Redesign Rotating Biological Contactor (RBC) in Water Treatment to Increase Water Waste
Quality at Central Park Mall Jakarta
Tugas ini disusun untuk menyelesaikan salah satu tugas praktikum Mata Kuliah
Perancangan Sistem Proses Energi Efisien di DIPLOMA IV PADA PROGRAM STUDI
TEKNIK KONSERVASI ENERGI
Disusun Oleh:
Kelompok :2
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... i
II.5 COD dan BOD (Chemical Oxygen dan Biologycal Oxygen Demand)............... II-3
II.6 Teknologi Pengolahan Air Limbah Di Central Park Mall .................................. II-4
i
II.7.6 Bak Khlorinasi ........................................................................................... II-11
II.9 Cause and Effect Diagram / Diagram Sebab Akibat ........................................ II-16
ii
III.4.4 Pengolahan Data ...................................................................................... III-44
III.4.5 Diagram Pareto Tingkat Penyimpangan Baku Mutu Limbah pada sistem STP
III-49
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III-1 Diagram alir metode penelitian ............................................................... III-35
Gambar III-2 Main flowsheet proses sintesis ammonia ............................................... III-36
Gambar III-3 Alat pengukur PH meter .......................................................................... III-40
Gambar III-4 Alat pengukur COD/BOD ....................................................................... III-40
Gambar III-5 Process Floe Diagram STP dari Enviro RBC......................................... III-43
Gambar III-6 Efisiensi penghilangan limbah di bulan Maret 2016 ............................... III-44
Gambar III-7 Tingkat penyimpangan nilai baku mutu limbah keluar STP di bulan Maret
2016 ............................................................................................................................... III-45
Gambar III-8 Efisiensi penghilangan limbah di bulan April 2016 ................................ III-46
Gambar III-9 Tingkat penyimpangan nilai baku mutu limbah keluar STP di bulan April
2016 ............................................................................................................................... III-46
Gambar III-10 Efisiensi penghilangan limbah di bulan April 2016 .............................. III-47
Gambar III-11 Tingkat penyimpangan nilai baku mutu limbah keluar STP di bulan Mei
2016 ............................................................................................................................... III-48
Gambar III-12 Diagram pareto penyimpangan nilai baku mutu limbah ....................... III-50
Gambar III-13 Diagram sebab-akibat terjadi disperi baku mutu limbah....................... III-50
Gambar III-14 Bentuk modul media RBC .................................................................... III-53
iv
DAFTAR TABEL
Tabel III-1 Variabel, satuan, metode, Analisa dan peralatan yang digunakan .............. III-38
Tabel III-2 Variabel yang diukur, analisanya dan alat yang digunakan ........................ III-39
Tabel III-3 Baku mutu limbah cair domestic menurut pergub DKI no. 122 thn 2005 .. III-43
Tabel III-4 Resume efisiensi rata-rata penghilangan limbah di bulan Maret 2016 ....... III-44
Tabel III-5 Resume rata-rata tingkat penyimpangan nilai ambang batas limbah di bulan
Maret 2016..................................................................................................................... III-45
Tabel III-6 Resume efisiensi rata-rata penghilangan limbah di bulan April 2016 ........ III-45
Tabel III-7 Resume rata-rata tingkat penyimpangan nilai ambang batas limbah di bulan
Maret 2016..................................................................................................................... III-46
Tabel III-8 Resume efisiensi rata-rata penghilangan limbah di bulan Mei 2016 .......... III-47
Tabel III-9 Resume rata-rata tingkat penyimpangan nilai ambang batas limbah di bulan
Mei 2016 ........................................................................................................................ III-47
Tabel III-10 Tingkat efisiensi hasil pengolahan limbah pada STP ............................... III-48
Tabel III-11 Tingkat penyimpangan dari baku mutu limbah pada STP ........................ III-49
Tabel III-12 Rangking penyimpangan parameter limbah dari nilai maksimum baku mutu
standar tiap parameternya .............................................................................................. III-49
Tabel III-13 Jumlah tenant dan banyak tempat duduk .................................................. III-54
v
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Ttahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik pada pasal 8, menyatakan bahwa setiap
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan
(restauran), perkantoran, perniagaan dan apartemen wajib melakukan pengolahan air limbah
domestik sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui
baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan. ( Peraturan Pemerintah No.82 Tahun
2001 ).
kerugian sekitar 300 juta setiap bulan, serta effluent yang belum memenuhi baku mutu. Hal
tersebut tentunya sangat merugikan perusahaan. . (Cpk, 2015).
