Anda di halaman 1dari 19

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

“Percolation Test dan Bangunan Resapan”

Dosen:
Syarifuddin , S.KM., M.Kes.

Disusun oleh Kelompok 8:


1. Husni Attin (P21345119038)
2. Putri Widiawati Z (P21345119060)
3. Ramadiaz Eka P (P21345119064)
4. Safira Alfiani P (P21345119074)
5. Safira Septiyanti (P21345119075)
6. Salwa Anwar (P21345119077)

Tingkat 2 D-III B Kesehatan Lingkungan


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jalan Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Tlp.021-7397641, 7397643 Fax. 62 (021)7397769

1
PEMBAHASAN

1. Percolation Test (uji perkolasi)

A. Latar Belakang

Pengolahan limbah cair domestic khususnya limbah rumah tangga harus dikelola
secara baik. Hal ini diperlukan untuk mengurangi kadar pencemar dari air limbah ke badan
air. Menurut peraturan gubernur provinsi Jakarta pengolahan air limbah domestik diartikan
sebagai upaya mengolah dengan cara tertentu agar air limbah dimaksud memenuhi mutu
yang ditetapkan.

Pengolahan limbah domestic khususnya pembuangan tinja manusia yang memenuhi


syarat selain dilengkapi dengan system septic tank harus dilengkapi juga dengan bangunan
peresapan yang memenuhi syarat. Pemilihan lokasi, letak dan luas bidang peresapan akan
menentukan apakah bangunan peresapan terseut masih mencemari lingkungan atau tidak.
Untuk menentukan berapa luas bidang peresapan yang tepat maka harus dilakukan tes
perkolasi terhadap tanah yang akan digunakan.

B. Pengertian Percolation Test (uji perkolasi)

Uji perkolasi adalah suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui daya resap tanah
terhadap air yang melaluinya. Hasil dari tes perkolasi adalah percolation rate yaitu waktu
dalam menit yang diperlukan untuk meresapkan air ke dalam tanah sedalam 1 inchi. Hasil
dari percolation rate (PR) dapat digunakan untuk menghitung luas bidang peresapan yang
diperlukan sesuai dengan kondisi tanahnya berdasarkan dengan tabel Percolation rate.

Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu laisan
tanah ke lapisan dibawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh
air. Tes perkolasi ini bertujuan untuk menentukan besarnya luas medan peresapan yang
diperlukan untuk suatu jenis tanah dari tempat percobaan. Semakin besar daya resap
tanah , maka semakin kecil luas daerah peresapan yang diperlukan untuk sejumlah air
tertentu. Mengingat setiap daerah memiliki jenis tanah yang berbeda maka daya resap
tanahnya juga akan berbeda pula.

Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi,
sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga
gravitasi. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan

2
menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan air tanah hingga air tersebut memasuki
kembali sistem air permukaan. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan
tanah, kadar materi tersuspensi dalam air jangka waktu.

Daya perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang
dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh.
Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah
daya perkolasi tidak mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi
dalam perkolasi sebagai akibat adanya lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan
tambahan tampungan sementara di daerah tak jenuh. Perkolasi disebut juga peresapan air
ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan
permeabilitasnya. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data
mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan
penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lampung berat dengan karakteristik pengolahan
(puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Faktor yang
mempengaruhi perkolasi menurut (soemarto, 1987) antara lain :

1. Tekstur tanah

2. Permeabilitas tanah

3. Letak permukaan air tanah

4. Tebal lapisan tanah bagian atas

5. Perkolasi adalah kehilangan air yang dipengaruhi oleh keadaan fisik dilapangan.

C. Prosedur pelaksanaan tes perkolasi

Tujuan Uji Daya Resap Tanah adalah untuk mengetahui kemampuan absorbsi tanah
ditempat tertentu dan sebagai bahan pertimbangan desain dari system peresapan bawah
permukaan tanah yang sesuai. Metode Uji Daya Resap Tanah:

1. Jumlah dan lokasih uji: enam atau lebih lubang percobaan dengan jarak yang sama
sepanjang medan peresapan yang direncanakan.
2. Jenis lubang percobaan: diameter lubang 10-30 cm dengan kedalamannya sepanjang
dalamnya parit peresapan yang direncanakan.

