

gugus (-NH2) yang dilepaskan diterima oleh suatu asam keto sehingga
terbentuk asam amino baru (alanin, asam glutamat) dan asam keto lain. Reaksi
transaminasi bersifat reversibel, pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang
hilang, karena gugus amino yg dilepaskan oleh asam amino diterima oleh
asam keto.

2. Deaminasi oksidatif
gugus -NH2 dilepaskan dalam bentuk amonia yang kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh dalam bentuk Urea dalam urine.

Glutamate dehidrogenase
Asam glutamat + NAD+ asam α ketoglutarat + NH4+ + NADH + H+

Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk NH4+
(amonia).

3. Transpor amonia
Karena amonia / ammonia (NH3) bersifat racun, maka diangkut dari
jaringan menuju ke hepar tidak dalam bentuk bebas (NH3/ NH4+).
Dari berbagai jaringan diubah menjadi asam amino Glutamin.
Glutamat (Glu) + NH4+ + ATP  Glutamin (L-Gln) + ADP + Pi

40
Glutamin sintase Glutamat didapat dari alfa-Ketoglutarat (TCA cycle)
melauli transaminasi dengan asam amino lain. Glutamin kemudian
diangkut ke hepar, sebagian ke ginjal, dan ke usus. Dalam hepar/hati
Glutamin (Gln) dihidrolisis menggunakan enzim Glutaminase untuk
melepas NH3 yang akan masuk ke siklus Urea. Reaksinya:

Gln + H2O  Glu + NH4+

Glutaminase Dalam ginjal Glutaminase membebaskan NH3 untuk


dieksresi sebagai kelebihan asam tubuh sebagai upaya
mempertahankan pH darah.

Siklus Urea

41
1. Sintesis (pembentukan) karbamil fosfat

O O

CO2 + NH3 + 2ATP + H2  H2N-C-O-P-O- + 2 ADP + Pi

karbamil fosfat

Enzim: karbamilfosfat sintetase

2. Pembentukan sitrulin
L-ornitin + karbamil fosfat  L-sitrulin + H3PO4
Enzim : Ornitin transkarbamilase yang terdapat pada bagian
mitikondria sel hati.

3. Pembentukan argininosuksinat

L-sitrulin enolat L-sitrulin + asam aspartat + ATP asam


argininosuksinat + MPP + PP Enzim : argininosuksinat sintetase

Sebagai sumber energi : ATP dengan melepaskan gugus fosfat berubah


menjadi AMP

4. Penguraian asam argininosuksinat

asam argininosuksinat L-arginin + asam fumarat

Enzim : argininosuksinase, enzim yg terdapat dalam hati dan ginjal

5. Penguraian arginin

L-arginin + H2O  H2N – C – NH2 + L-ornitin

O urea

Enzim : arginase

42
C. Nutrisi dan Protein

Fungsi dan Kebutuhan Protein dalam Tubuh Manusia

1. Pembentukan otot dan sel-sel di dalam tubuh


2. Sebagai enzim
3. Protein untuk hormon
4. Alat pengangkut dan alat penyimpan
5. Pengatur pergerakan
6. Penunjang mekanis
7. Pertahanan tubuh/Imunisasi
8. Media perambatan impuls syaraf
9. Pengendalian pertumbuhan
10. Protein kontraktil
11. Menyeimbangkan produksi hormone
Sebagai dasar perhitungan, kecukupan protein = 10-15 % dari total
suplai kalori. Misalnya 10% dari kecukupan energi = 210 kalori = 52,5 gram
protein, (1 kalori = 4 gram protein) (Suhardjo dan Clara, 1992).

Angka kecukupan protein yang dianjurkan (tiap orang per hari) dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:

43
Bahan makanan sehari adalah berupa makanan biasa ditambahkan
dengan bahan makanan yang ditambahkan yaitu berupa susu, telur ayam,
daging, formula komersial, dan gula pasir. Adapun pembagian makanan
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8.

