Anda di halaman 1dari 48

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA

DENGAN ASUPAN (Zn, Fe, dan Se) PADA MAHASISWA


BARU SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAITURAHIM JAMBI TAHUN 2021

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH :
DIAN SAFITRI
201731030

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja adalah transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa disertai
mengalami beberapa perubahan (Santrock, 2007). Dalam mengalami
perubahan, remaja menghadapi berbagai masalah terkait dengan perubahan
fisik, kecukupan gizi, perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang
dapat mempengaruhi kesehatan (IDAI, 2015). Maka dari itu, masa remaja
merupakan masa yang lebih membutuhkan banyak nutrisi zat gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2004). Akibat adanya
perubahan biologis, psikologis dan masalah kecukupan gizi pada remaja
menimbulkan beberapa masalah kesehatan (Indartanti, 2014). Berbagai
perubahan menunjukkan tanda-tandanya, mulai dari pertumbuhan fisik yang
relatif cepat, mental, emosional, bahkan sosial (Ida Mardalena, 2017).
Pada masa remaja akhir dan dewasa awal yaitu pada mahasiswa
diploma dan sarjana (umumnya 18-24 tahun) pada umumnya berumur antara
17 hingga 24 tahun. Pada usia tersebut individu berada, Hurlock (2006) .
Mahasiswa merupakan kelompok usia produktif yang termasuk dalam periode
dewasa awal. Dalam perkembangannya mereka memerlukan asupan gizi yang
seimbang supaya terhindar dari berbagai penyakit degeneratif yang berdampak pada
penurunan produktivitas. Masalah gizi yang timbul pada seseorang disebabkan
karena adanya ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran. Kesehatan
seseorang salah satunya ditentukan oleh asupan gizi. Gizi seseorang tidak
hanya memperhatikan asupan energi saja tetapi juga perlu diperhatikan zat
gizi makro maupun zat gizi mikro yang sesuai dengan kebutuhan dan kualitas
bahan makanan.
Kekurangan dalam mengkonsumsi makanan baik jumlah maupun
mutunya akan menyebabkan kurang gizi seperti Kurang Energi Kronik
(KEK), Anemia, Kurang Vitamin A (KVA), dan Gangguan Akibat Yodium
(GAKY). Apabila konsumsi makanan terlalu berlebihan tanpa diimbangi

2
kegiatan fisik yang cukup,akan menimbulkan kegemukan atau obesitas
(Rohan,2013).
Masalah gizi yang juga perlu mendapat perhatian diperhatikan pada
masa remaja dan dewasa awal adalah anemia. Hasil RISKESDAS 2018
menyebutkan sebanyak 32% kelompok usia 15-24 tahun mengalami anemia.
27,2% anemia terjadi pada perempuan, sedangkan pada laki-laki sebanyak
20,3%. Remaja wanita akan mengalami siklus menjadi dewasa dan menjadi
calon ibu hamil. Ibu hamil di Indonesia yang mengalami anemia adalah 48,9
% dan 84,6 % diantaranya terjadi pada fase remaja (Kemenkes RI, 2018).
Asupan zat gizi berguna untuk mendapatkan pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal tidak hanya dipenuhi dari energi yang berasal
dari zat gizi makro, namun juga diperlukan dari zat gizi mikro. Vitamin
merupakan zat organik yang kompleks dan dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat kecil namun tidak dapat dibentuk oleh tubuh (Almatsier, 2009). Tidak
beragamnya asupan makanan dan pengetahuan yang kurang merupakan salah
satu faktor risiko anemia pada remaja (Chalise et al., 2018 & Gebreyesus et
al., 2019).
Menurut Hardiansyah dkk (2017) anemia adalah suatu keadaan
kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang terutama disebabkan
oleh kekurangan zat gizi mikro (khususnya zat besi) yang diperlukan untuk
membentuk Hb. Anemia bukan percerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Pada
pria hemoglobin normal adalah 14-18 gr % dan eitrosit 4,5-5,5 jt/mm 3.
Sedangkan pada perempuan, hemoglobin nornal 12-16 gr % dengan eritrosit
3,5-4,5 jt/mm3.
Anemia gizi dapat timbul karena kekurangan salah satu atau beberapa
zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin seperti zat besi,
asam folat, vitamin B12, protein, dan vitamin C. Penyebab utama anemia gizi
besi adalah asupan zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang
rendah serta pola makan yang kurang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan

3
penyebab anemia sekarang tidak hanya defisiensi besi tetapi juga defisiensi zat
gizi mikro yang lain seperti Asam Folat, Vitamin B12, B2, B6, Zn, Cu, dll
(masukkan ya Fe, Zn, Se). Faktor lain penyebab anemia gizi antara lain sosial
ekonomi, pendidikan, status gizi, perilaku makan, fasilitas kesehatan,
pertumbuhan, daya tahan tubuh, dan infeksi. Pemilihan pola konsumsi
makanan seperti jenis makanan dan frekuensi makanan yang dikonsumsi pun
dapat berpengaruh terhadap nilai kadar hemoglobin seseorang (Amelia, dkk.
2016)
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau
merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila remaja
mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka
akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar
dari berbagai akibat atau risiko dari terjadinya anemia. Perilaku kesehatan
yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada remaja
(Setiawati, 2013).
Pengetahuan gizi berperan dalam memberikan cara memilih pangan
dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Tingkat
pengetahuan yang menentukan perilaku konsumsi pangan salah satunya
didapat melalui jalur pendidikan gizi yang umumnya dipandang lebih baik
diberikan sedini mungkin untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki
kebiasaan konsumsi pangan (Imran, 2015).
Pengetahuan yang kurang tentang anemia mempunyai pengaruh
terhadap perilaku kesehatan pada remaja, Pengetahuan yang kurang akan
berakibat pada kurang optimalnya perilaku kesehatan remaja untuk mencegah
terjadinya anemia. Remaja yang mempunyai pengetahuan kurang tentang
anemia dapat berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang mengandung
zat besi (Purbadewi, 2013).
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia adalah
pengetahuan. Pengetahuan gizi remaja merupakan kemampuan untuk
menerapkan informasi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang kurang menyebabkan bahan

4
makanan bergizi yang tersedia tidak dikonsumsi secara optimal (Anwar,
2009).
Selain zat gizi tersebut terdapat zat gizi mikro lain yang berperan
dalam pembentukan hemoglobin seperti seng (Zn). Secara tidak langsung
defisiensi seng akan mempengaruhi metabolisme besi (Amelia, dkk. 2016).
Kenapa? Coba dijelaskan
Zat besi merupakan zat gizi utama yang berperan penting sintesis
hemoglobin sehingga kurangnya asupan zat besi yang diperoleh dari bahan
makanan menyebabkan kadar hemoglobin menurun. Selain itu, jumlah zat
besi dalam tubuh juga dipengaruhi oleh faktor penghambat penyebab zat besi
banyak terdapat dalam bahan makanan seperti fitat yang terkandung dalam
kacang-kacangan, biji-bijian, posfitin yang terkandung dalam kuning telur,
oksalat yang terkandung dalam sayuran, dan tanin yang terkandung dalam teh
dan kopi (Hamidiyah,2020).
Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat
menimbulkan anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit
kurang darah. Kekurangan konsumsi makanan sangat penting dalam
membantu meningkatkan Fe. protein hewani, Vitamin C,Vitamin A,Zink (Zn),
asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam
tubuh. Makanan sumber Fe dari bahan makanan hewani (heme) lebih mudah
diserap dari pada Fe dari bahan makanan nabati (non heme) yaitu 20-30%
dibandingkan hanya 2-10% saja untuk sumber dari sayuran (Ernalia &
Tamba,2019)
Zinc merupakan zat gizi mikro yang mempengaruhi metabolisme besi.
Zinc berinteraksi dengan besi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Interaksi tidak langsung antara zinc dan besi dapat terjadi melalui peran zinc
dalam sintesis berbagai protein termasuk protein pengangkut besi yaitu
transferrin (Endarwati,2018).
Peranan zinc yang bekerja hampir pada semua metabolisme tubuh,
dalam pembentukkan sel darah merah dengan membantu enzim karbonik
anhidrase esensial untuk menjaga keseimbangan asam basa. Zinc membantu

