Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN – B


“Hygiene Sanitasi Tempat Pemerahan Susu Sapi”

Dosen Pembimbing :
AT. Diana N, SKM, M.Kes
Narwati, S.Si., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok A Semester 5
1. Alivia Amanatus Suliha (P27833318005)
2. Aprilia Fitriana Susanti (P27833318007)
3. Asysyifaul Aulia (P27833318009)
4. Eva Hesti Puspa Sari (P27833318015)
5. Amalia Dila Safitri (P27833318017)
6. Helmi Adi Winata (P27833318019)
7. Imelynia Pratiwi Suhari (P27833318027)
8. Saphire Febrary .P.P. (P27833318029)
9. Mirotul Viona (P27833318031)

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


PRODI D IV JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 1

D. Manfaat ........................................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3

A. Higiene Sanitasi Pemerahan Sapi ................................................................................... 3

B. Proses Pemerahan Susu................................................................................................... 6

C. Pasca Pemerahan........................................................................................................... 11

BAB III .................................................................................................................................... 13

METODE PRAKTIKUM ..................................................................................................... 13

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................................... 13

B. Alat dan Bahan .............................................................................................................. 13

C. Metode Praktikum......................................................................................................... 13

D. Prosedur Kerja .............................................................................................................. 13

E. Petunjuk Pengisian Instrumen....................................................................................... 14

BAB IV .................................................................................................................................... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 15

A. Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah ..................................................................... 15

B. Pengaruh Waktu Pemerahan ......................................................................................... 15

i
C. Proses Pemerahan Susu Sampai Distribusi ................................................................... 16

D. Hasil Penilaian Terhadap Sanitasi Susu Perah.............................................................. 17

BAB V ..................................................................................................................................... 53

PENUTUP ............................................................................................................................... 53

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 53

B. Saran ............................................................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 55

LAMPIRAN............................................................................................................................ 56

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Susu merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta dalam menjaga kesehatan. Susu sapi segar merupakan unsur
penting dalam industri pengolahan susu. Sebagai pangan asal hewan, susu bersifat mudah
rusak ( perishable food ). Untuk memenuhi kebutuhan susu tersebut dilakukan
peningkatan populasi, produksi dan produktifivitas sapi perah. Untuk itu bibit sapi perah
memegang peranan penting dalam upaya pengembangan pembibitan sapi perah.
Pengembangan pembibitan sapi perah memiliki potensi yang cukup besar dalam
rangka mengurangi ketergantungan impor produk susu maupun impor bibit sapi perah.
Untuk itu pemerintah berkewajiban membina dan menciptakan iklim usaha yang
mendukung usaha pembibitan sapi perah sehingga dapat memproduksi bibit ternak untuk
memenuhi kebutuhan jumlah dan mutu sesuai standar, disamping pemberian fasilitas bagi
peningkatan nilai tambah produk bibit seperti antara lain pemberian sertifikat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemerahan susu yang baik dan benar agar pada proses pemerahan
tidak terjadi pencemaran terhadap susu supaya kualitas susu terjamin ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari proses produksi susu sapi segar.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetetahui persyaratan ternak terhadap tempat pemerahan
susu sapi.
b. Mahasiswa dapat menilai proses pemerahan susu sapi.
c. Mahasiswa dapat menilai kesehatan karyawan dan peralatan yang digunakan
dalam proses pemerahan susu, sebelum, saat, sesudah pemerahan susu.
d. Menilai kualitas susu saat pemerahan sampai cara pemasarannya atau
distribusinya.

1
e. Mahasiswa dapat menganalisa hasil penilaian terhadap proses penanganan susu
sapi.

D. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui cara serta teknik pemerahan susu sebelum
pemerahan, pemerahan, dan pasca pemerahan agar kualitas susu terjamin.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Higiene Sanitasi Pemerahan Sapi


Menurut Menteri Perindustrian nomor 75 tahun 2010 tentang pedoman cara produksi
pangan olahan yang baik (Good Manufacturing Practice) memproduksi makanan dengan
tujuan agar produsen memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menghasilkan
produk makanan yang bermutu dan sesuai dengan keamanan pangan. Pedoman ini
mencakup lokasi, tempat produksi, struktur bangunan, produk akhir, peralatan
pengolahan, bahan produksi, hygiene personal, penyimpanan, pemeliharaan sarana
pengolahan. Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih,
yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, kandungan alaminya tidak dikurangi
atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali
pendinginan. Susu yang masih di dalam kelenjar susu merupakan produk yang steril,
tetapi setelah keluar dari ambing kemungkinan produk tersebut mengalami kontaminasi
sangatlah tinggi. Susu merupakan bahan pangan yang mengandung kalori 66 kkal, protein
3,2 gr, lemak 3,7 gr, laktosa 4,6 gr, zat besi 0,1 mg, kalsium 120 mg, dan vitamin A 100
IU.
Adanya bakteri pathogen pada susu mengakibatkan pula adanya kerusakan yang
tidak diinginkan sehingga susu menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Bakteri pathogen
tersebut mudah tumbuh di dalam susu disebabkan oleh adanya kandungan protein,
glukosa, lipida, garam mineral dan vitamin dengan pH sekitar 6,8. Pencemaran pada susu
terjadi mulai sejak proses pemerahan, dapat berasal dari berbagai sumber seperti kulit
sapi, ambing, air, tanah, debu, manusia, peralatan dan udara. Susu yang berkualitas
rendah dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu intrinsik (dari dalam hewan) dan faktor
ekstrinsik (lingkungan, pemerah, dan alat yang digunakan). Kebersihan dan kesehatan
sapi dapat memengaruhi jumlah bakteri dalam susu secara langsung, karena sapi yang
bersih akan menghasilkan susu yang baik. Menjaga kebersihan dan kesehatan sapi salah
satunya dengan cara memandikan dan membersihkan bagian-bagian yang penting seperti
lipatan paha dan sekitar anus, ambing sapi dan puting sapi. Sebelum dilakukan pemerahan
dilakukan pembersihan dahulu pada paha, ambing dan puting dengan mengunakan air
hangat. Penggunaan air hangat dimaksudkan untuk membunuh bakteri atau
mikrrorganisme yang terdapat pada bagian-bagian tersebut. Bagian sapi yang terutama

3
harus dibersihkan yaitu di bagian kulit, karena bagian kulit seringkali kotor akibat kulit
ari yang mengelupas, debu, lumpur, dan kotoran sapi yang melekat bersama keringat dan
lemak sapi. Kulit yang kotor tersebut dapat menyebabkan hal-hal yang merugikan yaitu
radang kulit, menyulitkan sapi untuk membuang zat yang merugikan melalui keringat
karena tertutupi oleh debu dan kotoran, sapi sulit untuk mengatur suhu badannya dan
mengganggu kenyamanan sapi sehingga pertumbuhannya tidak maksimal.
Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan, karena susu merupakan
media yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi sarana potensial bagi penyebaran
bakteri pathogen yang mudah tercemar kapan dan di mana saja sepanjang penanganannya
tidak diperhatikan kebersihannya. Oleh karena itu, susu menjadi produk yang mudah
rusak bila penanganannya tidak sesuai, sehingga mempunyai masa simpan relatif singkat.
Berikut adalah persyaratan mutu susu segar menurut SNI 3141.1:2011 :

Bakteri yang sering mengontaminasi susu adalah Escherichia coli yang tergolong
bakteri koliform. Keberadaan Escherichia coli dalam air atau makanan menunjukkan
suatu sanitasi yang tidak baik dan menunjukkan adanya bibit penyakit (patogen) pada
pangan sehingga apabila Escherichia coli masuk ke dalam tubuh manusia dapat
menyebabkan gejala seperti kolera, disentri, gastroenteritis, diare. Faktor yang
menyebabkan kontaminan dapat masuk ke dalam susu sehingga susu menjadi tercemar,
antara lain: sanitasi kandang sapi dan higiene pemerah yang buruk, pasteurisasi yang
4
tidak sempurna, serta sanitasi yang buruk pada tahap pengepakan dan pendistribusian
susu. Jika susu telah mengalami pasteurisasi, sterilisasi yang sempurna, maka susu
tersebut sudah aman dikonsumsi. Beberapa kerusakan susu akibat aktivitas mikroba
antara lain :
1. Pengasaman dan penggumpalan susu karena proses fermentasi laktosa menjadi asam
laktat sehingga pH turun dan terjadi penggumpalan kasein.
2. Berlendir seperti tali yang disebabkan pengentalan dan pembentukan lendir akibat
pengeluaran cairan ekstraseluler seperti kapsul dan getah oleh beberapa jenis bakteri
pembusuk.
Syarat-syarat Sumber Air dan alat penerangan untuk peternakan sapi perah menurut
Permentan/55/OT.140/10/2006 yaitu :
1. Sumber air tersedia tidak jauh dari kandang/kelompok peternakan atau dapat mengalir
dengan mudah mencapai kandang dalam jumlah yang cukup.
2. Air minum yang memenuhi baku mutu air yang sehat tersedia sepanjang tahun dalam
jumlah sesuai kebutuhan.
3. Penggunaan air untuk keperluan kebersihan kandang dan peralatan tidak mengganggu
ketersediaan air bagi masyarakat sekitar.
4. Usaha pembibitan sapi perah agar menyediakan alat penerangan sesuai kebutuhan.
Syarat-syarat Bangunan dan Peralatan untuk peternakan sapi perah menurut
Permentan/55/OT.140/10/2006 yaitu :
1. Bangunan kandang terdiri dari :
a. Kandang sapi laktasi
b. Kandang kering kandang
c. Kandang beranak
d. Kandang pedet
e. Kandang dara
f. Kandang pejantan
g. Kandang kawin
h. Kandang isolasi
2. Bangunan lain
a. Gudang pakan dan peralatan
b. Unit pemerahan
c. Unit kamar susu
d. Unit pengolahan susu
5
e. Unit penampungan dan pengolahan limbah
f. Unit sanitasi, sterilisasi, penangan kesehatan
g. Unit perkawinan ternak
h. Instalasi air bersih
i. Bangunan kantor dan tempat karyawan
3. Peralatan
a. Tempat pakan dan tempat minum
b. Alat pemotong dan pengangkutan rumput
c. Alat pembersih kandang dan pembuatan kompos
d. Peralatan kesehatan hewan
e. Peralatan pemerahan dan pengolahan susu
f. Peralatan sanitasi kebersihan
g. Peralatan pengolahan limbah

B. Proses Pemerahan Susu


1. Waktu pemerahan susu
Selang waktu pemerahan harus seragam yaitu setiap 12 atau 14 jam dan 10
jam. Semakin lama selang waktu pemerahan, maka kualitas susu tersebut akan
menurun dan produksi susu yang dihasilkan juga menurun. Waktu pemerahan pagi
hari biasanya sekitar pukul 02.00 atau pukul 05.00 sampai 06.00 sedangkan sore hari
pukul 15.00 sampai 16.00. Jika ingin mempunyai produksi susu nya tinggi dan
berkualitas tinggi, maka lakukan juga pada siang hari. Selang waktu pemerahan susu
perlu diseragamkan agar sapi tersebut tidak stress.
2. Tujuan pemerahan
Tujuan dari pemerahan adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak
rusak karena pelaksanaan pemerahan kurang baik mudah sekali menimbulkan
kerusakan pada ambing dan puting karena infeksi mastitis yang sangat merugikan
hasil susu. Ciri- ciri proses pemerahan yang baik :
a. Pemerahan dilakukan dalam interval yang teratur, cepat dan dikerjakan dengan
kelembutan
b. Pemerahan dilakukan sampai tuntas
c. Menggunakan prosedur sanitasi
d. Efisien dalam penggunaan tenaga kerja