44
Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein

a. Akibat Kekurangan Protein


1) Kwashiorkor
Istilah Kwashioskor pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Cecily Wiliams pada tahun 1993 di Ghana, Afrika. Penyakit ini
lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang
komposisi gizi makanannya tidak seimbang terutama dalam hal
protein (Yuniastuti, 2008).
Gejala penyakit Kwashioskor (Widodo, 2009), adalah
sebagai berikut:
- Pertumbuhan terhambat.
- Otot-otot berkurang dan lemah.
- Bengkak (edema) terutama pada perut, kaki dan tangan.
- Muka bulat seperti bulan (moonface).
- Gangguan psikimotor.
- Nafsu makan kurang.

45
- Apatis.
Ciri-ciri penyakit Kwashioskor (Ellya, 2010), adalah sebagai
berikut:
- Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam.
- Kulit tampak kering (xerosis) dan memberi kesan kasar
dengan garis-garis permukaan yang jelas.
- Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit
yang menunjukkan hiperpigmentasi dan kulit dapat
mengelupas dalam lembar yang besar, meninggalkan
dasar yang licin berwarna putih mengkilat.
- Perut anak membuncit karena pembesaran hati.

2) Marasmus
Marasmus berasal dari kata yunani yang bearti wasting
(merusak). Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi
(12 bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan.
Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak
diantara kelompok sosial ekonomi rendah di sebagian besar
negara sedang berkembang dan lebih banyak dari kwashiorkor
(Yuniastuti, 2008).
Gejala penyakit Marasmus (Widodo, 2009), adalah sebagai
berikut:
- Pertumbuhan yang terhambat.
- Lemak dibawah kulit berkurang.
- Otot-otot berkurang dan melemah.
- Muka seperti orang tua (0ldman’s face).
b. Akibat Kelebihan Protein

Jika terlalu berlebihan mengkomsumsi protein juga akan sangat


membebani kerja ginjal. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan
tubuh. Makanan yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga
menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk
menurunkan berat badan berkurang beralasan. Kelebihan protein pada bayi
dapat memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan

46
mengeluarkan kelebihan nitrogen dan juga dapat menyebabkan asidosis,
dehidrasi, diare, kenaikan amonia darah, kenaikan ureum darah, dan demam
(Ellya, 2010).

D. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), yang sering juga disebut
dengan diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) yaitu diet yang mengandung
energi dan protein di atas kebutuhan normal (Almatsier, 2006). Diet ini
diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah dengan makanan sumber
protein tinggi seperti susu, telur, dan daging. Diet ini diberikan bila pasien
telah mempunyai nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap.
Pemberian diet TKTP ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan
protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh, dan untuk menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal
(Almatsier, 2006).

Adapun syarat-syarat diet TKTP ini adalah energi tinggi, yaitu 40-45
kkal/kg BB; protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB; lemak cukup, yaitu 10-25 %
dari kebutuhan energi total; karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan
energi total; vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal; dan
makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna (Almatsier, 2006).

Pemberian diet TKTP disesuaikan dengan jenis diet TKTP yang harus
diberikan. Adapun jenis diet TKTP adalah berupa diet TKTP I dan diet TKTP
II. Diet TKTP I dengan energi 2600 kkal dan protein 100 g (2 g/kg BB). Diet
TKTP II dengan energi 3000 kkal dan protein sebesar 125 g (2,5 g/kg BB).
Indikasi pemberian diet TKTP ini adalah pada penderita Kurang Energi
Protein (KEP); sebelum dan setelah operasi tertentu multitrauma, serta selama
radioterapi dan kemoterapi; pada pasien luka bakar berat dan baru sembuh dari
penyakit dengan panas tinggi; pasien penderita hipertiroid, hamil, dan post-
partum dimana kebutuhan energi dan protein meningkat (Almatsier, 2006).