5
enzim karbonik anhidrase merangsang produksi HCl lambung yang mampu
meningkatkan kadar hemoglobin (Linder, 2012). Se (seleniumnya coba
banyak dijelaskan lagi)
Maka dari itu pada penelitian ini peneliti tertarik akan melakukan
penelitian di STIKes Baiturrahim Jambi, menurut peneliti bahwa tingkat
pengetahuan mempengaruhi asupan (Zn, Fe,dan Se) sehingga terjadinya
anemia. Ada beberapa Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini yaitu,
penelitian Hougthon,dkk (2016). Bahwa faktor yang mempengaruhi
hemoglobin adalah kadar zinc (Zn) didalam tubuh kejadian anemia mahasiswa
kurang memperhatikan asupan zat gizi yang dikonsumsi, penelitian
Noviawati (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan zat
besi dengan kejadian anemia dan penelitian Wati (2010), menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
anemia. Pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk
menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuan yang telah didapatkan.
Dalam hal ini pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan remaja putri
tentang pengertian anemia, tanda dan gejala anemia, penyebab dan akibat
anemia serta pencegahan anemia sehingga semakin baik pengetahuaan tentang
anemia maka kejadian anemia semakin rendah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian
ini yaitu “Hubungan Asupan zat gizi mikro dan pengetahuan tentang anemia
pada mahasiswa baru Prodi Ilmu Gizi STIKes Baiturrahim Jambi Tahun
2021”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan anemia dengan
Asupan (Zn,Fe dan Se) Pada mahasiswa baru STIKes Baiturrahim
Jambi Tahun 2021.
1.3.2 Tujuan Khusus

6
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang anemia
mahasiswa baru STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021.
b. Untuk mengetahui gambaran tentang asupan Zn pada mahasiswa
baru STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021.
c. Untuk mengetahui gambaran tentang asupan Se pada Mahasiswa
Baru STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021.
d. untuk mengetahui gambaran tentang asupan Fe pada mahasiswa
baru STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021.
c. untuk mengetahui hubungan pengetahuan anemia dengan asupan
Zn pada mahasiswa baru STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021.
d. untuk mengetahui hubungan pengetahuan anemia dengan asupan
Fe pada mahasiswa baru STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021.
e. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan anemia dengan asupan
Se pada mahasiswa Baru STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa STIKes Baiturrahim Jambi
Diharapkan Sebagai informasi kondisi asupan Zn,Fe,dan Se
pada mahasiswa baru STIKes Baiturrahim Jambi tentang hubungan
pengetahuan anemia dengan Asupan (Zn,Fe,dan Se).
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan STIKBA Jambi
Diharapkan Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi
mahasiswa tentang Hubungan Pengetahuan Anemia dengan Asupan
(Zn,Fe dan Se).
1.4.3 Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan
terutama tentang hubungan pengetahuan anemia dengan asupan
Zn,Fe,dan Se.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di STIKes Baiturrahim Jambi dengan
melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan anemia dengan asupan
Zn,Fe,dan Se, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design

7
cross sectional, populasi dalam penelitian ini seluruh mahasiswa baru
STIKes Baiturrahim Jambi Tahun 2021, sedangkan sampelnya adalah
sebagian dari mahasiswa baru dengan jumlah 150 mahasiswa. variabel yang
terdapat dalam penelitian ini pengetahuan anemia, asupan Zn,Fe,dan Se pada
mahasiswa baru yang terpilih. selanjutnya data akan dianalisis dengan uji
stastik secara univariate dan bivariate.
1.6 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian adalah mengkaji penelitian yang sudah pernah


dilakukan sebelumnya, dilakukan kemudian dibandingkan dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti. Sejauh penulusuran peneliti ada beberapa
penelitian yang serupa, namun terdapat beberapa perbedaan dengan
penelitian ini. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian
N Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan
o penelitian
1 Hubungan Tujuan 1. Waktu : Ada hubungan 1. Lokasi
Antara penelitian bulan antara asupan penelitian
Asupan Zat untuk Oktober zat besi 2. Waktu
mengetahui 2015 (ρ>0,05) dan
Gizi Mikro penelitian
hubungan 2. Lokasi: Di vitamin B12
(Zat Besi, 3. Subyek
asupan zat SMK N 1 (ρ>0,05)
Vitamin penelitian
gizi mikro Sukoharjo dengan
B12, Dan 4. Variabel
(zat
besi, 3. Subjek: kejadian
Vitamin A) vitamin B12 terikat
siswi kelas anemia.
Dengan dan vitamin penelitian
XI
Kejadian A)
dengan 4. Teknik:
Anemia kejadian proporsional
Pada Siswi anemia pada random
Smk siswi SMK
sampling
Negeri 1 N 1
5. Desain:
Sukoharjo.
Sukoharjo cross
Jawa sectional

8
Tengah 6. Instrumen:
Kuesioner
7. Variabel:
Zat
besi,vitamin
B12, dan
vitamin A)
2. Hubungan Tujuan 1. Waktu : 18 1. tidak ada 1. Lokasi
Pengetahua Penelitian april 2018 hubungan penelitian
n Tentang ini adalah 2. Lokasi : 8 Indeks 2. Waktu
Anemia, ntuk sekolahan Massat penelitian
Indeks mengetahui (SMP da Tubuh 3. Subyek
Massa hubungan SMA) yang (IMT) penelitian
Tubuh pengetahua terdapat di dengan 4. Variabel
(Imt), n tentang Kecamatan kejadian terikat
Tingkat anemia, Kaliori anemia penelitian
Kecukupan Indeks 3. Subjek : pada siswa
Protein, Zat Massa siswi di putri
Besi (Fe), Tubuh SMP dan p=0,831.
Dan Zink (IMT), SMA 2. Ada
(Zn) tingkat kecamatan hubungan
Dengan kecukupan Kaliori antara
Kejadian protein, zat Kabupaten pengetahu
Anemia besi (fe) Rembang an tentang
Pada Siswa dan zink 4. Teknik: anemia
Putri Di dengan Proportiona dengan
Kecamatan kejadian l Stratified kejadian
Kaliori anemia Sampling anemia
Kabupaten pada siswa 5. Desain: p=0,002.
Rembang putri di cross 3. ada
Kecamatan sectional hubungan
Kaliori 6. Instrumen: tingkat

9
Kabupaten Kuesioner kecukupan
Rembang. Variabel: protein
protein,Zat dengan
besi dan kejadiaan
Zink (Zn). anemia
p=0,00.
4. ada
hubungan
tingkat
kecukupan
zat besi
(Fe)
Dengan
kejadian
anemia
(p=0,00).
5. Ada
hubungan
tingkat
kecukupan
zink
dengan
kejadian
anemia
(p=0,00).
3. Hubungan Untuk 1. Waktu: Juni berdasarkan 1. Lokasi
Pengetahua mengetahui 2019-Juli uji statistik penelitian
n Dan hubungan 2019 dengan 2. Subye
pengetahuan 2. Lokasi : di menggunakan
Sikap k penelitian
dan sikap SMA uji chi square
Dengan 3. Waktu
dengan Muhammadi tidak ada
Kejadian penelitian
kejadian yah Lubuk hubungan