Teknologi proses pengolahan limbah yang digunakan Central Park menggunakan reaktor
kontak biologis putar atau rotating biological reactor yang disingkat RBC. RBC adalah salah
satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi secara
biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja pengolahan air
limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan
dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan media di
dalam suatu reaktor. (Said, 2011)
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer
atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga
membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam
keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam
reaktor tersebut. (Said, 2011)
Dengan cara seperti ini mikro-organisme misalnya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan
lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu
lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-
organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta
mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya,
sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.
Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun konstruksinya sederhana,
kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar,
lumpur yang terjadi relatf kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak
menimbulkan buih. (Said, 2011).
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC
antara lain yakni :
1. Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.
2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang timbul bau yang
kurang sedap.
I-3
Berdasarkan latar belakang di atas maka diajukan penelitian dengan judul REDESIAN
ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) PADA PENGOLAHAN AIR UNTUK
PENINGKATAN AIR LIMBAH DI CENTRAL PARK MALL JAKARTA untuk
mengetahui tingkat inefisiensi peralatan rbc serta penyebab penyimpangan hasil pengolahan
limbah dari nilai baku mutu yang distandarkan. Permasalahan penyimpangan baku mutu
limbah yang terjadi secara spesifik untuk masing-masing parameternya menunjukkan
penyimpangan yang signifikan. Hal ini karena debit limbah yang sudah jauh melebih
kapasitas awal (dari 850 m3/hari menjadi 1300 m3/hari). Diagram Pareto dalam kajian ini
digunakan untuk mengetahui tingkat inefisiensi peralatan rbc berdasarkan nilai baku
mutunya. Sedangkan Diagram Sebab Akibat digunakan untuk mengetahui faktor – faktor
yang menyebabkan terjadinya penyimpangan hasil pengolahan limbah dari nilai baku mutu
yang distandarkan. Acuan yang digunakan untuk penyimpangan baku mutu adalah Peraturan
Gubernur DKI No. 122 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair Domestik .
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis dalam
penelitian ini akan membahas
1. Bagaimana menganalisa kegagalan proses pengolahan limbah dengan mengunakan
metode diagram pareto dan diagram sebab akibat sehingga bisa memenuhi standart baku
yang ada.
2. Bagaimana mengupgread teknologi pengolahan limbah agar pengolahan limbah sesuai
dengan ketentuan yang telah di tetapkan oleh pemerintah.
I.3 Tujuan
Adapun tujuan tugas akhir kali ini yaitu:
Menguraikan masalah utama dari penelitian ini yang meliputi latar belakang,tujuan
penelitian, ruang lingkup, metodologi serta sistematika penulisan
Pada bab ini penulis membahas mengenai teori-teori yang dapat dijadikan landasan
penelitian. Pada bab ini berisikan teori – teori yang berkaitan dengan Diagram Pareto dan
Diagram sebab akibat
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kerangka pemikiran, rencana penelitian, jadwal
kegiatan dan metode yang diterapkan dalam penelitian
.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi mengenai data-data referensi yang digunakan dalam proses
penulisan laporan tugas akhir.
LAMPIRAN
Lampiran berisi beberapa dokumen, data, dan atau gambar yang berkaitan dengan
laporan tugas akhir
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung
bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3
(Bahan Beracun dan Berbahaya)( Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 ).
Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai
potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.Bahan beracun
dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan rumah tangga maupun
industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan, diangkut dan lain-lain.
Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen, amoniak,
sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk
menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan
kimia organik dan anorganik (Nurdijanto,dkk2011 ).
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang Dalam jangka waktu
relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup
fatal bagi lingkungan,Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah merumuskan
akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.(Agusnar , 2008 )
II.1.1 Ciri-Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung didalam persediaan air bersih ,air
limbah mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah
tangga,komersial dan industry. Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan cirri-ciri
fisik, kimiawi, dan biologis dari kotoran yang terdapat dari air limbah.
• Limbah Padat :Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.
• Limbah gas dan partikel : Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh beberapa partikel zat
(limbah) yang mengandung partikel (asap dan
jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida ,ozon (asap kabut fotokimiawi),
karbon monoksida dan timah
• Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) : Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3
bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung
maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia
Tujuan dari system pengolahan limbah cair domestik adalah agar limbah tidak
mengandung zat pencemar lingkungan, sehingga layak buang sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku.
