LAPORAN
“Kunjungan TPA Muara Fajar”
Dosen Pembimbing : Nila Puspita Sari, SKM.,MKM.
DisusunOleh :
KELOMPOK 1
“Pengelolahan Limbah Cair TPA (Air Lindi/Leachate)”
ArfitaRahmadian : 16012020
Noni Tetriana Indah Pratiwi : 15011187
Anti Notaris : 15011176
Yogi Priadi : 15011012
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya kelompok
mampu menyelesaikan laporan dengan judul“kunjungan TPA Muara Fajar”.
Laporan ini merupakan tugas ujian tengah semester mata kuliah Pengelolaan
Sampah Padat Dan Pengendalian Vektor.
Melalui laporan yang berjudulpengelolaan limbah cair (air lindi/leachate) ini yang
diharapkan dapat menunjang nilai kelompok di dalam mata kuliah Pengelolaan
Sampah Padat Dan Pengendalian Vektor. Selain itu, dengan hadirnya laporan ini
dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi
pembacanya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Nila
Puspita Sari, SKM, MKM selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak
yang terlibat di dalam penulisan laporan ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................... 15
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota di Propinsi Riau yang
perkembangannya cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya
jumlah penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kota Pekanbaru.
Kecendrungan pertambahan jumlah penduduk di Kota Pekanbaru yang
cukup pesat akan berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah yang
dihasilkan. Sampah sampah yang dihasilkan di Kota Pekanbaru sebagian
besar diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar untuk di
proses lebih lanjut. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar
terletak di Muara Fajar Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.
Pengelolaan sampah di TPA Muara Fajar saat ini di kelolah oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru. TPA Muara Fajar telah
beroperasi sejak tahun 1984 dengan luas lahan yang tersedia 9,8 Ha yang
beralaskan karpet untuk mencegah rembesan air lindi ke tanah sekitar.
Sampah yang masuk ke TPA Muara Fajar setiap harinya kira-kira 400-450
ton, yang di dalamnya terdapat berbagai jenis sampah seperti sampah
rumah tangga, sampah pasar, sampah dari tempat komersial dan lain
sebagianya dibawa dari seluruh kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru
yaitu berjumlah 12 kecamatan dengan jumlah armada sebanyak 150 buah
truk pengangkut. Pengolahan sampah yang dilakukan di TPA Muara Fajar
menggunakan sistem Sanitary Landfill, penggunaan sistem Sanitary
Landfill ini belum berjalan baik sehingga menimbulkan masalah
lingkungan, terutama masalah pencemaran lindi (leachate) jika tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan bau, menurunkan kualitas air
tanah, air sungai dan timbulnya berbagai macam serangga serta vektor
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.
1
Air lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang menginfiltrasi
melalui tumpukan sampah dan telah mengekstrasi material terlarut
maupun tersuspensi (Tchobanoglous, 1993). Kebanyakan TPA, air lindi
terbentuk dari cairan yang memasuki area timbunan sampah yang berasal
dari sumber sumber eksternal, seperti air hujan, air tanah dan cairan yang
diproduksi dari dekomposisi sampah. Lokasi TPA Muara Fajar berdekatan
dengan sungai dan Jika air lindi yang berasal dari TPA Muara Fajar tidak
diolah dengan baik maka akan berpotensi mencemari lingkungan,
membahayakan kesehatan manusia, sumber air dan biota biota perairan
yang ada disekitar TPA, karena didalam lindi terdapat berbagai senyawa
organik maupun anorganik serta sejumlah bakteri pathogen, selain itu lindi
juga mengandung amoniak, timbal dan mikroba parasit seperti kutu air
yang menyebabkan gatal gatal pada kulit. Keberadaan air lindi merupakan
salah satu masalah yang dihadapi oleh TPA Muara Fajar, dikarenakan
pada tahun 2008 terjadi peluapan air lindi di TPA Muara Fajar sehingga
banyak warga berdatangan ke TPA melaporkan hal tersebut karena banyak
ikan-ikan di sungai mati. TPA Muara Fajar saat ini sudah dilengkapi
dengan kolam pengolahan air lindi yang mana terdiri dari 4 kolam yaitu :
kolam pengendapan, kolam anaerobic, kolam anaerator dan kolam
penjernihan. setelah dilakukan nya pengolahan air lindi dengan baik, tidak
ada lagi kasus mencemari sungai disekitar TPA Muara Fajar. Telah
dilakukan juga uji sampel terhadap air lindi yang telah diolah, hasilnya
mengatakan air lindi positif tidak lagi mencemari lingkungan apa bila
sudah dicampur oleh antibakteri, bahkan ikan-ikan disekitar sungai dekat
pengolahan air lindi TPA Muara Fajar dapat hidup dengan baik dan
banyak masyarakat memancing disungai tersebut dan ikan-ikan tersebut
dapat di konsumsi.
B. Tujuan Umum
1. Mengetahui Pengelolaan Air Lindi di TPA Muara Fajar Kota
Pekanbaru.
2
C. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengelolaan air lindi di TPA Muara Fajar Kota
Pekanbaru.
2. Mengetahui pengolahan air lindi di TPA Muara Fajar Kota Pekanbaru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen.
Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air
permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD
yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.
5
pada fase methanogenesis. Degradasi material sampah di landfill
disebabkan karena proses biologi. Perubahan secara fisik dan kimiawi dan
juga produksi air lindi dan produksi gas berhubungan langsung dengan
aktivitas biologis di dalam landfill.
Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit
didegradasi, karena mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul)
dan bahan organik sintetik (Suprihatin 2002 in Sulinda, 2004). Pada
umumnya air lindi memiliki nilai rasio BOD5/COD sangat rendah (<0,4).