Selanjutnya, untuk bahan makanan TKTP adalah bahan makanan biasa


seperti yang terdapat pada Tabel 2.8. ditambahkan dengan bahan makanan

47
seperti pada Tabel 2.10. dan nilai gizi berdasarkan jenis diet TKTP nya dapat
dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.10. Bahan Makanan untuk Diet TKTP yang ditambahkan pada
Makanan Biasa

Menurut Almatsier (2006), ada beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan berdasarkan golongan bahan makanan dalam diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP). Adapun bahan makanan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan dalam
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)

48
E. Miksi dan Urin
Urin

49
 Warna: zat warna pada urin berasal dari bilirubin yang teroksidasi menjadi
urobilinogen dan memberikan warna kuning pada urin.
 Berat Jenis: Berat jenis urin normal berkisar antara 1,003-1,030, dengan rata-
rata 1,020. Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari,
sedangkan berat jenis terendah terdapat dalam urine yang dihasilkan 1 jam
setelah intake cairan yang cukup banyak. Berat jenis ini memberikan
gambaran tentang fungsi dari tubulus
 pH: pH urin yang normal berkisar antara 5,4-7,8, dengan rata-rata 6,2.
 Volume urin: Volume urin bagi orang dewasa normal berkisar antara1200-
1500 ml/jam. Dengan frekuensi buang air kecil setiap 3 jam sekali atau tidak
lebih dari 8 kali sehari.

Proses Pembentukan Urin

Penyaringan (Filtrasi)

Filtrasi darah terjadi di kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada


glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga
mempermudah proses penyaringan.

Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang


komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat
glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
garam-garam lainnya.

Penyerapan (Absorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar


dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus
renal tidak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab
untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60%
kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus
proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler
peritubular yang memfasilitasi pergerakan dari komponen cairan tubulus melalui 2
jalur: jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan

50
(substance) dibawa oleh sel dari cairan tubulus melewati epical membrane plasma
dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral
membrane plasma.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder


yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-
zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-
zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`,
dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.

1. Penyerapan Kembali (Reabsorbsi)

Pada pertengahan proksimal pertama, natrium diabsorpsi bersama dengan


glukosa dan asam amino. Jumlah natrium yang direabsorpsi sebanding dengan
jumlah H2O yang direabsorpsi, karena H20 begerak secara osmosis keluar dari
lumen tubulus, sehingga osmolalitas cairan pada bagian proximal tetap sama
dengan osmolalitas pada filtrat glomerus yaitu 300 mOsm/l.Pada pertengahan
proksimal kedua, natrium banyak direbasorpsi bersama Cl-. Reabsorpsi natrium
ini bersama dengan ion dan zat lain ini menggunakan cara co-transpor dan difusi
atau osmosis, sementara air seperti yang dijelaskan di atas tetap mengikuti kadar
Na. Pada sepanjang bagian ansa henle tipis dan ansa henle asenden tebal,
membran tubulus menjadi impermeabel terhadap air dan sangat permeabel
terhadap natrium, sehingga urin menuju tubulus distal osmolalitasnya lebih kecil
yaitu 100 mOsm/l. Walaupun jika terdapat ADH di bagian tubulus ini, ADH tidak
dapat bekerja, karena membran tubulus impermeabel terhadap air. Pada bagian
tubulus distal, disinilah tempat hormon-hormon seperti aldosteron dan ADH dapat
berkeja aktif untuk masing-masing mereabsoprsi natrium dan H2O, untuk
menentukan seberapa pekat volume urin yang akan dihasilkan. Sementara zat-zat
sisa seperti kreatinin dan asam urat, setelah proses filtrasi akan langsung di
ekskresi melalui tubulus, tanpa ada proses reabsorpsi lagi. Sedangkan kalium dan
ureum, masih dapat disekresikan ke lumen. Pada tubulus kolingentes, duktus
kolingentes kortikal, dan duktus kolingentes medula, masih terdapat reabsorpsi
natrium dan air 10%. Pada duktus kolingentesmedula, urem masih dapat
disekresikan ke lumen tubulus ubtuk dapat diekskresi bersama urin.