3
3. Cara pembuatan: gali lubang dengan alat yang tajam untuk mendapatkan gambaran tanah
yang asli sebagai tempat peresapan,angkat semua kotoran tanah yang lepas masukan pasir
yang kasar/kerikil halus setinggi 5cm yang berfungsi melindungi dasar lubang dari
endapan tanah.
4. Proses penjenuhan dan pemekaran tanah, ialah upayah agar kondisi tanah yang ada dapat
menyamari kondisi pada saat musim penghujan.
- Penjenuhan(Saturation) : pengisian air pada celah diantara butir-butir tanah sampai penuh.
Proses biasanya berjalan lambat,terutama pada tanah liat, dan
- Pemekaran (Swelling): masuknya (intrusion) air pada setiap butir tanah.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji perkolasi. Berikut ini adalah
salah satu prosedur dalam melaksanakan uji perkolasi.

 Alat dan Bahan

- Cangkul - Patok
- Meter - Alat ukur waktu
- Parang - Air
- Meteran - Kerikil halus/pasir kasar
- Ember

 Cara kerja

a. Buat lubang di tanah dengan diameter 4-12 inchi dengan menggunakan auger atau digali
dengan alat lain. Buat lubang sebanyak 6 buah dengan kedalaman sekitar 24 inchi atau 60
cm sampai atau sesuai dengan kedalaman bangunan peresapan yang direncanakan.

b. Setelah lubangnya jadi kerok bagian dalamnya dengan pisau atau alat lain agar bekas
auger yang menutupi pori-pori tanah dapat dihilangkan. Isi lubang dengan krikil kasar
sedalam 2 inchi atau sekitar 5 cm.

c. Dengan perlahan-lahan isi lobang tes dengan air. Kalau airnya turun tambah lagi sampai
tanahnya jenuh air. Pengisian air dilakukan terus sampai 12 jam atau paling sedikit selama
4 jam. Hal ini dimaksudnya agar tanah seperti dalam kondisi saat musim hujan.

4
d. Lakukan pengukuran sehari setelah penjenuhan, kalau airnya habis isi kembali sampai
dengan kedalaman 6 inchi diatas krikil (lihat gambar). Ukur penurunan air dengan interval
30 menit selama 4 jam.

e. Apabila setelah pengukuran airnya berkurang tambahkan air lagi sampai kedalaman air
tetap terjaga sedalam 6 inchi.

f. Hitung Percolation Rate berdasarkan penurunan air pada 30 menit terakhir.

g. Menghitung Percolation Rate

Percolation rate adalah waktu rata-rata dalam menit yang diperlukan untuk meresapnya
air sedalam 1 inchi. Catat angka perkolasi untuk setiap lobang percobaan. Contoh: Lobang
1 selama 30 menit pengujian airnya turun 2 inchi maka percolation rate atau angka
perkolasi pada lobang tersebut adalah 30 menit/2 inchi = 5 menit per inchi atau 15 mpi.

Gambar 6 : Tes Perkolasi

D. Sistem Peresapan

Pada umumnya semua jenis peresapan bawah tanah dijaga pada jarak:

1. 100 ft (30 m) dari sumur air minum,

5
2. 50 ft (15 m) dari sungai / badan air, dan
3. 10 ft (3 m) dari garistempat tinggal.

Sumur peresapan sebaiknya tidak digunakan jika air minum diambil dari sumur
dangkal atau dimana ada formasi batu kapur.