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokan menjadi lima jenis.
Masing-masing perlakuan pada kelompok pengolahan biasanya mencerminkan tujuan
dalam penghilangan limbah yang ada.
• Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Berdasarkan karakter sifat, kandungan serta asal limbah, jenis limbah dapat
dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu :
II.4.1 Domestik
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus,
dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit, rumah
makan dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organik baik
berupa zat padat ataupun cair, bahan berbahaya, dan beracun, garam terlarut, lemak dan
bakteri terutama golongan fekal coli, jasad pathogen, dan parasit (Satrawijaya, 2001 )
II.4.2 Non Domestik
Limbah domestik sangat bervariasi, terlebih-lebih untuk limbah industri. Limbah
pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat organik, bahan
pemberantas hama dan penyakit (peptisida, bahan pupuk yang
mengandungnitrogen,fosfor,sulfur,mineral dan sebagainya) (Satrawijaya, 2001)
II.5 COD dan BOD (Chemical Oxygen dan Biologycal Oxygen Demand)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang teriri dari unsur karbon, hydrogen dan
oksigen dengan unsur tambahan lain seperti nitrogen, belerang, dan lain-lain yang
cenderung menyerap oksigen.
Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini diperlukan untuk
mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang sukar dihancurkan secara oksidasi.
Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam.
Nilai BOD selalu lebih kecil dari nilai COD diukur pada senyawa organik yang dapat
diuraikan maupun senyawa organik yang tidak dapat diuraikan (Agusnar, 2008).
Laju aliran dan keragaman laju aliran merupakan faktor penting dalam rancangan
proses. Sejumlah unit dalam kebanyakan system penanganan harus dirancang berdasarkan
puncak laju alir dan memberikan pertimbangan untuk meminimumkan keragaman laju
aliran bila mana mungkin (Jenie,1993).
Chemical Oxigen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat dalam 1 ml sampel air, dimana
pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen terlarut.
II-4
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran oleh zat-zat organik yang secara
alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut didalam air.
Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan organik dalam
sampel. Larutan asam dikromat digunakan untuk mengoksidasi bahan organik pada suhu
tinggi. Berbagai prosedur COD yang menggunakan waktu reaksi dari menit sampai 2 jam
dapat digunakan.
Penggunaan dua katalis perak sulfat dan mercuri sulfat diperlukan masing-masing
untuk mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin oksidasi senyawa-senyawa organik
kuat menjadi teroksidasi.
Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai- nilai yang
berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai- nilai COD selalu lebih
tinggi dari nilai BOD. Perbedaan di antara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor
seperti bahan kimia yang tahan terhadap oksidasi kimia, seperti lignin, bahan kimia yang
dapat dioksidasi secara kimia dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji
BOD 5 hari seperti selulosa, lemak berantai panjang atau sel-sel mikroba dan adanya bahan
toksik dalam limbah yang akan mengganggu uji BOD tetapi tidak untuk COD.
Walaupun metoda COD tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara
biologis, metode COD mempunyai nilai praktis. Untuk limbah spesifik dan pada fasilitas
penanganan limbah spesifik adalah mungkin untuk memperoleh korelasi yang baik antara
nilai COD dan BOD.
Perubahan nilai-nilai BOD dan COD suatu limbah akan terjadi selama penanganan.
Bahan yang teroksidasi secara biologis akan turun selama penanganan, sedangkan bahan
yang tidak teroksidasi secara biologis tetapi teroksidasi secara kimia tidak turun. Bahan
yang tidak teroksidasi secara biologis akan terdapat dalam limbah yang belum diberi
penanganan dan akan meningkat karena residu massa sel dari respirasi endogenes. Nisbah
COD dan BOD akan meningkat dengan stabilnya bahan yang teroksidasi secara
biologis.(Jenie,1993).
II.6 Teknologi Pengolahan Air Limbah Di Central Park Mall
Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya menggunakan
teknologi pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses biologis
dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi
II-5
aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan
aerobik.
Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan
beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi.
Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga yakni :(Said, 2012)
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagon atau kolam adalah dengan
menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama
sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami, senyawa polutan
yang ada dalam air akan terurai.