51
2. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter
adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme
adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini
sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20,
NHS, zat warna empedu, dan asam urat.

Miksi

Miksi atau urinisasi merupakan proses pengosongan kandung kemih.


Selama proses berkemih otot-otot perinium dan sfingter uretra eksterna
relaksasi, otot detrusor berkontraksi dan urin akan mengalir melalui
uretra. Kontraksi otot-otot perinium dan sfingter eksterna dapat dilakukan
secara volunter, sehingga mencegah urin mengalir melewati uretra atau
menghentikan aliran urin saat sedang berkemih (Guyton, 2006). Proses
pengosongan kandung kemih terjadi bila kandung kemih terisi penuh.
Proses miksi terdiri dari dua langkah utama:
1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah

52
kedua. Terjadinya distensi atau peningkatan tegangan pada kandung
kemih mencetuskan refleks I yang menghasilkan kontraksi kandung
kemih dan refleks V yang menyebabkan relaksasi uretra.
2. Timbul refleks saraf yang disebut reflek miksi (refleks berkemih)
yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal
setidaknya menimbulkan kesadaran dan keinginan untuk berkemih.
Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan mengaktifkan
refleks II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih dan IV
sehingga stingfer eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin
dapat keluar. Jika tejadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan
karena sumbatan, atau kelemahan sfingter uretra maka akan
mengaktifkan refleks III, sehingga kontraksi kandung kemih melemah.
Jika sudah tiba saat berkemih, pusat cortical dapat merangsang
pusat berkemih sacral untuk membantu mencetuskan refleks
berkemih dan dalam waktu yang bersamaan menghambat sfingter
eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi
(Guyton, 2006).

53
VIII. KERANGKA KONSEP

54
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
tn. Arai, 28 tahun, mengalami penurunan diuresi karena mengalami peningkatan
katabolisme protein.

55
DAFTAR PUSTAKA

Murray, R.K., dkk. 2014. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC

tt. Metabolisme Protein. http://digilib.unila.ac.id, diunduh pada 18 April 2017, pukul 19.05
WIB

tt. Biosintesis Asam Amino. http://jurnal.fkm.unand.ac.id, diunduh pada 18 April 2017, pukul
19.39 WIB

tt. Protein dan Asam Amino. http://repository.usu.ac.id, diunduh pada 19 April 2017, pukul
16.45 WIB

tt. Miksi dan Urin. http://repository.usu.ac.id, diunduh pada 19 April 2017, pukul 17.09 WIB

tt. Nutrisi. http://www.mcahyadi.staff.uns.ac.id, diunduh pada 19 April 2017, pukul 21.07


WIB

tt. Siklus Urea dan Keseimbangan Nitrogen. http://digilib.unimus.ac.id, diunduh pada 18


April 2017, pukul 19.27 WIB

Horton, Robert.dkk . 2012. Principle of Biochemistry 5th ed. New York : Pearson Education

Mc-kee . 2004 . Biochemistry: The Molecular Basis of Life, 3rd ed. New York : Hill
Companies

tt. Vitamin. http://digilib.unimus.ac.id, diunduh pada 19 April 2017, pukul 18.45 WIB

Stoelting Robert K, MD, editor. Pharmacology and Physiology in Aneshtetic Practice.


Philadelphia: JB Lippicott Company, 1987; 761-79.

Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 1983; 599-625

tt. Pedoman Gizi. http://gizi.depkes.go.id, diunduh pada 18 April 2017, pukul 20.00 WIB

tt. Fungsi Protein. https://www.academia.edu, diunduh pada 18 April 2017, pukul 20.00 WIB

56

Anda mungkin juga menyukai