Ada dua jenis desain sistem peresapan:

1. Parit Peresapan (Standard Trenches), merupakan suatu lapangan peresapan terdiri atau
suatu parit dengan lebar minimum 12 inchi, dengan diisi pipa berdiameter 4 inchi. Masing-
masing pipa panjang 2-3ft. Kriteria parit peresapan:
a) Lebar parit minimal 12 inchi
b) Dalam parit minimal 18 inchi
c) Panjang parit maksimal 60 feet
d) Jarak minimal antar pusat parit 6-7,5 feet
e) Kemiringan pipa 2-4 inchi / 100 feet
f) Pipa saluran berdiameter 3-4 inchi, dan
g) Sebaiknya ada kolam distribusi

2. Sumur Peresapan (Seepage Pits), Sumur peresapan adalah lubang tertutup dengan
lapisan yang bersambung terbuka, dimana efluen dari septic tank bisa meresap ke
dalam tanah sekitar yang parous. Kapasitas sumur peresapan dihitung berdasarkan tes.
perkolasi pada setiap stratum vertikal. Area efektif sumur peresapan adalah area
dinding vertikal dari strata yang pervious dibawah inlet. Kriteria sumur peresapan:
a) Digunakan jika : waktu perkolasi lama dan lahan peresapan terbatas
b) Dasar lubang harus berjarak minimal 3 m diatas air tanah.

E. Menghitung Luas Bidang Peresapan

Untuk menghitung luas bidang peresapan berdasarkan percolation rate (angka


perkolasi) dari hasil uji perkolasi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel luas bidang
peresapan berikut ini:

Tabel 2 : Bidang peresapan yang diperlukan untuk rumah tangga dan sekolah

PERCOLATION RATE BIDANG PERESAPAN YANG DIPERLUKAN


(Angka Perkolasi) (Dalam m2 untuk tiap orang)

6
Rumah Tangga Sekolah
2 2.30 0.84
3 2.80 0.93
4 3.25 1.12
5 3.50 1.21
10 4.65 1.67
15 5.35 1.86
30 7.00 2.70
45 8.45 3.10
60 9.30 3.50
>60 Tidak cocok

Sumber : “Studies on household sewage disposal system”

Tabel tersebut berdasarkan pada mengalirnya air kotor sebanyak 190 liter per hari per
orang.

Untuk di Indonesia pada umumnya tidak semua air kotor yang mengalir masuk kedalam
septic tank dan selanjutnya masuk kedalam bangunan peresapan. Air kotor yang
diperkirakan masuk kedalam septic tank sebanyak 20 liter/orang/hari, maka tabel tersebut
dikonversikan menjadi seperti pada tabel berikut.

Tabel 3 : Bidang peresapan yang diperlukan untuk rumah tangga dan sekolah

PERLOCATION RATE BIDANG PERESAPAN YANG DIPERLAKUKAN


(Angka Perlokasi) (Dalam m2 untuk tiap orang)
Rumah tangga Sekolah
2 2.30 x 20/190 = 0,24 0.84 x 20/190 = 0.088
3 2.80 x 20/190 = 0,29 0.93 x 20/190 = 0,098
4 3.25 x 20/190 = 0,34 1.12 x 20/190 = 0.118
5 3.50 x 20/190 = 0,37 1.21 x 20/190 = 0,127
10 4.65 x 20/190 = 0,49 1.67 x 20/190 = 0,175
15 5.35 x 20/190 = 0,56 1.86 x 20/190 = 0,195
30 7.00 x 20/190 = 0,74 2.70 x 20/190 = 0,284
45 8.45 x 20/190 = 4,73 3.10 x 20/190 = 0,326
60 9.30 x 20/190 = 0,98 3,50 x 20/190 = 0,368
>60 Tidak cocok

Tabel tersebut berdasarkan pada mengalirnya air kotor sebanyak 20 liter per hari per
orang.

