DISUSUN OLEH :
Afrillia Rahmi
(P07233318 609)
TINGKAT :
3A SANITASI
INSTRUKTUR :
Gina Dwi Nur Kusuma, SST
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Sanitasi Transportasi
Pariwisata Dan Matra Tentang “ Pengelolaaan Limbah Cair Di Kawasan Pariwisata “
ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan waktu yang ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, namun berkat adanya bimbingan dari Ibu Gina Dwi Nur Kusuma, SST
sebagai instruktur mata kuliah Sanitasi Pariwisata Dan Matra, penulis bisa
menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan,oleh karena
itu penulis sangat berharap mendapatkan, kritik, saran, dan masukan yang
membangun untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi.
Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kawasan wisata Pantai Nabila merupakan salah satu objek wisata yang
terletak di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Di lokasi ini terpusat berbagai
aktifitas manusia seperti penduduk lokal, maupun pengunjung / wisatawan.
Aktifitas yang dilakukan oleh pengunjung langsung dan tidak langsung
menyebabkan adanya limbah cair pada kawasan tersebut setiap harinya, bila
kondisi ini tidak diperhatikan maka akan dapat mengancam kawasan wisata
pantai Nabila. Volume limbah akan meningkat seiring dengan banyaknya jumlah
pengunjung pariwisata yang mengunjungi kawasan wisata Pantai Nabila. Banyak
limbah cair yang dihasilkan kawasan wisata pantai Nabila tersebut akan terus
meningkat seiring tren kenaikan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke
tahun.
Pemulihan cara dan teknologi yang tepat dapat menjadi solusi yang baik
dalam pengelolaan limbah cair. Partisipasi aktif dari masyarakat yang menjadi
sumber limbah berasal dan kerjasama antar lembaga pemerintah terkait yang
perlu dilakukan. Selain itu aspek hukum juga diperlukan berupa peraturan-
peraturan mengenai pengelolaan limbah untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair. Agar pengelolaan limbah cair
berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap
kegiatan pengelolaan limbah cair harus mengikuti prosedur pengelolaan limbah
cair dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian dari segala aspek
terhadap pengelolaa nsampah yang telah dilakukan selama ini sehingga dapat
diketahui faktor-faktor yang menjadi bagian dari pengelolaan sampah di kawasan
wisata Pantai Nabila.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari limbah cair ?
2. Bagaimana karakteristik dari air limbah?
3. Bagaimana pengelolaan limbah cair secara umum dikawasan pariwisata ?
4. Bagaimana pengelolaan limbah cair di pondok makan pantai Nabila ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari limbah cair
2. Untuk mengetahui karakteristik air limbah
3. Untuk mengetahui pengelolaan limbah cair secara umum dikawasan
pariwisata
4. Untuk mengetahui pengelolaan limbah cair di pondok makan pantai Nabila
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
b) Pariwisata: kamar mandi atau toilet, wastafel, permainan air, restoran atau
warung, pengepelan lantai, layanan kesehatan.
c) Di matra terdapat sekelompok orang melangsungkan hidup dan
melaksanakan kegiatan (asrama haji, perkemahan, transmigrasi, tempat
pengungsian) akan menghasilkan limbah diantaranya dari kamar mandi
atau toilet, wastafel, pencucian alat makan dan minum, pengepelan lantai,
pencucian kendaraan, pelayanan kesehatan atau balai pengobatan.
Air limbah adalah air yang bercampur zat padat (dissolved dan suspended)
yang berasal dari kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri.
Air limbah dapat menjadi salah satu penyebab air tercemar jika tidak diolah
sebelum dibuang ke badan air. Sementara terkait dengan air limbah domestik,
terdapat beberapa penelitian yang yang menyebutkan bahwa dalam lumpur
limbah domestik telah ditemukan adanya kandungan logam-logam berat. Kita
harus paham pada karakteristik dan sifat air limbah, sehingga dapat dengan tepat
melakukan usaha untuk mengelolanya, misalnya untuk keperluan desain Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Karakteristik air limbah diperlukan untuk
menentukan cara pengolahan yang efektif dan efisien. Secara prinsip,
karakteristik air limbah terbagi menjadi karakteristik fisik, kimia dan
bakteriologi.
1. Karakteristik fisik
a) Suhu
Suhu berada di bawah suhu luar (udara), suhu akan mempengaruhi
kehidupan di dalam air, perubahan suhu secara ekstrim merupakan keadaan
yang tidak seimbang dalam ekosistem air. Contoh: buangan air yang
suhunya tinggi dibuang ke sungai maka akan menyebabkan temperature
sungai menjadi naik akibatnya kandungan O2 rendah sehingga kehidupan
di air terganggu.
4
b) Kekeruhan
Sifat kekeruhan pada air menunjukkan adanya bahan padat atau
padatan tersuspensi (melayang dalam air) misalnya: partikel pasir, partikel
dari sisa bahan organic.
c) Warna
Warna menunjukkan adanya partikel padat atau tersuspensi seperti
unsur besi, bahan organik dan sisa organisme.
2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia air limbah antara lain :
a) Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk mengurai
atau mengoksidasi semua zat-zat organik yang terlarut maupun sebagai
tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai
ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri.
Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan
dengannya habis pula terkonsumsi oksigen. Habisnya oksigen terkonsumsi
membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan
dan akibatnya biota yang memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup atau
terganggu. Semakin tinggi angka BOD semakin sulit bagi mahkluk air
yang membutuhkan oksigen bertahan hidup.
Misalnya limbah dapur di pariwisata dibuang ke sungai, limbah
tersebut akan mengalami pembusukan oleh bakteri, dalam proses
pembusukan bakteri membutuhkan O2, sehingga kandungan O2 di sungai
menurun. Hal ini terjadi karena bakteri membutuhkan O2 dalam
menguraikan limbah, semakin banyak limbah yang dibuang maka semakin
banyak bakteri yang membutuhkan O2 sehingga kandungan O2 di sungai
menurun. Selanjutnya kehidupan di sungai terganggu.
5
b) Chemical Oxygen Demand (COD)
Adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat anorganik dan organik sebagaimana pada BOD, angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.
c) PH (keasaman air)
Menurut Slamet (2010), air buangan yang mempunyai pH tinggi atau
rendah dapat membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk
keperluan biota tertentu. Air yang netral dapat mencegah terjadinya
pelarutan logam berat, pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai
element kimia yang dilaluinya (Slamet, 2000). Sementara menurut
Sanropie (1984), jika pH lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar dari pada 9,2
maka akan menyebabkan korosifitas pada pipa¬pipa air yang dibuat dari
logam dan dapat mengakibatkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi
racun yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
d) Oksigen terlarut (DO)
Dissolved Oxygen atau DO tinggi menunjukkan keadaan air semakin
membaik. Pengertian DO berlawanan dengan BOD. Semakin tinggi BOD
semakin rendah oksigen terlarut. Kondisi oksigen terlarut dalam air dapat
dijadikan indikator kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Kemampuan
air untuk mengadakan pemulihan secara alami banyak tergantung pada
tersedianya oksigen terlarut.
e) Amoniak
Keberadaan amonia merupakan indikator masuknya buangan
permukiman (Sastrawijaya, 2000). Senyawa organik yang terdapat dalam
limbah dan buangan, seperti protein, karbohidrat dan lemak dimanfaatkan
oleh bakteri sebagai sumber makanan (Lutfi, 2006).
f) Nitrit
Keberadaan nitrit merupakan salah satu indikator proses pengolahan
berlangsung tidak sempurna. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan
6
merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrit.
Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar melainkan dalam
limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit bersumber dari bahan-bahan yang
bersifat korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-pabrik.
g) Nitrogen
Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk
organik dan oleh bakteri dirubah menjadi nitrogen ammonia.
h) Logam Berat
Logam berat dalam air limbah seperti tembaga, cadmium, air raksa,
timah hitam, chromium, besi dan nikel, arsen, selenium, cobalt, mangan
dan aluminium. Misalnya aktivitas di transportasi, sarana transportasi
(mobil), proses pembakaran bahan bakar bensin salah satunya adalah Pb
(timah hitam). Timah hitam merupakan logam berat yang bentuknya padat
atau partikel sehingga dengan gaya gravitasi bumi akan berada di tanah
dengan adanya poripori tanah dan limpasan air hujan pb akan mengikuti
aliran air tanah sampai pada sumber air.
Pb merupakan logam berat yang sulit untuk diurai oleh bakteri
sehingga akan terjadi akumulasi di sumber air. Sumber air dimanfaatkan
oleh manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga yang menggunakan
terkontaminasi. Apabila kadar Pb melebihi ambang batas akan berpengaruh
terhadap makluk hidup. Dampak Pb manusia dapat menimbulkan gangguan
sistem reproduksi, anemia menurunkan IQ, kerusakan hati, ginjal dan lain-
lain.