6
3. Pemeriksaan mastitis
Salah satu penyakit yang biasanya ditemukan pada sapi yaitu penyakit mastitis
( penyakit radang kelenjar susu ). Mastitis adalah penyakit yang merupakan masalah
di seluruh dunia yang mengakibatkan kerugian yang besar pada peternakan sapi perah
akibat kualitas susu yang buruk, penurunan produksi susu, peningkatan biaya obat dan
pelayanan dokter hewan, dan terkadang juga terjadi kematian akibat penyakit tersebut.
Penyebab mastitis pada sapi adalah bakteri Streptococcus agalactiae, Streptococcus
dysgalactiae, Streptococcus uberis, Streptococcus zooepidermicus. Bakteri lain yang
dapat menyebabkan mastitis adalah Escherichia coli, Escherichia feundeii,
Aerobacter aerugenes dan Klebsiella pneumoniae.
Mastitis ada dua jenis yaitu :
a. Gejala klinis : mastitis yang menimbulkan gejala seperti susu pecah, bercampur
nanah, atau ambing yang membengkak asimetris, berdarah, berjonjot, bila
dipegang panas dan menunjukkan adanya respon rasa sakit bila dipegang.
b. Gejala sub klinis : mastitis yang tidak menampakkan perubahan fisik pada ambing
dan susu yang dihasilkan, tetapi menyebabkan penurunan produksi susu,
ditemukannya mikroorganisme patogen dan terjadi perubahan komposisi susu.
Upaya untuk mencegah terjadinya mastitis, peternak harus melakukan
manajemen pencegahan penyakit meliputi menjaga kebersihan kandang, menyalurkan
kotoran ternak ke digester biogas dan melakukan dipping ( pencelupan ambing pasca
memerah ke dalam larutan antiseptik )

Ambing terkena mastitis


4. Teknik pemerahan susu
Teknik pemerahan susu sapi dibagi menjadi dua, yaitu pemerahan dengan cara
tradisional atau manual dan pemerahan dengan cara mekanik.
a. Teknik pemerahan susu dengan cara tradisional atau manual

7
Peralatan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan anti karat,
tahan lama dan mudah dibersihkan. Biasanya terbuat dari stainless atau
aluminium. Peralatan yang digunakan yaitu :
1) Ember penampung waktu pemerahan susu : sebagai wadah penampungan susu
yang diperah
2) Milk can : sebagai alat untuk menampung dan menyimpan sementara susu
hasil pemerahan.
3) Vaseline atau pelicin
4) Saringan susu atau kain bersih : untuk menyaring benda-benda asing yang
terikut air susu pada waktu pemerahan
Sebelum melakukan pemerahan pada sapi, maka yang perlu diperhatikan dan
harus dilakukan :
1) Membersihkan peralatan pemerahan dengan air dan sabun sampai bersih
2) Membersihkan kandang dari kotoran sapi, air kencing, sisa-sisa rumput baik di
dalam kandang maupun disekitar lokasi kandang.
3) Mandikan sapi-sapi tersebut dan disikat agar kotoran yang menempel pada
badan sapi bersih. Terutama pada bagian ambing, bagian belakang disekitar
lipatan paha bagian dalam dengan menggunakan kain lap basah. Kemudian
ambing di lap lagi dengan air hangat ( 37ºC ) untuk menghindari pencemaran
bakteri dan juga untuk merangsang agar air susu dapat keluar dari kelenjar-
kelenjar susu. Olesi puting susu dengan vaseline atau pelicin agar puting susu
tidak luka atau lecet.
4) Petugas pemerah diusahakan memakai pakaian khusus yang bersih. Pada
waktu pemerahan posisi pemerah harus berada disebelah kanan sapi sehingga
tangan kiri berfungsi sebagai penahan apabila ada tendangan kaki sapi,
sedangkan tangan kanan untuk menjaga ember susu.
5) Kotoran-kotoran di atas lantai harus bersih yaitu dengan menyemprotkan air di
permukaan lantai kandang sapi.
Tujuan membersihkan lantai dan memandikan sapi adalah untuk menghindari
terjadinya pencemaran terhadap susu, sehingga kualitas dan kesehatan susu akan
terjamin.
6) Perlu dilakukan pengetesan pada waktu pemerahan. Mengamati pemerahan
susu yang pertama dan kedua apabila terdapat tanda-tanda susu bercampur
dengan darah atau nanah, maka dipastikan sapi tersebut terjangkit mastitis,
8
pemerahan selanjutnya harus dihentikan. Sapi yang diduga terjangkit mastitis
hendaknya segera dilakukan pemisahan dengan sapi-sapi lainnya untuk
pengobatan selanjutnya.
7) Lakukan pemerahan dengan baik dan benar agar puting susu sapi tidak terluka
atau lecet. Pemerahan hendaknya harus habis, yang bertujuan untuk
merangsang kelenjar-kelenjar susu untuk memproduksi kembali air susu
secara aktif.
8) Selesai pemerahan, susu segera disaring dengan kain nilon yang halus
kemudian diukur atau ditimbang. Setelah pemerahan selesai, ambing puting
dibilas dengan air bersih.
Terdapat 3 cara pemerahan tradisional atau mekanik, meliputi :
1) Teknik whole hand ( pemerahan tangan penuh )
Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Puting
dipegang antara ibu jari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dan diremas
sehingga air dalam puting susu terdesak ke bawah dan memancar ke luar.
Setelah susu keluar, seluruh jari dikendorkan agar rongga puting terisi lagi
dengan air susu. Remasan diulang lagi berkali-kali. Teknik ini juga merupakan
teknik yang terbaik, karena puting tidak akan menjadi kendor dan terhindar
dari peradangan. Cara ini dilakukan pada sapi perah yang memiliki puting
yang panjang sehingga dapat dipegang dengan penuh tangan.

2) Teknik strippen ( perah jepit )


Teknik ini dilakukan dengan meletakkan puting diantara ibu jari dan
telunjuk yang digeserkan dari pangkal puting ke bawah sambil memijat.
Pijatan dikendorkan lagi sambil menyodok ambing sedikit ke atas, agar air
susu di dalam rongga susu dapat keluar. Teknik perah ini dilakukan hanya

9
untuk pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil atau pendek yang
sukar dikerjakan dengan cara lain.

3) Teknik knevelen
Teknik ini mirip dengan cara penuh tangan, tetapi dilakukan dengan
membengkokkan ibu jari. Cara ini sering dilakukan jika pemerah sudah
merasa lelah. Teknik ini digunakan pada sapi yang memiliki puting yang
pendek.

b. Teknik pemerahan dengan mesin


1) Sistem ember (Bucket system)
Bucket system merupakan pemerahan dengan memakai mesin yang dapat
dipindah-pindah tempat, efektif untuk peternak kecil. Penggunaan alat ini susu
ditampung di ember yang terdapat pada mesin, susu hasil perahan dari setiap
ekor sapi ditakar dahulu kemudian dituang ke tangki pendingin. Pemerahan
dengan sistem ini cocok pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk
kurang dari 10 ekor. Mesin perah ini terdiri dari sebuah motor pembangkit
vakum, pipa vakum, selang karet vakum, pulsator, ember penampung susu,
pengatur pulsasi, tabung perah (teat cup) yang terbuat dari logam tahan karat
dan karet inflasi di dalam tabung perah dan selang susu.
2) Sistem pipa (pipa line system)

10
Pada sistem ini pemerahan berlangsung di kandang, sapi yang diperah
tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi
berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki
pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.
3) Sistem bangsal pemerahan (Milking parlor system)
Pemerahan dengan sistem ini berlangsung di suatu bangsal pemerahan.
Setiap mesin digunakan untuk seekor sapi. Susu hasil pemerahan langsung
ditampung di tangki pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung
pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah
digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) untuk
dibersihkan dengan sprayer selanjutnya sapi satu persatu masuk bangsal
(milking parlor).

C. Pasca Pemerahan
Susu mengandung nilai gizi tinggi, tetapi susu tersebut mudah rusak dan tahan dalam
waktu relatif singkat yaitu sekitar 4 jam sampai 5 jam. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka perlu penanganan susu secara cepat yaitu dengan memproses susu dengan
pengawetan, agar tahan lebih lama dari kerusakan susu. Proses pengawetan susu secara
sederhana yaitu dengan pendinginan susu ke dalam lemari es atau freezer atau cara lain
susu disimpan dalam milk can kemudian direndam dalam air dingin yang mengalir.
Cara lain dalam penyimpanan susu yaitu pemanasan agar dapat menahan atau
membunuh mikroba dan kuman yang dapat merusak susu. Pemasakan susu sampai
dengan mendidih kemudian setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan aman.
Cara lain dengan pasteurisasi yaitu pemanasan susu di bawah temperatur didih yang
fungsinya sama yaitu membunuh kuman atau bakteri patogen. Pasteurisasi dapat
dilakukan yaitu susu dilakukan pemanasan pada temperatur 62ºC sampai 65ºC selama 0,5
jam sampai 1 jam.
Pasteurisasi susu secara singkat, pemansan pada temperatur tinggi dengan waktu yang
sangat singkat yaitu 85ºC sampai 95ºC selama 1 menit sampai 2 menit
Proses pengawetan susu dengan sterilisasi yaitu dengan memanaskan susu sampai
temperatur dia atas titik didih, sehingga bakteri maupun kuman dan sporanya akan mati.
Cara ini memerlukan biaya yang besar sehingga tidak akan ekonomis kalau peternak
hanya memiliki 2 sampai 5 ekor sapi perah.

11
Susu juga mengandung antibodi terhadap penyakit, air susu sapi juga dapat
menetralisir bila ada orang yang keracunan makanan. Oleh karena itu, disarankan untuk
mengkonsumsi susu sapi secara teratur sehingga sekaligus merangsang peternak sapi
perah untuk meningkatkan mutu serta produksi susu juga populasi ternaknya, karena
kebutuhan akan susu sapi semakin meningkat.

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tanggal : 01 Oktober 2020
Jam : 14.30 – selesai
Tempat : Peternakan sapi Bapak Hadi Yusuf
Jl. Bangkingan RT 01 RW 01

B. Alat dan Bahan


1. Formulir Persyaratan
2. Alat tulis
3. Kamera

C. Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan adalah observasi langsung ke tempat pemerahan
susu sapi. Observasi ini dilakukan melalui dua cara, yaitu mengamati dan melakukan
pencatatan hasil berpedoman pada lembar formulir penilaian inspeksi pemerahan susu
sapi dan dilakukan wawancara yang ditujukan kepada petugas serta pengelolaan tempat
pemerahan sapi sehingga diperoleh data primer.

