Anda di halaman 1dari 6

A.

Teknik Olah Vocal dalam Menyampaikan Pidato


Olah vocal adalah pengaturan suara agar suara yang dihasilkan dapat didengar dengan jelas, indah,
tepat, dan berjiwa dengan penggunaan pernafasan yang benar sehingga komunikasi menjadi
efektif. Ekspresi suara mempengaruhi peningkatan kepercaan orang lain terhadap kita. Karena
suara memancarkan energi, kegairahan, dan antusiasme. Suara yang baik dapat menciptakan
hubungan yang baik dan suara yang meyakinkan dapat menimbulkan kesan professional.
Unsur-unsur dalam olah vocal yang harus kita perhatikan diantaranya adalah
1. Artikulasi (Kejelasan)
Artikulasi menjadi sangat pentingketika kita berbicara didepan umum. Kebiasaan kita yang
berbicara terlalu cepat akan menghilankan beberapa huruf dalam kalimat dan akan membuat
pendengar merasa terganggu. Kita dapat berlatih artikulasi dengan cara berulangkali mengucapkan
huruf vocal A, I, U, E, O.
2. Intonasi (Nada Bicara)
Intonasi merupakan tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada kata-
kata tertentu di dalam kalimat. Intonasi suara terbaik adalah intonasi suara ketika anda berbicara
biasa kepada orang lain.
3. Volume
Pengaturan volume dalam public speaking harus disesuaikan agar pas ditelinga audience. Ketika
public speaking disebuah rapat, sangat penting untuk tidak pernah mengarahkan pembicaraan
hanya kepada orang terdekat, atau barisan terdepan saja. Atur volume dengan baik agar semua
orang dapat mendengar apa yang kita sampaikan.
4. Speed/Tempo (Kecepatan bicara atau cepat lambatnya pengucapan)
Jika kita bicara terlalu cepat, audience tidak akan punya aktu yang cukup untuk menanggkap
dengan baik pesan yang kita sampaikan. Yang terbaik adalah “tempo sedang”, namun sesekali
dapat dipercepat atau diperlambat. Ini akan menjadi pembicaraan yang lebih menarik.
5. Pace (Langkah atau ketukan konstan dalam berbicara)
Hal ini merupakan bumbu dalam teknik public speaking. Pace merupakan derap langkah yang
harus diperhatikan dalam metode bicara kita. Layaknya bernyanyi, public speaking pun memiliki
irama.
6. Pause (Pengaturan jeda dari perkalimat)
Dengan memberikan jeda kita akan lebih membuat audience dan lawan bicara penasaran dengan
apa yang akan kita sampaikan selanjutnya. Kita dapat memberikan tanda baca jeda pada teks
pidato kita. Tentunya pada beberapa titik yang menurut kita menjadi hal yang menarik.
7. Aksentuasi/Stressing (Penekanan kata atau kalimat tertentu)
Aksentuasi atau penekanan kata umumnya terletak pada suku kata terakhir. Ibarat sebuah bahasa
tulis aksentuasi samadengan cetak tebal. Tujuannya agar lebih dimengerti, member kesan lebih
kuat, meluruskan maksud dan memepercepat impact.
8. Phrasering (Pemenggalan kalimat)
Hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan dalam Phrasering adalah memahami titik atau
koma. Tanda titik atau koma adalah tempat mengambil nafas, oleh karena itu, tidak boleh
mengambil nafas diluar tanda yang ditetapkan.
9. Inflection (Perubahan nada suara)
Atur volume dengan sesekali menaikan atau menurunkannya, ini bisa menciptakan penekanan.
Jika kita menurunkan suara seperti hampir berbisik maka akan membuat audience tiba-tiba
memberikan perhatian penuh. Namun hati-hati, jangan terlalu sering memakai teknik ini
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam olah vocal:
1. Menggunakan suara diafragma atau perut sehingga suara terdengar bertenaga, jelas, dan
keras tanpa harus berteriak.
2. Rilex (tidak gugup), santai, maka suaranya akan terdengar powerful dan intonasinya
terdengar jelas.
3. Jika kita berbicara menggunakan microfon pastikan hal-hal dibawah ini dengan benar
sehingga tidak akan mengganggu penampilan kita.
a) Ketinggian microfon minimal sebatas dagu, maksimal sejajar dengan mulut
b) Jarak mic dengan mulut memmang tidak ada ukuran yang baku, namun kita-kita sekitar 15
cm dan disesuaikan dengan volume suara.
c) Pastikan mikrofon sudah dalam keadaan on sehingga tidak perlu di ketuk-ketuk, ditiup,
dihalo-halo dan lain-lain.
d) Ketika meletakan mic atau menaik turunkannya pastikan mic dalam posisi off.
e) Arah mic condong ke atas.