3. Karakteristik biologi
Air limbah biasanya mengandung mikroorganisme yang memiliki
peranan penting dalam pengolahan air limbah secara biologi, tetapi ada juga
mikroorganisme yang membahayakan bagi kehidupan. Mikroorganisme
tersebut antara lain bakteri, jamur, protozoa dan alga.
7
a) Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dan biasanya tidak
berwarna. Memiliki berbagai bentuk seperti batang, bulat dan spiral.
Bakteri Eschericia coli merupakan bakteri yang dijadikan indikator polusi
buangan manusia
b) Jamur
Dapat memecah materi organik, tidak melakukan fotosintesis, tumbuh
pada daerah lembab dengan PH rendah.
c) Alga
Alga dapat memberikan gangguan pada air, seperti timbulnya bau dan
rasa yang tidak kita inginkan.
8
permukaan maupun pencemaran air tanah. Pembuangan limbah cair secara
langsung ke badan air akan menimbulkan masalah kesehatan. Untuk itu, salah
satu solusinya adalah perlu dibangun fasilitas pengolahan limbah cair. Contoh
Hotel Santika Yogyakarta berpotensi menghasilkan limbah cair berasal dari
MCK (mandi, cuci dan), dapur dan kolam renang, sebelum dibuang ke sungai
dimasukkan dalam STP (Sewage, Treatment, Plant). Artinya, sebelum dibuang
ke badan air atau sungai, limbah harus diolah terlebih dahulu.
Berdasarkan sifat limbah cair, proses pengolahan limbah cair dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Proses fisika
Proses ini dilakukan secara mekanik. Proses ini meliputi : penyaringan,
pengendapan, dan aerasi.
2. Proses kimia
Proses ini menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan bahan
pencemar.
3. Proses biologi
Proses ini menghilangkan polutan menggunakan kerja mikroorganisme.
Proses ini dapat dilakukan sendiri-sendiri tergantung jenis limbah cair. Namun
pada kenyataannya, proses pengolahan ini tidak berjalan sendiri sendiri tetapi
sering harus dilaksanakan dengan cara kombinasi.
Contoh: limbah cair di lingkungan pariwisata akan dilakukan pengolahan,
masingmasing unit yang menghasilkan limbah cair di pariwisata (misalnya
kantor unit 1, kantor unit II, kantor unit III, dapur, bengkel) melakukan
penyaringan terlebih dahulu sebelum masuk bak pengumpul selanjutnya
dilakukan pengolahan air buangan secara kimia, untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
senyawa fosfor, dan zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu, sehingga dapat diendapkan menjadi mudah dan membentuk flok-
9
flok, bak berikutnya diberi tanaman enceng gondok untuk menyerap senyawa-
senyawa yang belum bisa di turunkan dengan fisika maupun kimia.
10
menghilangkan kandungan nutrient, bahan kimia beracun, senyawa yang tidak
bisa diuraikan secara biologis (non biodegradable), dan padatan terlarut.
11
mikroorganisme. Oleh karena itu proses pengolahan secara biologi perlu
memperhatikan:
a) Mikroorganisme dari berbagai jenis lain yang perlu ditumbuhkan
b) Kelangsungan proses yang terjadi selama mikroorganisme berada
badan air tersebut
c) Memilih cara pengolahan yang tepat guna untuk menjaga kehidupan
mikroorganisme dan dapat menurunkan berbagai parameter yang ada
dalam air limbah tersebut.
12
e. Pengolahan Lumpur
Lumpur adalah hasil sampingan dari pengolahan limbah cair.
Lumpur pada pengolahan limbah cair dibedakan berdasarkan sumber,
karakteristik dan jumlah yang dihasilkan. Sumber yang menghasilkan
lumpur terutama pada unit prasedimentasi, unit pengolahan biologis,
sedimentasi II, dan unit yang memproses lumpur. Sumber tersebut
mempunyai kuantitas dan karakteristik yang berbeda. Komposisi
kandungan lumpur yang dihasilkan perlu diketahui untuk menentukan jenis
pengolahannya. Komposisi lumpur meliputi kandungan zat padat, lemak
dan minyak, nitrogen, fosfat, besi silikat, PH, kebasaan, asam organik, dan
kandungan energy. Apabila lumpur diolah secara anaerobik diperlukan data
PH, kebasaan, dan asam organik.
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Di pondok makan pantai Nabila untuk limbah alami seperti air hujan
tidak ada dilakukan pengolahan seperti membuat drainase karena dikawasan
pantai pondok makan Nabila ini masih beralaskan tanah bukan semen/paving
block sehingga air hujan yang turun akan diserap langsung oleh tanah, tetapi
pada saat hujan lebat tanah tersebut akan menjadi becek.