Gambar 2.1 Klasifikasi Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Aerobik
Sumber : Said, N.I., "Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual
Tangki Septik Filter Up Flow", Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995
Secara garis besar klasifikasi proses pengolahan air limbah secara aerobik dapat
dilihat seperti pada gambar di atas dimana proses pengolahan limbah dikelompokan.
Gambar 2.2 Diagram alir Sistem pengolahan Air limbah di Central Park Mall
Secara garis besar sistem pengolahan air limbah di Central Park Mall Jakarta
diawali dari Tenan (Restoran ) kemudian masuk kedalam bak penampungan Sawage Plant
Greasr Trap (SPGT) kemudian di transfer mengunakan Pompa sumersible ke dalam
Sawage Treatment Plant ( STP ) kemudian masuk kedalam Rotaring Biological Control (
RBC ) dan diolah kemudian keluar ke Efluent dimana didalam effluent air limbah dibuang
ke saloran kota dan di olah kembali untuk dimanfaatkan untuk air flusing, air siram taman,
air coolin tower.
II-7
Tabel 2.1 Karakteristik Operasional Proses Pengolahan Air Limbah dengan Proses
Biologis
Efisiensi
Karakteristik
No. Jenis Proses Penghilangan Keterangan
Proses
BOD (%)
Sumber : Said, N.I., "Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual
Tangki Septik Filter Up Flow", Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995 .
II-8
Pada table diatas menunjukan karakteristik proses operasional air limbah secara
biologis aerobic dimana pembagian tiap proses dijelaskan secara detail.
Tabel 2.2 Parameter Perencanaan Proses Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biologis
Aerobik
Lumpur Aktif
0,2-0,4 0,3-0,8 1500-2000 3-7 6-8 85-95
Standar
Modified
1,5 – 3,0 0,6-2,4 400-800 2-2,5 1,5-30 60-75
Aeration
Contact
0,2 0,8-1,4 2000-8000 >12 >5 80-90
Proses Stabilization
Biomasa High Rate
Tersuspensi 0,2 – 0,4 0,6– 0,4 3000-6000 5-8 2-3 75-90
Aeration
Pure Oxygen
0,3 – 0,4 1,0 -2,0 3000-4000 - 1-3 85-95
Process
0,03–
Oxidation Ditch 0,1 -0,2 3000-4000 - 24-48 75-95
0,04
Extended
0,03-0,05 0,15-0,25 3000-6000 >15 16-24 75-95
Aeration
0,15 -
Trickling Filter - 3000-6000 - - 80-95
0,25
Rotating
Biological - 0,08 -0,4 - - - 80-95
Proses
Contactor
Biomasa
Contact
Melekat
Aeration - 0,01 -0,3 - - - 80-95
Process
Biofilter
- - - - - 65-85
Unaerobic
Sumber : Said, N.I., "Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual
Tangki Septik Filter Up Flow", Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.
II-9
Pada table diatas menunjukan parameter perencanaan proses pengolahan air limbah
dengan proses biologis aerobic secara detail setiap prosesnya.
Secara garis besar proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC terdiri dari bak
pemisah pasir, bak pengendap awal, bak kontrol aliran, reaktor/kontaktor biologis putar
(RBC), Bak pengendap akhir, bak khlorinasi, serta unit pengolahan lumpur. Diagram
proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC adalah seperti pada Gambar 2.2
Gambar 2.3 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem RBC.
Sumber: Said, N.I., "Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Reaktor Biologis Putar dan
Parameter Disain", JAI Vol 4 No 2, 2011.
yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang
mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan
(screen) yang dipasang pada masukkan kolam pemisah pasir tersebut. (Said, 2011)
Dimana :
V = volume efektif reaktor (m3)
A = luas permukaan media RBC (m2)
Harga G yang digunakan untuk perencanaan biasanya berkisar antara 5 -9
liter per m2.
2
BOD Loading= LA = (Q(gr/m
x Co).hari)
/A
Dimana :
Q = debit air limbah yang diolah (m3/hari) Co = Konsentrasi BOD (mg/L)
A = Luas Permukaan media RBC (m2)
Beban BOD atau surface loading yang biasa digunakan untuk perencanaan
system RBC yakni 5-20 gram –BOD/m2/hari. Hubungan antara beban
konsentrasi BOD inlet dan beban BOD terhadap efisiensi pemisahan BOD
untuk air limbah domestik ditujukan pada Tabel 3.3, sedangkan hubungan
antar beban BOD terhadap efisiensi penghilangan BOD ditunjukan pada Tabel
3.4 berikut.
