Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
1. Pengertian Hotel............................................................................................3
2. Sumber Limbah.............................................................................................3
3. Karakteristik Limbah Perhotelan..................................................................4
4. Peraturan Pemerintah tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Hotel......5
5. Parameter Air Buangan Kegiatan Perhotelan..............................................6
6. Teknologi Pengolahan Air Buangan Perhotelan.........................................10
7. Proses Pengolahan Air Buangan Perhotelan...............................................19
8. Keuntungan dan Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”..............21
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat,


pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak
ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu
dampak dari kepadatan penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah
meningkatnya pemakaian air minum atau air bersih yang berdampak pada
peningkatan jumlah pembuangan air limbah domestik. Air limbah
domestik inilah yang akan menjadi salah satu penyebab pencemaran pada
sumber-sumber air baku.
Limbah dapat didefenisikan sebagai buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah dapat
mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya
karena alasan warna, isinya, kandungan anorganik atau organik, kadar
garam, keasaman, alkalinitas dan sifat-sifat khas mereka yang beracun
(Ginting, 1992).
Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah
tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Limbah cair yang berasal
dari hotel dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah
tangga. Namun perbedaannya adalah limbah yang berasal dari hotel
jauh lebih banyak daripada limbah yang berasal dari rumah tangga. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan dan dikembangkan suatu usaha untuk dapat
mengatasi atau mengurangi dampak negatif oleh kegiatan tersebut.
Adapun sumber limbah cair hotel itu biasanya berasal dari kamar
mandi maupun wc, laundry, dapur, restaurant, bar, ac sentral atau
yang sendiri-sendiri, dan masing-masing mempunyai karakteristik atau

1
sifat tersendiri. Limbah cair yang berasal dari hotel berkisar 150 – 220
L/orang/hari (Depparpostel, 1988).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan limbah hotel?
2. Apa saja sumber limbah cair hotel?
3. Bagaimana karakteristik dari limbah cair hotel?
4. Bagaimana peraturan pemerintah tentang baku mutu limbah cair
kegiatan hotel?
5. Apa saja parameter dari air buangan kegiatan perhotelan?
6. Bagaimana teknologi pengolahan air buangan perhotelan?
7. Bagaimana proses pengolahan air buangan perhotelan?
8. Apa saja keuntungan dan keunggulan dari proses biofilter “anaerob-
aerob”?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hotel
Pengertian hotel sesuai dengan Surat Keputusan Menparpostel No. KM
37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel
yaitu “hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan
minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara
komersial”. Pengertian hotel menurut Surat Keputusan ini hendaknya
dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana menurut Surat Keputusan
ini penginapan atau losmen tidak termasuk dalam pengertian hotel. Sedangkan
hotel juga menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari
seperti makanan, pencucian/laundry dan lain-lain bagi para pengunjungnya,
sehingga dalam aktivitasnya hotel juga menghasilkan berbagai limbah cair dan
sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk.

2. Sumber Limbah
Limbah cair perhotelan adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan
oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan. Karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti
layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti
pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel.
Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara lain:
 Limbah dari kamar mandi dan toilet
 Limbah dari kegiatan di dapur/restaurant
 Limbah dari kegiatan pencucian/loundry
 Limbah dari fasilitas kolam renang

3
3. Karakteristik Limbah Perhotelan
Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti limbah cair
domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif
sama seperti aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah
limbah yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada
dan tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan
yang ada di hotel tersebut.
Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Senyawa fisik:
 Berwarna
 Mengandung padatan
2) Senyawa kimia
 Kimia organik:
 Mengandung karbohidrat
 Mengandung minyak dan lemak
 Mengandung protein
 Mengandung unsur surfactan antara lain detergen dan
sabun
 Kimia anorganik:
 Mengandung alkalinity
 Mengandung Khloride
 Mengandung Nitrogen
 Mengandung Phospor
 Mengandung Sulfur
3) Senyawa biologi :
 Mengandung protista dan virus
Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut:
o Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 – 300 mg/lt.
o Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 –250 mg/l.