Pengelolaan limbah di pondok makan pantai Nabila ini menurut saya
masih kurang baik makan itu perlu dilakukan perbaikan pengelolaan limbah
dengan mengikuti standar pengelolaan limbah dengan baik. Pengelolaan limbah
yang bisa lakukan antara lain membuat grease trap sederhana untuk mengolah
limbah cucian piring agar air yang dialirkan ke laut tidak lagi
berlemak/berminyak dan bersih secara fisik. Selain membuat grease trap pondok
makan pantai nabila juga bisa membuat filtrasi sederhana sehingga limbah yang
dibuang kebadan air lebih bersih.
Pengelolaan limbah bekas mandi dan limbah tinja di pondok makan
pantai Nabila ini seharusnya dipisahkan karna limbah tinja dan limbah cair bekas
mandi ini berbeda cara pengelolaannya. Air limbah bekas mandi/bilas ini
sebaiknya dilakukan pengelolaan seperti filtrasi serta sedimentasi sederhana
terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air atau pihak pondok makan pantai
Nabila ini bisa membuat IPAL sederhana untuk mengelola semua limbah cair
yang dihasilkan dari kegiatan di pondok makan pantai Nabila ini agar air yang di
buang ke badan air lebih aman dan bersih serta sesuai dengan standar baku mutu
air limbah.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Limbah cair menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001, air
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Setiap aktivitas di transportasi, pariwisata dan matra menghasilkan air
buangan. Oleh karena itu, semua limbah memerlukan penanganan lebih lanjut
secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.
2. Berdasarkan sifat limbah cair, proses pengolahan limbah cair dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
a. Proses fisika. Proses ini dilakukan secara mekanik. Proses ini meliputi :
penyaringan, pengendapan, dan aerasi.
b. Proses kimia, Proses ini menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan
bahan pencemar.
c. Proses biologi, Proses ini menghilangkan polutan menggunakan kerja
mikroorganisme. Proses ini dapat dilakukan sendiri-sendiri tergantung
jenis limbah cair. Namun pada kenyataannya, proses pengolahan ini tidak
berjalan sendiri sendiri tetapi sering harus dilaksanakan dengan cara
kombinasi.
3. Dari observasi yang saya lakukan di Pondok Makan Pantai Nabila didapatkan
hasil bahwa pondok makan pantai Nabila ini memilki 5 WC yang masing-
masing wc terdapat jamban. Pondok makan pantai Nabila terdapat 2
saptiktank, tetapi sayangnya air limbah kamar mandi (bekas mandi/bilas) juga
dialirkan ke saptictank yang berisi tinja, hal tersebut tidak baik untuk
dilakukan karna dapat membuat mikroba mati dan tidak dapat menguraikan
tinja yang ada didalam septictank.
16
4. Pengelolaan limbah di pondok makan pantai Nabila ini menurut saya masih
kurang baik makan itu perlu dilakukan perbaikan pengelolaan limbah dengan
mengikuti standar pengelolaan limbah dengan baik. Pengelolaan limbah yang
bisa lakukan antara lain membuat grease trap sederhana untuk mengolah
limbah cucian piring agar air yang dialirkan ke laut tidak lagi
berlemak/berminyak dan bersih secara fisik. Selain membuat grease trap
pondok makan pantai nabila juga bisa membuat filtrasi sederhana sehingga
limbah yang dibuang kebadan air lebih bersih.
5. Air limbah bekas mandi/bilas ini sebaiknya dilakukan pengelolaan seperti
filtrasi serta sedimentasi sederhana terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan
air atau pihak pondok makan pantai Nabila ini bisa membuat IPAL sederhana
untuk mengelola semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan di pondok
makan pantai Nabila ini agar air yang di buang ke badan air lebih aman dan
bersih serta sesuai dengan standar baku mutu air limbah.
4.2 Saran
Pengelolaan limbah cair di pondok makan pantai Nabila ini masih kurang
baik sehingga perlu dilakukan perbaikan pengelolaan limbah secepatnya seperti
membuat grease trap pada limbah bekas cucian piring, filtrasi, sedimentasi,
maupun IPAL agar limbah yang dihasilkan dari kegiatan pondok makan pantai
Nabila ini aman saat dibuang ke badan air serta tidak menimbulkan masalah baru
bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
17
DAFTAR PUSTAKA
iii
Lampiran :
DOKUMENTASI
iv
v