Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

PENGELOLAAN SAMPAH
“PEMBUATAN BIOGAS”

Dosen Pengampu :
Budi Triyantoro, ST., M.Kes
Nur Hilal, SKM., M.Kes

Disusun Oleh
KAVITA MAGHDALENI
P1337433117107
2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PRODI D III KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
A. MATERI PRAKTIKUM

Materi : Pembuatan Biogas

Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan biogas

B. DASAR TEORI
Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas adalahsesuatu yang
keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang dihasilkanoleh makhluk hidup
melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah prosesfermentasi bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yanghidup dalam kondisi kedap udara.
Biogas mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar pengganti minyak tanah atau LPG untuk memasak dan untuk penerangan.
Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari bahan organik
contoh bahan organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak, limbah pertanian sayuran,
enceng gondok, limbah industri tahu, ikan pindang dan brem juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku untuk memproduksi biogas. Pada umumnya, bahan baku biogas
dipilih dan dicampur dalam proporsi tepat untuk menghasilkan biogas yang berkualitas.
Kandungan air, derajat keasaman pH dan kualitas bahan baku biogas merupakan hal yang
sangat penting perlu diperhatikan. Karakteristik bahan baku yang harus diperhatikan C/N
adalah perbandingan jumlah karbon (C) dengan nitrogen (N) dalam suatu bahan.
Biomassa eceng gondok (Eicchornia crassipes) merupakan tanaman gulma di
wilayah perairan yang hidup terapung pada air. Tanaman ini mengandung selulosa dan
hemiselulosa pada kadar tinggi serta kandungan lignin yang rendah sangat potensial untuk
digunakan sebagai bahan baku produksi biogas (Winarni, Panggih, 2010). Dan selulosa
inilah yang bisa digunakan sebagai bahan bakar alternativ biogas. Kotoran sapi
merupakan limbah buangan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama
baunya yang sangat menyengat. Kotoran sapi sebagai limbah peternakan juga berpotensi
dapat dijadikan bahan sebagai sumber C dan N dalam pembentukan gas metan. Feses sapi
mengandung hemisellulosa sebesar 18,6%, selulosa 25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%,
fosfat 1,11% dan kalium sebesar 0,56%. Di lain pihak, pemanfaatan limbah peternakan
(kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi
naiknya harga pupuk organik dan ketersediaan bahan bakar minyak yang semakin menipis
(Darnegsih, 2016). Campuran eceng gondok, kotoran sapi dan air yang difermentasi
dalam suatu ruangan yang hampa udara dengan perbandingan campuarn yang sesuai dari
ketiga unsur tersebut akan menghasilkan gas methan biogas yang maksimum.
Reaktor biogas (Digester) merupakan suatu instalasi kedap udara dimana proses
penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob untuk
menghasilkan biogas. Didalam digester (reaktor) juga tempat terjadinya proses
dikomposisi bahan-bahan organik. Disamping itu digester biogas dapat mengurai emisi
gas metana yang salah satunya menimbulkan efek gas rumah kaca. Sistem produksi
biogas dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya :
1. Pengisian curah (Bacth feeding) merupakan jenis digester yang sistem pengisian
bahan baku organiknya dilakukan hanya sekali sampai penuh, kemudian ditunggu
sampai biogas dihasilkan.
2. Continuous feeding adalah jenis digester yang sistem pengisian bahan bakunya
dilakukan secara kontinyu (setiap hari) tiga hingga empat minggu sejak pengisian
awal, tanpa harus mengelurkan bahan yang sudah dicerna.
Bagian-bagian Utama Digester Biogas :
1. Reaktor merupakan tempat tampungan, pencampuran dan fermentasi bahan baku
eceng gondok, kotoran sapi dan air.
2. Slurry Masuk dan keluar berfungsi sebagai saluran masuk bahan baku pembuatan
biogas (slurry). Dan residu keluar adalah saluran keluar slurry yang sudah tidak
terpakai lagi atau saluran pengeluran limbah hasil fermentasi didalam reaktor.
3. saluran gas yaitu saluran pengeluran gas yang telah dihasilkan didalam reaktor biogas
lalu dihubungkan melalui selang kemudian disalurkan ke penampung biogas.
4. Saluran pembuangan gas atau udara yang ada di dalam reaktor yang tidak berguna.
5. Biogas storage yaitu tempat penampungan biogas yang dihasilkan setelah proses
fermentasi dari rektor (digester).
6. Kompor gas untuk menguji biogas yang telah dihasilkan dari proses fermentasi.
Manfaat dan keuntungan dari biogass atau methan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti halnya gas alam. Tujuan utama pembuatan biogas adalah untuk mengisi
kekurangan atau mensubtitusi sumber energi. di daerah pedesaan maupun kota sebagai
bahan bakar keperluan rumah tangga terutama memasak dan lampu penerangan,
disamping itu dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran (sludge) yang
dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman atau budidaya
pertanian limbah biogas yaitu kotoran (sludge) yang telah hilang gasnya merupakan
pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman bahkan
unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin tidak dapat digantikan oleh pupuk
kimia.