Tabel 2.3 Hubungan antara konsentrasi BOD inlet dan beban BOD untuk
mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90%.
Konsentrasi BOD inlet (mg/L) Beban BOD, LA (gr/m2. hari)
300 30
200 20
150 15
100 10
50 5
Sumber :Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu, “ Eisei Kougaku Enshu –Jouswuidou to
gesuidou”, Morikita Shupan, Tokyo, 1992.
II-13
Tabel 2.4 Hubungan antara beban BOD dengan efisiensi penghilangan BOD
untuk air limbah domestik.
Dalam sistem RBC, parameter ini relatif kurang begitu penting dibanding
dengan parameter beban BOD, tetapi jika beban hidrolik terlalu besar maka
akan mempengaruhi pertumbuhan mikro-organisme pada permukaan media.
Selain itu jika beban hidrolik terlalu besar maka mikro-organisme yang
melekat pada permukaan media akan terkelupas.(Said, 2011)
modul RBC dengan diameter kecil, tetapi strukturnya harus kuat untuk
menahan beban beratnya. (Said, 2011)
6. Kecepatan Putaran
Kecepatan putaran umumnya ditetapkan berdasarkan kecepatan peripheral.
Biasanya untuk kecepatn peripheral berkisar antara 15-20 meter per menit atau
kecepatan putaran 1- 2 rpm. Apabila kecepatan putaran lebih besar maka
transfer oksigen dari udara di dalam air limbah menjadi lebih besar, tetapi akan
memerlukan energy yang lebih besar. Selain itu apabila kecepatan putaran
terlalu cepat pembentukan lapisan mikro-organisme pada permukaan media
RBC akan menjadi kurang optimal.(Said, 2011)
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan sistem
RBC antara lain yakni :
1. Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.
2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang timbul
bau yang kurang sedap.
banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukan oleh grafik batang
pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai
masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta
di tempatkan pada sisi paling kanan (Gasperz,1989).
9. Bagilah garis ini kedalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya item
masalahyang akan diklasifikasikan.
10. Buatkan histogram pada diagram Pareto
11. Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif (total kumulatif
atau persen kumulatif) di sebelah kanan atas dari interval setiap item masalah.
12. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab- penyebab
utama masalah yang sedang terjadi itu. Untuk mengetahui akar penyebab dari
suatu masalah, kita dapat menggunakan diagram sebab akibat atau bertanya
mengapa beberapa kali (konsep five whys).
II.9 Cause and Effect Diagram / Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukan hubungan antara
sebab dan akibat. Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukan faktor-faktor
penyebab (sebab) dankarakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor
penyebab itu. Diagram sebab- akibat ini sering disebut diagram tulang ikan (fishbone
diagram) karena bentuknya seperti kerangka tulang ikan, atau diagram Ishikawa (
Ishikawa’s diagram ) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Kaoru Ishikawa dari
universitas Tokyo pada tahun 1953.
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-
kebutuhan sebagai berikut (Gasperz,1989) :
1. Menentukan mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
2. Membantu menumbuhkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu penyelidikan suatu pencarian faktor-faktor lanjut.
3 Agus Rancang PSIL UNDIP Limbah cair Rumah sakit Kristen Tayu
Nurdijanto Bangun Dan Pati terdiri atas limbah cair infeksius
Dkk (2011) Rekayasa dan non infeksius yang memberikan
Pengolahan Nilai COD (Chemical Oxygen
Limbah Cair Demand) cukup tinggi sebesar,121,60
Rumah Sakit mg/l yang
(Studi Kasus menunjukkan kandungan senyawa
Rumah Sakit organik yang cukup tinggi.Limbah
Kristen Tayu, Cair tersebut terbuang ke sungai di
Pati) Desa Sambiroto Kecamatan Tayu,Pati
tanpa diolah dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL)
.Proses Aerob dan Anaerob yang
menjadi dasar teori memberikan solusi
bahwa Proses Pengolahan Limbah Cair
Rumah Sakit menggunakan sistim
Trickling Filter dan Baffled Tank
Reaktor. Penelitian ini dilakukan
dengan Sistem Batch dan Sistim
Kontinyu, dengan Analisa SWOT,
Kekuatan dan Kelemahan cenderung
memberikan Nilai Skor total pada
Kelemahan : 1,0 sedangkan Peluang
dan Ancaman memberikan deregulasi
skor total pada Peluang 0,8 untuk
membuat IPAL. Dari
hasil peneitian didapatkan bahwa
II-22
Tabe l1.