2. Bangunan Resapan

7
A. Saluran Resapan
Saluran peresapan dapat disebut sebagai dispersion trench, soakage trench, leaching
trench, drain field, atau absorption field. Effluent dari tangki septik dialirkan secara
gravitasi ke saluran peresapan. Saluran peresapan cocok digunakan pada lahan yang
memiliki karakteristik sebagai berikut (Bintek, 2011):
1. Kapasitas perkolasi tanah berkisar antara (0,5- 24) menit/cm dan optimum 8
menit/cm
2. Ketinggian muka air tanah minimum 0,60 m di bawah dasar rencana saluran
peresap atau (1- 1,5) m di bawah muka tanah
3. Jarak horizontal dari sumber air (seperti sumur) tidak boleh kurang dari 10m
4. Ukuran efektif butiran tanah maksimum 0,13 mm
Kriteria perencanaan untuk saluran peresapan adalah sebagai berikut (Bintek, 2011):
1. Lebar dasar galian pada angka perkolasi tanah yaitu:  Lebar 45 cm bila angka
perkolasi (0,5-1) menit/cm  Lebar 60 cm bila angka perkolasi (1,5-3,5)
menit/cm  Lebar 90 cm bila angka perkolasi (4-24) menit/cm
2. Kedalaman dasar galian (45-90) cm
3. Pipa distribusi yang akan menyebarkan effluent dengan aliran yang dibuat
relatif sama ke seluruh bidang peresapan melalui bukaan (perforasi) pada
seluruh badan pipa.
Spesifikasi pemasangan pipa distribusi adalah:
- Kedalaman invert pipa (30-50) cm
- Diameter pipa minimum 100 mm dengan jenis pipa PVC atau 100 mm dengan
jenis pipa (saluran) beton
- Jarak bukaan (perforasi) (3-6) mm
- Bagian ujung pipa ditutup dengan kertas semen dengan overlap 10 cm
4. Batu pecah sebagai media pengisi galian harus bersih dan berkualitas baik.
Kedalaman minimum lapisan batu pecah (30-60) cm di bawah muka tanah dan
(15-40) cm di bawah pipa. Ukuran gradasi batu (15-60) mm.
5. Lapisan ijuk dipasang setebal 5 cm di atas lapisan batu pecah agar tanah urug
tidak turun dan masuk ke dalam lapisan batu pecah. Tanah yang masuk dapat
mengakibatkan penyumbatan pada sela-sela batu. Kertas semen sebaiknya
tidak digunakan untuk menggantikan ijuk karena dapat menghambat proses
evaporasi.

8
6. Tanah urug diisikan pada bagian atas lapisan ijuk sebagai penutup akhir
dengan ketebalan (15-30) cm dan ditambah lagi setebal (10-15) cm sebagai
antisipasi bila terjadinya penurunan (settlement) tanah urugan. Bahan tanah
urug sebaiknya jenis tanah kepasiran atau sejenisnya untuk memudahkan
proses evaporasi pada rumput diatasnya sehingga dapat meningkatkan kinerja
saluran peresapan.
7. Bidang kontak efektif pada saluran peresap hanya diperhitungkan pada bagian
dindingnya sedangkan pada bagian dasar tidak dapat meresapkan air limbah
dengan baik karena cenderung dalam keadaan tertutup dan tersumbat.

B. Bidang Resapan
Bidang resapan merupakan unit yang disediakan untuk meresapkan air limbah yang
telah terolah dari tangki septik ke dalam tanah. Air yang diresapkan ini merupakan air
limbah yang telah dipisahkan padatannya (effluent dari tangki septik) namun masih
mengandung bahan organik dan mikroba patogen. Dengan adanya bidang resapan ini,
diharapkan air olahan dapat meresap ke dalam tanah sebagai proses filtrasi dengan
media tanah ataupun jenis media lainnya. Terdapat 2 (dua) jenis bidang resapan yang
dapat diaplikasikan bersama dengan tangki septik yaitu saluran peresapan ataupun
sumur resapan.
persyaratan bidang resapan sebagai berikut:
a) lebar galian minimum 500 mm dan dalam galian efektif minimum 450 mm
b) panjang pipa resapan melebihi 15 m dibuat 2 jalur
c) jarak sumbu 2 jalur galian minimum 1,5 m
d) bidang resapan lebih dari satu jalur harus dilengkapi dengan bak pembagi dari
tangki septik
e) pipa resapan dari bahan tahan korosi dengan diameter minimum 110 mm
f) pipa dipasang tanpa sambungan, dan celah antara dua pipa bagian atas harus
ditutup. Bila pipa dipasang dengan sambungan, dibagian bawahnya harus
diberi lubang dengan diameter (10-20) mm pada setiap jarak 50 mm
g) pipa dan bidang resapan dibuat miring sebesar 0,2 %
h) dibawah pipa resapan harus diberi lapisan kerikil berdiameter (15 – 50) mm
dengan tebal 100 mm, dan diatas pipa resapan dengan tebal minimum 50 mm
i) ukuran bidang resapan sesuai dengan Tabel 4.
j) bentuk bidang resapan sesuai dengan Gambar 5

9
Detail Pipa Berlubang
(gambar 5 bidang resapan)

10
C. Sumur Resapan
1. Ketentuan
 Umum
Persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
a. Sumur resapan dan parit resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang
relatif datar dengan kemiringan maksimum < 2%.
b. Air yang masuk kedalam sumur resapan dan parit resapan adalah limpasan
air hujan.
c. Penempatan sumur dan parit resapan air hujan harus mempertimbangkan
keamanan bangunan sekitarnya
d. Sumur resapan dan parit resapan air hujan bisa dibuat secara individual dan
komunal.
e. Harus memperhatikan peraturan daerah setempat.
f. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui oleh instansi yang
berwenang.
 Teknis
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
a. Sumur resapan air hujan digunakan untuk kedalaman air tanah > 2 m, jika
kedalaman air tanah < 2 m bisa menggunakan parit resapan air hujan.
Penampang melintang parit resapan air hujan berbentuk segi empat atau
trapesium. Pada bentuk trapesium perbandingan kemiringan talud 1 : 2
b. Penampang sumur resapan air hujan berbentuk segi empat atau lingkaran
dimungkinkan untuk bentuk lainnya dengan memperhatikan kemudahan
dalam pengerjaan.
c. Ukuran sisi penampang sumur resapan air hujan 80 cm sampai dengan 100
cm.
d. Permeabilitas tanah
Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai koefisien
permeabilitas tanah > 2.0 cm/jam, dengan klasifikasi sebagai berikut :
1) nilai permeabilitas tanah sedang (jenis tanah lanau, 2,0 - 3,6 cm/jam
atau 0,48 - 0,864 m3/m2/hari) .
2) nilai permeabilitas tanah agak cepat (jenis tanah pasir halus, 3,6 - 36
cm/jam atau 0,864 - 8,64 m3/m2/hari).

11
3) nilai permeabilitas tanah cepat (jenis tanah pasir kasar, lebih besar 36
cm/jam atau 8,64 m3/m2/hari).
e. Periode ulang hujan yang digunakan untuk perencanaan 2 tahun sekali
terlampaui.
f. Intensitas hujan ditentukan dengan analisis Intensity Duration Frequency
(IDF) dari daerah lokasi pembangunan dengan durasi hujan 2 jam dan periode
ulang 2 tahunan, dengan perhitungan dengan rumus seperti berikut :

g. Koefisien limpasan (c) ditetapkan sebesar 0,95


h. Luas bidang tadah yang mempunyai kemiringan seperti atap rumah ditetapkan
sebagai luas bidang proyeksi.
i. Debit limpasan dihitung dengan metode rasional dengan parameter koefisien
limpasan (c), intensitas hujan dan luas bidang tadah;
j. Rumus yang dapat digunakan untuk perhitungan kedalaman sumur (H) dapat
dilihat pada Persamaan (2) :

k. Pipa outlet dan pipa inlet serta pipa pelimpah untuk mengalirkan kelebihan air
atau genangan dan masuk ke sumur resapan digunakan bahan pipa PVC
minimal Ø 3 inci. Sedangkan untuk inlet ke parit resapan air hujan dapat
digunakan pipa PVC minimal Ø 4 inci atau buis beton ½ Ø 30 cm (gravel)
atau buis beton Ø 30 cm.