4
4. Peraturan Pemerintah Tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
Hotel
Limbah cair hotel adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh
kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan. Dengan demikian, maka limbah cair hotel harus
memenuhi baku mutu limbah cair hotel, yang merupakan batas maksimum
limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan.
Baku mutu limbah cair hotel tersebut diatur dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-52/Menlh/10/1995 (Lampiran A dan
B) dan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel.
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU
LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL TANGGAL 23 OKTOBER
1995
Parameter Kadar Maksimum (mg/l)
BOD5 75
COD 100
TSS 100
pH 6,0 - 9,0

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU
LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL TANGGAL 23 OKTOBER
1995
Parameter Kadar Minimum (mg/l)
BOD5 30
COD 50
TSS 500
pH 6,0 - 9,0

5
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
NOMOR 02 TAHUN 2011
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL
Parameter Kadar Maksimum (mg/l)
BOD5 30
COD 50
TSS 50
Minyak dan Lemak 15
pH 6,0 - 9,0

5. Parameter Air Buangan Kegiatan Perhotelan


1) Biochemical Oxygen Demand, BOD (BOD5)
BOD5 berarti analisis Biochemical Oxygen Demand yang
diinkubasi selama 5 hari. BOD merupakan ukuran jumlah zat organik
yang dapat dioksidasi oleh bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan
untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob.
Menurut Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika derajat
pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator
pencemaran penting untuk menetukan kekuatan atau daya cemar air
limbah, sampah industri, atau air yang telah tercemar. Nilai BOD yang
tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD
air limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah
sebesar 30 ppm.
Kristanto (2002) menyatakan bahwa uji BOD mempunyai
beberapa kelemahan diantaranya adalah:
 Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh
bahan-bahan organik atau bahan-bahan tereduksi lainnya, yang
disebut juga Intermediate Oxygen Demand.
 Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari.

6
 Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat
menunjukkan nilai total BOD, melainkan ± 68 % dari total BOD.
 Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air
tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak
bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti.

2) Chemical Oxygen Demand (COD)


Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat
dilakukan suatu uji yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu
berdasarkan reaksi Kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut
uji COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu suatu uji yang menentukan
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium
dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di
dalam air.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang
lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap
reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji
COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji BOD
karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur
melalui uji COD. Bahkan yang tidak dapat didegradasi secara biologis
tersebut akan didegradasi secara kimiawi melalui proses oksidasi.
Kelebihan uji COD disbanding uji BOD adalah analisa COD hanya
memakan waktu ± 3 jam, sedangkan analisis BOD 5 memerlukan 5 hari.
Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/l, tidak dibutuhkan
pengenceran sampel sedang pada umumnya analisa BOD selalu
membutuhkan pengenceran. Ketelitian dan ketepatan (reproducibility)
uji COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari uji BOD. Gangguan
dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada uji BOD,
tidak menjadi soal pada uji COD.

7
Tetapi uji COD mempunyai kekurangan yaitu uji COD hanya
merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia
yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam),
sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas
maka uji COD tidak dapat membedakan antara zat-zat yang sebenarnya
tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis.
Selain itu uji COD juga dapat menghasilkan racun dari reaksi oksidasi
kimianya dan juga dapat mengurangi oksigen terlarut dalam air.

3) Total Suspended Solids (TSS)


Total Suspended Solids atau total padatan tersuspensi adalah
bahan-bahan tersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan pada saringan
millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan
pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan
tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Padatan ini terdiri dari
senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air,
mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TSS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.
Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen
dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga.
Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui
kekuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk
penentuan efisiensi unit pengolahan air.
Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui ke
kuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk
penentuan efisiensi unit pengolahan air. Tetapi jika nilai TSS semakin
tinggi maka dapat mempengaruhi turbiditas (kekeruhan) pada perairan,
selain itu juga dapat mempengaruhi kehidupan akuatik karena jika
turbiditas terus bertambah maka oksigen dan cahaya matahari terhalang
masuk kedalam perairan sehingga mengganggu proses fotosintesis bagi
kehidupan akuatik.