D. Prosedur Kerja
1. Mencari lokasi pemerahan sapi
2. Membuat formulir penilaian
3. Menuju lokasi pemerahan sapi
4. Melakukan wawancara
5. Melakukan observasi proses pemerahan susu sampai siap didistribusikan secara
langsung
6. Melakukan penilaian sesuai dengan variabel yang dinilai
7. Mengambil foto untuk dokumentasi
8. Melakukan analisis data, kesimpulan dan sarannya

13
9. Membuat laporan kerja

E. Petunjuk Pengisian Instrumen


1. Pengisian identitas instrumen meliputi :
Tempat UD Pemerahan Sapi
Nama :
Alamat :
Tanggal pemeriksaan :
Petugas pemeriksa :
2. Pemberian nilai :
a. Angka pada kolom bobot merupakan angka yang telah ditetapkan sesuai dengan
form inspeksi yang digunakan
b. Pemberian nilai maksimum dilakukan berdasarkan faktor resiko paling tinggi dari
beberapa komponen yang ada pada setiap variabel, dengan batas nilai setiap
variabel sejumlah 10, selanjutnya dikalikan bobot menjadi skor maksimal
c. Pemberian nilai pada kolom nilai yang diperoleh yaitu apabila kondisi peternakan
tidak sesuai sebagaimana yang tercantum pada komponen penilaian, maka
diberikan nilai 0. Bila sesuai sebagaimana tercantum pada komponen penilaian,
maka diberikan nilai sebesar angka pada kolom nilai maksimum.
d. Perhitungan :
1) Skor maksimum = nilai maksimum x bobot
2) Skor yang diperoleh = nilai yang diperoleh x bobot
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ
3) Presentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

e. Berdasarkan perhitungan presentase skor penilaian sanitasi tempat pemerahan sapi


dibagi menjadi 3 kategori :
1) 0% - 33,32% = Kurang
2) 33,33% - 66,65% = Cukup
3) 66,66% - 100% = Baik

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah


Peternakan sapi perah yang kami kunjungi adalah peternakan sapi perah milik Bapak
Hadi Yusuf yang berlokasi di Jl. Bangkingan RT 01 RW 01 Surabaya. Jumlah sapi perah
yang dimiliki sebanyak 14 ekor sapi, 9 ekor sapi betina dan 5 ekor sapi jantan. Total
produksi susu yang dihasilkan setiap hari nya kurang lebih 60 Liter. Produk hasil susu
perahan tersebut biasanya langsung diambil oleh konsumen, sebelum diambil selalu
dilakukan penyaringan terlebih dahulu tetapi tidak dilakukan proses pengolahan sendiri
seperti proses perebusan. Setiap harinya hasil perahan tidak selalu langsung habis, sisa
nya diawetkan di dalam kulkas. Produk susu perahan milik Bapak Hadi Yusuf biasanya
diambil oleh konsumen pada pukul 04.00 dan pukul 16.00
Waktu pemberian makan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 02.00 pagi dan jam
14.00 sore. Pemberian pakan dilakukan sebelum sapi diperah, peternak memberikan
pakan dari ampas tahu, setelah diperah baru diberi pakan rumput. Sapi tersebut diberi
minum dengan air sumur. Biasanya petugas pemerah mencuci tangan terlebih dahulu dan
membawa margarin untuk memperlicin ambing pada saat memerah sapi.

B. Pengaruh Waktu Pemerahan


Proses pemerahan sapi disana dilakukan pada pukul 14.00 WIB. Berdasarkan
wawancara terhadap petugas, pemerahan dilakukan pada pukul tersebut karena adanya
konsumen yang membeli susu tersebut untuk dijualkan lagi, selain itu juga ingin
mendapatkan protein yang sesuai, sehingga dilakukan dengan waktu yang seragam.
Pemerahan yang dilakukan pada sore hari menunjukkan peningkatan kadar lemak dan
protein yang lebih tinggi daripada di pagi hari, karena interval waktu pemerahan di waktu
pagi hari ke sore hari lebih pendek jika dibandingkan waktu sore hari ke pagi hari.

15
C. Proses Pemerahan Susu Sampai Distribusi
Proses persiapan hingga distribusi yang dilakukan di peternakan sapi Hadi Yusuf
sebagai berikut :

Membersihkan Membersihkan Menyiapkan


lingkungan tubuh sapi peralatan pemerahan
pemerahan yang bersih

Pemerahan Melicinkan
Susu sapi
ambing sapi puting atau
segar di
dimulai ambing sapi
saring

Diambil
konsumen
untuk diolah

1. Membersihkan lingkungan pemerahan.


Tahap ini termasuk salah satu proses persiapan pemerahan sapi. Pada tahap ini
harus benar-benar diperhatikan, karena dengan menjaga kebersihan kandang ternak
bisa menghindarkan kontaminasi pada produk susu yang telah diperah. Selain
terhindar dari kontaminasi, kebersihan lingkungan peternak sapi juga bisa
menghindarkan bersarangnya vektor dan binatang pengganggu pada tempat tersebut.
Pada peternakan sapi yang kami kunjungi, pekerja yang bertugas membersihkan
kandang dari kotoran sapi, namun mereka membersihkan tempatnya masih kurang
bersih. Karena masih terlihat kotor ketika melakukan pemerahan.
2. Membersihkan tubuh sapi
Pembersihan sapi di tempat yang saya kunjungi hanya dilakukan dengan
mengguyur sapi keseluruh tubuh tanpa menyikat kulit sapi dan tanpa menggunakan
sabun. Sehingga bisa saja hasil produk perahan tersebut terkontaminasi oleh kotoran
yang belum bersih pada tubuh sapi.
3. Menyiapkan peralatan pemerahan yang bersih
Pada tahap ini, peralatan yang digunakan harus bersifat bersih, karena alat
yang akan digunakan akan bersentuhan langsung dengan hasil pemerahan sapi.
Peralatan yang bersih juga sangat berperan penting dalam pencegahan adanya

16
kontaminasi pada produk susu perahan, oleh sebab itu alat yang akan digunakan harus
dalam keadaan bersih.
4. Melicinkan puting atau ambing sapi
Sebelum proses pemerahan sapi dilakukan, pemerah mengolesi ambing atau
puting sapi dengan mentega. Fungsi dari pemberian mentega tersebut yaitu sebagai
pelumas agar ambing sapi mudah di perah dan sapi tidak merasa kesakitan saat proses
pemerahan.
5. Pemerahan ambing sapi
Setelah ambing diberi pelumas maka ambing bisa segera di perah. Teknik
pemerahan yang dilakukan pada peternakan yang kami kunjungi yaitu teknik “whole
hand” atau tangan penuh, teknik ini menggunakan kelima jari untuk memerah ambing
sapi. Hasil susu perah yang diambil ditampung pada ember.
6. Penyaringan susu
Pada tahap ini susu hasil perahan yang telah tertampung di ember disaring
kedalam jerigen berwarna putih. Penyaringan disini dilakukan untuk memisahkan
kotoran yang terbawa ke dalam hasil perahan agar tidak masuk ke dalam jerigen
pendistribusian. Setelah dilakukan penyaringan, susu perahan siap diambil oleh agen
pengolah susu.

D. Hasil Penilaian Terhadap Sanitasi Susu Perah


Penilaian dilakukan dengan menggunakan Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
422/Kpts/OT.210/7/2001 Tentang Pedoman Budidaya Ternak Sapi Perah yang Baik (
Good Farming Practice ). Hasil lengkap formulir tersebut terdapat di dalam lampiran
dengan data sebagai berikut :
1. Lokasi dan Lingkungan Produksi
Tabel 4.D.1. Penilaian Komponen Lokasi dan Lingkungan Produksi
Nilai Nilai Skor Skor Persen
No. Komponen Bobot
Max Hasil Max Hasil Skor
Lokasi dan Lingkungan
A. 15
Produksi
1. Lokasi pemerahan susu sapi
70%
seharusnya dijaga tetap 10 7 150 105
( Baik )
bersih, bebas dari sampah,

17
bau, kotoran
2. Lingkungan seharusnya selalu
dipertahankan dalam keadaan
bersih dengan cara – cara 50%
4 2 60 30
sebagai berikut : ( Cukup )
a. Sampah dibuang dan tidak
menumpuk
b. Tempat sampah selalu 0%
3 0 45 0
tertutup ( Kurang )
c. Jalan terpelihara dan
66,66%
selokannya berfungsi 3 2 45 30
( Baik )
dengan baik
JUMLAH 20 11 300 165

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
165
= x 100%
300

= 55% ( Kategori Cukup)

Hasil penilaian berdasarkan data diatas pada komponen lokasi dan lingkungan
produksi ini mendapatkan skor sebesar 165 dari skor maksimal 300, yang mana skor
penilaian tersebut masuk dalam kategori cukup.
1) Lokasi pemerahan susu sapi seharusnya dijaga tetap bersih, bebas dari sampah,
bau, kotoran
Lokasi pada pemerahan susu sapi ini masih belum memenuhi, karena pada
lokasi kandang terdapat tumpukan sampah selain sisa – sisa makanan sapi dan
pembakaran samapah tersebut dekat dengan sapi yang diperah. Hal itu dapat
menimbulkan kontaminasi pada susu melalui udara.

18
2) Lingkungan seharusnya selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara –
cara sebagai berikut :
a) Sampah dibuang dan tidak menumpuk
Kami memberi nilai tidak memenuhi karena lokasi pemerahan masih
ada sampah yang belum dibuang dan menumpuk. Sampah yang menumpuk
tidak hanya sisa makanan sapi, namun terdapat sampah plastik lainnya.
Namun, sampah sak bekas langsung dimasukkan ke tempat sampah.
Pembakaran sampah tersebut dekat dengan lokasi pemerahan. Hal itu dapat
menimbulkan kontaminasi pada susu melalui udara.

b) Tempat sampah selalu tertutup


Hasil nilai tempat sampah masih kurang, karena tempat sampah yang
berada dipeternakan tidak tertutup. Dibiarkan terbuka, tempat kotor yang
terbuka akan mengundang datangnya lalat atau binatang pengganggu lainnya
yang nantinya akan beresiko pada hasil pemerahan jika dihinggapi dengan
hewan - hewan tersebut.

c) Jalan terpelihara dan selokannya berfungsi dengan baik


Pada penilaian ini, jalan di kandang kurang terpelihara, sehingga kami
memberi nilai yang belum memenuhi. Jalan akses di kandang, beberapa ada
yang berlubang, sehingga jika tidak berhati-hati petugas atau pengunjung bisa
terjatuh. Selain itu juga akan menghambat air yang seharusnya dapat mengalir
dengan lancar.

19
Selokannya berfungsi dengan baik, tidak ada sumbatan, sehingga air
tidak menggenang di selokan.

2. Bangunan dan Fasilitas


Tabel 4.D.2. Penilaian Komponen Bangunan dan Fasilitas

Nilai Nilai Skor Skor Persen


No. Komponen Bobot
Max Hasil Max Hasil Skor
B. Bangunan dan Fasilitas 25
1. Bangunan ruang produksi
a. Ruang produksi sebaiknya
100%
tidak digunakan untuk 4 4 100 100
( Baik )
memproduksi produk lain
selain pangan
b. Kontruksi ruangan
100%
sebaiknya terbuat dari 3 3 75 75
( Baik )
bahan yang tahan lama
c. Kontruksi seharusnya
mudah dipelihara dan 66,66%
3 2 75 50
dibersihkan atau ( Baik )
didesinfeksi
2. Lantai
a. Lantai sebaiknya terbuat
dari bahan kedap air, rata, 60%
5 3 125 75
tidak licin, kuat, ( Cukup )
memudahkan pembuangan
atau pengaliran air,air tidak

20
tergenang.
b. Lantai seharusnya selalu
dalam keadaan bersih dari
80%
debu, lendir dan kotoran 5 4 125 100
( Baik )
lainnya serta mudah
dibersihkan.
3. Dinding
a. Dinding atau pemisah ruang
sebaiknya dibuat dari bahan
25%
kedap air, rata, halus, tahan 4 1 100 25
( Kurang )
lama, tidak mudah
mengelupas dan kuat atau
kokoh.
b. Dinding atau pemisah
ruangan seharusnya selalu
100%
dalam keadaan bersih dari 3 3 75 75
( Baik )
debu, lendir dan kotoran
lainnya
c. Dinding atau pemisah
0%
ruangan seharusnya mudah 3 0 75 0
( Kurang )
dibersihkan
4. Langit – langit
a. Langit-langit sebaiknya
terbuat dari bahan yang
100%
tahan lama, tahan terhadap 3 3 75 75
( Baik )
air, tidak mudah bocor,
tidak mudah terkelupas atau
terkikis.
b. Permukaan langit-langit
sebaiknya rata, berwarna
50%
terang dan jika diruang 2 1 50 25
( Cukup )
produksi menggunakan atau
menimbullkan uap air

21
sebaiknya terbuat dari
bahan yang tidak menyerap
air dan dilapisi cat tahan
panas
c. Kontruksi langit-langit
sebaiknya didesain dengan
baik untuk mencegah
penumpukan debu, 33,33%
3 1 75 25
pertumbuhan jamur, ( Cukup )
pengelupasan, bersarangnya
hama, memperkecil
terjadinya kondensasi.
d. Langit – langit seharusnya
0%
selalu bebas dari debu dan 2 0 50 0
( Kurang )
sarang laba-laba
5. Pintu
a. Pintu ruangan sebaiknya
dibuat dari bahan tahan 0%
4 0 100 0
lama, kuat, tidak mudah ( Kurang )
pecah atau rusak, rata,
halus, berwarna terang.
b. Pintu ruangan produksi
seharusnya didesain
membuka keluar / ke
0%
samping sehingga debu atau 3 0 75 0
( Kurang )
kotoran dari luar tidak
terbawa masuk ke dalam
ruangan pengolahan.
c. Pintu ruangan, termasuk
pintu kasa dan tirai udara
0%
seharusnya mudah ditutup 3 0 75 0
( Kurang )
dengan baik dan selalu
dalam keadaan tertutup.

22
6. Permukaan tempat kerja
a. Permukaan tempat kerja
yang kontak langsung
100%
dengan bahan pangan harus 5 5 125 125
( Baik )
dalam kondisi baik, tahan
lama, mudah dipelihara,
dibersihkan dan disanitasi
b. Permukaan tempat kerja
harus dibuat dari bahan
yang tidak menyerap air,
100%
permukaannya halus dan 5 5 125 125
( Baik )
tidak bereaksi dengan
bahan pangan, detergen dan
desinfektan.
7. Kelengkapan Ruang Produksi
a. Ruang produksi sebaiknya
cukup terang sehingga 60%
5 3 125 75
karyawan dapat ( Cukup )
mengerjakan tugasnya
dengan teliti.
b. Di ruang produksi
seharusnya ada tempat
untuk mencuci tangan yang 80%
5 4 125 100
selalu dalam keadaan bersih ( Baik )
serta dilengkapi dengan
sabun dan pengeringnya.
JUMLAH 70 42 1750 1050

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
1050
= x 100%
1750

= 60% ( Kategori Cukup )

23
Hasil penilaian pada komponen bangunan dan fasilitas ini memperoleh skor
sebesar 1050 dari skor maksimal 1750, skor penilaian tersebut masuk dalam Kategori
Cukup.
1) Bangunan ruang reproduksi
a) Ruang produksi sebaiknya tidak digunakan untuk memproduksi produk lain
selain pangan
Peternakan yang kami kunjungi sudah memenuhi, sehingga kami
memberi nilai sempurna. Tempat tersebut hanya digunakan untuk
memproduksi pangan yaitu produksi susu

b) Kontruksi ruangan sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama


Pada pembahasan ini kami beri nilai sempurna, karena konstruksi
ruangan yang ada di peternakan termasuk konstruksi yang tahan lama.

c) Kontruksi seharusnya mudah dipelihara dan dibersihkan atau didesinfeksi


Peternakan yang kami kunjungi mempunyai konstruksi yang sulit
dibersihkan, karena konstruksi tersebut terbuat dari kayu. Kayu tersebut juga
tidak dilapisi apapun yang dapat memudahkan pembersihan. Jika konstruksi
tersebut sulit dibersihkan akan menimbulkan banyak debu ataupun sarang
laba-laba, dengan begitu kotoran tersebut juga dapat terkena hasil produksi
susu atau makanan sapi yang akan dimakan oleh sapi. Akhirnya keduanya
terkontaminasi yang akan menimbulkan efek buruk karena kurangnya higiene
sanitasi di sekitar kandang.
24
2) Lantai

a) Lantai sebaiknya terbuat dari bahan kedap air, rata, tidak licin, kuat,
memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak tergenang.
Penilaian pada perihal ini masih belum memenuhi, karena lantai yang
masih terdapat lubang, sehingga menghambat pembuangan air dan air tersebut
menggenang. Air yang menggenang juga bisa mengundang vektor atau
binatang pengganggu yang kemungkinan menghinggapi hasil produksi atau
ambing sapi yang sudah bersih dan siap diperah. Dengan begitu, dapat terjadi
kontaminasi pada susu.
b) Lantai seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir dan kotoran
lainnya serta mudah dibersihkan.
Lantai sulit dibersihkan, maka dari itu kami memberikan nilai yang
belum memenuhi. Lantai tersebut sulit dibersihkan karena terdapat beberapa
lubang pada lantai tersebut, sehingga debu atau kotoran yang lainnya
kemungkinan masih tertinggal.

25
3) Dinding

a) Dinding atau pemisah ruang sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus,
tahan lama, tidak mudah mengelupas dan kuat atau kokoh.
Pemisah ruangan di peternakan yang kami kunjungi menggunakan
triplek. Maka dari itu kami memberi nilai yang belum memenuhi. Karena sifat
triplek yang mudah mengelupas, kemungkinan serpihan dari triplek tersebut
masuk ke dalam tempat penampungan air, dengan begitu air menjadi
terkontaminasi secara fisik.
b) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari
debu, lendir dan kotoran lainnya
Kami memberi nilai sempurna, karena meskipun terbuat dari triplek,
pemisah tersebut selalu dalam keadaan bersih.
c) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya mudah dibersihkan
Pemisah ruangan yang terbuat dari triplek akan sulit dibersihkan,
karena sifatnya yang tidak kedap air. Jika dibersihkan dengan air akan
membuat triplek tersebut rusak atau rapuh. Sehingga kami memberi nilai yang
masih belum memenuhi.
4) Langit – langit

a) Langit-langit sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap
air, tidak mudah bocor, tidak mudah terkelupas atau terkikis.
Peternakan yang kami kunjungi, konstruksi bangunan bagian langit-
langit sudah tahan lama, tahan terhadap air, tidak mudah bocor dan tidak

26
mudah terkelupas atau terkikis. Sehingga kami memberi nilai sempurna yang
artinya sudah memenuhi.
b) Permukaan langit-langit sebaiknya rata, berwarna terang dan jika diruang
produksi menggunakan atau menimbullkan uap air sebaiknya terbuat dari
bahan yang tidak menyerap air dan dilapisi cat tahan panas
Pada pembahasan ini, kami masih memberi nilai yang belum
memenuhi. Karena permukaan langit – langit di peternakan tersebut tidak
berwarna terang, sehingga jika melakukan pemerahan di siang hari masih
sedikit gelap. Kondisi bangunan yang masih kurang cahaya juga bisa
mengundang vektor atau binatang pengganggu yang akan berdampak
kontaminasi pada hasil susu atau makanan untuk sapi.
c) Kontruksi langit-langit sebaiknya didesain dengan baik untuk mencegah
penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama,
memperkecil terjadinya kondensasi.
Tempat yang kami kunjungi, konstruksi langit-langitnya terdapat
banyak sarang laba – laba, seperti jarang atau tidak pernah dibersihkan. Maka
dari itu kami memberi nilai yang belum memenuhi. Karena tempat yang kotor
akan menimbulkan sarangnya vektor atau binatang pengganggu, timbulnya
debu yang bisa saja menempel pada susu atau alat – alat yang sudah
dibersihkan.
d) Langit – langit seharusnya selalu bebas dari debu dan sarang laba-laba
Langit – langitnya dipenuhi oleh sarang laba – laba. Adanya sarang
laba – laba sudah dipastikan terdapat debu juga. Sehingga kami memberi nilai
yang belum memenuhi. Kebersihan tempat juga mempengaruhi adanya
kontaminasi pada produksi susu karena sumber kontaminasi tidak hanya dapat
disalurkan pada kontak langsung melainkan dapat disalurkan melalui debu
ataupun udara.
5) Pintu
Pada tempat yang kami kunjungi tidak terdapat pintu dan lokasinya juga
terbuka. Kami memberi nilai kurang memenuhi. Adanya pintu pada kandang
peternakan itu juga sangat penting. Karena dengan adanya pintu dapat membantu
menghindarkan lokasi kandang terjamah oleh vektor atau binatang pengganggu
seperti tikus yang menularkan virus atau kuman yang bisa menjadi faktor
kontaminasi.
27
6) Permukaan tempat kerja

a) Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan bahan pangan harus
dalam kondisi baik, tahan lama, mudah dipelihara, dibersihkan dan disanitasi
Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan pangan sudah
seseuai dengan ketentuannya. Sehingga kami memberi nilai sempurna.
b) Permukaan tempat kerja harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap air,
permukaannya halus dan tidak bereaksi dengan bahan pangan, detergen dan
desinfektan.
Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan pangan sudah
seseuai dengan ketentuannya. Sehingga kami memberi nilai sempurna.
7) Kelengkapan ruang produksi
a) Ruang produksi sebaiknya cukup terang sehingga karyawan dapat
mengerjakan tugasnya dengan teliti.
Ruang produksi yang kami kunjungi terdapat lampu yang biasa
digunakan pada waktu malam hari. Kami memberi nilai kurang memenuhi,
karena pada waktu itu kami datang di siang hari, kondisi ruang produksi
dibagian tengah sedikit gelap meskipun terletak di tempat yang sedikit
terbuka. Tempat yang sedikit gelap memungkinkan petugas kurang teliti
dalam melakukan pekerjaannya.

28
b) Di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu
dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
Kami memberi nilai tidak memenuhi karena di tempat tersebut tidak
tersedia pengering seperti lap untuk setelah mencuci tangan. Setelah mencuci
tangan, petugas tersebut mengeringkan tangan di baju nya. Tindakan tersebut
dapat mengurangi kebersihan tangan petugas. Kemudian akan
mengkontaminasi ambing sapi dan jika kebersihan ambing sapi tidak selalu
terjaga, maka akan memungkinkan terkena penyakit seperti mastitis.

3. Peralatan Produksi
Tabel 4.D.3. Penilaian Komponen Peralatan Produksi
Nilai Nilai Skor Skor Persen
No. Komponen Bobot
Max Hasil Max Hasil Skor
C. Peralatan Produksi 15
1. Persyaratan Bahan Peralatan Produksi
a. Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari
bahan yang kuat, tahan lama, tidak 75%
4 3 60 45
beracun, mudah dipindahkan atau ( Baik )
dibongkar pasang sehingga mudah
dibersihkan dan dipelihara
b. Permukaan yang kontaklangsung
1) Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan harus halus, tidak 100%
3 3 45 45
bercelah atau berlubang, tidak ( Baik )
mengelupas, tidak berkarat dan
tidak menyerap air. (3)

29
2) Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan tidak halus, masih
terdapat celah atau lubang, tidak
mengelupas, tidak berkarat, dan
tidak menyerap air. (2)
3) Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan tidak halus, masih
terdapat celah atau lubang,
mengelupas, tidak berkarat, dan
tidak menyerap air. (1)
4) Permukaan yang kontak langsung
denganpangan tidak halus, masih
terdapat celah atau lubang,
mengelupas, berkarat, dan
menyerap air. (0)
c. Peralatan harus tidak menimbulkan
pencemaran terhadap produk pangan
oleh jasad renik, bahan logam yang
terlepas dari mesin / peralatan, minyak
pelumas, bahan bakar dan bahan bahan 100%
3 3 45 45
lain yang menimbulkan bahaya; ( Baik )
termasuk bahan kontak pangan /zat
kontak pangan dar kemasan pangan ke
dalam pangan yangmenimbulkan
bahaya
2. Pengawasan dan Pemantauan
PeralatanProduksi
a. Semua peralatan seharusnya dipelihara,
diperiksa dan dipantau agar berfungsi 100%
10 10 150 150
dengan baik dan selalu dalam keadaan ( Baik )
bersih. (10)
b. Semua peralatan seharusnya dipelihara
deperiksa dan dipantau agar berfungsi

30
dengan baik, tidak dalam keadaan
bersih. (5)
c. Semua peralatan tidak dipelihara
deperiksa dan dipantau
agarberfungsidenganbaik,tidakdalamkea
daanbersih. (0)
3. Bahan perlengkapan dan alatukur/timbang
0%
a. Bahan perlengkapan peralatan yang
(
terbuat dari kayu seharusnya dipastikan 5 0 75 0
Kurang
cara pembersihannya yangdapat
)
menjamin sanitasi
0%
b. Alat ukur/timbang seharusnya dipastikan (
5 0 75 0
keakuratannya. Kurang
)
JUMLAH 30 19 450 285

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
285
= x 100%
450

= 63,33% ( Kategori Cukup )


Hasil penilaian pada komponen bangunan dan fasilitas ini memperoleh skor
sebesar 270 dari skor maksimal 450, skor penilaian tersebut masuk dalam Kategori
Cukup.
1) Persyaratan Bahan Peralatan Produksi

31
a) Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama, tidak
beracun, mudah dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga mudah
dibersihkan dan dipelihara
Di peternakan yang kami kunjungi, jika siang hari menggunakan
jerigen untuk tempat susu yang sudah diperah. Namun jika pemerahan di pagi
hari menggunakan milk can. Karena petugas yang mengirim berbeda, petugas
yang mengirim hasil susu pada siang hari memilih menggunakan jerigen
karena lebih ringan untuk diangkat atau dibawa. Sehingga kelompok kami
memberikan nilai yang belum memenuhi, karena jerigen sedikit sulit
dibersihkan dan kedalamannya sulit dijangkau oleh tangan. Dengan begitu,
kemungkinan jerigen kurang bersih, kemudian mengkontaminasi susu yang
dimasukkan ke dalam tempat tersebut.
b) Permukaan yang kontak langsung
Peralatan yang kontak langsung dengan susu sudah sesuai oleh
ketentuan. Sehingga kami memberi nilai sempurna.
c) Peralatan harus tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk pangan oleh
jasad renik, bahan logam yang terlepas dari mesin/peralatan, minyak pelumas,
bahan bakar dan bahan bahan lain yang menimbulkan bahaya; termasuk bahan
kontak pangan/zat kontak pangan dari kemasan pangan ke dalam pangan
yangmenimbulkan bahaya
Peralatan yang digunakan tidak menimbulkan bahaya pada susu.
Sehingga kami memberikan nilai yang sudah memenuhi.
2) Pengawasan dan Pemantauan PeralatanProduksi
Peralatan produksi selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik.
Sehingga kami memberi nilai sempurna.
3) Bahan perlengkapan dan alatukur/timbang
Di peternakan yang kami kunjungi tidak memiliki alat ukur atau timbang,
sehingga kami memberi nilai kurang memenuhi.

32
4. Suplai Air atau Sarana Air Bersih
Tabel 4.D.4. Penilaian Komponen Suplai Air atau Sarana Air Bersih
Nilai Nilai Skor Skor Persen
No. Komponen Bobot
Max Hasil Max Hasil Skor
D. Suplai Air Atau Sarana Air Bersih 10
1. Air yang digunakan untuk proses
produksi harus air bersih dan
40%
sebaiknya dalam jumlah yang 10 4 100 40
( Cukup )
cukup memenuhiseluruh
kebutuhan proses produksi.
JUMLAH 10 4 100 40

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
40
= x 100%
100

= 40% ( Kategori Cukup )


Hasil penilaian pada komponen bangunan dan fasilitas ini memperoleh skor
sebesar 40 dari skor maksimal 100, skor penilaian tersebut masuk dalam Kategori
Cukup.
Pada peternakan sapi perah yang kami kunjungi, air yang digunakan
bersumber dari air sumur. Air yang mengalir dari selang dalam keadaan bersih.
Namun, air yang sudah berada di tempat penampungan air menjadi air yang kurang
bersih karena tempat penampungannya kotor. Selain itu, tempat penampungan air
tidak tertutup, sehingga air tersebut terkontaminasi secara fisik karena tercampur debu
atau kotoran lainnya. Jika air tersebut digunakan untuk minum sapi, maka itu akan
menjadi faktor kontaminasi yang nantinya akan menimbulkan penyakit pada sapi.
maka dari itu, kami memberi nilai yang belum memenuhi.

33
5. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi
Tabel 4.D.5. Penilaian Komponen Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi

Nilai Nilai Skor Skor Persen


No. Komponen Bobot
Max Hasil Max Hasil Skor
E. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi 15
1. Fasilitas Higiene dan
Sanitasi Sarana Pembersihan
/ Pencucian
a. Sarana pembersihan/
pencucian bahan pangan
1) Sarana pembersihan/
pencucian bahan
pangan, peralatan,
perlengkapan dan
bangunan (Iantai,
dinding dan lain-
lain), seperti sapu,
sikat, pel, lap dan /
atau kemoceng, 80%
5 4 75 60
deterjen, ember, ( Baik )
bahan sanitasi
sebaiknya tersedia
dan terawat dengan
baik. (5)
2) Sarana pembersihan
/ pencucian bahan
pangan, peralatan,
perlengkapan dan
bangunan (Iantai,
dinding dan lain-
lain), seperti sapu,
sikat, pel, lap dan
/atau

34
kemoceng,
deterjen, ember,
bahan sanitasi tidak
semua tersedia dan
tidak terawat
dengan baik. (3)
3) Sarana pembersihan
/ pencucian bahan
pangan, peralatan,
perlengkapan dan
bangunan (Iantai,
dinding dan lain-
lain), seperti sapu,
sikat, pel, lap dan /
atau kemoceng,
deterjen, ember,
bahan sanitasitidak
tersedia dan tidak
terawatt dengan
baik. (2)
b. Sarana pembersihan harus
60%
dilengkapi dengan sumber 5 3 75 45
( Cukup )
air bersih.
2. Sarana HigieneKaryawan
a. Sarana higiene karyawan
seperti fasilitas untuk cuci
tangan dan toilet / jamban
seharusnya tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam
keadaan bersih untuk
menjamin kebersihan
karyawan guna mencegah
kontaminasi terhadap

35
bahan pangan. (10)
b. Sarana Higiene Karyawan
seperti fasilitas untuk cuci
tangan dan toilet / jamban
seharusnya tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam
keadaan tidak bersih. (5)
100%
c. Sarana Higiene Karyawan 10 10 150 150
( Baik )
seperti fasilitas untuk cuci
tangan dan toilet / jamban
tidak tersedia
dalamjumlah cukup dan
dalam keadaan tidak
bersih. (0)
3. Sarana Cuci Tangan
seharusnya:
a. Letak
1) Diletakkan di dekat
ruang produksi,
dilengkapi air bersih
dan sabun cuci tangan
(4)
2) Diletakkan di dekat
100%
ruang produksi, 4 4 60 60
( Baik )
dilengkapi air bersih
dan tidak terdapat
sabun cuci tangan (2)
3) Tidak Diletakkan di
dekat ruang produksi,
tidak dilengkapi air
bersih dan tidak
terdapat sabuncuci
tangan (0)

36
b. Dilengkapi dengan alat
pengering tangan seperti 0%
3 0 45 0
handuk, lap atau kertas ( Kurang )
serap yang bersih.
c. Dilengkapi dengan tempat 0%
3 0 45 0
sampah yang tertutup. ( Kurang )
4. Sarana pembuangan air
danlimbah
a. Sistem pembuangan
limbah seharusnya 50%
4 2 60 30
didesain dan dikonstruksi ( Cukup )
sehingga dapat mencegah
resiko pencemaran pangan
dan airbersih
b. Sampah harus segera
dibuang ke tempat
sampah untuk mencegah
agar tidak menjadi
tempat berkumpulnya 0%
3 0 45 0
hama binatang pengerat, ( Kurang )
serangga atau
binatanglainnya sehingga
tidak mencemari pangan
maupun sumber air
c. Tempat sampah harus
terbuat dari bahan yang
kuat dan tertutup rapat
untuk menghindari 33,33%
3 1 45 15
terjadinya tumpahan ( Cukup )
sampah yang dapat
mencemari pangan
maupun sumber air.
5. Kegiatan hygiene dansanitasi 5 5 75 75 100%

37
a. Pembersihan dapat ( Baik )
dilakukan secara fisik
seperti Kegiatan
pembersihan dan
penyucihamaan
peralatanproduksi
seharusnya dilakukan
secara rutin.
b. Sebaiknya ada karyawan
yang bertanggung jawab 100%
5 5 75 75
terhadap kegiatan ( Baik )
pembersihan / pencucian
JUMLAH 50 34 750 510

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
510
= x 100%
750

= 68% ( Kategori Baik)


Hasil penilaian pada komponen bangunan dan fasilitas ini memperoleh skor
sebesar 510 dari skor maksimal 750, skor penilaian tersebut masuk dalam Kategori
Baik.
1) Fasilitas hygiene dan sanitasi sarana pembersihan atau pencucian
a) Sarana pembersihan atau pencucian
Sarana pembersihan atau pencucian pada peternakan yang kami
kunjungi masih belum lengkap. Masih tidak tersedia pel, lap dan kemoceng.
Tidak lengkapnya sarana pembersihan juga bisa menjadi faktor kontaminasi
karena kebersihan di tempat tersebut bisa saja kurang maksimal. Maka dari itu
kami memberi nilai yang belum memenuhi

38
b) Sarana pembersihan harus dilengkapi dengan sumber air bersih.
Di peternakan yang kami kunjungi, air sumur langsung dari selang
digunakan untuk membersihkan alat dan membersihkan tangan, sedangkan air
yang di tempat penampungan air digunakan untuk minum sapi dan
membersihkan sisa kotoran yang ada di selokan atau kandang. Kami memberi
nilai belum memenuhi karena petugas masih menggunakan air yang
terkontaminasi secara fisik sebagai air minum sapi dan air pembersihan
kandang

2) Sarana Higiene Karyawan


Saran higiene karyawan kami memberi nilai sempurna karena terdapat fasilitas
untuk cuci tangan dalam keadaan bersih. Toilet atau jamban pada peternakan ini
terletak di dalam rumah petugas, karena kandang tersebut dekat dengan rumah
petugas pemerah.

3) Sarana Cuci Tangan seharusnya:

39
a) Letak
Kami memberi nilai sempurna, karena letak cuci tangan dekat dengan
ruang produksi, tersedia sabun cuci tangan dan menggunakan air yang
mengalir langsung dari selang. Dengan begitu dapat mencegah adanya
kontaminasi.
b) Dilengkapi dengan alat pengering tangan seperti handuk, lap atau kertas serap
yang bersih.
Di peternakan yang kami kunjungi tidak terdapat alat pengering seperti
handuk, lap atau kertas serap. Maka dari itu, kami memberikan nilai belum
memenuhi.
c) Dilengkapi dengan tempat sampah yang tertutup.
Tempat sampah yang tersedia di peternakan tersebut tidak tertutup.
Tempat sampah yang tidak tertutup akan mengundang binatang pengganggu
atau vektor seperti lalat atau yang lainnya. Maka dari itu, kami memberikan
nilai belum memenuhi.