10
Anemia anemia pada Pakam pengetahuan 4. Variab
Pada Siswa siswa-siswi Jl.Kartini. dengan status el terikat
Siswi Di di SMA 3. Subyek: anemia pada penelitian
Muhammadi siswa-siswi siswa-siswi
Sma 5. Varia
yah Lubuk di SMA (p= 0,859 >
Muhamma bel bebas
Pakam. Muhammadi 0,05) dan
diyah penelitian
yah Lubuk tidak ada
Lubuk
Pakam No. hubungan
Pakam sikap dengan
62
4. Teknik: status anemia
Pengambilan pada siswa-
sampel siswi (p=
secara acak 0,208 > 0,05)
sederhana
Observasion
al
5. Desain:
Cross
Sectional y
6. Instrumen:
Kuesioner
7. Variabel:
Umur,jenis
kelamin,kel
as,pengetah
uan,sikap,st
atus
anemia,

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Mahasiswa
2.3.1 Definisi
Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang
sedang belajar di perguruan tinggi (Taufik, 2010). Salim (dalam Spica, 2008)
mengatakan bahwa mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani
pendidikan pada perguruantinggi. Susantoro (dalam Siregar, 2006) menyatakan
bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap
keilmuwannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif,
sistematis dan rasional.
Mahasiswa tergolong dalam kelompok usia peralihan dari masa remaja
menjadi dewasa. Pola makan pada masa peralihan tersebut terkadang tidak
diperhatikan, sehingga tidak sedikit yang mengalami gangguan kesehatan, salah
satunya adalah anemia. Anemia pada mahasiswi atau remaja putri seringkali
disepelekan, sementara itu kelompok umur remaja putri beresiko untuk menderita
anemia. Hal ini dapat disebabkan karena pada priode tersebut terjadi pertumbuhan
pesat kedua setelah priode bayi, serta terjadinya menstruasi. Secara nasional
prevalensi anemia gizi pada kelompok usia remaja (15-24 tahun) yaitu sebesar
18,4%. (RISKESDAS, 2013).
Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batasan usia remaja adalah
antara 10 sampai 19 tahun belum kawin. Menurut WHO, yang disebut remaja
adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kana-kanak dan
dewasa. Batasan usia remaja, Menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun
(Hutahean,2009).
Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode
tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan, dan mempunyai resiko kesehatan
tinggi. Akan tetatpi masa remaja sering kurang mendapatkan perhatian dalam
program pelayanan kesehatan. Padahal kenyataannya, banyak kasus kesehatan
saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan hidup sejak remaja. Status gizi yang
optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait seperti diet pada

12
usia dewasa. Kekurangan gizi pada saat remaja, seperti terlalu kurus atau pendek
akibat kekurangan energy kronis,sering tidak diketahui oleh mereka maupun
keluarganya, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kemampuan untuk belajar
dan bekerja tidak maksimum, meningkatkan risiko jika terjadi kehamilann pada
remaja, dan membahayakan bayi yang di lahirkan. (Briawan,2018).
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya
18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada 19 masa remaja akhir
sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas
perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf,
2012: 27). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja
akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22- 24 tahun (Knoers dan
Haditono, 2001).
Mahasiswa masih tergolong dalam kelompok remaja yang beresiko terjadi
anemia, tidak terkecuali mahasiswa kesehatan. Mahasiswa kesehatan dari segi
pengetahuan tentunya lebih baik dibandingkan mahasiswa pada umumnya. Hal ini
mungkin dapat dipengaruhi karena kesibukan dalam mengerjakan tugas sehingga
mengabaikan pemenuhan gizinya ataupun ketidaktahuan makanan sumber zat besi
dan mungkin keadaan ekonomi karena tinggal dikos. Pengetahuan yang benar dan
sikap yang positif tentunya akan dapat mencegah terjadinya anemia (Lestari,
2019). Upaya pencegahan anemia sejak dini (remaja) dengan kebiasaan hidup
yang sehat akan dapat mengubah defiensi zat besi atau anemia saat dewasa
nantinya (Yusoff et al., 2012).
Berdasarkan pertimbangan ini, maka pembinaan kesehatan pada usia muda
menjadi sangat penting, diantaranya melalui pembekalan pengetahuan tentang
pertumbuhan fisik,kejiwaan dan kematangan remaja, pendidikan kesehatan
resproduksi serta kewajibannya.
2.4 Anemia
2.4.1 Definisi
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana ju,lah sel darah meah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda
pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai

13
kadar hemoglobin kurang dari 13,4 gram/100 ml dan pada wanita sebagai
hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml (Proverwati,2011). Anemia adalah
suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal yang
berbeda menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologi (Kemenkes
RI,2015).
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah merah
(eritrosit) dan atau jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam sel-sel darah
meah menurun dibawah normal. Sel darah merah dan hemoglobin yang
terkandung didalamnya diperlukan untuk transportasi dan pengirimian oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh. Tanpa kecukupan paksokan oksigen, banyak
jaringan dan organ seluruh tubuh dapat terganggu. Anemia dapat ringan, sedang
atau berat tergantu pada sejauh mana menghitung RBC dan atau tingkat
hemoglobin yang menurun. Ini adalah kondisi yang cukup umum, mempengaruhi
baik pria maupun wanita dari segala usia,ras dan kelompok etnis, namun, orang-
orangtertntu berada pada peningkatan risiko berkembangnya anemia. Ini termasuk
orang dengan diet endah zat besi dan vitamin, penyakit kronis seperti penyakit
ginjal, diabetes,kanker,penyakit inflamasi usus,riwayat keluarga mewarisi anemia,
infeksi kronis seperti TB atau HIV, dan mereka yaang telah kehilangan darah
yang signifikan dari cedera atau pembedahan (proverawati,2011).
Tabel 2.1
Rekomendasi WHO Tentang Pengelompokan anemia (g/dl)
berdasarkan umur
Tidak Anemia
Populasi Ringan Sedang Berat
Anemia
Anak 6-59 bulan 11 10.0 - 10.9 7.0 – 9.9 <7.0
Anak 5-11 tahun 11,5 11.0 - 11.4 8.0 – 10.9 <8.0
Anak 12-18 tahun 12 11.0 - 11.9 8.0 – 10.9 <8.0
Wanita tidak hamil 12 11.0 - 11.9 8.0 – 10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0 - 10.9 7.0 – 9.9 <7.0
Laki-laki ≥15 tahun 13 11.0 - 11.9 8.0 – 10.9 <8.0

2.4.2 penyebab anemia

14
Menurut (Kemenkes RI,2015) sebagian besar penyebab anemia di indonesia
adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin
(Hb), sehingga disebut “anemia kekurangan Besi atau anemia gizi Besi (AGB)” ,
kekurangan zat besi dalam tubuh tersebut disebabkan antara lain karena:
a. Konsumsi makanan sumber zat besi yang kurang, terutama yang berasal dari
hewan.
b. Kebutuhan yang meningkat, seperti pada masa kehamilan, mentruasi pada
perempuan dan tumbuh kembang pada anak balita dan remaja.
c. Menderita penyakit infeksi, yang dapat berakibat zat besi yang diserap tubuh
berkurang (kecacingan), atau hemolisis sel darah merah (malaria).
d. Kehilangan zat besi yang berlebihan pada pendarahan, termasuk menstruasi
yang berlebihan dan seringnya melahirkan.
e. Konsumsi makanan yang rendah sumber zat besi tidak dicukupi dengan
konsumsi TTD sesuai anjuran.
2.4.3 Gejala Anemia Secara Umum
Gejala anemia secara umum menurut Briawan, 2018 :
1. Cepat lelah
2. Pucat (kulit,bibir,gusi,mata,kulit kuku,dan telapak tangan)
3. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan
4. Napas tersengal/pendek saat melakukan aktivitas ringan
5. Nyeri dada
6. Pusing dan mata berkunang-kunang
7. Cepat marah (mudah rewel pada anak)
8. Tangan dan kaki dingin mati rasa
2.4.4 Dampak Anemia
Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, bahkan
dampak nilai sebagai masalah yang sangat serius terhadap kesehatan
masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kejadian
anemia menurut (Briawan,2018) adalah:
1) Sekitar 20% kematian ibu hamil dan bayi baru lahir diakibatkan oleh
anemia. Kebanyakan studi menunjukan kematian tersebut tersebut lebih

15
banyak disebabkan anemia tingkat rendah dan sedang dari pada anemia
berat. Resiko kematian ibu dan bayi (perinatal) akan berkurang sebesar
25% dan 28% untuk setiap kenaikan 1 g hemoglobin diantara 5-12 g/dl.
2) Anemia pada wanita hamil mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah
dan rawan untuk meninggalkan saat perinatal.
3) Deficit zat besi, baik anemia maupun non-anemia akan menurunkan
poduktivitas kerja pada orang dewasa (physical,activity).
4) Pada anak sekolah menyebabkan keterbatasan perkembangan kognitif
(school achievement) sehingga prestasi sekolah menurun.
2.4.5 klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia menurut (proverwati,2011)
a. Anemia Defesiensi Vitamin B12
Pengertian
Anemia defisiensi vitamin B12 adalah jumlah sel darah merah yang
merah yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12.
Penyebab
1. Makan makanan vegetarian
2. Miskin diet dimasa bayi
3. Kurang gizi selana kehamilan
Gejala
1. Diare atau sembelit
2. Kelelahan, kekurangan energy, atau pusing ketika berdiri atau dengan
tenaga
3. Kehilangan nafsu makan
4. Kulit pucat
5. Masalah berkosentrasi
6. Sesak nafas, terutama selama latihan
7. Bengkak, tidak merah atau gusi berdarah

Pengobatan

16
Pengobatan tergantung pada penyebab anemia kekurangan vitamin
B12. Anemia pernisiosa memerlukan penggantian vitamin B12 seumur hidup,
paling sering menggunakan suntikan. Beberapa pasien bisa mendapatkan
suplementasi cukup dengan tablet dosis tinggi vitamin B12 oral. Orang
dengan anemia karena kekurangan Vitamin B12 diet mungkin diperintahkan
untuk mengambil suplemen vitamin dan mengikuti diet lebih seimbang.
Pengobatan bisa dimulai dengan suntikan Vitamin B12. Anemia yang
disebabkan oleh pencernaan yang buruk dan penyerapan diperlukan dengan
suntikan ini diberikan setiap hari dan kemudian setiap minggu pada awalnya,
dan kemudian setiap bulan. Banyak orang mungkin membutuhkan suntikan
sebulan sekali untuk sisa hidup mereka.
Pencegahan
Mengikuti diet seimbang, vitamin B12 disuntikan dapat mencegah
anemia.
b. Anemia Defisiensi Folat
Pengertian
Anemia defisiensi folat adalah penurunan jumlah sel-sel darah merah
(anemia) karena kekurangan folat. Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh
tidak memiliki cukup sehat sel darah merah. Sel darah merah menyediakan
oksigen kejaringan tubuh.
Penyebab
1. Obat-obat tertentu
2. Alkoholisme kronis
3. Crohn’s disease, penyakit celiac, infeksi dengan cacing pita ikan, atau
masalah lain yang membuat sulit bagi tubuh untuk mencerna makanan.
4. Miskin asupan makanan folat
5. Operasi yang menghapus bagian tertentu dari perut atau usus kecil, seperti
beberapa operasi penurunan berat badan.
6. Pada TM 3 kehamilan, seseorang wanita mungkin memiliki kekurangan
karena adanya peningkatan kebutuhan asam folat, anemia hemoylytic juga

17
dapat menyebabkan kekurangan karena kerusakan sel darah merah
meningkat dan kebutuhan meningkat.
Gejala
1. Kelelahan
2. Sakit kepala
3. Pucat
4. Radang mulut dan lidah
Pengobatan
Sumplemen asam folat dapat diberikan melalui mulut (oral) atau
melalui pembuluh darah (intravena) secara jangka pendek sampai anemia
telah diperbaiki.
c. Anemia Defisiensi Besi
Pengertian
Penurunan jumlah sel darah merah dalam darah yang disebabkan
oleh zat besi yang terlalu sedikit.
Penyebab
1. Pendarahan
2. Kurangnya asupan makanan
3. Gangguan penyerapan

Gejala

1. Warna biru hingga putih pada mata


2. Kuku rapih
3. Penurunan nafsu makan (terutama pada anak-anak)
4. Kelelahan
5. Sakit kepala
6. Iritabel/mudah marah
7. Warna kulit pucat
8. Sesak nafas
9. Sakit pada lidah
10. Nafsu memakan makanan yang tidak biasa

18
11. Kelemahan

Pengobatan
Mengkonsumsi sumpelemen besi (ferro sulfat). Pasien yang tidak
bisa mentolerir sumpelemen zat besi oral dapat menerimanya melalui injeksi
vena (intravena) atau dengan suntikan kedalam otot.
Pencegahan
Diet pada semua orang harus mencakup zat besi yang cukup.
Daging merah, hati dan kuning telur merupakan sumber penting zat besi.
Tepung,roti, dan beberapa sereal yang diperkaya dengan besi baik untuk
pencegahan. Jika tidak mendapatkan cukup besi dalam diet, amaka dapat
dilakukan sumpelementasi zat besi. Selama periode tertentu yang
membuthkan zat besi tambahan (seperti kehamilan dan menyusui), maka
jumlah zat besi dalam diet harus ditingkatkan atau dengan sumpelementasi
zat besi.
d. Anemia Penyakit Kronis
Pengertian
Gangguan darah yang dhasilkan dari sebuah kondisi (kronis)
jangka panjang, medis yang mempengaruhi produksi dan umur sel darah
merah.
Penyebab
1. Gangguan autoimun
2. Kanker
3. Penyakit ginjal kronis
4. Sirosis hati
5. Infeksi jangka panjang
Gejala
1. Nyeri dada
2. Kelelahan
3. Pucat
4. Sesak nafas

19
Pengobatan
Anemia ini sering cukup ringan sehingga tidak memerlukan
pengobatan, dan umumnya akan lebih baik bila penyakit yang menyebabkan
ini perbaiki. Kondisi ini bisa menjadi beat, sehingga membutuhkan transfusi
darah.
e. Anemia Hemolitik
Pengertian
Suatu kondusu dimana tidak ada cukup sel darah merah dalam
darah, karena kerusakan dini sel-sel darah merah.
Penyebab
1. Kelainan pada protein yang membangun sel-sel dara merah normal
2. Perbedaan protein didalam sel darah merah yang membawa oksigen
(hemoglobin).
Gejala
1. Kedinginan
2. Urin berwarna gelap
3. Pembesaran limpa
4. Kelelahan
5. Demam
6. Warna kulit pucat
7. Denyut jantung cepat
8. Sesak nafas
9. Warna kulit kuning
Pengobatan
1. Obat yang digunakan untuk mengurangi produksi autoantibodies yang
menghancurkan sel darah merah.
2. Transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah normal
3. Menghindarsi pemicu yang menyebabkan anemia seperti dingin dalam
beberapa bentuk anemia hemolitik auto imun, atau kacang fava lagi bagi
mereka dengan defisiensi G6PD.

