Anda di halaman 1dari 20

Ilmu Kesehatan Masyarakat

LAPORAN
“Kunjungan TPA Muara Fajar”
Dosen Pembimbing : Nila Puspita Sari, SKM.,MKM.

DisusunOleh :
KELOMPOK 1
“Pengelolahan Limbah Cair TPA (Air Lindi/Leachate)”

ArfitaRahmadian : 16012020
Noni Tetriana Indah Pratiwi : 15011187
Anti Notaris : 15011176
Yogi Priadi : 15011012

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIkes HANGTUAH PEKANBARU
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya kelompok
mampu menyelesaikan laporan dengan judul“kunjungan TPA Muara Fajar”.

Laporan ini merupakan tugas ujian tengah semester mata kuliah Pengelolaan
Sampah Padat Dan Pengendalian Vektor.

Melalui laporan yang berjudulpengelolaan limbah cair (air lindi/leachate) ini yang
diharapkan dapat menunjang nilai kelompok di dalam mata kuliah Pengelolaan
Sampah Padat Dan Pengendalian Vektor. Selain itu, dengan hadirnya laporan ini
dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi
pembacanya.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Nila
Puspita Sari, SKM, MKM selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak
yang terlibat di dalam penulisan laporan ini.

Kelompok menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam


penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Pekanbaru, November 2017

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Tujuan Masalah .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Lindi ....................................................................... 4


B. Karakteristik Air Lindi ................................................................... 5
C. Pemanfaatan Air Lindi.................................................................... 6
D. Dampak Air Lindi Terhadap Lingkungan ...................................... 7

BAB IIIHASIL OBSERVASI

A. Tempat dan Waktu Kunjungan Lapangan ....................................... 9


B. Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Sampah Muara
Fajar ................................................................................................ 9
C. Pengelolaan Limbah Cair TPA (Air Lindi/Leachet) ....................... 9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16

Lampiran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota di Propinsi Riau yang
perkembangannya cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya
jumlah penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kota Pekanbaru.
Kecendrungan pertambahan jumlah penduduk di Kota Pekanbaru yang
cukup pesat akan berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah yang
dihasilkan. Sampah sampah yang dihasilkan di Kota Pekanbaru sebagian
besar diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar untuk di
proses lebih lanjut. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar
terletak di Muara Fajar Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.
Pengelolaan sampah di TPA Muara Fajar saat ini di kelolah oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru. TPA Muara Fajar telah
beroperasi sejak tahun 1984 dengan luas lahan yang tersedia 9,8 Ha yang
beralaskan karpet untuk mencegah rembesan air lindi ke tanah sekitar.
Sampah yang masuk ke TPA Muara Fajar setiap harinya kira-kira 400-450
ton, yang di dalamnya terdapat berbagai jenis sampah seperti sampah
rumah tangga, sampah pasar, sampah dari tempat komersial dan lain
sebagianya dibawa dari seluruh kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru
yaitu berjumlah 12 kecamatan dengan jumlah armada sebanyak 150 buah
truk pengangkut. Pengolahan sampah yang dilakukan di TPA Muara Fajar
menggunakan sistem Sanitary Landfill, penggunaan sistem Sanitary
Landfill ini belum berjalan baik sehingga menimbulkan masalah
lingkungan, terutama masalah pencemaran lindi (leachate) jika tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan bau, menurunkan kualitas air
tanah, air sungai dan timbulnya berbagai macam serangga serta vektor
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.