C. PROSEDUR KERJA
1. Alat
a. Timbangan l. Striplat 4 cm = 160 cm
b. Drum besi 2 buah m. Flendes 4 buah
c. Drum plastic 1 buah n. Kawatlas 26 = 1kg
d. Besi holo 4 x 4 = 160 cm o. Amplas 3 m
e. Besi beton 10 mm , 1 batang p. Cat 2 kg
f. Besi siku 3 x 3 = 2,2 m q. Tiner 2 kaleng
g. Slang 2 m r. Dempul sampolak 2 buah
h. Slang kompor 3 m s. Klem slang 4
i. Pipa hitam 20 cm t. Stop kran 2 buah
j. Thermometer u. Pipa hitam 3 inch = 2,5 cm
k. Stik pH v. Gunting
w. Mesin pencacah
2. Bahan
a. Air
b. Sampah organik (Eceng gondok)
c. Kotoran Sapi
3. Cara Kerja
a. Pembuatan Digester
1) Siapkan dan gabungkan 2 buah drum besi dengan kapasitas 200 liter sebagai
reactor untuk fermentasi.
2) Buat bagian saluran inlet dari reactor sebagai tempat memasukan bahan eceng
gondok dan kotoran sapi dengan pipa hitam.
3) Buat bagian saluran keluar untuk membuang sisa/ampas eceng gondok dan
kotoran sapi yang sudah difermentasi dengan pipa hitam.
4) Buat satu saluran keluar biogas untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan ke
penampungan.
5) Buat satu bagian lagi untuk saluran gas buang atau udara masing-masing
dengan pipa hitam 3 inch.
6) Buat satu bagian lubang untuk tempat mengukur pH dan suhu yang terjadi di
dalam reactor.
7) Siapkan tempat tampungan biogas yang telah di fermentasi dari drum plastik
yang terhubung dengan reaktor.
8) Mengecat alat pembuatan biogas dengan warna gelap.
b. Pembuatan Biogas
1) Siapkan bahan baku eceng gondok, kotoran sapi dan air
2) Pisahkan eceng gondok dari akarnya, kemudian cacah kasar eceng gondok
dengan pisau. Kemudian cacah sampai halus dengan menggunakan mesin
pencacah
3) Kemudian buat bahan baku dengan perbandingan air : kotoran sapi : sampah
(eceng gondok) = 3 : 2 : 1. Sehingga diperlukan 54 liter air, 118 kg kotoran
sapi, dan 59 eceng gondok.
4) Kemudian campur air, kotoran sapi dan eceng gondok sedikit demi sedikit
sambil diaduk. Setelah bahan baku tercampur, masukkan bahan baku kedalam
digester
5) Amati dan catat setiap perubahan data yang ada seperti tekanan, temperature
dan volume biogas yang dihasilkan untuk setiap harinya.