20
f. Anemia Aplastik Idiopatik
Pengertian
Anemia aplastik idiopatik adalah suatu kondisi dimana sumsum
tulang gagal membuta sel-sel darah secara normal.
Penyebab
Cedera pada sel induk darah, sel sebelum matang dalam sumsum
tulang yang menimbulkan efek pada semua jenis sel darah lainnya.
Gejala
1. Kelelahan
2. Pucat
3. Detak jantung cepat
4. Sesak nafas dengan olahraga
5. Kelemahan
6. Pendarahan gusi
7. Mudah memar
8. Sering atau infeksi berat
9. Hidung berdarah
Pengobatan
Kasus anemia aplastik ringan dapat diobati dengan perawaatan
yang mendukung atau bahkan mungkin tidak memerlukan pengobatan.
g. Anemia megaloblastik
Pengertian
Gangguan darah di mana ukuran sel lebih besar dari sel darah
merah normal.
Penyebab
1. Penyalah gunaan alcohol
2. Mewarisi gangguan tertentu
3. Obat yang mempengaruhi DNA, seperti obat kemotrapi
4. Leukemia
5. Mylodysplastic sindrom

21
6. Myelofibrosis
Gejala
Hampir sama pada kasus
1. Anemia kekurangan Vitamin B12
2. Anemia kekurangan folat
3. Anemia pernisiosa
Pengobatan
Tujuan pertama adalah untuk mendiagnosakan penyebab anemia.
Pengobatan tergantung pada penyebabnya.
h. Anemia Pernisiosa
Pengertian
Penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
dengan baik menyerap Vitamin B12 dari saluran pencernaan.
Penyebab
Lemahnya lapisan perut (gastritis atrofi) dan system kekebalan
tubuh menyerang sel-sel yang membuat factor intrinsic (autoimun terhadap
sel periental lambung).
Gejala
1. Diare atau sembelit
2. Kelelahan,kekurangan energy, atau pusing, ketika berdiri atau dengan
tenaga
3. Kehilangan nafsu makan
4. Kulit pucat
5. Kurang konsentrasi
6. Sesak nafas, terutama selama latihan
7. Lidah merah, bengkak, atau gusi berdarah
8. Kerusakan saraf yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.
Pengobatan
Suntikan Vitamin B12 setiap bulam diresepkan untuk memperbaiki
kekurangan Vitamin B12.

22
Pencegahan
Tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah kondisi ini.
Namun, dengan deteksi dini dan pengobatan kekurangan Vitamin B12,
komplikasi dapat diminimalkan.
i. Anemia Aplastik Sekunder
Pengertian
Kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah yang cukup.
Penyebab
1. Obat tertentu
2. Kemotrapi
3. Muncul pada saat lahir
4. Terapi obat untuk menekan system kekebalan tubuh
5. Kehamilan
6. Terapi radiasi
7. Racun seperti benzene atau arsenic
Gejala
1. Pendarahan pada gusi
2. Mudah marah
3. Kelelahan
4. Sering atau infeksi berat
5. Mimisan
6. Detak jantung cepat
7. Adanya ruam kulit
8. Sesak nafas selama aktivitas fisik
9. Kelemahan
Pengobatan
Anemia aplastik ringan dapat diobati dengan perawatan suportif,
atau mungkin tidak memerlukan pengobatan. Anemia aplastik berat akan
membutuhkan transplantasi sumsum tulang jika sebuah donor yang cocok
ditemukan.

23
Pencegahan
Anemia aplastik sekunder mungkin merupakan konsukuensi tak
terhindar dari terapi seperti kemotrapi. Hindari racun benzene dan arsen, jika
mungkin.
j. Anemia Sel Sabit
Pengertian
Merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah berbentuk
sabit abnormal. (sel darah merah yang biasanya berbentuk disk).
Penyebab
Warisan dari kedua orang tua.
Gejala
1. Sakit perut
2. Nyeri tulang
3. Sesak nafas
4. Pertumbuhan tertunda dan pubertas
5. Kelelahan
6. Demam
7. Pucat
8. Denyut jantung cepat
9. Borok pada kaki bagian bawah
10. Mata dan kulit menguning
Pengobatan
Mengkonsumsi suplemen asam folat
Pencegahan
1. Mendapatkan cukup cairan
2. Mendapatkan cukup oksigen
3. Cepat mengobati infeksi

24
k. Thalasemia
Pengertian
Suatu kelainan darah yang diturunkan melalui keluarga di mana
tubuh membuat bentuk hemoglobin abnormal, protein dalam sel darah
merah yang membawa oksigen.
Penyebab
Kerusakan dalam gen yang membantu produksi kendali dari salah
satu protein.
Gejala
1. Cacat jantung
2. Kelelahan
3. Kegagalan pertumbuhan
4. Sesak nafas
5. Kulit kuning
Pengobatan
Transfusi darah teratur dan sumpelemn folat.
Pencegahan
Konseling gentic dan skrining prenatal perlu bagi mereka yang
memiliki sejarah keluarga dengan kondisi ini yang berencana untuk
memiliki anak.
l. Anemia Dalam Kelamin
Pengertian
Biasanya selama kehamilan, terjadi hyperplasia erythroid dari
sumsum tulang, dan meningkatkan massa RBC.
Penyebab
Kekurangan zat besi.
Gejala
1. Merasa lelah atau lemah
2. Kulit pucat progesif dari kulit
3. Denyut jantung cepat
4. Sesak nafas

25
5. Konsentrasi terganggu
Pengobatan
Jika anemia parah memerlukan transfusi darah.
Pencegahan
Nutrisi yang baik.
2.4.6 Program Pemberatasan Anemia
Tabel 2.2
Kategori masalah kesehatan masyarakat
Berdasarkan pravalensi anemia
Kategori masalah Pravalensi
Berat ≥40%
Sedang 20.0 – 39.9
Ringan 5.0 – 19.9
Normal ≤4.9
Strategi yang dapat dilakukan dalam penanggulangan anemia yang
meliputi sumplementasi zat besi (misal pemberian tablet zat besi pada ibu hamil,
WUS, dan anak sekolah), fortifikasi zat besi pada program tertentu (mis,tepung
terigu), dan pendidikan gizi untuk meningkatkan jumlah asupan dan
biovailabilitas zat besi. MOST (2004) menyebutkantiga program utama untuk
menurunkkan pravalensi anemia, yaitu meningkatkan asupan zat
besi/folat/Vitamin A, pemberatasan malaria, dan menurunkan infeksi parasit.
Peningkatan asupan zat besi dapat dilakukan dengan program sumplementasi,
fortifikasi (flood-base), dan pendidikan gizi. Pada wilayah endemic, mengurangi
kejadian malaria dan infeksi parasit menjadi faktor penentu keberhasilan program
pemberantasan anemia, terutama yang sering terjadi dinegara berkembang
(Briawan,2018).
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi remaja sangat sulit jika hanya melalui
perbaikan konsumsi pangan. Jika dilihat dari pola konsumsi maysrakat Indonesia,
dengan 37,9% populasi memiliki asupan zat besi >50% AKG (Depkes,2005),
maka kebutuhan zat besi yang tinggi untuk remaja wanita sebesar 29 mg/hari akan
sulit dipenuhi dari makanan saja. Oleh sebab itu, salah satu program
penanggulangan yang dilakukan pemerintah adalah sumplementasi. Pemberian