4) Sarana pembuangan air dan limbah


a) Sistem pembuangan limbah seharusnya didesain dan dikonstruksi sehingga
dapat mencegah resiko pencemaran pangan dan airbersih
Di peternakan yang kami kunjungi, pembuangan limbahnya lancar
karena selokannya tidak terdapat hambatan. Namun, di tempat terakhir limbah
tersebut tergenang di tanah. Hal itu dapat menyebabkan kontaminasi air bersih
yang di dalam tanah jika sumurnya terletak dekat dengan pembuangan
tersebut, karena air yang mengalir bersama limbah padat langsung diserap
oleh tanah. Maka dari itu, kami memberikan nilai belum memenuhi.

40
b) Sampah harus segera dibuang ke tempat sampah untuk mencegah agar tidak
menjadi tempat berkumpulnya hama binatang pengerat, serangga atau
binatanglainnya sehingga tidak mencemari pangan maupun sumber air
Sampahnya ( selain sisa makanan sapi ) menumpuk dan tidak
dimasukkan ke tempat sampah. Tempat sampahnya juga tidak tertutup
sehingga bisa saja sebagai tempat berkumpulnya vektor atau binatang
pengganggu. Maka dari itu, kami memberikan nilai belum memenuhi.

c) Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup rapat untuk
menghindari terjadinya tumpahan sampah yang dapat mencemari pangan
maupun sumber air.
Tempat sampah yang tersedia sudah terbuat dari bahan yang kuat.
Namun, tempat sampah tersebut tidak tertutup. Hal itu akan mengundang
hewan yang menyukai tempat kotor seperti lalat, kemudian menghinggapi
hasil produksi susu atau alat yang sudah bersih dan terjadilah kontaminasi.
Maka dari itu, kami memberikan nilai belum memenuhi.

41
5) Kegiatan hygiene dan sanitasi
a) Pembersihan dapat dilakukan secara fisik seperti kegiatan pembersihan dan
penyucihamaan peralatanproduksi seharusnya dilakukan secara rutin.
Di peternakan yang kami kunjungi sudah melakukan pembersihan
secara rutin. Maka dari itu, kami memberikan nilai yang memenuhi.
b) Sebaiknya ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
pembersihan/pencucian
Semua karyawan yang bekerja diberi tanggung jawab untuk kegiatan
pembersihan. Dengan kondisi kandang yang bersih, dapat membantu untuk
mencegah terjadinya kontaminasi pada bahan atau hasil produk akhir. Maka
dari itu, kami memberikan nilai yang memenuhi.

6. Kesehatan dan Higiene Karyawan


Tabel 4.D.6. Penilaian Komponen Kesehatan dan Higiene Karyawan

Nilai Nilai Skor Skor Persen


No. Komponen Bobot
Max Hasil Max Hasil Skor
Kesehatan Dan Higiene
F. 10
Karyawan
1. KesehatanKaryawan
Karyawan yang bekerja di
bagian pangan harus
memenuhi persyaratan 100%
5 5 50 50
sebagai berikut : ( Baik )
a. Dalam keadaan sehat.
Jika sakit atau baru
sembuh dari sakit dan

42
diduga masih membawa
penyakit tidak
diperkenankan masuk ke
ruang produksi.
b. Jika menunjukkan gejala
atau menderita penyakit
menular, misalnya sakit
kuning (virus hepatitis
A), diare, sakit perut,
muntah, demam, sakit
tenggorokan, sakit kulit
100%
(gatal, kudis, luka, dan 5 5 50 50
( Baik )
lain-lain), keluarnya
cairan dari telinga
(congek), sakit mata
(belekan), dan atau pilek
tidak diperkenankan
masuk ke ruang
produksi.
2. Kebersihan Karyawan
a. Karyawan harus selalu 100%
3 3 30 30
menjaga ( Baik )
kebersihanbadannya.
b. Karyawan yang menangani
pangan seharusnya
100%
mengenakan pakaian kerja 3 3 30 30
( Baik )
yang bersih dan / atau
sepatu kerja.
c. Karyawan yang menangani
pangan harus menutup luka 100%
2 2 20 20
di anggota tubuh dengan ( Baik )
perban khusus luka.
d. Karyawan harus selalu 2 2 20 20 100%

43
mencuci tangan dengan ( Baik )
sabun sebelum memulai
kegiatan pemerahan
3. Kebiasaan Karyawan
a. Karyawan yang bekerja
sebaiknya tidak makan dan
minum, merokok, meludah,
bersin atau batuk ke arah 100%
5 5 50 50
pangan atau melakukan ( Baik )
tindakan lain di tempat
produksi yang dapat
mengakibatkan pencemaran
produk pangan.
b. Karyawan di bagian
pangan sebaiknya tidak
mengenakan perhiasan
seperti giwang / anting,
cincin, gelang, kalung, 100%
5 5 50 50
arloji / jam tangan, bros ( Baik )
dan peniti atau benda
lainnya yang dapat
membahayakan keamanan
pangan yang diolah.
JUMLAH 30 30 300 300

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
300
= x 100%
300

= 100% ( Kategori Baik)


Hasil penilaian pada komponen kesehatan dan hygiene karyawan ini memperoleh
skor sebesar 300 sama dengan skor maksimal 300, skor penilaian tersebut masuk
dalam Kategori Baik.

44
1) Kesehatan karyawan

a) Dalam keadaan sehat. Jika sakit atau baru sembuh dari


sakitdandidugamasihmembawapenyakittidak diperkenankan masuk ke ruang
produksi.
Ketika kami berkunjung di peternakan tersebut tidak ada petugas yang
sedang sakit. Semua dalam keadaan sehat. Maka kami beri nilai sempurna
b) Jika menunjukkan gejala atau menderita penyakit menular, misalnya sakit
kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam, sakit
tenggorokan, sakit kulit (gatal, kudis, luka, dan lain-lain), keluarnya cairandari
telinga (congek), sakit mata (belekan), dan atau pilek tidak diperkenankan
masuk ke ruang produksi.
Petugas di peternakan tersebut terlihat sehat secara fisik dan tidak
menunjukkan ciri-ciri penyakit diatas. Maka kami beri nilai sempurna
2) Kebersihan Karyawan

a) Karyawan harus selalu menjaga kebersihanbadannya.


Karyawan di peternakan tersebut terlihat bersih secara fisik. Maka
kami beri nilai sempurna
b) Karyawan yang menangani pangan seharusnya mengenakan pakaian kerja
yang bersih dan / atau sepatu kerja.
Karyawan yang bekerja memerah susu di peternakan tersebut sudah
mengenakan pakaian kerja yang bersih dan menggunakan sepatu kerja. Karena

45
jika tidak dilengkapi pemakaian atribut tersebut akan memicu adanya
kontaminasi pada susu. Maka kami beri nilai sempurna
c) Karyawan yang menangani pangan harus menutup luka di anggota tubuh
dengan perban khusus luka.
Ketika kami berkunjung, petugas tidak ada yang mempunyai luka.
Sehingga kami memberi nilai sempurna. Karena jika mempunyai luka,
kemudian tidak ditutup, hal tersebut akan mengurangi tingkat kebersihan
petugas/karyawan. Jika kebersihan kurang terjamin, maka akan mempengaruhi
hasil susu.
d) Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memulai
kegiatan pemerahan
Ketika kami berkunjung, petugas melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah memerah sapi. hal tersebut dapat menghindarkan kontaminasi dari
penjamah. Sehingga kami memberi nilai sempurna.
3) Kebiasaan Karyawan

a) Karyawan yang bekerja sebaiknya tidak makan dan minum, merokok,


meludah, bersin atau batuk ke arah pangan atau melakukan tindakan lain di
tempat produksi yang dapat mengakibatkan pencemaran produk pangan.
Petugas pemerah tidak ada yang melakukan hal tersebut. Karena jika
hal tersebut tidak dihindari, dapat mengakibatkan hasil pangan terkontaminasi.
Maka dari itu kami memberi nilai sempurna
b) Karyawan di bagian pangan sebaiknya tidak mengenakan perhiasan seperti
giwang / anting, cincin, gelang, kalung, arloji / jam tangan, bros dan peniti
atau benda lainnya yang dapat membahayakan keamanan pangan yang diolah.
Petugas memerah tidak ada yang memakai aksesoris seperti yang
disebutkan diatas. Karena hal itu juga akan berpengaruh langsung terhadap
hasil susu. Kemungkinan dapat terkontaminasi karena kita tidak tau aksesoris

46
yang digunakan benar-benar steril atau belum. Maka dari itu untuk
menghindari hal tersebut lebih baik tidak memakainya ketika memerah.
Sehingga kami memberi nilai yang memenuhi.

7. Penyimpanan
Tabel 4.D.7. Penilaian Komponen Penyimpanan

Nilai Nilai Skor Skor Persen


No. Komponen Bobot
Max Hasil Max Hasil Skor
G. Penyimpanan 10
1. Penyimpanan ProdukAkhir
a. Produk akhir harus
disimpan terpisah dalam
ruangan yang bersih, 100%
4 4 40 40
sesuai dengan suhu ( Baik )
penyimpanan,
bebashama,
penerangannya cukup
b. Penyimpanan bahan
baku tidak boleh
100%
menyentuh lantai, 3 3 30 30
( Baik )
menempel ke dinding
maupun langit-langit
c. Penyimpanan bahan dan
produk akhir harus
diberi tanda dan 0%
3 0 30 0
menggunakan sistem ( Kurang )
First In First Out
(FIFO)
2. Penyimpanan Bahan
Berbahaya
100%
Bahan berbahaya seperti 10 10 100 100
( Baik )
sabun pembersih, bahan
sanitasi, racun serangga,

47
umpan tikus, dll harus
disimpan dalam ruang
tersendiri dan diawasi agar
tidak mencemari pangan
3. Penyimpanan Wadah
danPengemasan
a. Penyimpanan wadah
dan pengemas harus
100%
rapih, ditempat bersih 5 5 50 50
( Baik )
dan terlindung agar saat
digunakan tidak
mencemari
produkpangan.
b. Bahan pengemas harus
disimpan terpisah 100%
5 5 50 50
dengan bahan baku dan ( Baik )
produk akhir.
4. Penyimpanan Peralatan
Produksi
Penyimpanan mesin /
peralatan produksi yang
telah dibersihkan tetapi
belum digunakan harus di
100%
tempat bersih dan dalam 10 10 100 100
( Baik )
kondisi baik, sebaiknya
permukaan peralatan
menghadap ke bawah,
supaya terlindung dari debu,
kotoran atau pencemaran
lainnya.
JUMLAH 40 37 400 370

48
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ
Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
370
= x 100%
400

= 92,5% ( Kategori Baik)


Hasil penilaian pada komponen bangunan dan fasilitas ini memperoleh skor
sebesar 370 dari skor maksimal 400, skor penilaian tersebut masuk dalam Kategori
Baik.
1) Penyimpanan produk akhir
a) Produk akhir harus disimpan terpisah dalam ruangan yang bersih, sesuai
dengan suhu penyimpanan, bebashama, penerangannya cukup
Produk akhir disimpan di dalam pendingin, di tempat yang terbuka,
sehingga penerangannya pun cukup. Suhu penyimpanannya di peternakan
yang kami kunjungi adalah 6°C ( info yang didapatkan dari petugas ),
sedangkan standardnya yaitu 5°C sampai 7°C. Hal tersebut harus dilakukan
agar produk akhir tidak rusak dan tetap mempunyai kualitas yang baik. Maka
dari itu kami memberikan nilai yang memenuhi.

b) Penyimpanan bahan baku tidak boleh menyentuh lantai, menempel ke dinding


maupun langit – langit
Penyimpanan bahan baku langsung dimasukkan ke dalam pendingin.
Hal itu dilakukan agar kualitas dari bahan baku tetap sempurna. Sehingga
kami memberi nilai yang sempurna
c) Penyimpanan bahan dan produk akhir harus diberi tanda dan menggunakan
sistem First In First Out (FIFO)
Penyimpanan bahan dan produk akhir di peternakan yang kami
kunjungi tidak menerapkan sistem tersebut. sehingga kami memberi nilai tidak
memenuhi. Hal itu harus dilakukan untuk mencegah pembusukan bahan atau
hasil produk dan menghindarkan kerugian dalam suatu produk. Karena dengan

49
menggunakan sistem tersebut kita menjadi lebih tau mana yang harus diberi
perlakuan terlebih dahulu.
2) Penyimpanan Bahan Berbahaya. Bahan berbahaya seperti sabun pembersih, bahan
sanitasi, racun serangga, umpan tikus, dll harus disimpan dalam ruang tersendiri
dan diawasi agar tidak mencemari pangan
Penyimpanan bahan tersebut sudah disendirikan dan jauh dari hewan ternak.
Jika bahan tersebut dekat dengan hewan ternak, dapat dimungkinkan hewan
tersebut keracunan bahan tersebut. sehingga kami memberi nilai memenuhi.