1
Air lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang menginfiltrasi
melalui tumpukan sampah dan telah mengekstrasi material terlarut
maupun tersuspensi (Tchobanoglous, 1993). Kebanyakan TPA, air lindi
terbentuk dari cairan yang memasuki area timbunan sampah yang berasal
dari sumber sumber eksternal, seperti air hujan, air tanah dan cairan yang
diproduksi dari dekomposisi sampah. Lokasi TPA Muara Fajar berdekatan
dengan sungai dan Jika air lindi yang berasal dari TPA Muara Fajar tidak
diolah dengan baik maka akan berpotensi mencemari lingkungan,
membahayakan kesehatan manusia, sumber air dan biota biota perairan
yang ada disekitar TPA, karena didalam lindi terdapat berbagai senyawa
organik maupun anorganik serta sejumlah bakteri pathogen, selain itu lindi
juga mengandung amoniak, timbal dan mikroba parasit seperti kutu air
yang menyebabkan gatal gatal pada kulit. Keberadaan air lindi merupakan
salah satu masalah yang dihadapi oleh TPA Muara Fajar, dikarenakan
pada tahun 2008 terjadi peluapan air lindi di TPA Muara Fajar sehingga
banyak warga berdatangan ke TPA melaporkan hal tersebut karena banyak
ikan-ikan di sungai mati. TPA Muara Fajar saat ini sudah dilengkapi
dengan kolam pengolahan air lindi yang mana terdiri dari 4 kolam yaitu :
kolam pengendapan, kolam anaerobic, kolam anaerator dan kolam
penjernihan. setelah dilakukan nya pengolahan air lindi dengan baik, tidak
ada lagi kasus mencemari sungai disekitar TPA Muara Fajar. Telah
dilakukan juga uji sampel terhadap air lindi yang telah diolah, hasilnya
mengatakan air lindi positif tidak lagi mencemari lingkungan apa bila
sudah dicampur oleh antibakteri, bahkan ikan-ikan disekitar sungai dekat
pengolahan air lindi TPA Muara Fajar dapat hidup dengan baik dan
banyak masyarakat memancing disungai tersebut dan ikan-ikan tersebut
dapat di konsumsi.
B. Tujuan Umum
1. Mengetahui Pengelolaan Air Lindi di TPA Muara Fajar Kota
Pekanbaru.

2
C. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengelolaan air lindi di TPA Muara Fajar Kota
Pekanbaru.
2. Mengetahui pengolahan air lindi di TPA Muara Fajar Kota Pekanbaru.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Air Lindi

Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari


pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari
air lindi ini dapat dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa
materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah.
Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah
terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat
pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-
senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat dan Galat) dan
anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat, Fosfat,
Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari
komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai
5000 kali lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis,
2008).

Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan


dikenal dengan istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses
perkolasi/percampuran (umumnya dari air hujan yang masuk kedalam
tumpukan sampah), sehingga bahan-bahan terlarut dari sampah akan
terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari suatu unit
pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan.
Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan
mg/L), sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan
(Machdar, I, 2008).

Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi


akibat bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi
maupun proses perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan

4
mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen.
Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air
permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD
yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.

B. Karakteristik Air Lindi

Karakter air lindi atau sangat bervariasi tergantung dari


prosesproses yang terjadi di dalam landfill, yang meliputi proses fisik,
kimia dan biologis. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
yang terjadi di landfill antara lain: jenis sampah, lokasi landfill,
hidrogeologi dan sistem pengoperasian, faktor tersebut sangat bervariasi
pada suatu tempat pembuangan yang satu dengan yang lainnya, begitu
pula aktivitas biologis serta proses yang terjadi pada timbunan sampah
baik secara aerob maupun anaerob. Dengan adanya hal tersebut maka akan
mempengaruhi pula produk yang dihasilkan akibat proses dekomposisi
seperti kualitas dan kuantitas air lindi serta gas, sebagai contoh bila suatu
TPS banyak menimbun sampah jenis organik maka karakter air lindi yang
dihasilkan akan mengandung zat organik tinggi, yang disertai bau.
Dari berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
karakteristik air lindi, pada umumnya hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa parameter air lindi yaitu mengandung BOD, COD jauh lebih besar
daripada air buangan.Air lindi yang berasal dari timbunan sampah yang
masih baru, biasanya ditandai oleh kandungan asam lemak volatile dan
rasio BOD dan COD yang tinggi, sementara air lindi dari timbunan
sampah yang lama akan mengandung BOD, COD dan konsentrasi
pencemar yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena dari timbunan
sampah yang masih baru, biodegradasi umumnya berlangsung cepat yang
ditandai dengan kenaikan produksi asam dan penurunan pH air lindi yang
mengakibatkan kemampuan pelarutan bahan-bahan pada sampah oleh air
menjadi tinggi. Perbandingan BOD dengan COD pada timbunan sampah
yang masih baru akan berkisar 0,4 % sampai 0,8 %, nilai akan lebih besar