26
sumplemen mingguan kepada wanita dengan 60 mg zat besi dan 0,25 mg asam
folat 7 bulan (30 tablet) secara efektif dapat meningkatkan status zat besi
(ADB/SCN,2001) (Briawan,2018).
Sasaran program penanggulangan anemia dikelompokkan menjadi dua:
1. Sasaran langsung untuk wanita usia subur (15-45 tahun), yang
meliputi ibu hamil/nifas, calon pengantin (catin) wanita,pasangan usia
subur, remaja wanita (didalam dan diluar sekolah), pekerja wanita,dan
WUS tidak hamil.
2. Sasaran tidak langsung , yaitu mereka ysng msmpu mendukung
kelancaran program, meliputi keluarga dan masyarakat, tokoh
agama/masyarakat, kader,warung,toko obat,perusahan,tenaga
kesehatan dan perusahan obat (Briawan,2018).
2.5 Zat gizi
2.5.1 Pengertian
Adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya
yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kedalam tubuh (almatsier,2009).
2.6 Zat Gizi Mikro
2.6.1 Definisi
Zat Gizi Mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro
dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau
sedikit, tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan
vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan miligram (mg) untuk sebagian besar
mineral dan vitamin.
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
atau sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok ini adalah
vitamin dan mineral, yang berfungsi sebagai pengatur proses metabolisme dalam
tubuh (Almatsier, 2004).
Zat gizi mikro merupakan zat gizi yang sangat diperlukan tubuh walaupun
dalam dosis yang sangat rendah. Termasuk zat gizi mikro antara lain zat besi,
yodium, tembaga, cobalt, mangan, selenium, chromium, dan seng. Zat gizi

27
tersebut akan berdampak negatif dan menimbulkan penyakit bila ketersediaan
dalam tubuh kurang. Tubuh memerlukan zat gizi mikro, yaitu vitamin dan
mineral.
Salah satu dampak negatif yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi
mikro adalah anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin
dalam darah lebih rendah dari normal, akibat kekurangan satu macam atau lebih
zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah (Gibson, 1990).
2.6.2 Klasifikasi Zat Gizi Mikro
Klasifikasi Zat Gizi Mikro Menurut (Almatsier 2009):
a. Vitamin
Pengertian
Adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat
kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Tiap vitamin
mempunyai tugas spesifik dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka
vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (almatsier,2009).
Vitamin yang diperlukan oleh tubuh agar tidak terjadinya anemia yaitu:
1. Vitamin B12 (kobalamin)
Pengertian
Adalah kristal merah yang larut air. Warna merah karena kehadiran
kobalt. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer,alkali,cahaya, dan
bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi.
Absorpsi
Dalam keadaan normal sebanyak kurang lebih 70% vitamin B12 yang
dikonsumsi dapat diabsorpsi. Dalam lambung dibebaskan dari ikatannya dengan
protein oleh cairan lambung dan pepsin, kemudian segera diikat oleh protein-
protein khusus (faktor R/rapid electrophoretic mobility) dalam lambung.
Penyimpanan
Persedian vitamin B12 dalam tubuh adalah 2-3 mg dan sebanyak 1,2-1,3
µg sehari diekskresi melalui feses dan urin. Tubuh hemat dalam penggunaan
vitamin B12. Vitamin B12 yang terdapat didalam cairan empedu dan sekresi
saluran cerna lain disalurkan kembali melalui sirkulasi entero hepatik.

28
Simpanan vitamin B12 dapat bertahan hingga sepuluh tahun. Kekurangan
konsumsi vitamin B12 baru menunjukan tanda-tanda setelah sepuluh tahun,
asalkan persediaan tubuh cukup dan kemampuan absorpsi tidak terganggu. Bila
absorpsi vitamin B12 dalam saluran cerna terganggu karenan kekurangan faktor
intrinsik, akibatnya baru terlihat setelah empat hingga sepuluh tahun.
Fungsi
Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif , dan
dalam fungsi normal metabolisme semua sel. Terutama sel-sel saluran
cerna,sumsum tulang, dan jaringan saraf. Vitamin B12 merupakan kofaktor dua
jenis enzim pada manusia, yaitu metionin sintetase dan metilmalonil-KoA mutase.
Sumber
Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang
memperolehnya dari hasil sintesis bakteri dalam usus, seperti hati,ginjal, disusul
oleh susu,telur,ikan,keju dan daging.
2. Folat
Pengertian
Folasin dan folat adalah nama genetik sekelompok ikatan yang secara
kimiawi dan gizi sama dengan asam folat.
Absorpsi
Hati merupakan tempat simpanan utama asam folat. Asam metil
tetrahidrofolat diubah menjadi asam tetrahidrofolat (THEA) dan gugus metil
disumbangkan ke metionin.
Fungsi
Fungsi utama koenzim folat (THEA) adalah Memecahkan atom karbon
tunggal dalam bentuk gugus fomil, hidroksimetil atau metil dalam reaksi-reaksi
penting metabolisme berapa asam amino dan sintesis asam nuklear.
Sumber
Folat terdapat luas didalam bahan makanan terutama dalam bentuk
poliglutamat. Folat teutama terdapat didalam sayuran hijau (istilah folat berasal
dari kata latin folium, yang berarti daun hijau), hati, daging tanpa lemak, serealia
utuh, biji-bijian, kacang-kacangan, dan jeruk.

29
b. Mineral
Mineral selain sebagai komponen struktural tubuh, sebagian mineral juga
komponen berbagai macam enzim (Muchtadi, 2009). Zat besi mempunyai fungsi
esensial di dalam tubuh, yaitu sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan
sebagai bahan terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh (Almatsier
2004).
1. Besi (Fe)
Pengertian
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh
manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial didalam tubuh:
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh, sebagai alat
angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai eaksi
enzim di dalam jaringan tubuh.
Absorpsi
Absorpsi terutama terjadi dibagian atas usus halus (duodenum) dengan
bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein di
dalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi,yaitu
transferin dan feritin.
Fungsi
Menurut proverawati (2009) fungsi zat besi diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Untuk pembentukan hemoglobin
b. Untuk mengembalikan hemoglobin kepada nilai normalnya setelah
terjadi pendarahan
c. Untuk mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang secara konstan
dikeluarkan tubuh, terutama lewat urine, feses dan keringat.
d. Untuk menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh

Sumber

30
Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam,
dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacang,
sayuran hijau dan beberapa jenis buah.
2. Seng (Zn)
Pengertian
Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar di hampir
semua sel. Sebagian besar seng berada didalam hati, pankreas, ginjal,
otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian-
bagian mata, kelenjar prostat,spermatozoa,kulit, rambut dan kuku.
Absorpi
Seng diatur oleh metalotionein yang disentesis di dalam sel dinding
saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, didalam sel dinding saluran
cerna sebagian diubah menjadi metalationein sebagai simpanan, sehingga
absorspi berkurang.
Fungsi
Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Seng
juga berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan
pembentukan sperma. Seng berperan fungsi kekebalan, yaitu dalam
fungsi sel T dan dalam pembentukan antiobodi oleh sel B.
Sumber
Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama
daging, hati, kerang, dan telur. Serealia tumbuk dan kacang-kacangan
juga merupakan sumber yang baik. Namun mempunyai ketersediaan
biologik yang rendah.
3. Selenium (Se)
Pengertian
Jumlah selenium dalam tubuh sebanyak 3-30 mg, bergantung pada
kandungan selenium dalam tanah dan konsumsi makanan. Konsumsi
orang dewasa berkisar antara 20-30 µg, bergantung pada kandungan
tanah
Absorpsi

31
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin
dalam selenosisten. Absorpsi selenium terjadi pada bagaian atas usus
halus secara aktif. Selenium diangkat oleh albumin dan alfa-2 globulin.
Absorpsi lebih efsien, bila tubuh dalam keadaan kekurangan selenium.
Konsumsi tinggi menyebabkan peningkatan ekskresi melalui urin.
Fungsi
Karena selenium mengurangi produksi radikal bebas didalam
tubuh, mineral mikro ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit
kanker dan penyakit degeneratif lain.
Sumber
Adalah makanan laut,hati,dan ginjal. Daging dan unggas juga
merupakan sumber selenium yang baik. Kandungan selenium dalam
serealia, biji-bijian,dan kacang-kacang bergantung pada kondisi tanah
tempat tumbuhnya bahan makanan tersebut. Kandungan selenium pada
sayur dan buah tergolong rendah.
2.7 Pengetahuan
2.7.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan,pendengaran,penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh ilmu pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang didasari dengan ilmu pengetahuan.
(Notoatmodjo,2010).

32
Menurut notoatmodjo tingkatkan kognitif terdiri atas 6 tahap yaitu :
tahu,memahami,aplikasi,analisis,sintesis,evaluasi,sehingga menyebabkan perilaku
seseorang.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini
adalah meupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar terhadap objek yang diketahui dan dimana dapat
menginterpretasikan secara benar.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih kaitannya satu sama lain.
5. Sintesi (syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk
merangkum atau meletak dalan satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi (evalucation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket


yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diuku dari subjek penelitian atau

33
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
Menurut Arikunto (2006) dalam wawan (2011) pengetahuan seseoang
dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif dengan
kriteria pengetahuan sebagai berikut:
1. Baik : Hasil persentase >76%
2. Cukup : Hasil persentase 56-75%
3. Kurang : Hasil persentase <56%
2.7.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dipengauhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi : pendidikan,persepsi,motivasi , pengalaman.
(Notoadmojo,2003).
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu poses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik
dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyrakat. Beberapa hasil
penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap pribadi, bahwa pada umumnya
pedidikan itu mempertinggi taraf intelegnesi individu.
b. Persepsi
Pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran,
penciuman dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda,
meskipun objeknya sama.
c. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan yang bertindak dan mencapai suatu
tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam perilaku.
Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari
dalam individu maupun dari luar individu. Motivasi murni adalah motivasi yang
betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu
kebutuhan.

34
d. Pengalaman
pengalaman adalah yang diasakan (diketahui,dikerjakan) jika
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indra manusia.
Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti
dan pengalam yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya
pengetahuan. Pengalaman masa lalu yang aspirasinya untuk masa yang akan
datang membentuk perilaku masa kini. Faktor eksternal yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain : meliputi lingkungan,sosial ekonomi,kebudayaan dan
infomasi. Lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi bagi pengembangan
sifat dan perilaku individu, social ekonomi, kebiasaan, penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan, kebudayaan adalah perilaku normal.
Kebiasaan nilai dan oenggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat
menghasilkan suatu pola hidup, infomasi adalah penerangan, keterangan,
pemberitahuan, yang dapat menimbulkan kesadaran (Notoadmodjo,2003).
2.8 Kerangka Teori
Menurut penelitian Sulistyoningsih (2013) mengatakan meningkatnya
pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas
dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan
menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli,
yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat gizi.
Terutama remaja putri yang sudah mengalami menarche, jika darah yang keluar
selama menstruasi sangat banyak (banyak yang tidak sadar kalau darah dalam
menstruasi terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi, karena jumlah
darah yang hilang.
Dari masa remaja hingga dewasa memiliki beberapa permasalahan
dalam kesehatan salah satunya adalah masalah gizi yang meliputi anemia atau
kurang gizi dan pertumbuhan terhambat. Khususnya pada kalangan remaja putri.
Bila pertumbuhan panggul sempit dapat berisiko pada aproses melahirkan bayi
berat dikemudian hai (Aryanto,2008).

35
Anemia adalah suatu kondisi media di mana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari nomral. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda
pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai
kadar hemoglobin kurang dari 13,4 gram/100 ml dan pada wanita sebagao
hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml (proverwanti,2011).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan sesorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku didasari oleh ilmu pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari dengan ilmu pengetahuan (Notoadmodjo,2003).
Periode rentan gizi karena berbagai sebab. Pertama remaja yang beranjak
dewasa memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan
fisik dan perkembangan yang dramatis itu. Kedua, perubahan gaya hidup dan
kebiasaan makan memperngaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya.
Ketiganya, remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, yaitu remaja yang
aktif dalam kegiatan, menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet
secara berlebihan, pecandu alcohol atau obat terlarang (almatsir, dkk, ).
Tidak sedikit survey yang mencatat ketidak cukupan asupan zat gizi para
remaja. Mereka bukan hanya melewatkan waktu makan (terutama sarapan)
dengan alasan sibuk, tetapi juga terlihat sangat senang mengunyah junk food.
Disamping itu, kekhawaitiran menjadi gemuk telah memaksa mereka untuk
mengurangi jumlah pangan yang seharunys disantap. Sayang sekali, memang diet
tersebut disusun berdasarkan data yang semata diperoleh dari bisik-bisik dengan
teman sebaya, bukan hasil konsultasi dengan para ahli dibidangnya
(Arisman,2010).

36
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor-faktor
predisposisi
(predisposisi factors)

- Pengetahuan
anemia dan
konsumsi
asupan Zn,Fe,
dan Se

Pendidikan Perilaku
kesehatan pencegahan anemia

Faktor yang
mempermudahkan
asupan Zn,Fe
-ketersediaan fasilistas dan Se

- ketercapaian fasilitas

Sumber : Notoatmodjo (1998) tambahkan dengn referensi lain terkait


asupan, bisa dengan kerangka unicef

37
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Berdasarkan tinjauan pustaka sebagai landasan teoritis dalam
penelitian ini, maka dikembangkan kerangka konsep. Kerangka konsep adalah
suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep dsatu terhadap
konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan yang lainnya dari
masalah yang diteliti. (Notoatmodjo,2010).
Berdasarkan permaslahan yang telah diuraikan dilatar belakang,
peneliti mengetahui penyebab terjadinya anemia pada remaja.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Indenpenden Variabel Denpenden

Asupan (Zn,Fe,Se)
Pengetahuan anemia

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.2
Definis Operasional
Definis Skala
N Variabel Alat ukur Cara Hasil ukur
Operasiona ukur
o ukur
l
1. Asupan Konsumsi Kuisione Food Asupan (Zn, ordina
(Zn,Fe dan makan dan r recall Fe dan Se) l
Se) minum kurang,jika
yang kurang dari
diperoleh >77% AKG
melalui FR dan asupan
3x24 jam . (Zn,fe dan
Jumlah Se)

38
Zn,Fe dan cukup,jika
Se yang lebih cukup
diperoleh dari ≥77%
dari AKG
makanan (Gibson,2005
sehari-hari )
pada
mahasiswa
baru
2. Pengetahua Informasi kuisioner Pengisia Nilai ordina
n anemia yang n pengetahuan : l
diketahui kuisioner Baik 76-
responden 100%
tentang Cukup 56-
pengertian 75%
anemia, Kurang baik
penyebab >56%
anemia,
gejala Sumber ???
anemia,
dan
dampak
anemia.

3.3 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif melalui
observasional analitik dengan desain cross sectional terkait variabel dari
penelitian, disamping itu pendekatan ini mudah dilaksanakan,ekonomis, baik
biaya maupun waktu. Cukup jelaskan design saja
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di STIKes Baiturrahim Jambi.