3) Penyimpanan Wadah dan Pengemasan


a) Penyimpanan wadah dan pengemas harus rapih, ditempat bersih dan
terlindung agar saat digunakan tidak mencemari produkpangan.
Penyimpanan wadah dan pengemas sudah rapih dan dalam keadaan
bersih. Sehingga kami memberi nilai yang memenuhi. Karena kebersihan
dalam proses pembuatan pangan sangatlah penting. Agar kesehatan konsumen
dan hewan ternak tetap terjaga.

b) Bahan pengemas harus disimpan terpisah dengan bahan baku dan produk
akhir.
Bahan pengemas sudah disimpan secara terpisah. Sehingga kami
memberi nilai sempurna. Hal tersebut dilakukan agar kebersihan tetap terjaga
dan membantu untuk menghindarkan dari kontaminasi pangan.

50
4) Penyimpanan Peralatan Produksi. Penyimpanan mesin / peralatan produksi yang
telah dibersihkan tetapi belum digunakan harus di tempat bersih dan dalam
kondisi baik, sebaiknya permukaan peralatan menghadap ke bawah, supaya
terlindung dari debu, kotoran atau pencemaran lainnya.
Peralatan produksi sudah disimpan dengan baik, dalam keadaan bersih dan
posisi menghadap ke bawah. Sehingga kami memberikan nilai yang memenuhi.
Hal tersebut harus dilakukan agar perlatan tersebut tidak dihinggapi oleh binatang
pengganggu, debu dan kotoran lainnya yang mengakibatkan kontaminasi pada alat
yang digunakan.

8. Rekapitulasi Data
Tabel 4.D.8. Rekapitulasi Hasil Formulir
Skor Skor Presentase
No. Komponen
Max Hasil Skor
55%
A. Lokasi dan Lingkungan Produksi 300 165
( Cukup )
60%
B. Bangunan dan Fasilitas 1750 1050
( Cukup )
63,33%
C. Peralatan Produksi 450 285
( Cukup )
D. Suplai Air atau Sarana Air Bersih 100 40 40%

51
( Cukup )
68%
E. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi 750 510
( Cukup )
100%
F. Kesehatan dan Higiene Karyawan 300 300
( Baik )
92,5%
G. Penyimpanan 400 370
( Baik )
JUMLAH 4050 2720

Kategori:

0% – 33,32% = Kurang

33,33% – 66,65% = Cukup

66,66% – 100% = Baik

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
2720
= x 100%
4050

= 67,16% ( Kategori Baik )

Jadi, nilai keseluruhan untuk kandang peternakan yang kami kunjungi memiliki hasil
67,16% dan masuk dalam kategori baik. Namun pemilik peternakan sapi juga tetap harus
melengkapi dan memperbaiki yang masih belum memenuhi agar hasil produk akhir tidak ada
penurunan kualitas yang disebabkan oleh kontaminasi.

52
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada tanggal 01 Oktober 2020 pukul 14.30
sampai selesai di peternakan sapi perah yang kami kunjungi adalah peternakan sapi milik
Peternakan sapi Bapak Hadi Yusuf yang berlokasi di Jl. Bangkingan RT 01 RW 01.
Kesimpulannya yaitu :
1. Hasil penilaian menurut data yang didapatkan, peternakan sapi Bapak Hadi Yusuf
mendapatkan nilai 66,79% yang termasuk dalam kategori baik.
2. Peternak memiliki sapi yang sehat dan tidak ada cacat.
3. Tempat pemerahan sapi masih belum baik, karena kebersihan kandang masih belum
memenuhi, tempat sampah tidak tertutup dan masih terdapat sampah ( selain makanan
sapi ) yang menumpuk di sekitar kandang
4. Konstruksi bangunan kandang masih belum baik, karena bahan yang digunakan sulit
dibersihkan, lantainya banyak yang berlubang, tidak terdapat pintu dan kelengkapan
ruang produksi masih belum memenuhi.
5. Terdapat peralatan produksi yang sedikit sulit dibersihkan dan kurangnya peralatan
seperti timbangan
6. Sarana air bersih masih belum memenuhi karena tempat penampungan air tidak
tertutup
7. Sarana pencucian masih tidak lengkap, seperti tidak adanya tempat penampungan
khusus limbah padat
8. Kebersihan karyawan mendapatkan hasil yang baik. Petugas benar-benar menerapkan
higiene sanitasi sebagai karyawan.
9. Penyimpanan masih ada yang belum memenuhi, seperti tidak adanya sistem First In
First Out

B. Saran
1. Sebaiknya, di tempat pemerahan terdapat tempat sampah yang tertutup agar tidak
mengkontaminasi hasil produk dan tetap menjaga kandang dalam keadaan bersih.
2. Sebaiknya, konstruksi bangunan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan

53
3. Sebaiknya, pembuangan limbah padat diberikan tempat khusus agar tidak langsung
mengkontaminasi lainnya yang berada di sekitar kandang
4. Sebaiknya, untuk tempat pendistribusian susu selalu menggunakan milk can agar susu
tidak mudah terkontaminasi, selain itu milk can juga mudah dibersihkan dengan
sabun.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anindita, N.S., dkk. 2017. Studi Kasus: Pengawasan Kualitas Pangan Hewani Melalui
Pengujian Kualitas Susu Sapi yang Beredar di Kota Yogyakarta. Jurnal Peternakan
Indonesia. Vol. 19(2): 96-105
Christi, Raden Febrianto., dkk. 2020. Perbandingan Susu Sapi Perah pada Pemerahan Pagi
dan Sore Terhadap Total Plate Count dan Coliform di KUD Gemah Ripah, Sukabumi
Jawa Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 7(1):65-69
Navyanti, Feryalin dan Retno Adriyani. 2015. Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan
Bakteriologi Susu Sapi Segar Perusahaan Susu X di Surabaya. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. Vol 8, No. 1, Hal: 36-47
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 Tentang
Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik ( Good Manufacturing Practices )
Peraturan Menteri Pertanian No 55/Permentan/O.T. 140/10/2006 tentang Pedoman
Pembibitan Sapi Perah Yang Baik (Good Breeding Practice)
Permatasari, Ririn Indah. 2018. Higiene, Sanitasi dan Kualitas Bakteriologis Susu Sapi di
Dusun Krajan, Desa Gendro, Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. Vol. 10, No.4, Hal: 343-350
Pramesti, Nina Emsi dan Ririh Yudhastuti. 2017. Analisis Proses Distribusi Terhadap
Peningkatan Escherichia Coli pada Susu Segar Produksi Peternakan X di Surabaya.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 9, No. 2, Hal: 181-190
Sarudji, Didiek. 2006. Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Media Ilmu
SNI 3141.1:2011 tentang Susu Segar
Wijiastutik, Dewik. 2012. Hubungan Higiene dan Sanitasi Pemerahan Susu Sapi dengan
Total Plate Count pada Susu Sapi di Peternakan Sapi Perah Desa Manggis Kabupaten
Boyolali. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 1, Nomor 2, Hal : 934-944
Zalizar, Lili., dkk. 2018. Kasus Mastitis Sub Klinis pada Sapi Perah Laktasi di Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 28(1): 35-41

55
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENILAIAN SANITASI TEMPAT PETERNAKAN SAPI PERAH


Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor :422/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Pedoman Budidaya
Ternak Sapi Perah yang Baik ( Good Farming Practice )
Nama : Hadi Yusuf
Alamat : Jl. Bangkingan RT 01 RW 01 Surabaya
Tanggal pemeriksaan : 01 Oktober 2020
Petugas pemeriksa : Perwakilan Anggota Kelompok A

Nila Sko
Nila
No Bob i Skor r
Komponen i
. ot Has Max Has
Max
il il
A. Lokasi dan Lingkungan Produksi 15
1. Lokasi pemerahan susu sapi seharusnya
dijaga tetap bersih, bebas dari sampah, bau, 10 7 150 105
kotoran
2. Lingkungan seharusnya selalu
dipertahankan dalam keadaan bersih
4 2 60 30
dengan cara – cara sebagai berikut :
a. Sampah dibuang dan tidak menumpuk
b. Tempat sampah selalu tertutup 3 0 45 0
c. Jalan terpelihara dan selokannya
3 2 45 30
berfungsi dengan baik
B. Bangunan dan Fasilitas 25
1. Bangunan ruang produksi
a. Ruang produksi sebaiknya tidak
4 4 100 100
digunakan untuk memproduksi produk
lain selain pangan

56
b. Kontruksi ruangan sebaiknya terbuat
3 3 75 75
dari bahan yang tahan lama
c. Kontruksi seharusnya mudah dipelihara
3 2 75 50
dan dibersihkan atau didesinfeksi
2. Lantai
a. Lantai sebaiknya terbuat dari bahan
kedap air, rata, tidak licin, kuat, 5 3 125 75
memudahkan pembuangan atau
pengaliran air, air tidak tergenang.
b. Lantai seharusnya selalu dalam keadaan
bersih dari debu, lendir dan kotoran 5 4 125 100
lainnya serta mudah dibersihkan.
3. Dinding
a. Dinding atau pemisah ruang sebaiknya
dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, 4 1 100 25
tahan lama, tidak mudah mengelupas
dan kuat atau kokoh.
b. Dinding atau pemisah ruangan
seharusnya selalu dalam keadaan bersih 3 3 75 75
dari debu, lendir dan kotoran lainnya
c. Dinding atau pemisah ruangan
3 0 75 0
seharusnya mudah dibersihkan
4. Langit – langit
a. Langit-langit sebaiknya terbuat dari
bahan yang tahan lama, tahan terhadap 3 3 75 75
air, tidak mudah bocor, tidak mudah
terkelupas atau terkikis.
b. Permukaan langit-langit sebaiknya rata,
berwarna terang dan jika diruang
produksi menggunakan atau
2 1 50 25
menimbullkan uap air sebaiknya terbuat
dari bahan yang tidak menyerap air dan
dilapisi cat tahan panas