5
pada fase methanogenesis. Degradasi material sampah di landfill
disebabkan karena proses biologi. Perubahan secara fisik dan kimiawi dan
juga produksi air lindi dan produksi gas berhubungan langsung dengan
aktivitas biologis di dalam landfill.
Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit
didegradasi, karena mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul)
dan bahan organik sintetik (Suprihatin 2002 in Sulinda, 2004). Pada
umumnya air lindi memiliki nilai rasio BOD5/COD sangat rendah (<0,4).
Nilai rasio yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa bahan organik
yang terdapat dalam air lindi bersifat sulit untuk didegradasi secara
biologis. Angka perbandingan yang semakin rendah mengindikasikan
bahan organik sangat sulit terurai (Alaerts dan Santika, 1984).
Komposisi air lindi sangat bervariasi karena proses
pembentukannya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik-
anorganik), mudah tidaknya penguraian (larut-tidak larut), kondisi
tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban,umur), karakteristik sumber air
(kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi),
komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba, dan kehadiran
in hibitor (Diana, 1992). Selain itu Sulinda (2004) menyatakan bahwa
proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana
oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi pembuangan
sampah dapat menjadi penyebab terbentuknya gas dan air lindi.
Sebagian besar limbah yang dibuang pada lokasi pembuangan
sampah adalah padatan. Limbah tersebut berasal dari berbagai sumber
yang berbeda dengan tipe limbah yang berbeda pula, sehingga setiap air
lindi memiliki karakteristik tertentu (Pohland da n Harper, 1985).

C. Pemanfaatan Air Lindi


Ternyata, seperti halnya sampah, lindi bisa dimanfaatkan. Apalagi
mengingat jumlah lindi yang dihasilkan dari tumpukan sampah yang
dihasilkan sangat banyak.

6
a) Dimanfaatkan Sebagai Biogas

Lindi mengandung senyawa organik terutama senyawa karbon


sehingga potensial menjadi bahan baku pembuatan biogas. Resirkulasi
lindi dapat meningkatkan laju dekomposisi kandungan organik menjadi
biogas hingga 70 %.

b) Dimanfaatkan untuk Pupuk Cair

Pupuk organik merupakan produk pupuk ramah lingkungan. Lindi


banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, diantaranya
organik Nitrogen (10-600 mg/lt), Amonium Nitrogen (10-800 mg/lt),
Nitrat (5-40 mg/lt), Fosfor Total (1-70 mg/lt), Total besi (50-600 mg/lt).

D. Dampak Air Lindi Terhadap Lingkungan

Secara umum Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400
m dari pusat timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi
tersebut mencemari lingkungan TPA . Bisa dibayangkan kalau Pemerintah
dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak yang telah ditimbulkan oleh
adanya TPA yang masih menerapkan sistem open dumping, maka sudah
barang tentu akan berdampak negatif terhadap lingkungan baik terhadap
sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada kesehatan masyarakat
khususnya yang bermukim di sekitar TPA. Pengaruh pencemaran lindi
terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh pada
perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah
yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air
yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia dalam
air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh rasa
dan bau.

Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia


yang terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia,

7
kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH
yang konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya
kehidupan makhluk hidup disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya
air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap
kesehatan penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar
TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan
merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan
terkontaminasinya air bawah permukaan yang pada akhirnya akan
menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh
penduduk sebagai sumber air minum.

Adanya TPA yang tidak jauh dari kali/sungai, harus diwaspadai


adanya pencemaran oleh lindi. Sungai tersebut mengalir dan masih
dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk keperluan sehari-hari seperti
mandi dan mencuci. Jika sungai ini tercemar oleh adanya rembesan lindi
maka akan berdampak negatif bagi penduduk yang yang masih
memanfaatkan air sungai tersebut, baik penduduk yang berada di sekitar
TPA maupun penduduk yang berada di hilir disepanjang sungai. Adanya
rembesan lindi yang telah mencemari lingkungan disekitar TPA berarti
melanggar pasal 29 ayat 1 point f Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008
tentang pelarangan pembuangan sampah dengan sistem open dumping.
Disamping itu juga telah melanggar Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

8
BAB III

HASIL OBSERVASI

A. Tempat dan Waktu Kunjungan Lapangan


Tempat : TPA Muara Fajar Kecamatan Rumbai Pesisir
Hari/Tanggal : Selasa, 7 November 2017
Waktu : 08.00 sampai 12.00 WIB

B. Gambaran umum Tempat Pembuangan Akhir Muara Fajar

TPA Muara Fajar berlokasi di Kelurahan Rumbar Pesisir Kota


Pekanbaru. TPA Muara Fajar digunakan sejak tahun 1984 dan memliki
lahan seluas 9,8 Ha. TPA ini di kelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Pekanbaru. Sampah yang masuk setiap harinya kira-kira
400-450 ton, yang di dalamnya terdapat berbagai jenis sampah seperti
sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah dari tempat komersial dan
lain sebagianyadibawa dari seluruh kecamatan yang ada di Kota
Pekanbaru yaitu berjumlah 12 kecamatan dengan jumlah armada sebanyak
150 buah truk pengangut. Perumahan penduduk sudah mengelilingi TPA
Muara Fajar tersebut, dimana penduduk yang berdomisili di sekitar TPA
sebahagian besar adalah warga yang mempunyai pekerjaan sebagai
pemulung.

C. Pengelolaan Air Limbah TPA (Air lindi/leacheat)

Pengelolaan air lindi pada TPA Muara Fajar terdapat 4 kolam


sebagai tahapan pengelolaan. Setiap kolam memiliki ukuran yang berbeda-
beda yaitu kolam pertama dan kedua memiliki ukuran 20x30 meter
sedangkan kolam ketiga dan keempat memiliki ukuran 15x10 meter dan
setiap kolam memiliki kedalaman 1,5 meter.

9
Gambar 3.1 Pengelolaan Air Lindi

Gambar 3.2 Pinggir Kolam

Pada pinggir kolam terdapat lapisan berwarna hitam merupakan


lapisan geomembran dan geoteknil berfungsi agar air lindi tidak merembes
ke tanah dan mencemari lingkungan. Adapun pembagian setiap kolam
yaitu :

a. Kolam pertama (kolam pengendapan)

Gambar 3.3 Kolam Pertama ( pengendapan )

10
Pada kolam ini air lindi yang berasal dari sampah akan mengalir
melalui pipa dan akan menuju kekolam pengelolaan lindi. Kolam pertama
merupakan kolam pengendapan yaitu air lindi akan ditampung dikolam ini
dan akan mengalamiproses pengendapan. Pada setiap 3-4 bulan sekali kolam
ini akan dikeringkan dan terdapat lumpur endepan yang dapat dijadikan
sebagai pupuk padat.
b. kolam kedua (kolam anaerobic)

Gambar 3.4 Kolam Kedua ( anaerobik )

Air lindi dari kolam pertama akan mengalir ke kolam kedua yaitu
merupakan kolam anaerobik. Pada kolam ini akan diberikan cairan anti
bakteri, digunakannya drum besar berwarna oren sebagai tempat
penampungan cairan antibakteri yang akan keluar berbentuk pancuran
sebagai penyiraman anti bakteri pada kolam ini setiap 5 liter/hari.

Gambar 3.5 Penyiraman Cairan Antibakteri

11
c. kolam ketiga merupakan kolam anaerator

Gambar 3.5 Kolam Ketiga (anaerator)

Air lindi dialirkan ke kolam ketiga yang merupakan kolam


anaerator. Pada kolam ini akan diberikan juga cairan anti bakteri 5
liter/hari, penyiraman dilakukan dengan menggunakan pancuran yang
terdapat pada drum oren. Akan tetapi, untuk saat ini penyiraman dilakukan
secara manual dikarenakan air mancur tidak berfungsi diakibatkan kabel
yang putus dan mesin terbakar.

d. kolam keempat merupakan kolam penjernihan.

Gambar 3.6 Kolam keempat (penjernihan)

Kolam keempat merupakan kolam penjernihan air. Sebelum


menuju kekolam keempat, air lindi akan melalui tahap penyaringan pada
drum biru yang berjumlah 10 buah. Dan hasil keluaran (outlet) akan jernih
dan ditampung di kolam ini. Setelah memastikan bahwa air lindi sudah
tidak mencemari lingkungan maka, akan diarlikan ke badan air yaitu
sungai.

12
Gambar 3.7 Drum Penyaringan (drum biru)

Disetiap kolam terdapat bak kontrol yang terdapat saringan berisi ijuk dan
arang bakau.

Gambar 3.8 Bak kontrol

Adanya rembesan air lindi di saluran air hujan dan juga dibendungan
sekitar pengelolaan air lindi dikarenakan adanya kebocoran pada pipa saluran air
lindi, hal ini menyebabkan air lindi tidak masuk tepat pada saluran pipa kolam air
lindi.

13
Gambar 3.9 Rembesan Air Lindi

Untuk kualitas air lindi telah dilakukan pemeriksaan oleh dinas setiap 1
(satu) tahun sekali dan hasilnya tidak mencemari lingkungan. Menurut pernyataan
dari pihak pengelola , air lindi telah dipergunakan sebagai pupuk padat maupun
pupuk cair oleh warga sekitar. Adapun permasalahan ternisi pengelolaan air lindi
telah diberitahukan kepada pihak dinas terkait.

Gambar 3.10 pembuangan akhir air lindi di sungai

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengelolaan air lindi pada TPA Muara Fajar terdapat 4 kolam sebagai
tahapan pengelolaan.
2. Setiap kolam memiliki fungsi yang berbeda-beda yaitu kolam pertama
merupakan kolam pengendapan, kolam kedua merupakan kolam
anaerobik, kolam ketiga merupakan kolam anaerator dan kolam
keempat merupakan kolam penjernihan.
3. Pada setiap tahapan pengelolaan terdapat permasalahn teknisi yang
belum diperbaiki oleh pihak terkait dan terdapat kebocoran pada
sistem perpipaan pengolahan air lindi yang mengakibatkan air lindi
tidak tersalur ke kolam pengolahan.
4. Air lindi yang telah diolah akan dibuang ke sungai dan tidak
mencemari lingkungan sekitar.
B. Saran
Sebaiknya pihak pengelola maupun dinas terkait dapat segera
memperbaiki pemasalahan teknisi serta struktur bangunan saluran
perpipaan yang terdapat ditahapan pengelolaan air lindi agar proses
maupun outlet dapat dilakukan dengan tepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://sirouzs.wordpress.com/2014/06/03/kesling-pencemaran-air-lindi-
leachate/di akses pada tanggal 09 November 2017, pukul 15.00

https://evinursyafitrisyamsul.blogspot.co.id/2015/10/pengolahan-air-lindi-
dengan-kombinasi.html

http://benangmerah.blogdetik.com/2014/03/26/mengenal-lindi-dan-cara-
memanfaatkannya

16
Lampiran Dokumentasi

Sanitary Landfiil di TPA Muara Fajar

Foto Bersama

17

Anda mungkin juga menyukai