D. HASIL
Gambar dan alat biogas
Hasil pengukuran suhu dan pH pada biogas selama 3 minggu

Hari Tanggal Suhu pH


1 25-Mar-19 23˚C 6,5
2 26-Mar-19 23˚C 9
3 27-Mar-19 27˚C 9
4 28-Mar-19 22˚C 5,5
5 29-Mar-19 26˚C 6
6 30-Mar-19 25˚C 5
7 31-Mar-19 23˚C 5
8 01-Apr-19 24˚C 7
9 02-Apr-19 28˚C 5
10 03-Apr-19 25˚C 5
11 04-Apr-19 24˚C 4
12 05-Apr-19 21˚C 3,5
13 06-Apr-19 24˚C 9
14 07-Apr-19 24˚C 6,5
15 08-Apr-19 24˚C 8
16 09-Apr-19 25˚C 9
17 10-Apr-19 25˚C 9
18 11-Apr-19 29˚C 8
19 12-Apr-19 30˚C 8
20 13-Apr-19 32˚C 9
21 14-Apr-19 30˚C 9

E. PEMBAHASAN
Pada tanggal 22 Februari 2019 dilakukan pembuatan alat biogas di Workshop
Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang. Pembuatan dimulai dari perancangan alat
digester sampai dengan perhitungan jumlah bahan yang dibutuhkan sesuai dengan volume
alat yang dibuat. Pada tanggal 25 Maret dilakukan pencampuran dan pemasukan bahan ke
dalam alat digester, sehingga pada tanggal tersebut dilakukan pengukuran pH dan suhu
hari kesatu. Hasil pada pengukuran pertama yaitu 6,5 dan 23˚C. Pada hari kedua pH
mengalami kenaikan yang signifikan, namun pada suhu tetap. Pada hari ketiga suhu
mengalami kenaikan, sedangkan pH tetap. Pada hari ke 4-12 pH berada dikisaran 3,5-5,5
namun dominan pada pH 5. Pada hari ke 13 pH mulai mengalami kenaikan yang sangat
signifikan yaitu dari 3,5 menjadi 9 dan mengalami penurunan pada hari 14 menjadi 6,5.
Pada hari ke 15-21 biogas pHnya berada pada angka 8 dan 9. Selama 21 hari suhu pada
biogas tersebut mengalami naik turun. Dari hari 1 sampai hari 21 suhu biogas tersebut
berada pada kisaran 21˚C-32˚C. Pada hari pengujian ke 1 yaitu pada hari Senin, 14 April
2019 biogas berada pada pH 9 dan suhu 30˚C. Hasil dari pengujiannya adalah tidak
adanya biogas yang dihasilkan. Hal ini dibuktikan dengan mendekatkan api pada saluran
pengeluaran biogas dan api tersebut tidak menjadi besar. Namun setelah biogas
didiamkan lagi selama 7 hari dan dilakukan pengujian pada hari Jumat, 26 April 2019,
menunjukkan bahwa ada biogas yang dihasilkan. Hal ini dibuktikan dengan membesarnya
api yang didekatkan dengam saluran pengeluaran biogas.
Perubahan suhu pada digester biogas mengakibatkan perubahan produksi gas
metana. Produksi gas metana akan meningkat apabila suhu meningkat pada kondisi pH
netral. Peranan pH berhubungan dengan media untuk aktivasi mikroorganisme. Bakteri-
bakteri anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi pH yang baik adalah
6,6 – 7,5. Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sangat toxic,
maksudnya bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pada pengujian ke 1 tidak dihasilkan
gas dikarenakan suhu yang belum stabil. Sebenarnya suhu pada biogas tersebut sudah
mencapai suhu optimum untuk bakteri aktif, namun karena tempat yang tidak
memungkinkan seperti tidak tersedianya atap sehingga kehujanan maka membuat suhu
tersebut tidak stabil. Suhu optimum untuk aktivasi mikroorganisme/produksi biogas
terbaik adalah 35˚C dan produksi biogas terendah terjadi pada suhu 30˚C. Sehingga pada
uji ke 1 tidak terdapat gas karena suhunya 30 ˚C dengan pH 9.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada praktikum pembuatan biogas
dengan bahan baku eceng gondok dan kotoran sapi dapat berhasil apabila suhu pada
biogas tersebut stabil, ditandai dengan pengujian menggunakan api yang didekatkan
dengan saluran pengeluaran biogas.

G. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai