Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga proposal negoisasi dan advokasi
kesehatan dengan judul “Penyuluhan Mengenai Anemia Pada Remaja Putri Di
Man 2 Model Makassar” dapat diselesaikan. Proposal ini merupakan proposal
yang bertujuan agar para siswa dapat mengetahui tentang anemia gizi besi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini sangat jauh dari
kesempurnaan dan penyelesaian proposal ini juga tidak akan terwujud tanpa
bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, kritik dan saran akan
sangat membantu kami demi perbaikan pada program selanjutnya untuk lebih
baik.

Makassar, Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Program usulan.............................................................................................6
C. Tujuan program.............................................................................................6
D. Target/sasaran ..............................................................................................7
E. Pesan (message)............................................................................................7
F. Pemberi pesan (messanger).........................................................................10
G. Metode penyampaian..................................................................................11
H. Penggunaan media secara efektif................................................................11
I. Uraian hambatan realisasi program.............................................................11
J. Pihak yang bisa dilibatkan atau mitra.........................................................11
K. Organisasi pelaksana...................................................................................11
L. Jadwal pelaksanaan.....................................................................................12
M. Anggaran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
A. Latar belakang

Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak
faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas antara lain faktor gizi. Kekurangan gizi dapat merusak sumber
daya manusia (Jalal, 1998). Usaha peningkatan sumber daya manusia dewasa
ini adalah usaha mempersiapkan generasi muda melalui pembinaan wanita
calon ibu kepemeliharaan janin, bayi, anak balita, anak sekolah dan remaja.

Menurut Ali dan Asrori, (2004), golongan remaja merupakan kelompok


aktif serta kelak merupakan generasi penerus yang diharapkan berpotensi
tinggi dalam pembangunan nasional. Fenomena psikis dan fisik remaja
berhubungan dengan masa pubertas. Perubahan psikis dan fisik yang drastis
pada masa pubertas mempengaruhi kebutuhan zat-zat gizi pada masa remaja
tersebut. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan organ-organ reproduksi
menuju kedewasaan. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologi berlangsung cepat dan pada akhir masa pubertas terjadi peningkatan
kebutuhan zat besi, perkembangan otot skeletal berlangsung cepat bersamaan
dengan berkembangnya volume darah. Pertumbuhan cepat pada remaja dan
kematangan seksual akan meningkatkan kebutuhan zat besinya.

Anemia gizi, khususnya Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan masalah


terbesar gangguan defisiensi gizi di dunia ini. Anemia merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang tidak hanya pada ibu hamil, bayi dan balita tetapi
juga pada anak sekolah termasuk remaja karena pertumbuhan memerlukan
sejumlah besar zat besi secara terus menerus untuk meningkatkan massa tubuh
(Santosh dan Sheila, 2001).

Anemia pada remaja putri sampai saat ini merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat. Selain karena masalah menstruasi, anemia juga
disebabkan karena remaja putri sudah mulai mempunyai perhatian yang besar
terhadap perkembangan tubuh, penampilan dan penerimaan oleh teman-teman
sebayanya. Bahkan banyak yang berdiet tanpa nasehat dokter atau

1
pengawasan dari orang yang ahli di bidang gizi, sehingga pola konsumsinya
sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang dan tabu yang
mereka lakukan terhadap makanan yang mereka makan dan hal ini akan dapat
merugikan mereka sendiri. Bila hal ini berlanjut dikhawatirkan akan terjadilah
berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala-gejala
kelainan gizi.

Anak-anak dan wanita usia subur (WUS) adalah kelompok yang paling
berisiko, dengan perkiraan prevalensi anemia pada balita sebesar 47 %, pada
wanita hamil sebesar 42 %, dan pada wanita yang tidak hamil usia 15-49
tahun sebesar 30 %. World Health Organization (WHO) menargetkan
penurunan prevalensi anemia pada WUS sebesar 50 % pada tahun 2025.
Prevalensi rendah anemia di dunia diperkirakan 1,32 miliar jiwa atau sekitar
25% dari populasi manusia di dunia, dimana angka tertinggi benua Afrika
sebanyak 44,4%, benua Asia sebanyak 25%-33,0% dan terendah di benua
Amerika utara sebanyak 7,6% (WHO, 2015).

Angka kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia mengalami


penurunan. Pada tahun 2004 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) menyatakan prevalensi anemia defisiensi tertinggi terdapat pada
remaja putri usia 10-18 tahun sebanyak 57,1%, dibandingkan pada ibu hamil
50,5%, ibu nifas 45,1% dan balita 40,5%. Data Riset Kesehatan Dasar RI
(Riskesdas, 2007) pun menunjukkan secara nasional prevalensi anemia pada
wanita perempuan dewasa (≥15 tahun) ditemukan kejadian anemia sebanyak
19,7% dan hasil Riskesdas 2013 ditemukan proporsi anemia pada remaja (15-
24 tahun) sebesar 18,4% (Badan Litbangkes Depkes RI, 2013). Menurut
WHO, Prevalensi anemia masih dianggap menjadi masalah kesehatan
masyarakat dikategorikan sebagai berikut: bukan masalah kesehatan
masyarakat jika < 5%, masalah kesehatan masyarakat tingkat ringan jika 5-
19%, masalah kesehatan tingkat sedang jika 20- 39,9%, dan merupakan
masalah kesehatan tingkat berat jika ≥40% (Departemen Kesehatan RI, 2014).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia. Menurut

2
WHO (2014) diketahui bahwa terjadinya anemia disebabkan oleh beberapa
faktor seperti: kurangnya produksi sel darah merah yang abnormal,
pemecahan sel darah merah yang berlebihan. Penyebab yang berkaitan dengan
kurang gizi, dihubungkan pada asupan makanan, kualitas makanan, saitasi dan
perilaku kesehatan, kondisi lingkungan sekitar, akses pada pelayanan
kesehatan dan kemiskinan serta keadaan geografis daerah tersebut.

Remaja yang lebih sering mengalami anemia adalah remaja putri, karena
dalam usia reproduksi setiap harinya memerlukan zat besi tiga kali lebih
banyak dengan remaja putra. Hal ini disebabkan remaja putri mengalami
menstruasi setiap bulannya. Hal tersebut diperparah dengan pola konsumsi
remaja putri yang terkadang melakukan diet pengurusan badan sehingga
semakin sedikit asupan zat besi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka
(Martini, 2015).

Adapun faktor penting pada kejadian anemia dari peradangan dan asupan
makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi, kehilangan darah akibat
schistosomiasis, infestasi cacing, dan trauma dapat menyebabkan defisiensi
zat besi dan anemia. Status gizi remaja sangat berpengaruh pada pertumbuhan
otak yang diperlukan untuk proses kognitif dan intelektual. Timbulnya
masalah gizi remaja pada dasarnya dikarenakan perilaku konsumsi makan
yang salah, yaitu keseimbangan antara konsumsi nutrisi dengan kecukupan
nutrisi yang dianjurkan, bila konsumsi nutrisi kurang dari kecukupan maka
remaja akan mengalami gizi kurang dan sebaliknya jika konsumsi melebihi
angka kecukupan maka remaja akan menderita gizi lebih dan obesitas. Kurus
dan obesitas merupakan masalah gizi yang paling sering ditemuimaka remaja
dapat mengakibatkan prestasi akademik menurun.

Tingkat pendapatan serta pendidikan seseorang melatar belakangi


kebiasaan makan, tidak sedikit remaja putri memilih-milih jenis makanan
tertentu dan melakukan suatu upaya menghilangkan makan pagi atau siangnya
untuk mengurangi berat badannya, sedangkan asupan makan yang bernilai gizi

3
heme dan non-heme tidak dimakan. Akibatnya mereka akan mengalami
kekurangan beberapa zat gizi makanan terutama zat kapur dan besi. Dampak
anemia pada wanita dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
sakit dan menurunkan produktivitas kerja. Kadar hemoglobin dengan
produktivitas kerja menunjukan adanya korelasi yang positif, hal ini bermakna
semakin rendah kadar Hb, maka produktivitas kerja subjek semakin menurun
(Husjain, 2014).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pangan jajanan


berkonstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan energi sebesar 31,1% dari
protein sebesar 27,4%. Hasil penelitian menunjukkan 78% anak sekolah
mengkonsumsi jajanan dilingkungan sekolah baik di kantin maupun area
sekolah sehingga anak sekolah mudah terkena penyakit salah satunya
mengalami anemia sebesar 33,7% (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan,
2015).

Menurut Hapsa dan (Yunita, 2012) di SMA polewali Mandar menemukan


anemia sebanyak 67% dari 111 responden, terdapat hubungan yang cukup
kuat antara status gizi kurang terhadap kejadian anemia. Sedangkan prevalensi
anemia di Sulawesi Selatan, (Nadjah, 2009) melaporkan hasil penelitiannya
bahwa prevalensi anemia pada remaja putri di Pesantren Darul Istiqomah
Maccopa Kabupaten Maros ditemukan sebesar 47,62% dengan hasil analisis
bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah kurangnya asupan vitamin C
yang berhubungan dengan kejadian anemia, vitamin C berperan dalam
meningkatkan absorpsi zat besi non heme yang berbentuk ferri atau ferro agar
mudah diserap oleh tubuh. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya
asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari, sehingga jika terjadi
kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan
dapat menyebabkan anemia. Sedangkan hasil analisis didapatkan prevalensi
anemia pada remaja putri di SMA Negeri 10 Makassar sebanyak 34,5%.

4
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Arsiyanti, 2014) di
Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto karakteristik umur 16-18 tahun
63,3%, pendidikan dan pekerjaan orangtua, status gizi, Lila, status hemoglobin
yang paling banyak adalah gizi normal 88,8%, <23,5 cm 52,4%, menstruasi
sebulan sekali 77,7%, jumlah ganti pembalut 1-4 pembalut sebanyak 85,5%
dan nyeri haid sebanyak 88,0% perilaku konsumsi, pengetahuan dan sikap
tentang anemia p (0.634) > lila 0.05. Faktor menstruasi yang paling
berpengaruh terhadap kejadian anemia. Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto kadar hemoglobin darah remaja
putri berkisar antara 6,2-15,1 gr/dl. Dari 166 remaja putri yang diperiksa,
sebanyak 30,7% menderita anemia (kadar Hb< 12 gr/dl).

Penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan ada hubungan status gizi


dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hal ini dikarenakan remaja putri
mempunyai kebiasaan kurang mengkonsumsi makanan sumber zat besi dan
rata-rata mempunyai orang tua dengan tingkat pendidikan yang rendah
sehingga pengetahuan dalam pemenuhan asupan zat gizi yang seimbang
menjadi kurang. (Indarti & Kartini, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan pada siswi SMAN 2 Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto pada tanggal 14 Oktober 2017 dengan melakukan pengukuran
kadar Hb menggunakan alat Hb meter Easytouch, diperoleh dari 52 siswi yang
mengalami anemia sebanyak 32 orang (62,8%) dan yang tidak mengalami
anemia berjumlah 20 orang (37,2%). Sebagian siswi mengkonsumsi Tablet
Penambah Darah dan sebagian lainnya tidak. Melihat beberapa hasil penelitian
yang telah di uraikan sebelumnya memberikan dampak yang diberikan akibat
anemia gizi besi. Anemia berdampak pada gangguan fungsi kognitif,
kemampuan akademik rendah, kemampuan mental anak, menurunnya
aktivitas fisik anak, menurunnya produktivitas kerja pada orang dewasa,
sehingga berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada remaja berisiko
gangguan pertumbuhan, gangguan imunitas.

5
Data-data di atas menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja masih
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada remaja putri mengalami peningkatan
kebutuhan besi karena percepatan pertumbuhan (growth spurt) dan
menstruasi. Selain itu, remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk
badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan melakukan
pantangan terhadap banyak makanan (Sediaoetomo, 2004).

Oleh sebab itu, penanggulangan anemia pada remaja sangat penting untuk
melahirkan generasi penerus bangsa terutama akan menjadi seorang ibu.
Penanggulangan dapat dilakukan dengan baik apabila faktor risiko yang
berhubungan dengan terjadinya anemia pada remaja putri dapat diketahui
secara dini.

B. Program usulan
Memberikan edukasi kepada para siswa mengenai pentingnya menjaga
pola makan agar memenuhi kecukupan gizi zat besi (Fe) pada tubuh,
sehingga terhindar dari anemia yang disebabkan karena kurangnya zat besi
untuk memproduksi darah.

C. Tujuan program
Tujuan Umun :
Setelah dilakukan penyuluhan siswa dapat mengetahui tentang anemia gizi
besi.
Tujuan Khusus :
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan para siswi MAN 2 Model
Makassar dapat :
 Mengetahui pengertian anemia gizi besi
 Mengetahui tanda-tanda anemia gizi besi
 Mengetahui penyebab terjadinya anemia gizi besi
 Mengetahui dampak anemia gizi besi
 Mengetahui cara pencegahan anemia gizi besi

6
 Mengetahui cara pengobatan anemia gizi besi

D. Target/sasaran
 Para siswi MAN 2 Model Makassar

E. Pesan (message)

1. Pengertian Anemia
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008). Menurut Anie
Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Anemia gizi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan satu atau
lebih zat-zat gizi esensial seperti zat besi atau zat gizi mikro lainnya seperti
asam folat dan vitamin B12 disebut anemia gizi (Husaini, 1989).
Anemia gizi besi adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah diakibatkan karena defisiensi zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur
penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi
mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu: sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam
sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh
(Almatsier, 2001).

2. Tanda-tanda Anemia Gizi Besi


Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.

7
Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan
kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas
dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

3. Penyebab Terjadinya Anemia Gizi Besi


Adapun penyebab anemia diantaranya adalah:
a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih
banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya
sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh
akan zat besi tidak terpenuhi. Zat besi yang berasal dari bahan makanan
hewani (zat besi heme) mempunyai tingkat absorpsi 20-30 % sedangkan
zat besi non heme (nabati) hanya 10-15 %. Zat besi heme lebih mudah
diserap dan penyerapannya tidak tergantung dengan zat makanan lainnya,
tapi zat besi heme ini dapat berubah menjadi zat besi non heme jika
dimasak dengan suhu yang tinggi dan dalam waktu yang lama. Sedangkan
zat besi non heme lebih sulit diserap dan penyerapannya sangat tergantung
pada zat makanan lainnya baik secara positif maupun negative. (Husaini,
1989).
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan
tubuh akan zat besi meningkat tajam.
2) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi
diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu
sendiri.
3) Pada penderita menahun seperti TBC.

8
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan
darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:
1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang
menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi
terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat
besi.
2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan
anemianya.
d. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan
e. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses (tinja)
f. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi
±1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria
g. Kurangnya konsumsi vitamin C yang membantu penyerapan zat besi.
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada pangan nabati, yaitu sayur
dan buah terutama yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya,
gandaria, dan tomat (Almatsier, 2001).
h. Kurangnya asupan protein yang mengakibatkan transportasi zat besi
terlambat sehingga akan terjadi defisiensi zat besi, disamping itu makanan
yang tinggi protein terutama berasal dari daging, ikan dan unggas juga
banyak mengandung zat besi.
i. Kebiasaan minum teh atau kopi pada saat makan makanan utama. Tannin
yang merupakan polifenol dan terdapat dalam teh, kopi, dan beberapa jenis
sayuran dan buah menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya.
Bila zat besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau
kopi waktu makan (Almatsier, 2001).

4. Dampak Anemia Gizi Besi


Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998). Dampak anemia pada remaja putri
ialah:

9
a. Mengakibatkan muka pucat.
b. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
c. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.

5. Pencegahan Anemia Gizi Besi


Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia,
antara lain sebagai berikut:
a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran
yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat
mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan
ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

6. Pengobatan Anemia Gizi Besi


Penderita anemia harus mengkonsumsi 60-120 mg Fe per hari dan
meningkatkan asupan makanan sumber Fe. Satu bulan kemudian harus dilakukan
pemeriksaan ulang. Bila hasilnya menunjukkan peningkatan konsentrasi Hb
minimal 1 g/dl atau hematokrit minimal 3%, pengobatan harus diteruskan sampai
tiga bulan.

F. Pemberi pesan (messanger)


 Tim “Penyuluhan mengenai anemia pada remaja putri di MAN 2
Model Makassar”

10
G. Metode penyampaian
Metode penyampaian yang digunakan dalam hal ini ialah metode ceramah
dan tanya jawab.

H. Penggunaan media secara efektif


Media juga menjadi salah satu kekuatan penting dalam pelaksanaan
penyuluhan mengenai anemia ini. Beberapa media yang akan dipakai
antara lain:
 Banner
 Leaflet mengenai anemia
 Laptop (Presentasi powerpoint)
 LCD

I. Uraian hambatan realisasi program


Adapun hambatan dalam pelaksanaan program ini yaitu waktu
pelaksanaan yang terbatas dan sasaran yang tidak sesuai target karena para
siswa lebih banyak bermain gadget dibandingkan memperhatikan
materinya dengan baik.

J. Pihak yang bisa dilibatkan atau mitra


 Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar
 Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Makassar
 Kepala Sekolah MAN 2 Model Makassar
 Guru MAN 2 Model Makassar

K. Organisasi pelaksana
 BEM dan Mahasiswa

11
L. Jadwal pelaksanaan
Acara ini, akan kami laksanakan pada:
Hari / Tanggal : Sabtu, 18 Desember 2020
Waktu            : 08.00 s/d 10.00 WITA
Tempat : Aula MAN 2 Model Makassar, Jl. AP. Pettarani Kota
Makassar

Pengisi
No Waktu Sesi Kegiatan Metode Durasi
Acara

08.00 – Pembukaan Ketua Pe- 10


1 I
08.10 Penyuluhan laksana menit

Penyampaian materi :
1. Pengertian
anemia gizi besi
08.10 – 2. Tanda-tanda 30
2 II Penyaji Ceramah
08.40 anemia gizi besi menit
3. Penyebab
terjadinya anemia
gizi besi
Penyampaian materi :
1. Dampak anemia
gizi besi
40
3 08.40-09.20 III 2. Pencegahan Penyaji Ceramah
menit
anemia gizi besi
3. Pengobatan
anemia gizi besi

09.20 – Penyaji Tanya 30


4 III Tanya jawab
09.50 dan peserta jawab menit

09.50 – Penutup dan pembagian 10


5 IV
10.00 snack menit

12
M. Anggaran

No. Uraian Biaya

Proposal
1. (Kertas, Biaya mencetak, tinta, dan Rp 50.000-,
penjilidan)
Surat menyurat:
2. Amplop Rp 25.000-,
Kertas 1 rim Rp 50.000-,
3. ID Card panitia Rp 42.000-,
Konsumsi:
4. Peserta snack Rp 350.000-,
Panitia Rp 150.000-,
Publikasi dan Dekorasi:
Dokumentasi Rp 60.000-,
5.
Banner Rp 80.000,-
Leaflet Rp 100.000,-
Humas dan Dana:
6.
Transportasi Rp 60.000-,
7. Souvenir Rp 50.000-,
8. Biaya tidak terduga Rp 50.000-,
Total Rp 1.067.000-,

13
DAFTAR PUSTAKA

Satriani. 2018. Tesis Analisis Determinan Anemia Pada Remaja Putri (15-18

Tahun). http://digilib.unhas.ac.id/

Rahmanda, Aris. 2016. Anemia Pada Remaja Putri.

https://www.slideshare.net/arise92/

Saadah, Haifa. 2013. Makalah Anemia. https://www.academia.edu/7191273/

Rafiah. 2014. Advokasi Anemia. https://www.academia.edu/24892654/

Anda mungkin juga menyukai