Nilai rasio yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa bahan organik
yang terdapat dalam air lindi bersifat sulit untuk didegradasi secara
biologis. Angka perbandingan yang semakin rendah mengindikasikan
bahan organik sangat sulit terurai (Alaerts dan Santika, 1984).
Komposisi air lindi sangat bervariasi karena proses
pembentukannya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik-
anorganik), mudah tidaknya penguraian (larut-tidak larut), kondisi
tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban,umur), karakteristik sumber air
(kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi),
komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba, dan kehadiran
in hibitor (Diana, 1992). Selain itu Sulinda (2004) menyatakan bahwa
proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana
oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi pembuangan
sampah dapat menjadi penyebab terbentuknya gas dan air lindi.
Sebagian besar limbah yang dibuang pada lokasi pembuangan
sampah adalah padatan. Limbah tersebut berasal dari berbagai sumber
yang berbeda dengan tipe limbah yang berbeda pula, sehingga setiap air
lindi memiliki karakteristik tertentu (Pohland da n Harper, 1985).
6
a) Dimanfaatkan Sebagai Biogas
Secara umum Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400
m dari pusat timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi
tersebut mencemari lingkungan TPA . Bisa dibayangkan kalau Pemerintah
dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak yang telah ditimbulkan oleh
adanya TPA yang masih menerapkan sistem open dumping, maka sudah
barang tentu akan berdampak negatif terhadap lingkungan baik terhadap
sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada kesehatan masyarakat
khususnya yang bermukim di sekitar TPA. Pengaruh pencemaran lindi
terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh pada
perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah
yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air
yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia dalam
air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh rasa
dan bau.
7
kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH
yang konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya
kehidupan makhluk hidup disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya
air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap
kesehatan penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar
TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan
merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan
terkontaminasinya air bawah permukaan yang pada akhirnya akan
menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh
penduduk sebagai sumber air minum.
8
BAB III
HASIL OBSERVASI
9
Gambar 3.1 Pengelolaan Air Lindi
10
Pada kolam ini air lindi yang berasal dari sampah akan mengalir
melalui pipa dan akan menuju kekolam pengelolaan lindi. Kolam pertama
merupakan kolam pengendapan yaitu air lindi akan ditampung dikolam ini
dan akan mengalamiproses pengendapan. Pada setiap 3-4 bulan sekali kolam
ini akan dikeringkan dan terdapat lumpur endepan yang dapat dijadikan
sebagai pupuk padat.
b. kolam kedua (kolam anaerobic)
Air lindi dari kolam pertama akan mengalir ke kolam kedua yaitu
merupakan kolam anaerobik. Pada kolam ini akan diberikan cairan anti
bakteri, digunakannya drum besar berwarna oren sebagai tempat
penampungan cairan antibakteri yang akan keluar berbentuk pancuran
sebagai penyiraman anti bakteri pada kolam ini setiap 5 liter/hari.
11
c. kolam ketiga merupakan kolam anaerator
12
Gambar 3.7 Drum Penyaringan (drum biru)
Disetiap kolam terdapat bak kontrol yang terdapat saringan berisi ijuk dan
arang bakau.
Adanya rembesan air lindi di saluran air hujan dan juga dibendungan
sekitar pengelolaan air lindi dikarenakan adanya kebocoran pada pipa saluran air
lindi, hal ini menyebabkan air lindi tidak masuk tepat pada saluran pipa kolam air
lindi.
13
Gambar 3.9 Rembesan Air Lindi
Untuk kualitas air lindi telah dilakukan pemeriksaan oleh dinas setiap 1
(satu) tahun sekali dan hasilnya tidak mencemari lingkungan. Menurut pernyataan
dari pihak pengelola , air lindi telah dipergunakan sebagai pupuk padat maupun
pupuk cair oleh warga sekitar. Adapun permasalahan ternisi pengelolaan air lindi
telah diberitahukan kepada pihak dinas terkait.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengelolaan air lindi pada TPA Muara Fajar terdapat 4 kolam sebagai
tahapan pengelolaan.
2. Setiap kolam memiliki fungsi yang berbeda-beda yaitu kolam pertama
merupakan kolam pengendapan, kolam kedua merupakan kolam
anaerobik, kolam ketiga merupakan kolam anaerator dan kolam
keempat merupakan kolam penjernihan.
3. Pada setiap tahapan pengelolaan terdapat permasalahn teknisi yang
belum diperbaiki oleh pihak terkait dan terdapat kebocoran pada
sistem perpipaan pengolahan air lindi yang mengakibatkan air lindi
tidak tersalur ke kolam pengolahan.
4. Air lindi yang telah diolah akan dibuang ke sungai dan tidak
mencemari lingkungan sekitar.
B. Saran
Sebaiknya pihak pengelola maupun dinas terkait dapat segera
memperbaiki pemasalahan teknisi serta struktur bangunan saluran
perpipaan yang terdapat ditahapan pengelolaan air lindi agar proses
maupun outlet dapat dilakukan dengan tepat.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://sirouzs.wordpress.com/2014/06/03/kesling-pencemaran-air-lindi-
leachate/di akses pada tanggal 09 November 2017, pukul 15.00
https://evinursyafitrisyamsul.blogspot.co.id/2015/10/pengolahan-air-lindi-
dengan-kombinasi.html
http://benangmerah.blogdetik.com/2014/03/26/mengenal-lindi-dan-cara-
memanfaatkannya
16
Lampiran Dokumentasi
Foto Bersama
17