PENDAHULUAN
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Limbah rumah
sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya.
Dalam pengelolaan limbah rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan
anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya(B3). Dari
keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10-15% diantaranya merupakan limbvah infeksius yang
mengandung logam berat, antara lain mercuri(Hg). Sekitar 40% lainnya adalah limbah organik
yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dari dapur gizi.
Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol keras infus dan plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air
yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandug senyawa
organikyang cukup tinggi, mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta
mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit (Said, 2003).
Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja
dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien.
Tentu saja RS sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan
1
kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Unutk menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS dan sekitarnya, pemerintah
(Depkes) telah menyiapkan perangkat lunak berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang
mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan dilingkungan RS , termasuk pengelolaan
limbah RS.
Dengan adanya peraturan yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah
air limbah sampai standar yang diizinkan, maka kebutuhan akan teknologi pengelolaan air
limbah rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu dikembangkan. Hal ini
mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni yang ada teknologi saat ini masih
cukup mahal, sedangkan dilain pihak dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengelolaan
air limbah tersebut sangat terbatas sekali. Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar
umumnya dapat membangun unit alat pengelolaan air limbahnya sendiri karena mereka
mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang
umunya sampai saat ini masih ada yang membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa
pengolahan sama sekali.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengelolaan air limbah
rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah
sakit dnegan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kendala
yang cukup besar yakni kuragnya tersedianya teknologi pengelolaan yang baik dan harganya
murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar terutama untuk rumah sakit kecil, yang
mana pihak rumah sakit tidak/belum mampu untuk membangun unit alat pengelolaan air limbah
sendiri.
Untuk pengelolaan air limbah rumah sakit dengan kapasitas yang besar, umumnya
menggunakan teknologi pengolahan air limbah “lumpur aktif” atau Activated Sludge Process,
tetapi untuk kapasitas kecil cara tersebut kurang ekonomis karena biaya operasinya cukup besar.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu menyebarluaskan informasi teknologi khususnya teknologi
peneglolaan air limbah rumah sakit beserta aspek pemilihan teknologi serta keunggulan dan
kekurangan. Denga adanya informasi yang jelas, maka pihak pengelola rumah sakit dapat
memilih teknologi pengelolaan air limbah yang sesuai dengan kondisi maupun jumlah air limbah
yang akan diolah, yang layak secara teknis, ekonomis, dan memenuhi standar lingkungan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.
2. Apa saja sumber-sumber limbah yang ada di Rumah Sakit.
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh Limbah Rumah Sakit.
4. Bagaimana Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dari Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.
2. Mengetahui sumber-sumber limbah yang ada di Rumah Sakit.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh Limbah Rumah Sakit.
4. Mengetahui cara Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.
1.4 Manfaat
1. Agar tidak mengganggu aktivitas dilingkungan sekitar tempat sumebr air limbah
dihasilkan.
2. Agar dapat megurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh limbah.
3. Agar dapat mecegah penyakit akibat limbah yang diproduksi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
4) Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan
obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang
terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas
1000oc
5) Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang
karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat
yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan
oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6) Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan
kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan
biologi.
8)Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga
pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah
non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan,
sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu
baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa 4 mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).
5
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah
rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik,
yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,
COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.
Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut
diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses
manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental
Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah
satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001
perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.
6
BAB III
PENGOLAHAN AWAL LIMBAH
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat nginap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan sosial, budaya dan dalam menyelenggarakan upaya dimaksud dapat
mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar terhadap lingkungan
(Agustiani dkk, 1998).
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu
limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi yang
sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi.Limbah cair dan
Iimbah padat yang berasal dan rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan
atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat.Gangguan tersebut dapat berupa
pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minunian.Pencemaran
tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar
terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).
7
Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.
Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.
Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi menerima
limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitair, menyalurkan melalui instalasi saluran
pembuangan dalam gedung selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung
menuju instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah diolah
mengalir saluran pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota (Sabayang
dkk, 1996). Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain
sebagainya baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya sehingga
kesehatan petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar dari
kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit tersebut (Sabayang dkk,
1996).
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau
bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya
preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang
meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah (Shahib,
1999).Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah sakit masih
merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan pengolahan limbah
yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999).
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang
terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste
reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste abatement),
pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction)
(Hananto, 1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama kali
karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang
keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume,
8
konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara
preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni
meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya
relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada
sumbernya adalah (Arthono, 2000) :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran
bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis
komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi
volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian
alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu
cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak
menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan
terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang
potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya
dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.
Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh rumah sakit
harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat
sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut (Haryanto, 2001) :
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah
klinik dan yang lain untuk bukan klinik.
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.
3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah klinik.
9
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan
perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna
yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) :
1. Pemisahan limbah
10
3. Limbah Kuning Kantong plastik
Infeksius, kuat dan anti
patologi dan bocor, atau
anatomi kontainer
4. Sitotoksis Ungu Kontainer plastik
kuat dan anti
Bocor
2. Penyimpanan limbah
Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian
diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas
Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun
menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang
samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak
sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup
Kantung dipegang pada lehernya
Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan
yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut
Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk
membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)
11
Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat
mencederainya di dalma kantung yang salah
Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah
4. Pengangkutan limbah
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin
harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama
sehingga tidak sampai membusuk.
12
BAB IV
PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai
dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah
D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah
klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan
laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari
proses insinerasi.
13
pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang
rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah
pencemar udara yang sesuai.
Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relative singkat
mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini
digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga emisi yang melalui
cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya
hasil pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “ dimana
udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar ruang bakar untuk membakar
karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluar dari sampah dan naik memanasinya
sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi.Sisa padat
dari pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran
normal dalam waktu pembakaran.Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 800 –
1.0000C dengan sistem close loop sehingga pembakaran optimal. Distribusi udara terdiri dari
sebuah blower radial digerakan langsung dengan impeller, dengan casing almunium dan motor
listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama didistribusikan ke koil.
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari ruang
penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam
ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan
oleh Burner Ruang Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi
akan terbakar habis.
14
Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar dari gas karbonisasi suhunya cukup
tinggi untuk penyalaan sendiri, dan ketika karbonisasi selesai maka Ruang Bakar Dua Bekerja
seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya
kedalam temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai
1.100 0C dengan sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran
dilakukan secara manual atau menggunakan lift conveyor.
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu minimum
dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara “ automatic“ dengan
sistem close loop. Pada panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu
(digunakan sesuai kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan “blower”
dengan terdapatnya lampu isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.
4. Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya dilengkapi water
spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara gas
buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi
aliran siklon di dalam cerobong,. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan
menghasilkan gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus
kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air yang
disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat,
dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu
akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke
cerobong siklon kembali.
Insinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan secara otomatis. Burner
yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat, serta dilengkapi dengan blower untuk
15
mempercepat proses pembakaran hingga mampu menghasilkan panas yang tinggi. Abu
pembakaran yang terjadi dalam tungku pembakar utama akan terkumpul dalam ruang pengumpul
abu, dimana abu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pencampur pembuatan bataco sedangkan
panas yang dihasilkan pembakaran dari ruang bakar dua dapat dimanfaatkan sebagai pemanas,
dengan tambahan unit coverter energi pembangkit yang akan menghasilkan listrik. Perlu
diperhatikan untuk menunjang pembakaran sempurna yaitu pengumpanan sampah ke ruang
bakar harus sesuai prosedur pengoperasian.Dengan demikian, ratio udara dan bahan bakar
sampah dapat tercampur secara homogen, sehingga pembakaran sampah secara sempurna dapat
dilaksanakan dengan baik. Dengan pembakaran sampah secara sempurna temperatur operasi
relatif lebih tinggi, relatif lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke luar cerobong, dan asap berwana
bening, sehingga emisi dari gas buang tersebut ramah terhadap lingkungan.
(2) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)
16
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak
memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan
secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi).
Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan
lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan
umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan padaSludge
drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1. Pump Swap (pompa air kotor)
2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3. Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4. Chlorination Tank (bak klorinasi)
5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).
6. Control Room (ruang kontrol)
17
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar kecilnya rumah
sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat
disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya:
a) Volume septic tank
b) Jumlah anaerobic filter
c) Volume stabilization tank
c) Volume stabilization tank
d) Jumlah chlorination tank
e) Jumlah sludge drying bed
f) Perkiraan luas lahan yang diperlukan
Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain
sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk
dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi
mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah cair (Harper, 1986).
Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk
dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada proses ini,
polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat
diendapkan (Harper, 1986).
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini terjadi proses
adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-
zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif
ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan
pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara
dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke
sungai (Harper, 1986).
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah radikal bebas
yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan
18
chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai
senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya).Sebagai contoh, fenol yang
teroksidasi oleh hidroksil radikalakan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk
kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam
yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai
hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air (Harper, 1986).
Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan
dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan
warna pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta
membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit (Wilson,
1986). Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat
yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini
sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur
ulang dengan cara dicuci (Wilson, 1986).
Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau
hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil
radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi
oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi
juga sekaligus menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakittidak hanya
dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah yang telah
terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak
memerlukan tempat instalasi yang luas (Wilson, 1986).
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi
masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa cemaran
akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan
limbah rumah sakityang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan
penularan penyakit darin pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun
dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah
19
sakit dana sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakitsebagai
salah astu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang
sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak
terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan (Wilson, 1986).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam.
Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001)
20
BAB V
HAMBATAN DAN PERMASALAHAN
Dampak limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan,
bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif,
karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di
sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa
nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri,
virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal
dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia
misalnya pestisida, bahan radioaktif.
21
5.2. Solusi Dalam mengatasi hambatan dan permasalahan
1. Adanya upaya pemeliharaan berkala terhadap pompa air limbah, dan juga perpipaan.
2. Penggantian rumpon secara rutin bila mengalami kerusakan
3. Adanya upaya penggantian FBK 10 dan FBK 20 menjadi Ring Blowers yakni kipas
arang dengan kekuatan terendah 1,5 KW dan tertinggi 3,7 KW, karena selain lebih
bagus, alat tersebut lebih mudah perawatannya, dan juga uji kualitas lebih bagus dengan
menggunakan alat Ring Blowers.
4. Pembuatan treatment di bak pengendapan agar limbah rumah sakit tidak melebihi batas
syarat.
5. Diadakan penyuluhan kepada masyarakat akan arti pentingnya kebersihan dan
kesehatan dilingkungan rumah sakit.
6. Untuk membantu supaya pengelolaan limbah dapat berlangsung dengan baik maka
dibutuhkan kerjasama dengan instansi-instansi terkait lainnya yang berperan sebagai
penghasil/sumber limbah, yakni dengan penyuluhan-penyuluhan terhadap seluruh
karyawan di instansi lain.
22