4. Popping berkaitan erat ketika kita menggunakan mic. Popping berarti keluarnya udara lewat
mulut tanpa disengaja akan mengganggu pendengaran audience dan menjadikan suara tidak jelas.
Meminimalisir popping dapat kita latih dengan berbicara didepan kertas. Jika kita berbicara
didepan kertas dan kertas tersebut tidk bergetar, berarti kita telah dapat mengatur udara yang
keluar dari mulut kita.
5. Hilang medok, hal ini menjadi kewajiban bagi kita yang ingin tampil maksimal di atas
panggung. Hilangkan aksen daerah asal, hal ini tertunya dapat dilatih. Beberapa daerah memiliki
prmaslahan tersendiri dalam menyampaikan pesan. Orang Sunda kesulitan mengucapkan huruf F
yang melebur menjadi huruf P. Orang Jawa memiliki kesulitan mengucapkan huruf B, D, G yang
diawal kata yang biasanya diikuti huruf N, M, NG dan penekanan huruf. Orang Sulawesi meiliki
masalah dalam mengucapkan kata AU dan AI yang melebur menjadi huruf E.
Kebiasaan buruk yang dapat merusak vocal antara lain:
a) Meniadakan huruf
Jangan sekali-kali meniadakan huruf, Karen aitu akan menjadi sebuah kebiasaan dan itu akan
membuat kitatidak professional dalam berpidato.
b) Malas membuka mulut, sebagai pembicara kita harus mau membuka mulut selear-lebarnya
agar kata yang terucap dapat terdengar dengan jelas.
c) Bicara dengan nada datar
Jika ini terjadi, maka audience akan merasa jeuh dan tidak tertarik. Oleh sebab itu berilah
penekanan pad akata-kata tertentu.
d) Nada akhir kalimat berakhir sama dengan kalimat lain.
Usahakan nada saat membaca kalimat awal berbeda dengan nada saat membaca kalimat
penutupan.
e) Kecepatan nada bicara yang tidak teratur
Jika hal ini terjadi, maka pernafasan anda akanterlihat jelek dan kalimat anda akan berantakan
sehingga tidak terdengar jelas oleh audience.
f) Penekanan kata atau suku kata yang kurang tepat
Penekanan kata itu penting namun jangan sampai salah pilih. Jika ini terjadi maka akan fatal dan
malah terdengar aneh ditelinga.
g) Mengulangi kata yang sama
Hal ini tertunya harus dihindari, karena apabila terjadi akan menimbulkan kesan bahwa kita
bingung dan pesan yang kitasmapiakan idak jelas.
h) Mengucapkan kata yang tidak penting
Tanpa kita sdaari, kita sering melakukan ini ketika lupa akan materi atau pesan ynag ingin kita
samapikan seperti “hmmm, eee, atau apa namanya ya? Dan sebagainya. Padhal hal tersebut
memuat kita tidak professional dan audience akan merasa kebingungan.
Suara adalah faktor terpenting dalam berpidato, karena pidato merupakan komunikasi
verbal dengan media lisan. Suara yang berkualitas jelas, enak didengar, genap, selaras, variatif,
dan fleksibel, mudah untuk diterima pendengar. Demikian juga suara yang berkualitas lantang,
berjangkauan luas dan mantap, lebih menyenangkan komunikan. Namun, kualitas dan kuantitas
suara semacam itu tidak dimiliki semua orang. Sebagian orang memiliki suara alami di bawah
kadar suara ideal tersebut. Meski begitu ada beberapa cara untuk merekayasa suara alami.
Menurut Austin, suara alami dapat direkayasa dengan tiga cara: pertama, dengan pemeliharaan
(preservation); kedua, dengan peningkatan (improvement); ketiga, dengan pengaturan
(management).
Pemeliharaan suara dapat dilakukan dengan enam cara. Pertama, seimbang dalam
segala sesuatu. Makanan dan minuman dikonsumsi tanpa berlebih-lebihan. Bahkan ada baiknya
mengikuti gaya hidup Nabi Muhammad SAW. Dalam hadist nabi disebutkan beliau hanya makan
ketika lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang. DenGan keseimbangan makanan, minuman,
dan tentu saja istirahat, tubuh menjadi sehat, dan kualitas suara pun terjaga. Kedua, tidak memaksa
diri bersuara maksimal setelah makan besar. Aturan ini terkait dengan aturan pertama. Hanya saja
lebih spesifik. Saat prut kenyang, jangan bersuara lantang. Pasalnya, sebagian suara keluar dari
arah perut. Memaksa suara di saat perut penuh mengurangi kualitas suara itu sendiri. Ketiga,
jangan paksa suara melampaui kekuatannya. Jangan pula meninggikan suara terus menerus tanpa
istirahat. Jika kedua hal itu dilakukan, pita suara akan lelah. Dan cepat atau lambat, suara bias
parau dan hilang. Keempat, ketika terjadi perubahan suara pada anak remaja menuju deasa, suara
jangan dipaksa juga. Saat itu suara sedang belum stabil. Suara yang lama sedang beradaptasi
dengan kondisi baru, sehingga pemaksaan yang frontal justru skan merusak adaptasi tersebut.
Kelima, menghindari makanan yang dapat merusak suara, seperti minuman dingin, mentega,
kacang-kacangan, jeruk, asam cuka, dan lain sebagainya. Dan keenam, mengonsumsi makanan
yang meningkatkan kualitas suara, seperti minuman hangat, teh, permen, telur mentah, mandi
dengan air hangat dan berjalan kaki. Keenam hal tersebut merupakan upaya untuk memelihara
suara.
Adapun upaya untuk meningkatkan (improvement) kualitas suara sedikitnya ada empat.
Pertama, berlatih terus menerus untuk bersuara dengan nada rendah hingga nada tinggi atau
sebaliknya. Kedua, berolaharaga khususnya berjalan sekitar satu mil sebelum sarapan. Ketiga,
berlatih membaca dengan suara keras di suatu ruangan bersama rekan, yang semakin hari semakin
menjauh jaraknya supaya menguatkan volume suara yang sedang berlatih. Keempat, melatih nada
tinggi dengan meninggikan suara pada pembicaraan tertentu yang dianggap penting.
Adapun pengaturan (management) suara terkait antara lain dengan pengucapan
(articulation), logat (accent), penekanan (emphasis), selaan (pause), titi nada (picht) dan variasi
suara (variety). Menurut Austin, pengucapan yang baik diukur dari kesesuaian prngucapan kata
(articulation) dengan kebiasaan yang paling disepakati dan paling lazim. Hal itu terkait erat tidak
hanya dengan unsure gramatikat tapi juga dengan logat (accent), keragaman logat dari berbagai
daerah perlu diindahkan oleh seorang pembicara agar artikulasi yang muncul dapat sesuai. Pada
momen-momen tertentu perlu melakukan penekanan suara (emphasis). Biasanya penekanan
terjadi pada saat mengungkapkan ide yang penting. Dalam pembicaraan, penekanan bisa
dilakukan dengan mengulang-ulang kata ayng diposisikan penting. Selama berpidato, pembicara
tentu tidak berbicara laksana kereta. Maka diperlukan jeda (pause) yang disesuaikan dengan tanda
baca dan kekuatan suara. Austin juga menjelaskan mengenai titi nada suara (picht) yang paling
tepat adalah titi nada yang mudah disampaikan pembicara dan berdampak positif pada wacana
yang hendak diutarakan. Misalnya orang yang bersuara keras layak berpidato penuh emosi dan
menggebu-gebu. Dalam hal itu, variasi nada suara perlu di perhatikan. Sebab, tanpa variasi pidato
akan tampak monoton.
Pidato sering dipandang sebagai peristiwa khas, tetapi kekhasannya sama sekali tidak
berarti bahwa hanya orang yang tertentu saja yang dapat menyampaikan pidato. Semua orang
dapat menyampaikan pidato dengan baik bila mereka mengetahui dan mempraktekkan prinsp-
prinsip dalam berpidato
1. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak)
2. Gunakan lambang-lambang auditif atau usahakan agar suara anda memberikan makna yang
lebih kaya pada bahasa anda(olah vocal)
3. Berbicaralah dengan kepribadian anda dengan tangan, wajah, dan tubuh anda(olah visual)

B. Bahasa Tubuh atau Gestur Ketika Berpidato


Bahasa tubuh (gestures). Tubuh kita berbicara banyak. Untuk menyampaikan pikiran dan perasaan
tertentu, gerakan tubuh lebih berarti dari pada kata-kata. Menurut penelitian para pakar
komunikasi, “ Kata-kata (verbal) hanya menyumbang kontribusi 7%, suara (voice)
menyumbang 38%, sementara bahasa tubuh (visual) menyumbang 55%, bagi kesuksesan
berbicara”. Pendengar senang memperhatikan seorang pembicara, selain mendengarkannya.
Karena sedikit-sedikit kita menjadi seorang aktor. Kiata harus mendramatisir pembicraan dengan
gerak tubuh yang sesuai, khususnya ekspresi wajah. Pendengar akan memperhatikan wajah
pembicara selama proses Public Speaking. Berlangsung. Ketika berbicara wajah kita akan lebih di
lihat dari pada bagian tubuh lainnya. Karena itu, jangan menunjukkan wajah sedih dalam suasana
gembira ( penuh galak tawa ), dan jangan main-main dalam suasana serius. Secara umum bahasa
atau gerakan tubuh meliputi: Ekspresi Wajah yaitu
1. Kontak mata
2. Gerakan tangan
3. Gerakan lengan
4. Gerakan bahu
5. Gerakan mulut atau bibir
6. Gerakan hidung
7. Gerakan kepala
8. Gerakan badan
9. Gerakan kaki
Semua gerakan tersebut harus sesuai dengan isi pembicaraan, jadi, jangan asal gerak. Untuk itu,
penting kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Setiap gerakan mengandung tiga bagian
1) Pendekatan (the approach), tubuh siap bergerak
2) Gerakan (the Stroke), gerakan tubuh sendiri
3) Kembali (the return), kembali ke posisi semulaatau keadaan normal
b. Spontan, wajar, tidak dibuat-buat, dan merupakan respon alamiah dari apa yang kita fikirkan,
rasakan dan lihat. Gerakan yang dilakukan berdasarkan isi pembicaraan.
c. Semangat, penuh ekspresi, tidak sepotong-potong dan tidak ragu
d. Sesuai dengan gagasan yang disampaikan atau sesuai dengan isi pembicaraan sekaligus
membantu menegaskan isi pembicraan
e. Variatif, jangan monoton
f. Jangan melakukan gerakan tubuh yang tidak bermakna atau tidak mendukung pembicaraan.
g. Gerakan tubuh harus sesuai besar kecilnya audience.
h. Hindari meletakkan tangan di bibir.
Gerak tubuh melipitu makna kualitas dan gaya. Ia terutama sekali mencakup gerakan kepala,
badan, dan lengan. Dalam retorika gerak ditinjau dari makna, kualitas, dan gaya. kebermaknaan
gerak tubuh dibagi menjadi dua, gerak tubuh bermakna dan gerak tubuh tidak bermakna. Gerak
tubuh bermakna dibagi menjadi:
1) Gerak tubuh alami, yaitu gerakan yang muncul tanpa ketidak sengajaan tapi dapat
diidentifikasi maknanya.
2) Gerak tubuh rekayasa yaitu gerakan sengaja yang dibuat oleh pelakunya dengan makna
tertentu. Contohnya gerakan tangan didepan bibir tertutup menunjukan perintah untuk diam.
Adapun gerak tubuh yang tidak bermakna dibagi menjadi lima:
1) Gerak tubuh pembuka, yaitu gerak tubuh yang memulai pembicaraan hanya dengan
mengangkat tangan secara horizontal, tidak terlalu tingi tidak terlalu rendah.
2) Gerak tubuh diskriminatif yaitu, gerakan yang dipakia untuk menerangkan, menekannkan,
atau menanyakan sesuatu. Misalnya anda mengatakan begini maksud saya sambil memajukan
tangan sambil mendorong.
3) Gerak tubuh pelengkap atau pengganti yaitu gerakan yang melengkapi gerakan yang lain.
Misalnya anda berpidato sambil menjulurkan tangan sambil menunjukan jari.
4) Gerak tubuh penundaan atau persiapan yaitu gerakan menarik perhatian dengan penundaan
yang dilakukan dengan mengangkat lengan pada suatu kata yang dianggap penting.
5) Gerak tubuh tegas yaitu gerakan yang dilakukan ketika ada kata yang dilawankan atau
dibandingkan dengan kata lain. Gerakan ini antara lain ditunjukan dengan pemindahan posisi
tubuh. Misalnya wajah menghadap kanan kemudian pindah posisi ke kiri atau sebaliknya.
Raut muka meliputi empati, ekspresi, dan jati diri. Disamping suara, raut muka juga penting untuk
menampilkan pidato. Sebab pada raut muka, pendengar menggantungkan pendengarannya
terhadap pembicara, baik suka atau tidak suka. Raut muka dinilai member pengetahua yang lebih
mendalam tentang perasaaan pembicara daripada apa yang dibicarakannya. Kareana raut muka
menyatakan lebih dari sekedar bahasa yang diungkapkan. Walaupun anda mengatakan”saya tidak
marah kok”, lawan biccara anda akan menyimpuilkan bahwa anda marah bersadarkan rona
merah di wajah anda.

Anda mungkin juga menyukai