12
l. Pipa ventilasi (air outlet), pada sumur maupun parit resapan mempunyai
konstruksi yang rapat maka diperlukan pipa pembuang udara dari PVC Ø ½
in. untuk mencegah terhalangnya aliran dari debit andil banjir kedalam sumur
maupun parit resapan;
m. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan, dapat dilihat
Tabel 1.

No Jenis bangunan Sumur resapan air


hujan (m)
1. Pondasi bangunan /tangki 1
septik
2. Bidang resapan /sumur 5
resapan tangki septik

3. Sumur resapan air hujan/ 3


sumur air bersih

n. Tipe konstruksi
Tipe konstruksi sumur dan parit resapan air hujan dapat dilihat seperti pada
Lampiran B.
a) tipe I. untuk sumur resapan air hujan dengan dinding tanah.

13
b) tipe II. untuk sumur resapan air hujan dengan dinding pasangan
batako/bata merah tanpa dipelester dan diantara pasangan diberi celah
lubang.

14
c) tipe III. sumur resapan air hujan dengan dinding buis beton.

d) tipe IV. sumur resapan air hujan dengan dinding buis beton porous.

15
o. Sistem penyaluran air hujan
Air hujan yang dialirkan ke sumur resapan air hujan dapat dilihat pada
Gambar B1, Gambar B2,.

16
2. Langkah-langkah perencanaan sumur resapan air hujan
 Sumur resapan air hujan
Langkah-Iangkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur resapan air hujan
adalah sebagai berikut :
a) Tentukan lahan untuk penempatan sumur
Tentukan tempat/lokasi sumur resapan air hujan yang akan dibuat dilahan
yang ada disekitar halaman bangunan/rumah dengan luasan yang cukup untuk
menempatkan minimal 1 sumur resapan;
b) Jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan
Lakukan pengukuran jarak antara rencana penempatan sumur resapan air
hujan dengan bangunan dan ketentuan jarak dapat dilihat pada tabel 2 diatas;
c) Pengukuran muka air tanah
Lakukan pengukuran kedalaman muka air tanah ditempat yang akan
dibuatkan sumur resapan, jika kedalaman muka air tanah > 2 m, maka sumur
resapan dapat dibuat;
d) Penentuan angka permeabilitas tanah
Lakukan pengujian perkolasi tanah pada kedalaman 2 – 3 m, di lokasi dimana
sumur resapan akan ditempatkan, jika dari hasil pengujian perkolasi tanah
diperoleh nilai koefisien permeabilitas tanah > 2,0 cm/jam, maka dapat
direncanakan sumur resapan air hujan;
e) Perhitungan dimensi sumur

17
Data-data yang diperlukan untuk menghitung dimensi sumur, diperlukan data-
data sebagai berikut :

1) data curah hujan harian 5 tahunan untuk menghitungan intensitas hujan (i);
2) data luas bidang tadah yang akan digunakan sebagai pengumpul air hujan;
3) data jenis tanah (nilai koefisien permeabilitas tanah) dilokasi rencana sumur
resapan;
4) data koefisien limpasan air hujan (c) di lokasi rencana sumur resapan.

Dari pengumpulan data-data tersebut diatas, selanjutnya dimensi sumur


resapan air hujan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

1) perhitungan intensitas hujan digunakan rumus seperti pada bagian teknis poin
f, diatas;
2) penentuan koefisien limpasan (c) untuk bidang tadah, digunakan nilai c =
0,95;
3) perhitungan kedalaman sumur resapan (H) digunakan rumus seperti pada
bagian teknis poin j diatas.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/5352651/PAPLC_-_Percolation_Test

SNI 2398:2017

Drs. Sudarmadji, S.T., M.T. dan Hamdi, B.Eng, M.T. PILAR Jurnal Teknik Sipil, Volume 9,
No. 2, September 2013 ISSN: 1907-6975

https://www.google.com/url?q=http://sni.litbang.pu.go.id/image/sni/isi/sni-8456-
2017.pdf&usg=AFQjCNFf2nCkqKsMPKYJR8D3qHNFMRAVJQ&hl=in_ID

19

Anda mungkin juga menyukai