8
4) Minyak dan Lemak
Minyak dan Lemak merupakan komponen utama bahan makanan
yang juga dapat didapat di dalam air limbah. Kandungan zat lemak dapat
ditentukan dan disajikan melalui contoh air limbah dengan heksana.
Selain heksana sebagai pelarut juga dapat dapat dipergunakan keroksin,
pelumas. Lemak dan minyak membentuk ester dan alcohol atau geliserol
dengan asam gemuk. Geliserid dari asam gemuk ini berupa cairan pada
keadaan biasa dikenal sebagai minyak dan apabila dalam bentuk padat
dan kental dikenal sebagai lemak. Lemak tergolong pada benda organik
yang tetap dan tidak mudah untuk diuraikan oleh bakteri. Bahan-bahan
asam dapat menghancurkannya untuk menghasilkan geliserin dan asam
gemuk. Pada keadaan basa seperti sodium hidroksida, geliserin
dibebaskan dan garam basa dari asam gemuk akan terbentuk. Adapun
garam basa ini dikenal sebagai sabun, seperti halnya dengan lemak
merupakan zat yang stabil.
Biasanya sabun dibuat melalui proses saponifikasi dari lemak
dengan sodium hidroksid. Mereka ini larut didalam air apabila berada
pada situasi basa, maka garam sodium berubah menjadi garam kalsium
dan magnesium serta asam gemuk yang merupakan bahan sabun yang
tidak larut dalam air. Minyak dan Lemak dapat sampai kesaluran air
limbah berasal dari kegiatan di dapur/restaurant hotel. Sebagian besar
Minyak atau Lemak mengapung di permukaan air limbah, akan tetapi
ada juga yang mengendap terbawa oleh lumpur.
Dalam mengelola air limbah, Minyak dan Lemak dapat membawa
dampak buruk yang dapat menimbulkan permasalahan pada dua hal
yaitu pada saluran air limbah dan pada bagunan pengolahan. Apabila
lemak tidak dihilangkan sebelum dibuang kesaluran air limbah dapat
mempengaruhi kehidupan yang ada dipermukaan air dan menimbulkan
lapisan tipis dipermukaan sehingga membentuk selaput. Selaput tersebut
dapat dapat mempengaruhi kehidupan akuatik karena selaput yang

9
terbentuk dari Minyak dan Lemak tersebut dapat menghalangi masuknya
oksigen dan cahaya matahari kedalam perairan sehingga mengganggu
proses fotosintesis bagi kehidupan akuatik. Kadar lemak sebesar 15-20
miligram/liter merupakan batas yang bisa ditolerer apabila lemak ini
berada di dalam air limbah.

5) Derajat Keasaman (pH)


Konsentrasi ion hidrogen merupakan salah satu parameter yang
penting, baik bagi air alamiah maupun air limbah. Cara yang umum
dalam menyatakan kekuatan ion hidrogen adalah dengan menggunakan
istilah pH. Rentang pH yang sesuai bagi kelangsungan hidup sebagian
besar kehidupan biologis memiliki nilai yang relatif sempit dan kritis
yaitu 6 hingga 9. Air limbah yang memiliki konsentrasi ion hidrogen
yang ekstrim akan sulit ditangani oleh proses pengolahan biologis, dan
jika konsentrasi ion hidrogen ini tidak diubah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan, maka air buangan ini dapat mengubah
konsentrasi ion hidrogen pada badan air di lingkungan. Air limbah yang
dibuang ke lingkungan agar dapat ditangani, rentang pH yang masih
diijinkan biasanya berkisar antara 6,5 hingga 8,5.
Nilai pH dari suatu larutan biasanya diukur menggunakan pH
meter. Selain itu dapat juga digunakan berbagai jenis kertas pH dan
larutan indikator yang dapat berubah warna pada nilai pH tertentu. pH
larutan ditentukan dengan membandingkan warna dari kertas pH atau
larutan dengan serangkaian warna baku.

6. Teknologi Pengolahan Air Buangan Perhotelan


Pengolahan air buangan terutama ditujukan untuk mengurangi kandungan
bahan pencemar di dalam air, seperti senyawa organik, padatan tersuspensi,
mikroba patogen dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang ada di alam. Proses pengolahan dilakukan sampai batas
tertentu sehingga air limbah tidak mencemarkan lingkungan hidup. Untuk

10
memilih teknologi pengolahan limbah yang tepat banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain:
 Laju aliran limbah
 Kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah)
 Ketersediaan lahan
 Standar air olahan yang diinginkan
 Kemampuan pembiayaan
Pengolahan air buangan dapat dibagi menjadi empat tahap pengolahan,
yaitu:
1. Pengolahan awal (Pre Treatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah:
 Screening
Saringan/screening biasanya dipasang pada bagian awal unit
pengolahan limbah cair. Screening berguna untuk
menangkap/menyaring sampah padat yang berukuran besar yang
terikut dalam aliran air limbah, seperti plastik, kain kayu, dan
lain sebagainya. Jika tidak ditangkap terlebih dahulu, sampah
tersebut akan menyumbat pipa, memacetkan pompa dan
peralatan mekanik lainnya, selain itu juga mengganggu proses
treatment selanjutnya.
 Grit Removal
Pada IPAL yang menggunakan pompa atau peralatan
mekanik yang lain, kalau air limbah mengandung partikel
inorganik seperti pasir, batu kecil, pecahan kaca, logam dan lain
sebagainya akan merusak peralatan mekanik tersebut. Kerusakan
tersebut disebabkan padatan inorganik dalam air limbah
menggerus peralatan mekanik. Selain merusak peralatan
mekanik, padatan inorganik akan mengakibatkan penyumbatan

11
pipa dan menambah lumpur di tangki sedimentasi atau bak yang
lain.
Bangunan untuk memisahkan partikel inorganik tersebut
disebut Grit chamber. Padatan organik diusahakan tidak
mengendap di sini supaya mempermudahkan pengolahan lumpur
di Chamber tersebut. Grit chamber biasanya dibuat/dipasang
pada unit IPAL skala besar. Sedangkan untuk unit IPAL skala
kecil dan menengah, karena partikel inorganiknya dianggap
relatif sedikit, maka tidak perlu memakai Grit Chamber.
 Equalization
Pada pengolahan air limbah, biasanya dari waktu ke waktu
terjadi fluktuasi baik debit maupun kandungan polutan, pH,
temperatur dan lain sebagainya. Fluktuasi tersebut akan
mempengaruhi efisiensi proses pengolahan. Maka untuk
mencegah penurunan efisensi dan efek tersebut, sebaiknya dibuat
bak ekualisasi untuk meratakan parameter-parameter air limbah
sebelum dimasukkan ke proses utama IPAL. Stabilisasi
parameter air limbah bertujuan untuk mengoptimalkan
pengoperasian IPAL, sehingga dapat menghemat aerasi atau
bahan kimia tambahan seperti nutrient, koagulan dan lain
sebagainya dalam proses pengolahan selanjutnya.
Tujuan dari ekualisasi adalah :
 Meratakan debit air imbah yang masuk ke proses
pengolahan.
 Meratakan fluktuasi beban organik, agar tidak terjadi
shock loading pada proses pengolahan.
 Meratakan pH untuk memudahkan kontrol dan
meminimalkan kebutuhan bahan kimia pada proses
netralisasi.

12
 Meratakan kandungan padatan untuk memudahkan kontrol
dan meminimalkan kebutuhan bahan kimia pada proses
koagulasi dan floakulasi.

2. Pengolahan tahap pertama (Primary Treatment)


Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan
yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada
proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap
pertama ialah:
 Kimia
 Netralisasi
Pada proses pengolahan limbah, sering diperlukan
koreksi pH/netralisasi, baik karena kondisi limbah bersifat
asam/acid (pH rendah) maupun karena limbah bersifat
basa/alkalis (pH tinggi). Sebelum air limbah masuk ke
sistem pengolahan biologis, sebaiknya dilakukan
netralisasi, karena pengolahan biologis lebih efektif dan
efisien pada kondisi pH netral. Netralisasi juga perlu
dilakukan baik sebelum limbah dibuang ke
alam/lingkungan agar effluen tidak mencemari lingkungan.
Cara mengkoreksi pH adalah dengan menambahkan
bahan kimia ke dalam air limbah, baik dalam bentuk
bubuk/powder maupun larutan/solution. Penambahan bahan
kimia tersebut menggunakan peralatan khusus seperti
dosing-pump (larutan) atau powde/granule feeder
(powder). Larutan atau bubuk kimia tersebut dimasukkan
dalam tangki pencampur yang dilengkapi pengaduk.
 Koagulasi
Proses koagulasi adalah proses penggabungan
(agglomeration) partikel koloid menjadi floc dengan cara

13
menambah electrolytes seperti garam anorganik (inorganic
salts).
 Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksikimia yang memecah molekul
air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan
anion hidroksida (OH−) melalui suatu proses kimia. Proses
ini biasanya digunakan untuk memecahpolimer tertentu,
terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh
bertahap (step-growth polimerization). Hidrolosis tidak
berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak
terpecah menjadi dua senyawa baru.
 Fisik
 Flotasi
Flotasi umumnya diterapkan pada pengolahan air
buangan industri, terutama yang kandungan SS dan minyak
tinggi. Pemisahan zat padat atau partikel zat cair dari cairan
diperolah dengan menyemprotkan gas (udara) berupa
gelembung-gelembung kecil ke dalam cairan. Gelembung
ini kemudian menempel pada bahan-bahan padat dan oleh
sebab gaya apung dari campuran partikel dan gelembung
udara cukup besar mengangkatnya ke permukaan.
Keuntungan sistem flotasi dari sedimentasi adalah
bahwa partikel yang sangat halus dan mengendap dapat
dihilangkan lebih sempurna dan dalam waktu yang relatif
singkat. Partikel-partikel yang mengapung ke atas dapat
dikumpulkan dan diciduk keluar.
 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel padatan
yang terkandung dalam air limbah oleh gaya gravitasi, baik
padatan organik maupun padatan inorganik. Pada sistem
pengolahan air limbah, proses sedimentasi dilakukan pada

14
awal (primary sedimentation tank), sesudah proses biologis
(secondary clarifier) atau sesudah proses koagulasi. Dalam
sistem kombinasi anaerobik dan aerobik, proses
sedimentasi dilakukan pada awal dan akhir.

3. Pengolahan tahap kedua (Secondary Treatment)


Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut
dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa.
Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini
ialah:
 Penghilangan organik terlarut dan unsur koloid
 Lumpur aktif (Activated Sludge)
Pengertian lumpur aktif diambil dari cara
pengolahannya, yaitu pengembalian sebagian lumpur
biologis ke bak aerasi karena ini sangat aktif dalam
menghilangkan bahan-bahan organik (soluble organic
matter) dari solusi air buangan. Umur lumpur (sludge age)
adalah istilah untuk umur atau lamanya terbentuk partikel
suspended solids (SS) dengan proses pengolahan, dengan
satuan hari.
Cara kerja proses lumpur aktif (lumpur balik) adalah
proses untuk merubah zat-zat yang tidak dapat mengendap
dalam bentuk koloid maupun tercampur menjadi flok-flok
biologis yang dapat diendapkan. Di dalam bak aerasi flok
ini terbentuk dari hasil penguraian bahan-bahan organik
oleh mikro organism terutama jenis bakteri (mixed liquor).
Mixed liquor ini secara kontinyu dialirkan ke bak
sedimentasi akhir. Di dalam bak sedimentasi akhir inilah
flok yang terbentuk dan disebut lumpur ini kemudian
dipisahkan dari air buangan dengan cara pengendapan. Air
yang sudah jernih dibuang sebagai effluen ke sungai (atau

15
badan air lainnya), sedangkan lumpur atau settle floc
dialirkan kembali secara kontinyu ke bak aerasi bersama-
sama dengan air kotor yang masuk.
 Trickling Filter
Pengolahan air limbah dengan proses Trickilng Filter
adalah proses pengolahan dengan cara menyebarkan air
limbah ke dalam suatu tumpukan atau unggun media yang
terdiri dari bahan batu pecah (kerikil), bahan keramik, sisa
tanur (slag), medium dari bahan plastik atau lainnya.
Dengan cara demikian maka pada permukaan medium akan
tumbuh lapisan biologis (biofilm) seperti lendir, dan lapisan
biologis tersebut akan kontak dengan air limbah dan akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air
limbah.
Proses pengolahan air limbah dengan sistem Trickilng
Filter pada dasarnya hampir sama dengan sistem lumpur
aktif, di mana mikroorganisme berkembang biak dan
menempel pada permukaan media penyangga.
 Kolam aerasi
Prinsip aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air,
sehingga oksigen terlarut di dalam air akan semakin tinggi.
Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena lebih
mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur biologi.
Prinsip kerjanya adalah membuat kontak antara air dan
oksigen. Untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah
maka dasar kolam dilapisi dengan plastik hitam dengan
ukuran kolam 5000 m2 dengan ketinggian 1,5 m. Dalam
kolam tersedia 8 buah mekanik aerator yang mempunyai
kapasitas 59 kg O2/hari.
 Penghilangan padatan tersuspensi
 Presipitasi (Pengendapan)

16
Presipitasi pada umumnya digunakan untuk
menghilangkan logam berat dari limbah cair yang
bersumber dari sepuhan logam, baja dan besi. Presipitasi
juga biasa dikenal sebagai pengendapan yaitu proses
pemisahan atau pengendapan yang menggunakan prinsip
gravitasi. Partikel logam berat yang lebih berat daripada air
akan mengendap.

4. Pengolahan tahap ketiga (Tertiary Treatment)


Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga
ialah:
 Koagulasi, Sedimentasi
Proses koagulasi adalah proses penggabungan
(agglomeration) partikel koloid menjadi floc dengan cara
menambah electrolytes seperti garam anorganik (inorganic salts).
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel padatan yang
terkandung dalam air limbah oleh gaya gravitasi, baik padatan
organik maupun padatan inorganik. Pada sistem pengolahan air
limbah, proses sedimentasi dilakukan pada awal (primary
sedimentation tank), sesudah proses biologis (secondary
clarifier) atau sesudah proses koagulasi. Dalam sistem kombinasi
anaerobik dan aerobik, proses sedimentasi dilakukan pada awal
dan akhir.
 Filtrasi
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya
dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse
osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak
mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang
dipergunakan dalam proses osmosa.
 Adsorpsi karbon

17
Pengolahan terjadi dengan adanya penahanan zat-zat organik
pada permukaan karbon. Metode yang umum digunakan
sekarang adalah granulated activated carbon column. Air
buangan disaring melalui kolom sampai kolom tersebut penuh
dengan bahan-bahan organik. Waktu kontak yang diperlukan
untuk metode ini 1 jam, setelah 1 jam penurunan warna menjadi
lambat. Karbon aktif dapat menghilangkan bakteri dan virus
secara efektif.
 Ion exchange (Penukar ion)
Penukaran ion merupakan proses pengolahan secara kimia
yang digunakan untuk menghilangkan ion yang tidak
dikehendaki dari limbah cair. Dalam pengolahan limbah cair
industri, penukaran ion sebagian besar digunakan untuk
menghilangkan kation seperti logam berat, tapi penukaran ion
juga dapat digunakan untuk menghilangkan anion seperti sianida,
arsenat dan kromat. 
 Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Roult
dan Hukum Dalton. Ada 4 jenis distilasi, yaitu distilasi
sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum.
Selain itu ada pula destilasi ekstraktif dan distilasi azeotropic
homogenous, distilasi dengan menggunakan garam berion,
distilasi pressure swing, serta distilasi reaktif.
 Reverse Osmosis (RO)
Pengertian dari sistem Reverse Osmosis atau RO adalah
perpindahan air melalui satu tahap ke tahap berikutnya yakni
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Teknologi
reverse osmosis (RO) banyak dimanfaatkan manusia untuk
berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk teknologi

18
pengolahan air minum. Salah satu ciri utama reverse osmosis
system (RO) adalah dengan adanya membran (semipermeable
membrane). Membran semipermeabel ini harus dapat ditembus
oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut. Proses reverse osmosis
menggunakan tekanan tinggi agar air bisa melewati membran, di
mana kerapatan membran reverse osmosis ini adalah 0,0001
mikron (satu helai rambut dibagi 500.000 bagian). Jika air
mampu melewati membran reverse osmosis, maka air inilah yang
akan kita pakai, tapi jika air tidak bisa melewati membran
semipermeable maka akan terbuang pada saluran khusus.
 Elektrodialisis
Elektrodialisis yaitu proses membran yang dicirikan oleh
suatu medan listrik tegak lurus terhadap membran penukar ion
(ion exchange membrane). Sebagai akibat dari adanya gaya
dorong (driving force) medan listrik, anion-anion dalam larutan
akan ditarik ke arah anoda dan kation-kation ditarik ke arah
anoda.

7. Proses Pengolahan Air Buangan Perhotelan


Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain
sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta
bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion
(pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak
kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas. Di dalam bak
kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang
tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari tiga buah ruangan.
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme.

19
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum
sempat terurai pada bak pengendap secara anaerob atau tanpa udara.
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob.
Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter
aerob. Di dalam ruang biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari
bahan pasltik tipe sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus
dengan udara dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro
organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah
serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang
mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik,
deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonia menjadi lebih besar.
Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini
lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur.
Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk
membunuh mikroorganisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan
aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia,
deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.

20
Gambar 2.1. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan Dengan
Proses Biofilter Anaerob-Aerob

8. Keuntungan dan Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”


Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:
 Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang terdapat
pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan mikroorganisme yang
menyelimuti permukaan media atau yang disebut juga biological film.
Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan
mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme
yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas
bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat
organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau
mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga
mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids
(SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.
 Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang
melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung
suspended solids dan bakteri e-coli setelah melalui filter ini akan
berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar

21
karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel
yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran
ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter
anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa
memakai bahan kimia serta kebutuhan energinya sangat kecil. Poses
ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas
yang tidak terlalu besar.
Selain terdapat keuntungan, proses dengan biofilter anaerob-aerob
mempunyai keunggulan. Beberapa keunggulan proses pengolahan air
limbah dengan biofilter anaerob-aerob antara lain yakni:
 Perawatannya sangat mudah.
 Biaya operasinya rendah.
 Jumlah lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit bila
dibandingkan dengan proses lumpur aktif.
 Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat
menyebabkan euthropikasi.
 Kebutuhan energi lebih kecil.
 Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang
cukup besar.
 Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Air buangan atau air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan
manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti
industri, perhotelan, dan sebagainya. Sumber air limbah terdiri dari air
limbah rumah tangga, air limbah industri dan air limbah kotapraja. Adapun
karakteristik dari limbah hotel terbagi menjadi 3 yaitu: karakteristik fisik,
karakteristik kimia dan karakteristik biologi. Beberapa parameter-
parameter yang digunakan juga dalam air buangan kegiatan perhotelan
antara lain: BOD, COD, DO, hardness, settleable solid, Total Suspended
Solid, Mixed Liquor Suspended Solid, dan Mixed Liquor Volatile
Suspended Solid. Dalam pengelolaan air limbah hotel pun dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan.
Dengan cara alamiah yakni dengan kolam stabilisasi sedangkan dengan
peralatan biasanya dilakukan pada IPAL, yang prosesnya dapat
dikelompokkan menjadi primary treatment, secondary treatment dan
tertiary treatment.

C. Saran
Penerapan pengolahan air limbah yang baik serta pemilihan sistem
pengolahan air limbah yang tepat sudah semestinya dimiliki oleh setiap
industri perhotelan, agar limbah industri yang ada benar-benar tidak
mengganggu kehidupan dan tidak memberikan dampak yang buruk bagi
lingkungan khususnya pada kesehatan masyarkat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Widiantoro, Rizki. Makalah Pengolahan Air Limbah.

https://www.slideshare.net/rizkiyuli19/

Alhamid, Soraya adlina. Pengolahan Limbah Cair Hotel.

https://www.scribd.com/doc/127539609/

Limbah Cair Hotel. https://studylibid.com/doc/1168555/

Anda mungkin juga menyukai