Berdasarkan hasil pemantauan di
Pump Pit temperature rata-rata
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Mulai
Identifikasi masalah
1. Adanya kegagalan dalam pengolahan limbah di system
pengolahan sawege treatment plant
2. Identifikasi masalah
Tujuan penelitian
1. Menganalisa kegagalan proses pengolahan limbah pada reaktor kontak biologis putar (RBC)
sehingga effluent yang dihasilkan tidak bisa memenuhi ketentuan baku mutu air limbah.
Pengumpulan data : Data laporan harian effluent limbah, Data jumlah sample
Pengolahan Data :
1. Perbandingan perhitungan Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah di tiga
bulan terahir
2. Penentuan penyebab penyimpangan baku mutu limbah
3. Penentuan akar masalah yang menyebabkan peyimpangan baku mutu limbah
Analisa :
1. Mengunakan diagram Pareto
2. Mengunakan Diagram Sebab Akibat
Selesai
sedangkan objek penelitian ini adalah system sewage treatment plant. Pengolahan
2. Waktu Penelitian
Mei 2016.
harus direncanakan dengan aik sehingga proses yang dihasilkan menghasilkan produk
yang baik.
Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, diketahui kinerja awal dari ACF
exchanger yaitu nilai heat duty sebesar 18,72 MW, nilai overall clean coeffisien 122,55
BTU/hr ft2 oF, nilai overall dirty coeffisien 33,49 BTU/hr ft2 oF, luas permukaan perpindahan
panas 7037,3 ft2, dan nilai efektivitas ACF exchanger sebesar 0,3598.
pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan masalah yang ada. Rumusan
III-37
masalah menjadi sangat penting karena akan membantu dalam mengarahkan langkah-
Setelah merumuskan masalah, hal lain yang perlu ditentukan adalah tujuan,
batasan dan asumsi dalam penelitian dengan tujuan agar dapat menjalankan model
dengan benar.
selanjutnya adalah melakukan studi literature. Studi pustaka penting untuk dilakukan
system sewage treatment plant STP. Pengolahan limbah air kotor yang berada di
Central Park Mall Jakarta Metode penentuan stasiun pengambilan sampel air
aktivitas pada lokasi penelitian yang diduga berpengaruh terhadap kualitas air hasil
pengolahan air limbah. Teknik pengambilan sampel air untuk pengukuran parameter
fisik, kimia dan mikrobiologi pada masing-masing tempat penelitian dengan cara
mengambil di bagian kanan, tengah dan kiri bak penampungan air hasil pengolahan
sampel. Pengambilan sampel juga dilakukan pada outlet yang terdekat dengan STP.
III-38
Tabel III-1 Variabel, satuan, metode, Analisa dan peralatan yang digunakan
No Variabel Satuan Metode Analisis Peralatan
Mutu Limbah di tiga bulan terahir dan menentukan akar masalah yang menyebabkan
peyimpangan baku mutu limbah, Dalam pengolahan data mengunakan metode statistic
diagram pareto dan diagram sebab akibat untuk mengetahui penyimpangan yang
terjadi.
III.3.5 Analisa
Analisa dibuat untuk mengatahui penyimpangan yang terjadi dan masalah yang
sering terjadi, dalam menganalisa mengunakan metode diagram pareto dengan
menidentifikasi prioritas permasalahan yang paling banyak dan sering terjadi adalah
prioritas utama untuk melakukan tindakan dan mengunakan diagram sebab akibat untuk
menunjukan factor factor penyebab ( sebab ) dan karakteristik kualitas ( akibat )
menjawab rumusan masalah yang ada. Saran ditujukan untuk penelitian yang lebih
lanjut dengan tujuan agar perusahaan bisa mendapatkan keuntungan lebih lagi.
III-39
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central Park menggunakan
sistem pengolahan air limbah Enviro RBC. Proses ini menggunakan proses Fixed Bed
didesain untuk mengolah limbah sebesar 850 m 3 / hari yang berasal dari unit retail.