39
3.4.2 Waktu Peneliti gabung saja
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru STIKes
Baiturrahim Jambi.
3.5.2 Sampel

3.5.3 Cara Pengambilan Sampel


Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel menggunakan tekhnik
Propotional Strativied
Random Sampling tekhnik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, cara
pengambilan sampel ini peneliti mengambil responden dari mahasiswa
baru STIKes Baiturrahim Jambi.
3.6 Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pengisian lembar
kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Data primer diperoleh dari
hasill pengisian kuesioner yang dibagikan dan telah diisi oleh responden.
3.6.2 Cara Pengambilan Data
Tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner,
sebagai alat pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan terstruktur tentang
pengetahuan dan food Recall asupan zat gizi mikro (Zn,Fe dan Se) 3x24 jam
tentang anemia pada mahasiswa baru. Pertanyaan merupakan pertanyaan tertutup
dimana nilai 2 untuk jawaban benar, nilai 1 untuk jawaban salah. Pertanyaan
kuesioner berisi tentang pertanyaan mengenai pengetahuan mahasiswa tentang
anemia pada mahasiswa baru berjumlah 15 butir dan food Recall asupan zat gizi
mikro selama 3x24 jam.

40
3.8 Pengolahan Data
Setelah data yang didapatkan kuesioner, selanjutnya dengan bantuan
fasilitas komputer data tersebut diolah melalui tahap-tahapan sebagai berikut:
3.8.1 Editing (penyunting data)
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner adalah lengkap
(semua pertanyaan sudah diisi jawabannya), jelas (jawaban pertanyaan
apakah tulisannya cukup jelas terjawab), relevan (jawaban yang tertulis
apakah relevan dengan pertanyaan) dan konsisten (apakah antara beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan isi jawabannya konsisten).
3.8.2 Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/ bilangan. Kegunaan data coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data.
3.8.3 Scoring
Scoring yaitu menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan
kuesioner dan setiap jawaban akan diberi nilai (score).
Pada variabel pengetahuan diberikan score baik, jika jumlah
jawaban 76-100%,cukup, jika jawaban 56-75%, kurang baik jika jumlah
jawaban <56%.
3.8.4 Entry
Data yang telah diperiksa dan diberi kode dimasukan kedalam
program.
3.8.5 Cleasing
Memastikan bahwa keseluruh data telah dimasukkan dan tidak
terdapat kesalahan dalam memasukan data sehingga data siap untuk
dianalisis.
3.9 Etika Penelitian

41
Menurut (sulistyaningsih, 2011 :146) setaip penelitian sebaiknya
diminttakan ethical clearance, yaitu semacam persetujuan dari komite etik
penelitian disuatu institusi bahwa penelitian yang akan dilakukan ini tidak
membahayakan responden penelitian yang terdiri dari :
3.9.1 Menjamin Kerahasian Responden
Merupakan cara untuk menjamin kerahasian responden dengan
tidak mencantumkan nama responden dalam pengisian instrument penelitian
maupun penyajian hasil penelitian. Nama responden diganti dengan
pemberian nomor kode responden.
3.9.2 Menjamin Keamana Responden
Keamanan responden harus dipenuhi untuk tindakan invasive
pada tubuh manusia maupun tindakan yang dapat menginvasi pemikiran
responden
3.9.3 Bertindak Adil
Bertindak adil dilakukan dengan memberikan perlakuan yang
sama sebelumnya, yaitu misalnya masing-masing responden diberi leaflet,
selanjutnya responden ada diberi penyuluhan dan ada yang tidak. Setelah
penelitian selesai, peneliti akan memberikan penyuluhan kepada responden
yang tidak mendapatkan penyuluhan pada proses penelitian.
3.9.4 Mendapatkan persetujuan dari responden
Peneliti perlu meminta persetujuan dari responden dalam keikut
sertaannya menjadi responden. Sebelumnya memintak persetujuan dari
responden, peneliti harus memberikan informasi tentang tujuang dilakukan
penelitian. Setelah mendapatkan informasi tersebut, responden berhak
meolak keikut sertaan menjadi responden. Apabila responden
menyetujuinya, maka responden diminta menandatangani persetujuan.

42
43
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN ANEMIA DENGAN ASUPAN (Zn,Fe, dan Se) DI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI TAHUN
2021

A. Identitas
Nama Responden :
Umur :
Prodi/Semester :
Berat badan : (kg)
Tinggi Badan : (cm)

B. Pengetahuan Anemia
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar dibawah ini
1. Yang dimaksud dengan anemia adalah ? (jawabannya a)
a. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kuang dari batas
normal
b. Suatu keadaan dimana tekanan darah rendah dari batas normal
c. Dimana keadaan tubuh terasa lemas
d. Suatu keadaan dimana kelebihan darah merah
2. Kadar Hb normal dalam darah adalah? (jawabannya a)
a. >12 g/dl
b. <12 g/dl
c. ≥12 g/dl
d. 12 g/dl
3. Apa saja salah satu tanda dan gejala anemia ? (jawabannya a)
a. Cepat lelah,pucat, (kulit,bibir,mata,kuku dan telapak tangan), mata
berkunang-unang,lemas dan pusing
b. Keringat dingin, demam dan muntah
c. Demam tinggi
d. Mual dan pusing
4. Berikut cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia adalah ?
(jawabannya b)
a. Perbanyak minum air putih, dan makanan yang tinggi karbohidrat
(nasi,oat,sereal,dll)
b. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
(sayuran,buah,daging merah, kacang kedelai, dll)

44
c. Olahraga yang cukup
d. Mengkonsumsi obat herbal
5. Penyebab utama seseorang mengalami anemia adalah ? (jawabannya a)
a. Kekurangan zat besi
b. Kelebihan karbohidrat dan zat besi
c. Kekurangan zat gizi
d. Tidak mengkonsumsi TTd
6. Vitamin yang sangat berperan dalam meningkatkan zat besi adalah ?
(jawabannya b)
a. Vitamin A
b. Vitamin C
c. Vitamin B
d. Vitamin E
7. Kelompok yang paling beresiko menderita anemia adalah? (jawabannya a)
a. Remaja putri
b. Remaja putra
c. Lansia (lanjut usia)
d. Anak-anak
8. Dibawah ini yang merupakan makanan yang sumber zat besi atau makanan
penambah darah yang berasal dari nabati (jawabannya b)
a. Ikan dan nasi
b. Daun singkok,bayam,tahu, tempe
c. Udang dan tahu
d. Singkok dan udang
9. Tanda tanda awal seseorang terkena anemia adalah ? (jawabannya b)
a. Tampak segar dan bersemangat
b. Pucat,mudah lelah dan mata berkunang-kunang
c. Beraktivitas dengan bersemangat
d. Warna kulit berubah
10. Salah satu pencegahan anemia adalah ? (jawabannya a)
a. Megkonsumsi TTD
b. Mengkonsumsi Vitamin A
c. Mengkonsumsi sayuran
d. Mengkonsumsi makanan berkabohidrat
11. Dibawah ini merupakan sumber makanan zat Seng (Zn) adalah ?
(jawabannya a)
a. Daging,hati, kerang dan telur
b. daun bayam,kangkung,bakso
c. buah mangga dan anggur
d. ikan dan tempe

45
12. sumber kandungan selenium terendah terdapat dalam golongan ? (jawaban
c)
a. serealia dan biji-bijian
b. kacang-kacangan
c. sayur dan buah
d. daging dan unggas
13. Berapa gram zat besi yang terdapat didalam tubuh manusia dewasa?
(jawaban c)
a. 6 gram
b. 1-2 gram
c. 3-5 gram
d. 10 gram
14. Berapa banyak tubuh mengandung zat Seng ? (jawaban b)
a. 3-4 gram
b. 2-2,5 gram
c. 3 gram
d. 5 gam
15. Berapa jumlah selenium dalam tubuh ? (jawaban a)
a. 3-30 mg
b. 1-2 mg
c. 40 mg
d. 45 gm

46
B. Recall
Data berikut adalah makanan yang dikonsumsi dari 00:00 hingga jam
24:00 selama 3 hari
Nama responden :
Tanggal wawancara :

No.Re Responde Waktu Nama komposisi Urt Gra


s n makan menu m
makanan

47
48

Anda mungkin juga menyukai