57
c. Kontruksi langit-langit sebaiknya
didesain dengan baik untuk mencegah
penumpukan debu, pertumbuhan jamur, 3 1 75 25
pengelupasan, bersarangnya hama,
memperkecil terjadinya kondensasi.
d. Langit – langit seharusnya selalu bebas
2 0 50 0
dari debu dan sarang laba-laba
5. Pintu
a. Pintu ruangan sebaiknya dibuat dari
bahan tahan lama, kuat, tidak mudah 4 0 100 0
pecah atau rusak, rata, halus, berwarna
terang.
b. Pintu ruangan produksi seharusnya
didesain membuka keluar / ke samping
sehingga debu atau kotoran dari luar 3 0 75 0
tidak terbawa masuk ke dalam ruangan
pengolahan.
c. Pintu ruangan, termasuk pintu kasa dan
tirai udara seharusnya mudah ditutup
3 0 75 0
dengan baik dan selalu dalam keadaan
tertutup.
6. Permukaan tempat kerja
a. Permukaan tempat kerja yang kontak
langsung dengan bahan pangan harus 5 5 125 125
dalam kondisi baik, tahan lama, mudah
dipelihara, dibersihkan dan disanitasi
b. Permukaan tempat kerja harus dibuat
dari bahan yang tidak menyerap air,
permukaannya halus dan tidak bereaksi 5 5 125 125
dengan bahan pangan, detergen dan
desinfektan.
7. Kelengkapan Ruang Produksi
5 3 125 75
a. Ruang produksi sebaiknya cukup terang

58
sehingga karyawan dapat mengerjakan
tugasnya dengan teliti.
b. Di ruang produksi seharusnya ada
tempat untuk mencuci tangan yang
selalu dalam keadaan bersih serta 5 4 125 100
dilengkapi dengan sabun dan
pengeringnya.
C. Peralatan Produksi 15
1. Persyaratan Bahan Peralatan Produksi
a. Peralatan produksi sebaiknya terbuat
dari bahan yang kuat, tahan lama, tidak
4 3 60 45
beracun, mudah dipindahkan atau
dibongkar pasang sehingga mudah
dibersihkan dan dipelihara
b. Permukaan yang kontaklangsung
1) Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan harus halus, tidak
bercelah atau berlubang, tidak
mengelupas, tidak berkarat dan
tidak menyerap air. (3)
2) Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan tidak halus, masih
terdapat celah atau lubang, tidak
mengelupas, tidak berkarat, dan 3 3 45 45
tidak menyerap air. (2)
3) Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan tidak halus, masih
terdapat celah atau lubang,
mengelupas, tidak berkarat, dan
tidak menyerap air. (1)
4) Permukaan yang kontak langsung
denganpangan tidak halus, masih
terdapat celah atau lubang,

59
mengelupas, berkarat, dan
menyerap air. (0)
c. Peralatan harus tidak menimbulkan
pencemaran terhadap produk pangan
oleh jasad renik, bahan logam yang
terlepas dari mesin / peralatan, minyak
pelumas, bahan bakar dan bahan bahan
3 3 45 45
lain yang menimbulkan bahaya;
termasuk bahan kontak pangan /zat
kontak pangan dar kemasan pangan ke
dalam pangan yangmenimbulkan
bahaya
2. Pengawasan dan Pemantauan
PeralatanProduksi
a. Semua peralatan seharusnya dipelihara,
diperiksa dan dipantau agar berfungsi
dengan baik dan selalu dalam keadaan
bersih. (10)
b. Semua peralatan seharusnya dipelihara
10 10 150 150
deperiksa dan dipantau agar berfungsi
dengan baik, tidak dalam keadaan
bersih. (5)
c. Semua peralatan tidak dipelihara
deperiksa dan dipantau
agarberfungsidenganbaik,tidakdalamke
adaanbersih. (0)
3. Bahan perlengkapan dan alatukur/timbang
a. Bahan perlengkapan peralatan yang
terbuat dari kayu seharusnya dipastikan 5 0 75 0
cara pembersihannya yangdapat
menjamin sanitasi
b. Alat ukur/timbang seharusnya
5 0 75 0
dipastikan keakuratannya.

60
D. Suplai Air Atau Sarana Air Bersih 10
1. Air yang digunakan untuk proses produksi
harus air bersih dan sebaiknya dalam
10 4 100 40
jumlah yang cukup memenuhiseluruh
kebutuhan proses produksi.
E. Fasilitas Dan Kegiatan Sanitasi 15
1. Fasilitas Higiene dan Sanitasi Sarana
Pembersihan / Pencucian
a. Sarana pembersihan/ pencucian bahan
pangan
1) Sarana pembersihan/ pencucian
bahan pangan, peralatan,
perlengkapan dan bangunan
(Iantai, dinding dan lain-lain),
seperti sapu, sikat, pel, lap dan /
atau kemoceng, deterjen, ember,
bahan sanitasi sebaiknya tersedia
dan terawat dengan baik. (5)
2) Sarana pembersihan / pencucian
bahan pangan, peralatan, 5 4 75 60
perlengkapan dan bangunan
(Iantai, dinding dan lain-lain),
seperti sapu, sikat, pel, lap dan
/atau
kemoceng, deterjen, ember,
bahan sanitasi tidak semua
tersedia dan tidak terawat dengan
baik. (3)
3) Sarana pembersihan / pencucian
bahan pangan, peralatan,
perlengkapan dan bangunan
(Iantai, dinding dan lain-lain),
seperti sapu, sikat, pel, lap dan /

61
atau kemoceng, deterjen, ember,
bahan sanitasitidak tersedia dan
tidak terawatt dengan baik. (2)
b. Sarana pembersihan harus dilengkapi
5 3 75 45
dengan sumber air bersih.
2. Sarana HigieneKaryawan
a. Sarana higiene karyawan seperti
fasilitas untuk cuci tangan dan toilet /
jamban seharusnya tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam keadaan bersih
untuk menjamin kebersihan karyawan
guna mencegah kontaminasi terhadap
bahan pangan. (10)
b. Sarana Higiene Karyawan seperti
10 10 150 150
fasilitas untuk cuci tangan dan toilet /
jamban seharusnya tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam keadaan tidak
bersih. (5)
c. Sarana Higiene Karyawan seperti
fasilitas untuk cuci tangan dan toilet /
jamban tidak tersedia dalamjumlah
cukup dan dalam keadaan tidak bersih.
(0)
3. Sarana Cuci Tangan seharusnya:
a. Letak
1) Diletakkan di dekat ruang produksi,
dilengkapi air bersih dan sabun cuci
tangan (4)
4 4 60 60
2) Diletakkan di dekat ruang produksi,
dilengkapi air bersih dan tidak
terdapat sabun cuci tangan (2)
3) Tidak Diletakkan di dekat ruang
produksi, tidak dilengkapi air bersih

62
dan tidak terdapat sabuncuci tangan
(0)
b. Dilengkapi dengan alat pengering
tangan seperti handuk, lap atau kertas 3 0 45 0
serap yang bersih.
c. Dilengkapi dengan tempat sampah yang
3 0 45 0
tertutup.
4. Sarana pembuangan air danlimbah
a. Sistem pembuangan limbah seharusnya
6
didesain dan dikonstruksi sehingga 4 2 30
0
dapat mencegah resiko pencemaran
pangan dan airbersih
b. Sampah harus segera dibuang ke
tempat sampah untuk mencegah agar
tidak menjadi tempat berkumpulnya 4
3 0 0
hama binatang pengerat, serangga atau 5
binatanglainnya sehingga tidak
mencemari pangan maupun sumber air
c. Tempat sampah harus terbuat dari
bahan yang kuat dan tertutup rapat
4
untuk menghindari terjadinya tumpahan 3 1 15
5
sampah yang dapat mencemari pangan
maupun sumber air.
5. Kegiatan hygiene dansanitasi
a. Pembersihan dapat dilakukan secara
7
fisik seperti Kegiatan pembersihan dan 5 5 75
5
penyucihamaan peralatanproduksi
seharusnya dilakukan secara rutin.
b. Sebaiknya ada karyawan yang
7
bertanggung jawab terhadap kegiatan 5 5 75
5
pembersihan / pencucian
F. Kesehatan Dan Higiene Karyawan 10
1. KesehatanKaryawan 5 5 50 50

63
Karyawan yang bekerja di bagian pangan
harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Dalam keadaan sehat. Jika sakit atau
baru sembuh dari
sakitdandidugamasihmembawapenya
kittidak diperkenankan masuk ke
ruang produksi.
b. Jika menunjukkan gejala atau
menderita penyakit menular,
misalnya sakit kuning (virus
hepatitis A), diare, sakit perut,
muntah, demam, sakit tenggorokan,
sakit kulit (gatal, kudis, luka, dan 5 5 50 50
lain-lain), keluarnya cairandari
telinga (congek), sakit mata
(belekan), dan atau pilek tidak
diperkenankan masuk ke ruang
produksi.
2. KebersihanKaryawan
a. Karyawan harus selalu menjaga 3 3 30 30
kebersihanbadannya.
b. Karyawan yang menangani pangan
seharusnya
3 3 30 30
mengenakan pakaian kerja yang bersih
dan / atau sepatu kerja.
c. Karyawan yang menangani pangan
harus menutup luka di anggota tubuh 2 2 20 20
dengan perban khusus luka.
d. Karyawan harus selalu mencuci tangan
dengan sabun sebelum memulai 2 2 20 20
kegiatan pemerahan
3. KebiasaanKaryawan 5 5 50 50

64
a. Karyawan yang bekerja sebaiknya tidak
makan dan minum, merokok, meludah,
bersin atau batuk ke arah
panganataumelakukantindakanlaindite
mpatproduksi yang dapat
mengakibatkan pencemaran produk
pangan.
b. Karyawan di bagian pangan sebaiknya
tidak mengenakan perhiasan seperti
giwang / anting, cincin, gelang,
kalung, arloji / jam tangan, bros dan 5 5 50 50
peniti atau benda lainnya yang dapat
membahayakan keamanan pangan
yang diolah.
G. Penyimpanan 10
1. Penyimpanan ProdukAkhir
a. Produk akhir harus disimpan terpisah
dalam ruangan yang bersih, sesuai 4 4 40 40
dengan suhu penyimpanan, bebashama,
penerangannya cukup
b. Penyimpanan bahan baku tidak boleh
menyentuh lantai, menempel ke dinding 3 3 30 30
maupun langit-langit
c. Penyimpanan bahan dan produk akhir
harus diberi tanda dan menggunakan 3 0 30 0
sistem First In First Out (FIFO)
2. Penyimpanan Bahan Berbahaya
Bahan berbahaya seperti sabun pembersih,
bahan sanitasi, racun serangga, umpan
10 10 100 100
tikus, dll harus disimpan dalam ruang
tersendiri dan diawasi agar tidak
mencemari pangan
3. Penyimpanan Wadah danPengemasan 5 5 50 50

65
a. Penyimpanan wadah dan pengemas
harus rapih, ditempat bersih dan
terlindung agar saat digunakan tidak
mencemari produkpangan.
b. Bahan pengemas harus disimpan
terpisah dengan bahan baku dan produk 5 5 50 50
akhir.
4. Penyimpanan Peralatan Produksi
Penyimpanan mesin / peralatan produksi
yang telah dibersihkan tetapi belum
digunakan harus di tempat bersih dan
10 10 100 100
dalam kondisi baik, sebaiknya permukaan
peralatan menghadap ke bawah, supaya
terlindung dari debu, kotoran atau
pencemaran lainnya.
10 25 405 272
JUMLAH 177
0 0 0 0

66
LAMPIRAN 2
Dokumentasi Tempat

Petugas membersihkan
Lokasi kandang tampak depan Petugas membersihkan sapi kandang

Peralatan produksi yang siap


Kondisi tempat penyimpanan
digunakan Proses pemerahan susu
peralatan

Hasil akhir produk yang Tempat pembuangan


Proses distribusi didinginkan limbah padat dan cair

Dokumentasi petugas

67

Anda mungkin juga menyukai