Metode penentuan stasiun pengambilan sampel air dilakukan dengan cara purposive
pemanfatan Intalasi Pengolahan Air Limbah, aktivitas pada lokasi penelitian yang
Teknik pengambilan sampel air untuk pengukuran parameter fisik, kimia dan
kanan, tengah dan kiri bak penampungan air hasil pengolahan air limbah pada
Tabel III-2 Variabel yang diukur, analisanya dan alat yang digunakan
No Variabel Satuan Metode Analisis Peralatan
sebagai berikut:
Khusus air limbah yang berasal dari kichen atau restoran dilakukan pretretment
untuk memisahkan miyak dan lemak yang ada di air limbah. Keberadaan minyak
III-41
serta lemak ini akan mengganggu kontak antara bakteri dengan oksigen sehingga
pengolahan air akan menjadi tidak efektif. Untuk itu di dalam grease trap, minyak
dan lemak harus diambil secara rutin. Air limbah yang telah bebas minyak dan lemak
2. Primary Clarifier
Di dalam primary clarifier terjadi pemisahan padatan, pengendapan awal dan flotasi.
Sebagian besar padatan akan mengendap pada dasar bak primary clarifier dan
Air limbah yang keluar dari primary clarifier selanjutnya akan dilakukan pengolahan
secara biologis pada ENVIRO RBC. Senyawa polutan diurai oleh mikroorganisme
yang tumbuh pada media yang berupa piringan (disk) atau biasa disebut juga sebagai
biomas. Secara bertahap air limbah masuk ENVIRO RBC yang terbagi dalam 3 zone.
Lubang masuk limbah ke dalam tangki steel poligon yang terletak secara diagonal
pada jarak terjauh dari limbah dari STP. Limbah mengalir dari zone 1 ke zone 2 dan
zone 3 secara zigzag. Pengaliran limbah pada tangki polygon terjadi secara
gravitasikarena pada zone 3 tinggi muka air akan lebih rendah dibanding zone 2 dan
zone pertama.
Pada masing-masing zona, limbah diolah oleh biomass yang tumbuh pada disk bank
yang terdapat pada zona itu dan selanjutnya mengalir pada zona berikutnya. Secara
bergantian biomass yang tumbuh pada ENVIRO RBC akan mengalami kontak
dengan oksigen di udara bebas pada waktu berada di atas air, dan pada saat
berikutnya mengalami kontak dengan air dan senyawa polutan. Pada saat tersebut
oksigen ditransfer ke badan air pada zone tersebut. Pertumbuhan biomass tertinggi
III-42
terjadi pada disk bank di zona 1 dan secara berangsur berkurang pada zona
berikutnya. Pada. Secara fisik biasanya pada zona 1 pertumbuhan biomass tebal dan
sering berbentuk filament. Pada zona berikutnya biomass yang terbentuk lebih tipis
dan kompak. Warna biomass pada zona 1 biasanya berwarna coklat tua sampai
hitam. Pada zona 2-3 biasanya akan berwarna coklat samapai coklat mudah atau
kecoklatan.
Air limbah yang keluar dari zona 3 biasanya sudah cukup jernih, tidak mengandung
bahan tersuspensi serta mempunyai BOD rendah. Kadar BOD biasanya kurang lebih
20 ppm. Pada zone ini sebagian air akan disirkulasi kembali ke Primary Clarifier.
Adapun tujuan dari sirkulasi ini adalah memberikan kontak langsung dari air yang
mengandung BOD rendah dan kandungan O2 yang cukup tinggi dengan air limbah
4. Final Clarifier
Air hasil olahan yang dilakukan secara biologis pada tahap 3, sudah cukup jernih,
tidak mengandung bahan tersuspensi dan mempunyai BOD yang rendah. Tahap
yang masih terikut dalam aliran. Air yang tertampung pada Final Clarifier ini sudah
memenuhi baku mutu air limbah sehingga bisa dibuang ke dalam saluran air kotor
5. Desinfectan
Penambahan desinfectan dilakukan pada air limbah yang akan dibuang ke badan air
selanjutnya. Air effluent ini dapat digunakan kembali sebagai air flushing toilet atau
III-43
air siram tanaman dengan terlebih dahulu dilewatkan pada sand filter dan carbon
filter.
dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah
domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Nilai baku mutu limbah
Tabel III-3 Baku mutu limbah cair domestic menurut pergub DKI no. 122 thn 2005
III.4.4.1 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Bulan
Maret
Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan Maret, dinyatakan pada tabel-
tabel berikut.
Tabel III-4 Resume efisiensi rata-rata penghilangan limbah di bulan Maret 2016
Efisiensi Rata-Rata
No. Parameter
Penghilangan Limbah (%)
1. Amoniak 56
2. BOD 63
3. COD 76
4. Oil & Grase 66
Tabel III-5 Resume rata-rata tingkat penyimpangan nilai ambang batas limbah di bulan
Maret 2016
Gambar III-7 Tingkat penyimpangan nilai baku mutu limbah keluar STP di bulan Maret
2016
III.4.4.2 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Bulan
April
Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan April dinyatakan pada
tabel-tabel berikut.
Tabel III-6 Resume efisiensi rata-rata penghilangan limbah di bulan April 2016
Efisiensi Rata-Rata
No. Parameter
Penghilangan Limbah (%)
1. Amoniak 48
2. BOD 64
3. COD 74
4. Oil & Grase 64
III-46
Gambar III-9 Tingkat penyimpangan nilai baku mutu limbah keluar STP di bulan April
2016
III-47
III.4.4.3 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Bulan
Mei
Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan Mei dinyatakan
Tabel III-8 Resume efisiensi rata-rata penghilangan limbah di bulan Mei 2016
Efisiensi Rata-Rata
No. Parameter
Penghilangan Limbah (%)
1. Amoniak 54
2. BOD 65
3. COD 77
4. Oil & Grase 67
Gambar III-11 Tingkat penyimpangan nilai baku mutu limbah keluar STP di bulan Mei
2016
III.4.4.4 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Bulan
Rata-Rata
Tingkat efisiensi hasil pengolahan limbah dan penyimpangan baku mutu limbah
untuk setiap parameternya dapat dilihat dari rata-ratanya pada tabel-tabel berikut.
Tabel III-11 Tingkat penyimpangan dari baku mutu limbah pada STP
III.4.5 Diagram Pareto Tingkat Penyimpangan Baku Mutu Limbah pada sistem STP
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukan masalah berdasarkan
urutan banyaknya kejadian. Kegunaan diagram pareto menurut Gasperz (1998) adalah
penyebab-penyebab dari masalah yang ada dan memfokuskan perhatian pada isu-isu
kritis dan penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-
Tabel III-12 Rangking penyimpangan parameter limbah dari nilai maksimum baku mutu
standar tiap parameternya
antara sebab dan akibat. Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukan faktor-
faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-
Tiingginya
Kurangnya kandungan bahan
Kesalahan
Beban waktu tinggal organik
program pada
melebihi limbah
peralatan Tingginya
kapasitas
desain kandungan minyak
Kurangnya dan lemak
kandungan
oksigen Baku mutu
limbah tidak
sesuai
Skill tidak
Sikap jelek
memadai Suhu udara
panas
Kurang Asupan
teliti oksigen yang
terbatas
MANUSIA LINGKUNGAN
ini karena debit limbah yang sudah jauh melebih kapasitas awal (dari 850 m 3/hari
menjadi 1300 m3/hari). Oleh kareana itu pihak manajemen membentuk tim untuk
menangani permasalahan tersebut. Hasil pertemuan Tim dan pihak Badan Pengolah
IPAL.
6. Ijin pembuangan air limbah akan disetujui jika semua parameter telah memenuhi
baku mutu.
Hasil braintstroming di atas dapat disimpulkan bahwa sistem IPAL pada STP
perbaikan desain harus dilakukan antisipasi penambahan jumlah limbah yang diolah,
maka desain baru didesain untuk mengolah limbah sampai 1600 m3/hari (sekitar
excess 20 % dari debit limbah). Assumsi debit limbah 1600 m3/hari juga disesuaikan
dengan spesifikasi ENVIRO RBC yang ada yaitu type RBC 3800. Assumsi yang
“Debit limbah yang akan diolah adalah 1600 m 3/hari dengan kandungan ammonia
sebagai berikut:
= 128.000 m2
ringan seperti poly vinyl clorida (PVC), polypropylene (PP), polyethyle (PE). poly
styrene dan lainnya. Media RBC dirakit dalam sebuah bentuk modul dalam berbagai
type. Bentuk yang sering digunakan adalah type bergelombang, plat cekung-
= π (1,5)2 (99,16)
= 704 m3
RPM RBC =
= 1,91 RPM
Dimana: