Anda di halaman 1dari 86

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga Buku Saku Sanitasi Kapal Laut ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan waktu yang
ditentukan.
Buku saku ini menyajikan berbagai jenis materi
mengenai sanitasi kapal, jenis-jenis dan bagian kapal,
hapus tikus dan serangga, landasan hukum mengenai
sanitasi kapal, serta lembar observasi sanitasi kapal.
Buku ini dibuat dengan harapan pembaca dapat
mendapatkan informasi dan memahami mengenai
sanitasi kapal.
Selanjutnya, diharapkan kritik, saran, serta
masukan yang membangun untuk dijadikan pedoman
dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga
buku saku ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca.

Tanjungpinang, 1 Oktober 2020

Penulis

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | i


TIM PENYUSUN
TIM PENYUSUN

Pengarah : Gina Dwi Nur Kusuma, SST


Penanggungjawab : Kelompok 1
Tim Editor : Afrilia Rahmi
Penulis : Afrilia Rahmi
Agustini Delfira
Azuar Efendi
Rizkina Fitri
Sitti Fadilah
Tata Letak : Afrilia Rahmi
Rizkina Fitri
Desain Cover : Rizkina Fitri

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


TIM PENYUSUN ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
LANDASAN HUKUM................................................................................ 4
SANITASI KAPAL .................................................................................. 14
1. Pengertian Sanitasi Kapal ......................................................15
2. Persyaratan Sanitasi Kapal....................................................16
3. Variabel Yang Dinilai Dalam Pemeriksaan Sanitasi Kapal
....................................................................................................23
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Sanitasi
Kapal .........................................................................................28
JENIS DAN BAGIAN KAPAL .............................................................. 32
1. Pengertian Kapal ......................................................................33
2. Jenis-Jenis kapal .......................................................................34
3. Bagian-Bagian Kapal ...............................................................39
HAPUS TIKUS DAN SERANGA .....................................................43
1. Ketentuan-ketentuan dalam kegiatan Hapus Tikus ......44
2. Ketentuan-ketentuan dilaksanakannya hapus serangga:
....................................................................................................52
PERSIAPAN BOARDING KAPAL..................................................... 59
1. Pegertian Boarding Kapal………………………………………………. 60
2. Kedatangan Kapal Dalam Karantina (In Clearance)………… 60
3. Keberangkatan Kapal Luar Negeri ( Out Clearance)……….. 64
4. Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Dalam Negeri…….. 65

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | iii


LEMBAR OBSERVASI KAPAL .......................................................... 70
1. Supervisi Checklist Pemeriksaan.........................................71
2. laporan Hasil Pemeriksaaan Sanitasi Kapal......................74
KESAN DAN PESAN .............................................................................. 77
DAFTAR BACAAN………………………………..…………………………..79

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | iv


PENDAHULUAN

p elabuhan merupakan salah satu aset penting


suatu daerah yang berfungsi sebagai tempat
berlabuhnya kapal sekaligus sebagai tempat
untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang,
kebutuhan masyarakat dan industri serta sebagai tempat
pelayanan penyeberangan penumpang baik domestik
maupun internasional. Pelabuhan juga dapat berperan
sebagai pintu gerbang transportasi penyebaran penyakit
dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan
masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit
menular baru, maupun penyakit menular lama yang
timbul kembali.
Kapal yang sandar di pelabuhan harus terbebas
dari faktor risiko lingkungan dengan cara
mempertahankan kondisi kesehatan kapal sehingga tidak
dijadikan tempat berkembang penyakit dan vektor
penular penyakit. Mobilitas yang tinggi sebuah kapal dari
suatu daerah ke daerah lain ataupun dari suatu negara ke
negara lain menyebabkan kapal dapat menjadi sarana
perpindahan vektor penyakit dari suatu daerah ke daerah
lain.
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit
dengan mengendalikan faktor–faktor lingkungan yang
merupakan mata rantai penularan penyakit. Sanitasi
kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap faktor
lingkungan di dalam kapal untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit guna menjaga derajad
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 1
kesehatan. Sanitasi kapal merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam mendukung pengawasan
kesehatan khususnya anak buah kapal di dalamnya
maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi sanitasi
kapal yang baik akan menurunkan risiko gangguan
kesehatan dan sebaliknya kondisi sanitasi kapal yang
buruk akan mempertinggi risiko gangguan kesehatan
pada anak buah kapal.
Pemeriksaan sanitasi kapal mencakup beberapa
aspek, diantaranya kebersihan ruangan – ruangan kapal,
bahan makanan di kapal, sarana penyediaan air,
penanganan limbah cair dan sampah, serta pemeriksaan
air bersih yang digunakan di kapal. Air bersih di kapal
digunakan untuk berbagai macam kebutuhan anak buah
kapal seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain – lain.
Kualitas air bersih yang digunakan di kapal juga harus
memenuhi syarat – syarat kesehatan secara fisika, kimia,
mikrobilogi dan dapat diminum setelah dimasak. Kualitas
air yang tidak baik dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, khususnya water borne diseases bagi
masyarakat
Kondisi sanitasi kapal berpengaruh terhadap
keberadaan serangga dan tikus di kapal. Keberadaan tikus
ditemukan pada kapal dengan kondisi sanitasi yang
buruk, keberadaan tikus di kapal dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan muatan kapal. Tikus juga dapat
berperan menjadi reservoir bagi vektor penyakit dan
dapat menularkan suatu penyakit dari suatu daerah ke

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 2


daerah lain jika tikus tersebut terinfeksi oleh vektor
penyakit.
Penyakit yang dapat ditularkan oleh tikus
diantaranya adalah Pes, pes berada pada peringkat
pertama penyakit karantina yang masih berlaku secara
internasional. Leptospirosis juga merupakan penyakit
yang ditularkan oleh tikus. Kondisi sanitasi kapal yang
buruk juga dapat mempengaruhi keberadaan serangga di
kapal. Serangga yang umum ditemukan hidup di kapal
adalah kecoa. Kecoa dapat membawa berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit seperti Salmonella
dan Entamoeba histolitica. Mikroorganisme tersebut
dapat mengakibatkan penyakit diare, thypus, disentri,
kolera, dan hepatitis. Dalam penelitian ini tetap dilakukan
pengamatan terhadap keberadaannya namun tidak
dilakukan kajian lebih lanjut karena keberadaan serangga
di kapal masih dapat dikendalikan secara mandiri oleh
anak buah kapal. Berbeda dengan tikus yang tindakan
pengendaliannya tidak dapat dilakukan oleh orang awam
karena tindakan pengendalian tikus hanya bisa
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang terlatih dan sudah
mempunyai sertifikat kompetensi.
Buku saku ini menyajikan berbagai jenis materi
mengenai sanitasi kapal, jenis-jenis dan bagian kapal,
hapus tikus dan serangga, landasan hukum mengenai
sanitasi kapal, serta lembar observasi sanitasi kapal.
Buku ini dibuat dengan harapan pembaca dapat
mendapatkan informasi dan memahami mengenai
sanitasi kapal.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 3
LANDASAN
HUKUM

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 4


Landasan Hukum
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 2015
-BAB II-
TATA CARA PEMERIKSAAN SANITASI KAPAL

P
ejabat KKP yang mempunyai tugas untuk
melakukan Pemeriksaan Sanitasi Kapal harus
menunjuk Tim Pemeriksa yang terdiri dari tenaga
Fungsional Sanitarian/Entomolog /Epidemiolog yang
terlatih dalam pemeriksaan sanitasi Kapal dan mampu
berbahasa Inggris lisan dan/atau tulisan.
Tim Pemeriksa yang ditunjuk harus
mempersiapkan peralatan teknis yang diperlukan dalam
pemeriksaan sanitasi Kapal, baik selama pemeriksaan
normal maupun pada saat investigasi penyebaran wabah,
sebagai berikut:

Tabel.1
Peralatan Teknis dan Fungsi Pemeriksaan Sanitasi
Kapal
NO Peralatan teknis Fungsi
1 Formulir pemeriksaan Daftar tilik kondisi snitasi
sanitasi kapal kapal
2 Pena, papan klip dan Alat tulis
alas catatan
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 5
Untuk memfasilitasi
3 Kamus komunikasi antara
operator dan pemeriksa
kapal
4 Lampu sorot (idealnya Melihat objek dilokasi
tahan ledakan) pemeriksaan
5 Thermometer Untuk menghitung suhu
pemeriksa makanan makanan, thermometer
yang dikalibrasi infra red berguna untuk
(kontak atau infra menghindari kontak
merah) langsung
6 Verin indicator spray Untuk mengeluarkan
kecoa dari ruang tertutup
7 Kain warna putih Untuk menemukan
hewan kecil (misalnya
lalat)
8 Perekat bolak balik Untuk mendeteksi
serangga yang
merangkak
9 Segel dan stempel Untuk otentikasi
sertifikat
10 Untuk membuka
Obeng perangkat pemeriksaan
bila di perlukan
11 Alat pertolongan Untuk pertolongan
pertama pada pertama pada kecelakaan
kecelakaaan
12 Penggaris atau pipa Untuk mengukur ukuran
pengukur yang dapat celah udara, dimensi
diukur lainnya, dsb
13 Alat ukur laju alir Untuk menguji sistem
udara ventilasi
14 Lampu kilat Ultraviolet Untuk mendeteksi
(UV) kontaminasi oleh
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 6
manusia dan hewan
pengerat
15 Alat penguji air yang
meliputi :
-pH meter Untuk memperkirakan
-termometer kontaminasi dalam siste
-Sensor konduktivitas Air Bersih di Kapal dan
-klorin tes untuk dapat mensurvei
-hardness testing kit langkah disinfeksi
-alat tes kekeruhan
-alat pengujian logam
berat
16 Alat pengambilan Untuk mengambil sampel
samoel air air dengan kualitas tinggi
(mikrobiologi) untuk dianalisis
17 Botol kaca steril Untuk wadah sampel
mengandung sodium mikrobiologis
tiosulfat
18 Pendeteksi kebersihan Untuk memeriiksa
alat makan dan masak pembersihan permukaan
yang sesuai (misalnya di
dapur)
19 Wadah sampel untuk : Untuk mengumpulkan
-sampel feces dan urin sampel dari sumber
-sampel darah kontaminasi yang
-sampel darah berbeda (misalnya air,
-alat usap (swab) makanan, mannusia,
-sampel makanan permukaan dan
peralatan)
20 Kamera (idealnya Untuk mengambil foto
digital) bukti

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 7


Selain Peralatan teknis, Tim Pemkan alat
pelindung diri untuk digunakan pada saat melakukan
pemeriksan sanitasi Kapal yan
1. Helm keselamatan
2. Penutup rambut
3. Kacamata keselamatan atau pelindung wajah
4. Pelindung teinga
5. Pelindung wajah
6. Sarung tangan kerja (misalnya sarung tangan kulit)
7. Sarung tangan pemeriksaan dari karet
8. Apron anti air
9. Baju kerja anti air
10. Cairan disinfeksi tangan
11. Rompi sinyal atau jaket sinyal
12. Rompi keselamatan
13. Sepatu keselamatan dengan sol anti selip dan anti
kilau
14. Repelant anti serangga

1. Tim Pemeriksa memulai pemeriksaan dengan


memperkenalkan anggota tim dan menjelaskan
tentang tujuan dan proses pemeriksaan sanitasi
kepada nahkoda.
2. Tim Pemeriksa menanyakan tentang kondisi
operasional Kapal selama perjalanan, dan melakukan
verifikasi tentang identitas Kapal dan dokumen yang
disampaikan pada saat permohonan.
3. Pemeriksaan Sanitasi dilakukan pada seluruh ruang
dan media pada Kapal yang meliputi dapur, ruang
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 8
rakit makanan, gudang, palka, ruang tidur, air bersih,
limbah cair, tangki air ballast, sampah medik dan
sampah padat, air cadangan, kamar mesin, fasilitas
medik, kolam renang dan area lain yang diperiksa.
Apabila palka Kapal terisi barang, maka kargo harus
diperiksa.
4. Urutan pemeriksaan dimulai dari ruangan yang
terdekat untuk mempercepat proses pemeriksaan.
Dalam melakukan pemeriksaan Tim pemeriksa harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang, oleh karena itu kebersihan
personal, kebersihan pakaian dan status kesehatan
Tim Pemeriksa harus dalam kondisi baik dan
menggunakan APD.
5. Pemeriksaan Sanitasi Kapal menggunakan Formulir
Supervisi checklist Pemeriksaan Sanitasi Kapal,
Formulir Supervisi checklist Pemeriksaan Vektor dan
BPP, Formulir Supervisi checklist Pengendalian
Fumigasi, Formulir Supervisi checklist Penyehatan
Air, Formulir Supervisi checklist Pengamanan Pangan,
Formulir Supervisi checklist Pengamanan Pengolahan
Limbah, Formulir Supervisi checklist Pengamanan
Radiasi dan Formulir Laporan Hasil Pemeriksaaan
Sanitasi Kapal, sebagaimana contoh Formulir 3
sampai dengan Formulir 9 terlampir.
6. Untuk memastikan ada tidaknya faktor risiko
kesehatan dilakukan pengambilan sampel pada media
lingkungan sesuai situasi dan kebutuhan.
7. Berdasarkan pertimbangan kesehatan, sampel dapat
diambil dan dianalisis untuk memastikan adanya
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 9
faktor risiko sesuai dengan checklist pemeriksaan.
Walaupun hasilnya belum selesai, maka sertifikat
tetap dapat diterbitkan dengan catatan “Hasil
ditunda/pending” di dalam sertifikat.
8. Setelah pemeriksaan, petugas pemeriksa harus
melakukan tanya jawab singkat sebelum menerbitkan
Sertifikat. Nahkoda atau perwakilannya harus diberi
waktu yang cukup untuk menjelaskan kekurangan
dan melengkapi dokumen yang diperlukan sebelum
mengisi sertifikat.
9. Tim Pemeriksa setelah melakukan analisa hasil
pemeriksaan sesuai dengan checklist pemeriksaan
(form hasil pemeriksaan pembaharuan SSCEC), bila
hasil memenuhi syarat berdasarkan penilaian
professional, Tim Pemeriksa dapat
merekomendasikan hasil pemeriksaan kepada kepala
KKP atau pejabat KKP yang diberikan wewenang
untuk menerbitkan SSCEC.
10. Tim Pemeriksa setelah melakukan analisa hasil
pemeriksaan sesuai dengan checklist pemeriksaan
(form hasil pemeriksaan pembaharuan SSCC), bila
hasil tidak memenuhi syarat maka Tim Pemeriksa
merekomendasikan kepada Kepala KKP atau Pejabat
KKP untuk dilakukan tindakan sanitasi. Adapun
tindakan sanitasi yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
11. Setelah dilakukan tindakan penyehatan maka
direkomendasikan kepada Kepala KKP atau pejabat
KKP untuk menerbitkan SSCC.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 10
-BAB III-
PEMERIKSAAN SANITASI DAN TINDAKAN SANITASI

Pasal 12
(1) Pemeriksaan Sanitasi oleh petugas KKP dilaksanakan
dalam rangka pemberian Sertifikat Sanitasi Kapal atau
pengawasan kesehatan Kapal dalam rangka
kekarantinaan kesehatan.
(2) Pemeriksaan Sanitasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan pada seluruh ruang dan media
pada Kapal yang meliputi dapur, ruang rakit makanan,
gudang, palka, ruang tidur, air bersih, limbah cair,
tangki air ballast, sampah medik dan sampah padat,
air cadangan, kamar mesin, fasilitas medik, kolam
renang dan area lain yang diperiksa.

Pasal 13
(1) Pemeriksaan Sanitasi ditujukan untuk menilai kondisi
sanitasi Kapal terkait ada atau tidak adanya Faktor
Risiko Kesehatan Masyarakat.

Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. bukti infeksi atau kontaminasi termasuk setiap
stadium pertumbuhan vektor, binatang pembawa
penyakit yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, mikrobiologi, kimia, risiko lainnya pada

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 11


kesehatan manusia, tanda dari Tindakan Sanitasi
yang tidak mencukupi; dan/atau
b. informasi mengenai setiap kasus pada manusia
sebagaimana dimaksudkan dalam Maritim
Declaration of Health (MDH).

Pasal 14
(1) Apabila dalam Pemeriksaan Sanitasi tidak ditemukan
adanya Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), Kapal
dinyatakan bebas Tindakan Sanitasi dan dapat
diberikan Sertifikat Sanitasi Kapal dengan mengisi
bagian SSCEC dan mencoret bagian SSCC.
(2) Apabila dalam Pemeriksaan Sanitasi ditemukan
adanya Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), Kapal
harus dilakukan Tindakan Sanitasi sesuai
rekomendasi.
(3) Terhadap Kapal yang telah dilakukan Tindakan
Sanitasi sesuai rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberikan Sertifikat Sanitasi Kapal
dengan mengisi bagian SSCC dan mencoret bagian
SSCEC.

Pasal 15
Pemeriksaan Sanitasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dilaksanakan oleh petugas KKP yang
memiliki kompetensi.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 12


Pasal 16
(1) Nakhoda atau pemilik Kapal wajib melaksanakan
rekomendasi pejabat KKP sesuai hasil Pemeriksaan
Sanitasi.
(2) Dalam hal rekomendasi pejabat KKP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa Tindakan Sanitasi,
maka Tindakan Sanitasi harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17
Nakhoda atau pemilik Kapal wajib melakukan
pemeliharaan kondisi sanitasi Kapal untuk menjamin
keabsahan Sertifikat Sanitasi Kapal.

Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
Pemeriksaan Sanitasi Kapal sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 13


SANITASI
KAPAL

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 14


Sanitasi Kapal

anitasi merupakan suatu tindakan pengawasan

S terhadap berbagai faktor lingkungan fisik manusia


yang mempunyai atau mungkin mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan fisik manusia,
kesehatan maupun kelangsungan hidupnya yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia dengan
melakukan usaha pencegahan munculnya penyakit,
sehingga kelangsungan hidup dapat terjamin (Siswanto,
2003).
Sanitasi kapal merupakan salah satu usaha yang
ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan dikapal untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit guna
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi
kapal mencakup seluruh aspek penilaian kompartemen
kapal antara lain: dapur, ruang penyediaan makanan,
palka, gudang, kamar anak buah kapal, penyediaan air
bersih, dan penyajian makanan serta pengendalian vektor
penular penyakit atau rodent (IHR, 2005).
Menurut Permenkes No 40 tahun 2015
pemeriksaaan sanitasi kapal adalah kegiatan pemeriksaan
faktor risiko kesehatan masyarakat diatas kapal.
pemeriksaan sanitasi dilakukan pada seluruh ruang dan
media pada kapal yang meliputi dapur, ruang rakit
makanan, gudang, palka, ruang tidur, air bersih, limbah
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 15
cair, tangki air ballast, sampah medik dan sampah padat,
air cadangan, kamar mesin, fasilitas medik, kolam renang,
dan area lain yang diperiksa.
Menurut Permenkes No 40 tahun 2015 tujuan dari
pemeriksaan sanitasi kapal adalah untuk menilai kondisi
sanitasi kapal terkait ada atau tidak adanya faktor risiko
kesehatan masyarakat. Faktor risiko tersebut dapat
berupa bukti infeksi atau kontaminasi termasuk setiap
stadium pertumbuhan vektor, binatang pembawa
penyakit yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, mikrobiologi, kimia, risiko lainnya pada
kesehatan manusia, tanda dari tindakkan sanitasi yang
tidak mencukupi dan atau informasi mengenai setiap
kasus paa manusia sebagaimana dimaksudkan dalam
Maritim Declaration of Health (MDH).

Sanitasi kapal yang tidak memenuhi syarat akan


banyak menimbulkan permasalahan baik secara fisik,
kesehatan, estetika dan daya tahan hidup manusia. Syarat
sanitasi kapal antara lain pencahayaan 10 fc, kelembaban
65%-95%, pH 6,5-8, sisa chlor 0,2-0,4 ppm, bebas
serangga dan tikus atau binatang pengganggu.
Menurut Dirjen PPM dan PLP Depkes RI (1996),
tentang pedoman sanitasi kapal yaitu:
1. Tangki penyimpanan air (Storage)
Air layak minum disimpan disatu atau lebih
tangki yang dikonstruksi, ditempatkan dan dilindungi
sedemikian rupa, sehingga aman dari segala
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 16
pencemar yang berasal dari luar tangki. Tangki dibuat
dari metal, harus tersendiri, tidak bersekatan dengan
tangki yang memuat air bukan untuk minum. Tangki
bukan merupakan bagian dari kulit kapal, penutup
tangki tidak boleh ada paku sumbat, tidak boleh ada
toilet dan kakus yang dipasang berdampingan dengan
tangki tersebut. Bagian dasar dari tangki air minum
pada bagian bawah kapal memiliki ketinggian lebih
dari 45 cm diatas tangki dasar dalam, diberi tanda air
layak minum di lembaran berukuran minimal 1,25 cm.
Dilengkapi dengan lubang periksa air minum yang
tingginya 1,25 cm di atas permukaan atas tangki yang
menempel pada bagian tepi terluar yang dilengkapi
dengan packing yang ketat, dilengkapi dengan
ventilasi sehingga mencegah terjadinya benda-benda
pengkontaminasi yang terbuat dari pipa dengan
diameter 3,8 cm. Dilengkapi dengan saluran luapan
dan dapat dikombinasikan dengan ventilasi,
mempunyai alat pelampung pengukur air, mempunyai
bukaan pengeringan dengan diameter 3,8 cm, Tangki
air minum dan bagian lainnya didesfeksi dengan
klorin.
2. Dapur tempat penyiapan makanan (Galley)
Dinding dan atap memiliki permukaan yang
lembut, rapi, dan bercat terang. Filter udara
berserabut tidak boleh dipasang di atap atau melintasi
peralatan pemrosesan makanan. Penerangan tidak
kurang dari 20 lilin atau sekitar 200 lux. Diberikan
ventilasi yang cukup untuk menghilangkan hawa
busuk dan kondensasi, ventilasi alam ditambah sesuai
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 17
kebutuhan, lubang hawa di unit ventilasi mudah di
lepas untuk keprluan pembersihan. Rak penyimpanan
perkakas dan perabot tidak boleh diletakkan di bawah
ventilasi. Peralatan dan perkakas dapur yang terkena
kontak langsung dengan makanan dan minuman
dibuat dari bahan yang halus anti karat, tidak
mengandung racun, kedap air dan mudah
dibersihkan.
3. Ruang penyimpanan bahan makanan (Store room)
Ruang penyimpanan cukup memperoleh
ventilasi, bersih, kering, dan memberikan ruang
pembersihan dibawahnya. Tempat penyimpanan
dibuat dari materi yang kedap air, tahan karat, tidak
mengandung racun, halus, kuat, dan tahan terhadap
goresan.
a. Penyimpanan perkakas dan makanan yang tidak
mudah busuk Bahan makanan kering, perkakas
yang sering tidak digunakan, disimpan di ruang
khusus. Tempat penyimpanan dibuat dari bahan
yng berkualitas, demikian juga wadah-wadah
dibuat dari metal atau materi lain yang tahan
terhadap vektor tikus dan kecoa dan dilengkapi
dengan tutup yang rapat. Makanan disimpan
ditempat yang rapi di rak atau papan
penyimpanan bagian tertentu guna melindungi
benda-benda yang ada pada tempat tersebut dari
percikan dan pencemaran. Suhu yang disarankan
untuk penyimpanan jenis ini 10-15º C.
b. Penyimpanan berpendingin untuk makanan yang
mudah busuk Semua makanan yang mudah busuk
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 18
sebaiknya disimpan di bawah 7º C, kecuali masa
penyiapan atau saat digelar untuk keperluan
penghidangan secara cepat setelah penyiapan.
Bila makanan di simpan dalam jangka waktu lama
disarankan untuk menyimpan pada suhun. Bila
makanan di simpan dalam jangka waktu lama
disarankan untuk menyimpan pada suhu 4º C.
Seluruh ruang pendingin di buat sedemikian rupa
sehingga mudah dbersihkan, bebas dari hawa
busuk. Benda-benda berpendinginan seperti
lemari es tersebut hendaknya diletakkan ditempat
yang paling hangat dalam ruangan. Papan rak
dalam jumlah yang mencukupi hendaknya
disediakan di seluruh unit pendingin untuk
mencegah penumpukan bahan dan
memungkinkan ventilasi dan pembersihan.
Pastikan termometer tidak rusak, sehingga bisa
menunjukkan ketepatan jangkau. Suhu yang
disarankan untuk penyimpanan bahan bakar yang
mudah busuk:
a) Bahan makanan beku: tidak lebih dari -12º
Celcius
b) Daging dan ikan: 0-3º Celsius
c) Buah dan sayuran: 7-10º Celsius
4. Toilet/kamar mandi
Toilet/kamar mandi yang mencukupi disiapkan
dekat ruang penyiapan makanan, tidak menghadap
langsung ke ruang tempat makanan disiapkan,
disimpan dan dihidangkan. Pintu toilet/kamar mandi
berengsel kuat dan secara otomatis menutup sendiri,
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 19
ada ventilasi dan penerangan yang cukup. Fasilitas
cuci tangan disediakan oleh toilet/kamar mandi,
dilengkapi dengan air panas dan dingin, tissu, sabun,
kain/handuk. Air cuci pada wastafel disarankan
dengan suhu 77º Celsius. Pada dinding yang dekat
pintu toilet diberi tanda dengan tulisan yang berbunyi
“CUCI TANGAN SETELAH MENGGUNAKAN TOILET”.
5. Sampah (waste)
Ketentuan hendaknya dibuat untuk penyimpan
dan pembuangan yang tersanitasi. Tempat sampah
dapat digunakan di daerah penyiapan dan
penyimpanan makanan, hanya untuk keperluan
pengguna segera. Tempat sampah berada di ruang
yang khusus, terpisah dari tempat proses pengolahan
makanan, mudah dibersihkan, tahan terhadap tikus
(rodent) dan rayap (vermin), mempunyai pegangan,
dibuat kedap air, dilengkapi dengan penutup yang
rapat.
6. Ruangan awak kapal (Quarters crew)
Ruang tidur awak kapal mempunyai luas 1,67
sampai 2,78 m² dengan mempunyai ruang utama yang
bersih dengan ukuran minimal 1,90 m². tidak boleh
lebih dari 4 orang yang mendiami satu tempat tidur,
memiliki ventilasi yang cukup. Sebaiknya ada 1 toilet
dan 1 pancuran atau bak mandi untuk tiap 8 orang
atau satu wastapel untuk tiap 6 orang. Setiap orang
yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan
kesehatan kapal seperti sarana sanitasi, suplai
makanan, dan kebersihan lingkungan di 12 kapal.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 20
Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud tanpa kerja
sama setiap Anak Buah Kapal (ABK). Nahkoda
berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap saat dan
secara berkala memeriksa kondisi sanitasi di atas
kapal (CDC, 2003 dalam Saifullah, 2010).
Sanitasi kapal merupakan salah satu bagian
integral dari perilaku kesehatan terhadap sanitasi.
Mengacu pada dasar tersebut determinan perilaku
sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep
determinan perilaku kesehatan yang dikemukakan
oleh Green (1980) dan Blum (1979) bahwa derajat
kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh
faktor perilaku dan lingkungan selain pelayanan
kesehatan dan keturunan, sedangkan konsep Green
(1980) mengemukakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, enabling dan
reinforcing (Notoatmodjo 2003, 139).
Adapun faktor-faktor yang dinilai berkaitan
dengan sanitasi kapal antara lain faktor eksternal
seperti kebijakan dan pengawasan dari KKP (Kantor
Kesehatan Pelabuhan), sedangkan faktor internal
seperti kepemimpinan nakhoda, adanya Standard
Operational Procedure (SOP) sanitasi kapal dan
perilaku Anak Buah Kapal (ABK). Tujuan pemeriksaan
sanitasi kapal dimaksudkan agar kapal bebas dari
ancaman penyakit yang berpotensi wabah, mencegah
penularan penyakit menular, serta menciptakan
suasana nyaman dan aman bagi penumpang, Anak

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 21


Buah Kapal (ABK) maupun nakhoda kapal (WHO,
2007).
Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis kapal
baik kapal penumpang, maupun kapal barang.
Pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk
pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh
Surat Izin Berlayar atau lebih dikenal dengan sebutan
Port Health Quarantine Clearance. Hasil pemeriksaan
dinyatakan berisiko tinggi atau risiko rendah jika
kapal yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka
diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC)
setelah dilakukan tindakan sanitasi dan apabila faktor
risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation Exemption
Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan
dilakukan dalam masa waktu enam bulan sekali
(Nurdin,2010).
Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung
jawab pemilik kapal melalui nakhoda kapal dan Anak
Buah Kapal (ABK). Anak Buah Kapal (ABK)
bertanggung jawab terhadap kebersihan kapal dan
sarana lainnya yang mendukung sanitasi kapal.
Sedangkan fungsi nahkoda kapal adalah sebagai
pemimpin dan pengendali keseluruhan dari
pelaksanaan sanitasi kapal. Pemilik kapal wajib
menyertakan Standard Operational Procedure (SOP).
Sanitasi kapal yang mengacu pada International
Health Regulation (IHR) dan ketentuan lainnya (WHO,
2005).

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 22


Menurut WHO (2007) nahkoda kapal
bertanggung jawab terhadap keamanan kapal dari
sumber panyakit dan melaporkan dalam bentuk form
MDH (Maritime Declaration of Health) kepada Kantor
Kesehatan Pelabuhan setiap masuk wilayah suatu
negara (WHO,2007).

Ada beberapa lokasi yang perlu diperiksa dan


dinilai dalam pemeriksaan sanitasi kapal. Kondisi sanitasi
kapal dapat mempengaruhi risiko penularan. Lokasi yang
diperiksa adalah :
1. Dapur
Kondisi sanitasi dalam dapur harus selalu:
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan
sampah dibuang pada tempatnya
b. Pertukaran udara bagus, asap dapur dibuang
melalui cerobong asap, ventilasi biasa.
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc
atau bisa untuk membaca koran
d. Cara pencucian bagus dilengkapi dengan saluran
air panas dan bahan pembersih khusus
e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan
serangga dan tikus atau binatang pengganggu
lainnya.
2. Ruang tempat penyiapan makanan Kondisi sanitasi
dalam pemeriksaan ruang tempat penyiapan
makanan harus selalu:
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 23
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan
sampah dibuang pada tempatnya
b. Pertukaran udara bagus, pertukaran udara
memakian exhauster, AC atau ventilasi,
kelembaban 65%-95%
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc
atau bisa untuk membaca koran
d. Cara penyimpanan makanan bagus makanan
kering dan basah disimpan tersendiri di lemari es
/ freezer / rak-rak.
e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan
serangga dan tikus atau binatang pengganggu
lainnya.
3. Gudang
Kondisi sanitasi dalam ruang tempat penyiapan
makanan harus selalu:
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan
sampah dibuang pada tempatnya 15
b. Pertukaran udara bagus, pertukaran udara
memakian exhauster, AC atau ventilasi,
kelembaban 65%-95%
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc
atau bisa untuk membaca koran
d. Cara penyimpanan makanan bagus makanan
kering dan basah disimpan tersendiri di lemari es
/ freezer / rak-rak.
e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan
serangga dan tikus atau binatang pengganggu
lainnya.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 24


4. Palka/cargo Kondisi sanitasi dalam palka/ cargo harus
selalu:
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan
sampah dibuang pada tempatnya
b. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan
serangga dan tikus atau binatang pengganggu
lainnya
5. Ruangan (Kelasi, Perwira, Penumpang, Geladak)
Kondisi sanitasi dalam Ruangan (Kelasi,
Perwira, Penumpang, Geladak) harus selalu:
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan
sampah dibuang pada tempatnya
b. Pertukaran udara bagus, pertukaran udara
memakian exhauster, AC atau ventilasi,
kelembaban 65%-95%
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc
atau bisa untuk membaca koran
d. Cara penyimpanan makanan bagus makanan
kering dan basah disimpan tersendiri di lemari es
/ freezer / rak-rak.
e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan
serangga dan tikus atau binatang pengganggu
lainnya.
6. Air Minum
Persyaratan air minum dikapal harus:
a. Tersedia air minum/tersedia air yang langsung
dapat diminum melalui proses pengolahan
terlebih dahulu

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 25


b. Indikasi kualitas air memenuhi syarat secara fisik
jernih, pH 6,5-8,5, dan sisa chlor 0,2-0,4 ppm.
c. Saluran dan alat pengambil air serta tempat
penyimpanannya bersih, tidak nampak kotoran
pada kran pengambilan air dan alat
pengambilnya.
7. Makanan
Persyaratan makanan antara lain:
a. Sumber bahan makanan dari pemasok resmi
b. Cara penyimpanan makanan kering/basah
disimpan terpisah dalam lemari es/freezer/rak-
rak
c. Cara penyiapan makanan/penjamah makanan
memenuhi syarat
d. Pelayanan/penyajian makanan tidak melebihi 4
jam
8. Limbah
Persyaratan limbah antara lain:
a. Sarana pembuangan limbah cair memenuhi
syarat, sarananya berupa saluran tertutup, tidak
bocor dan dialirkan ke tempat khusus
b. Dilakukan pengolahan limbah cair sebelum
limbah cair dibuang ke lingkungan
c. Bebas serangga, tidaqk ditemukan serangga atau
inatang pengganggu lainnya

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 26


9. Tangki Ballas
Persyaratan tangki ballas adalah:
a. Indikasi kualitas air dalam tangki ballas
memenuhi syarat, secara fisik jernih, pH 6,5-8,5,
dan sisa chlor 0,2-0,4 ppm.
b. Dilakukan pengolahan air tangki ballas sebelum
air tangki ballas dibuang ke lingkungan, dilakukan
pengolahan terlebih dahulu
10. Limbah Padat
Persyaratan limbah padat adalah:
a. Sarana pembuangan limbah padat memenuhi
syarat, sarana penampung limbah padat terbuat
dari bahan kedap air dan tertutup
b. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan
serangga dan tikus atau binatang pengganggu
lainnya
11. Ruang mesin
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan
sampah dibuang pada tempatnya
b. Pertukaran udara bagus, pertukaran udara
memakian exhauster, AC atau ventilasi,
kelembaban 65%-95%
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc
atau bisa untuk membaca koran
d. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan
serangga dan tikus atau binatang pengganggu
lainnya

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 27


Adapun faktor-faktor yang dinilai berkaitan
dengan sanitasi kapal antara lain adalah faktor internal
seperti perilaku ABK, kepemimpinan Nakhoda, dan
kejelasan Standard Operational Procedure (SOP) sanitasi
kapal. Faktor eksternal seperti kebijakan dan pengawasan
dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Beberapa
penelitian mengemukakan faktor-faktor tersebut
mempunyai kaitan dengan tingkat sanitasi kapal
(Saifullah,2010).
Hasil penelitian Supriyadi (2006)
mengemukakan bahwa determinan sanitasi kapal di
pelabuhan Pangkalbalam antara lain kepemimpinan
nahkoda dan perilaku anak buah kapal mencakup
pemahaman Standard Operational Procedure (SOP).
Pemahaman Standard Operational Procedure (SOP) yang
baik cenderung mempunyai sanitasi kapal yang baik
dibandingkan dengan pemahaman Standard Operational
Procedure (SOP) oleh Anak Buah Kapal (ABK) yang tidak
baik (Supriyadi,2006).
Salah satu upaya untuk meningkatkan sanitasi
kapal adalah melakukan pengelolaan sampah kapal
dengan menetapkan Standard Operational Procedure
(SOP) pengelolaan sampah. Pada kapal penumpang perlu
diciptakan sanitasi kapal yang benar, selain itu perlu
dilakukan pemenuhan indikator sanitasi lainnya seperti
penyediaan air bersih dan pengendalian vektor atau
rodent.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 28
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kondisi
sanitasi kapal antara lain dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi:
1. Karakteristik manajemen Yang dimaksud dengan
karakteristik manajemen dalam hal ini adalah
Standart Operasional Prosedure (SOP) dan
kepemimpinan nakhoda kapal.
a. SOP sanitasi kapal
Standart Operasional Prosedure (SOP)
adalah prosedure tetap yang harus dijadikan
sebagai dasar atau landasan untuk melakukan
suatu pekerjaaan dan sebagai panduan yang harus
dijalankan. Menurut Depkes RI (1996), syarat
standart adalah:
a) Jelas, artinya dapat diukur secara akurat,
termasuk mengukur berbagai penyimpangan
yang mungkin terjadi
b) Masuk akal, artinya ditetapkan wajar, tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah
c) Mudah dimengerti, artinya suatu standart
tidak berbelit-belit, sehingga mudah
dimengerti dan dilaksanakan.
d) Derajat dicapai, artinya suatu standart
disesuaikan dengan kemampuan agar dapat
dicapai
e) Meyakinkan artinya mewakili persyaratan
yang ditetapkan. Perumusan SOP sanitasi
kapal mencakup seluruh aspek sanitasi kapal

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 29


yang dirumuskan dan dibuat oleh pemilik
kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Kepemimpinan nakhoda kapal
Kepemimpinan di kapal dilaksanakan oleh
nakhoda yaitu salah seorang dari anak buah kapal
yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan
mempunyai wewenang dan tanggung jawab
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Dep.Hub,2008)
Nakhoda mempunyai kekuasaan mutlak
diatas kapal dan mempunyai wewenang penuh
pada semua tahap pengoperasian di laut,
dipelabuhan maupun di darat dan mempunyai
wewenang yang sah menurut undang-undang
terhadap semua orang di kapal. Setiap nakhoda
harus memberikan perhatian khusus kepada hal-
hal yang dapat mempengaruhi kesehatan
kesejahteraan awak kapal dan harus sesuai
dengan prosedure dan standart peraturan
pemerintah dan perusahaan, menggunakan
pertimbangan sesuai dengan kelayakan pelayaran
dunia internasional.
Selain itu paling penting adalah menjamin
agar kasus penyakit dan luka nmendapatkan
pengobatan yang tepat dan meminta nasehat
kepada instansi terkait melalui sarana komunikasi
yang ada. Pasal 128 Ayat 1 UU No 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran menyatakan nakhoda dan atau
Anak Buah Kapal harus memberitahukan kepada
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 30
pejabat pemeriksa Keselamatan kapal apabila
mengetahui bahwa kondisi kapal atau bagian dari
kapalnya dinilai tidak memenuhi persyaratan
keselamatan kapal.
2. Karakteristik SDM/Anak Buah Kapal
Anak buah kapal adalah orang-orang yang
bekerja di dalam kapal seperti nahkoda, mualim 1,
koki kapal dan lain-lain. Mereka berada di dalam
kapal/alat angkut yang bukan penumpang. Anak Buah
Kapal/ awak Kapal terdiri dari beberapa bagian.
Masing-masing bagian mempunyai tugas dan
tanggung jawab utama terletak di tangan kapten kapal
selaku pimpnan pelayaran. Perilaku kesehatan anak
buah kapal didasarkan pada tiga domain perilaku
yaitu, pengetahuan, sikap, tindakan.
3. Karakteristik Pendukung
Yang dimaksud karakteristik pendukung dalam
hal ini adalah waktu sandar, dana pemeliharaan,
sarana prasarana. Hasil penelitian Supriyadi (2006)
juga mengemukakan bahwa faktor pendukung yang
meliputi waktu sandar,dana pemeliharaan, sarana dan
prasarana juga mempengaruhi kondisi sanitasi kapal.
Faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi sanitasi
kapal antara lain adalah:
a. Pemahaman tentang standart sanitasi kapal yang
diterapkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan
b. Sosialisasi tentang pentingnya sanitasi kapal yang
baik oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 31


JENIS
DAN BAGIAN
KAPAL

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 32


Jenis dan Bagian-Bagian Kapal

M enurut Permenkes No 40 tahun 2015 tentang


Sertifikat Sanitasi Kapal yang dimaksud dengan
kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik,
tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindahpindah.
Adapun pengertian alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah adalah alat apung
dan bangunan terapung yang tidak mempunyai alat
penggerak sendiri, serta ditempatkan di suatu lokasi
perairan tertentu dan tidak berpindah-pindah untuk
waktu yang lama, misalnya hotel terapung, tongkang
akomodasi accommodation barge untuk menunjang
kegiatan lepas pantai dan tongkang menampung minyak
oil store barge, serta unit pemboran lepas pantai
berpindah mobile offshore drilling unit/MODU
(Saifullah,2010).
Kapal merupakan alat angkut yang dapat
berlayar menggunakan mesin maupun layar yang
melakukan perjalanan nasional maupun internasional
(IHR, 2005). Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga mekanik

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 33


atau tenaga angin termasuk kendaraan yang berdaya
apung dinamis, kendaraan di permukaan air, serta alat
apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah (Dep.Hub. 2008).

Adapun jenis kapal menurut fungsinya adalah


(Dep.Dik.Nas, 2003) :
1) Kapal Ro-Ro
Kapal ro-ro adalah kapal yang bisa memuat
orang dan kendaraan yang berjalan masuk sendiri ke
dalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan dapat
keluar dengan sendiri juga sehingga disebut sebagai
kapal roll on – roll off disingkat Ro-Ro untuk itu kapal
dilengkapi dengan pintu rampa yang menghubungkan
kapal dengan dermaga.

2) Kapal barang
Kapal barang atau kapal kapal kargo adalah
segala jenis kapal yang membawa barang-barang dan
kargo dari suatu pelabuhan ke palabuhan lain. Ribuan
kapal jenis ini menyusuri laut dan samudera dunia
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 34
setiap tahun memuat barang-barang perdagangan
internasional dan nasional. Kapal kargo pada
umumnya didesain khusus untuk tugas mengangkut
barang.

3) Kapal tanker
Kapal tanker adalah kapal dirancang untuk
mengangkut minyak atau produk turunannya. Jenis
utama kapal tanker termasuk mengangkut minyak,
LNG, LPG. Di antara berbagi jenis kapal tanker
menurut kapasitas: ULCC (Ultra large Crude Carrier)
berkapasitas 500.000 Ton. VLCC (Very Large Crude
Carrier) berkapasitas 300.000 Ton.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 35


4) Kapal tunda
Kapal tunda adalah kapal yang dapat digunakan
untuk melakukan manuver / pergerakan, utamanya
menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan,
laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal
Tunda memiliki tenaga yang besar bila dibandingkan
dengan ukurannya. Mesin induk kapal tunda biasanya
berkekuatan antara 750 sampai dengan 300 tenaga
kuda (500 s.d. 2000 kW), tetapi kapal yang lebih besar
(digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan 25.000
tenaga kuda (20.000 kW) kapal tunda memiliki
kemampuan manuver yang tinggi tergantung dari unit
penggerak. Kapal tunda dengan penggerak
konvensional memiliki baling-baling di belakang,
efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke
pelabuhan lain. Jenis penggerak lain sering disebut
schottel propulsion system (azimuth thruster / Z-
peller) dimana baling-baling di bawah kapal dapat
bergerak 360◦ atau sistem propulsion Vioth-
Schneider yang menggunakan semacam pisau di
bawah kapal yang dapat membuat kapal berputar
360◦.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 36


5) Kapal peti kemas (countainer ship)
Kapal peti kemas adalah kapal yang khusus
digunakan untuk mengangkut peti kemas. Menurut
PP. 51 tahun 2002 tentang perkapalan yang dimaksud
dengan peti kemas adalah bagian dari alat yang
berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang
memenuhi syarat bersifat permanen dan dapat
dipakai berulang-ulang yang memiliki pasangan sudut
serta dirancang khusus untuk memudahkan angkutan
barang dengan satu atau lebih roda transportasi tanpa
harus dilakukan pembuatan kembali. Termasuk jenis
ini adalah kapal semi peti kemas, yaitu perpaduan
antara kapal kargo dan peti kemas.

6) Kapal Perang
Kapal perang adalah kapal yang digunakan
untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata
umunya terbagi atas kapal induk, kapal kombatan,
kapal patroli, kapal selam, kapal angkut, dan kapal
pendukung lainnya.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 37


7) Kapal Pesiar
Kapal pesiar adalah kapal yang dipakai untuk
pelayaran pesiar. Penumpang menaiki kapal pesiar
untuk menikmati waktu yang dihabiskan di 24 atas
kapal yang dilengkapi fasilitas penginapan dan
perlengkapan seperti hotel berbintang. Lama
pelayaran pesiar bisa berbeda-beda, mulai dari
beberapa hari sampai sekitar tiga bulan tidak kembali
ke pelabuhan asal keberangkatan. Kapal penumpang
adalah kapal yang digunakan untuk angkutan
penumpang. Untuk meningkatkan efisiensi atau
melayani keperluan yang lebih luas, kenyamanan, dan
kemewahan, kadang kapal diperlukan demi
memuaskan para penumpang. Lain dari itu kapal
penumpang harus memiliki kemampuan bartahan
hidup pada situasi darurat.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 38


Secara umum, bagian utama kapal sebagai berikut :

Keterangan :
1) Cerobong
Cerobong merupakan saluran untuk
mengeluarkan asap mesin pada kapal.
2) Buritan
Buritan merupakan bagian belakang dari badan
kapal.dibagia buritan terdapat instrument pengendali
seperti rudder dan lain sebagainya. Buritan memiliki
beberapa bentuk antara lain buritan berbentuk
sendok, buritan berbentuk miring, dan buritan
berbentuk siku.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 39


3) Propeller dan kemudi
Propoller adalah adalah baling-baling kapal,
propeller adalah salah satu bagian kapal yang
digerakkan oleh mesin yang mempunyai fungsi untuk
mendapatkan gaya dorong bagi laju kapal, dengan
gaya dorong yang dihasilkan propeller maka kapal
dapat bergerak maju ataupun mundur.
Kemudi merupakan perangkat untuk mengubah
arah kapal dengan mengubah arah arus air yang
mengakibatkan perubahan arah kapal. Ukuran
kemudi tidak boleh terlalu besar ataupun terlalu kecil
karna dapat mengakibatkan hambatan, kehilangan
kendali serta kecepatan rendah. Besar kemudi harus
disesuaikan dengan ukuran kapal, kecepatan kapal,
bentuk lambung kapal serta penempatan kemudi.
4) Kulit kapal
Kulit kapal merupakan permukaan atau bagian
terluar kapal yang terbuat dari plat baja atau
alumunium yang disambung menjadi lajur yang
terdapat pada badan kapal, biasanya disebut dengan
ship shell plating.
5) Jangkar
Jangkar merupakan perangkat penambat kapal
ke dasar laut, sungai, ataupun danau sehingga kapal
tidak bergerak atau berpindah tempat karena
hembusan angin , arus, maupun gelombang. Jangkar
dihubungan dengan rantai besi pada kapal, pada
perahu jangkar dihubungkan dengan tali.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 40


6) Bulbous Bow
Bulbous bow merupakan bagian kapal yang terletak di
bagian haluan, bagian ini merupakan bagian yang
terintegrasi dengan lambung kapal. Fungsi utama
bulbous bow yaitu untuk mengurangi hambatan kapal
pada saat beroperasi. Prinsip kerjanya yaitu dengan
membangkitkan gelombang atau menginterferensi
gelombang kapal yang datang dari haluan sehingga
gelombang yang dating akan kehilangan tenaga
karena interferensi gelombang dari bulbous bow.
7) Haluan
Haluan adalah bagian depan dari badan kapal.
Haluan dirancang untuk mengurangi tahanan ketika
haluan kapal memecahkan air san harus cukup tinggi
untuk mencegah air masuk kedalam kapal. Kapal
berkecepatan tinggi biasanya dibuat lancip sehingga
gesekan antara air dengan haluan bisa dikurangi
sekecil mungkin seperti pada kapal perang,
sedangkan kapal berkecepatan rendah seperti kapal
roro/kapal tanker tidak diperlukan haluan yang
lancip sekali.
8) Geladak (Deck)
Geledak adalah lantai kapal kapal, nama geladak
kapal tergantung dari banyaknya geladak yang ada
pada kapal tersebut. Pada umumnya geladak yang
berada dibawah dinamakan geladak dasar serta
geladak yang berada di atas dinamakan gelada katas
atau geladak utama (main deck). Bila di antara

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 41


geledak dasar dan geladak utama terdapat geladak
lagi maka geladak tersebut dinamakan geladak antara.

9) Anjungan
Anjungan adalah ruang komando kapal dimana
ditempatkan pada roda kemudi kapal dan peralatan
navigasi untuk menentukan posisi kapal dan
biasannya terdapat kamar nahkoda dan kamar radio.
Anjungan biasanya ditempatkan pada posisi yang
mempunyai jarak pandang yang baik ke segela arah.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 42


HAPUS
TIKUS DAN
SERANGGA

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 43


PENYELENGGARAAN HAPUS TIKUS
DAN SERANGGA PADA KAPAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 34


TAHUN 2013
TENTANG PENYELENGGARAAN TINDAKAN HAPUS
TIKUS DAN HAPUS SERANGGA PADA ALAT ANGKUT DI
PELABUHAN, BANDAR UDARA, DAN POS LINTAS
BATAS DARAT

a. Hapus tikus kapal dilakukan berdasarkan :


1) hasil pemeriksaan adanya tanda-tanda
kehidupan tikus dan/atau tikus dan atas
permintaan pihak kapal (nahkoda/pemilik
kapal) dalam rangka perpanjangan masa
berlaku sertifikat sanitasi kapal; dan/atau
2) hasil pemeriksaan terhadap kapal yang doking
dan ditemukan adanya tanda-tanda
kehidupan tikus dan/atau tikus.

b. Nahkoda/pemilik kapal harus mengajukan surat


permohonan yang ditujukan kepada Kepala KKP.

Prosedur Tetap Hapus tikus sebagai berikut:

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 44


A. Persiapan
1) Kepala KKP membuat Surat Perintah Kerja
(SPK) untuk penyelenggara yang ditunjuk
untuk melakukan hapus tikus.
2) Kepala KKP membuat SPK untuk pengawas
KKP yang akan mengawasi pelaksanaan hapus
tikus.
3) Penyelenggara menunjuk pengawas
penyelenggara dan petugas lain.
4) Pengawas KKP mene-ntukan jumlah
fumigator, peralatan dan tenaga.

B. Pelaksanaan Di Lapangan
1) Pengawas KKP menanyakan kepada pengawas
Penyelenggara tentang kelengkapan
administrasi.
2) Pengawas KKP dan pengawas Penyelenggara
memeriksa kelengkapan hapus tikus, seperti :
a. Tenaga : Jumlah penempel, 1 orang
dokter, dan 1 orang paramedis.
b. Peralatan : Gas jumlah yang cukup,
masker gas minimal 2 buah dan dalam
kondisi baik, canester sesuai dengan
jumlah masker dan dalam kondisi baik,
sarung tangan minimal 2 pasang dan
dalam kondisi tidak bocor dan telah dites
dengan cara ditiup, kunci pembuka, neple,
selang, gas detector, kertas/plastik
penutup dan lem/lakban, serta peralatan
lain sesuai kebutuhan.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 45
3) Pengawas penyelenggara memerintahkan
tenaga penempel untuk menutup seluruh
lubang ventilasi maupun lubang lain yang
berhubungan dengan udara luar.
4) Pengawas KKP dan pengawas penyelenggara
secara bersama-sama membuat strategi
pelepasan gas, mulai dari ruangan mana dan
dari mana keluar.
5) Pengawas KKP dan pengawas penyelenggara
menghitung volume kapal dan jumlah fumigan
yang akan digunakan.
6) Pengawas KKP, pengawas penyelenggara, dan
nahkoda/perwira jaga memeriksa seluruh
bagian kapal untuk memastikan :
a. Semua ruangan yang akan dihapus tikus
sudah terbuka.
b. Tidak ada manusia atau binatang
peliharaan lainnya termasuk ikan dalam
akuarium di kapal.
c. Sudah dilakukan penutupan palka-palka,
cerobong, pintupintu, jendela- jendela dan
lain-lain dengan cermat.
d. Bendera VE dan tanda bahaya lain seperti
spanduk, stiker sudah terpasang pada
tempat yang tepat sehingga mudah dilihat
orang.
e. Bila ada ruangan yang tidak dapat dibuka
harus ditutup rapat hingga tidak dapat
dimasuki gas.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 46
7) Fumigator meletakkan fumigan di tempat
yang tepat dan aman.
8) Nahkoda/perwira jaga menandatangani surat
pernyataan tidak ada orang di dalam kapal
dan kapal siap dihapus tikus dengan
menggunakan contoh Formulir 7 sebagaimana
terlampir.
9) Kapal di Black Out (mesin kapal dan generator
listrik dimatikan). 10. Hapus tikus
dilaksanakan dibawah pimpinan Pengawas
Penyelenggara
C. Penggasan
1. Pengawas KKP menanyakan kepada Pengawas
Penyelenggara tentang strategi pelaksanaan
hapus tikus.
2. Melakukan pemeriksaan ulang tentang :
a. Pasangan fumigator/operator.
b. Penggunaan alat pelindung diri (masker,
canester, sarung tangan, sepatu boot,
pakaian kerja).
c. Penggunaan athropin sulfat sebagai
antidot.
d. Kesiagaan saat melepas gas antara lain :
1) Stand by alat angkut air bila kapal
yang dihapus tikus jauh dari dermaga.
2) Stand by (siaga penuh) ambulan.
3) Bila hapus tikus dilakukan di dermaga,
petugas hapus tikus lain menjaga agar
tidak ada orang naik ke kapal dengan
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 47
memperhatikan jarak kapal dan arah
angin.
4) Pengawas KKP memberi isyarat
kepada Pengawas Penyelenggara
bahwa hapus tikus bisa dilaksanakan,
bersama dengan itu pengawas KKP
turun dari kapal sehingga di atas kapal
yang tinggal hanya Pengawas
Penyelenggara dan
fumigator/operator.
5) Sebelum meningalkan kapal,
Pengawas KKP menentukan :
a) Waktu (jam, menit) dimulainya
pelepasan.
b) Waktu yang diperlukan untuk
pelepasan gas.
c) Menentukan waktu pelepasan gas
(time exposure) sekurang-
kurangnya 8-12 jam untuk CH3Br
(metil bromida).
d) Pengawas Penyelenggara dan
fumigator setelah melepaskan gas
harus turun dari kapal dan siaga di
sekitar kapal.
3. Pengawas KKP dan Pengawas Penyelenggara
melakukan pengawasan terhadap
kemungkinan adanya kebocoran gas, orang
naik ke kapal, dan barang keracunan gas.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 48


4. Hapus tikus pada malam hari seyogyanya
dihindari, hal ini untuk menghindari berbagai
risiko yang mungkin terjadi, seperti
kecelakaan, kesulitan mendeteksi adanya
kebocoran, dan pengawasan kemungkinan
adanya orang naik ke kapal.

D. Pembebasan Gas
1. Pengawas KKP menentukan jam pembebasan
gas.
2. Pengawas KKP mengamati pembebasan gas
oleh Pengawas Penyelenggara dengan melalui
tahapan:
a. Pengawas Penyelenggara dan fumigator /
operator dengan memakai masker /
canester membuka pintu utama,
cerobongcerobong dan semua lubang
ventilasi.
b. Pengawas Penyelenggara / fumigator
membiarkan keadaan kapal paling sedikit
selama 1 (satu) jam.
c. Pengawas Penyelenggara dan fumigator /
operator dengan memakai masker dan
canester kembali masuk ke kapal untuk
membuka bagian ventilasi lain yang tidak
dapat dibuka dari luar.
3. Bila ruangan mesin sudah aman dari gas,
Pengawas KKP dan Pengawas Penyelenggara
meminta perwira mesin dan stafnya dengan

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 49


memakai masker/canester menghidupkan
mesin untuk menghidupkan blower.
4. Setelah blower hidup semua orang turun dari
kapal.
5. Satu jam kemudian, Pengawas KKP, Pengawas
Penyelenggara dan nahkoda/perwira jaga
dengan memakai masker melakukan
pengukuran konsentrasi gas dengan tube
detector/lakmus yang menyatakan ruangan
bebas gas.
6. Bila sudah diyakini seluruh ruangan bebas gas
tanpa masker/canester, dibuat pernyataan
sudah bebas gas yang ditandatangani oleh
Pengawas KKP, Pengawas Penyelenggara dan
nahkoda/perwira jaga.
7. Pengawas Penyelenggara membuat laporan
hasil hapus tikus kepada Kepala KKP yang
ditandatangani oleh Pengawas KKP dan
nahkoda dengan menggunakan contoh
Formulir 8 sebagaimana terlampir.
8. Pengawas KKP memerintahkan
nahkoda/perwira jaga untuk menurunkan
bendera VE dan tanda-tanda bahaya lainnya.

E. Penilaian
Pengawas KKP dan Pengawas
Penyelenggara melakukan penilaian hasil hapus
tikus, sebagai berikut :

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 50


1. Melakukan penghitungan pemakaian gas
dengan jumlah gas yang dipersiapkan.
2. Menghitung jumlah tikus yang ditemukan
mati dibandingkan dengan jumlah perkiraan
tikus di atas kapal sebelum hapus tikus.
3. Melakukan identifikasi tikus.
4. Memeriksa apakah ada hewan peliharaan
serta serangga yang mati.
5. Menilai apakah ada peristiwa kejadian
keracunan, kebocoran gas, orang tidak
berkepentingan naik ke kapal, ketaatan dan
kepatuhan semua pihak.

F. Pelaporan
Pengawas KKP membuat laporan kepada
Kepala KKP tentang pelaksanaan hapus tikus di
kapal meliputi: persiapan, pelaksanaan,
pembebasan gas, penilaian dan kesimpulan/saran
dengan menggunakan contoh Formulir 8
sebagaimana terlampir.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 51


1. Apabila kapal/pesawat datang dari negara
terjangkit penyakit menular yang ditularkan
oleh vektor dan tidak mempunyai sertifikat
hapus serangga.
2. Apabila berdasarkan laporan nakhoda/pilot di
dalam kapal/pesawat terdapat penumpang
/crew yang suspek/menderita penyakit
menular.
3. Apabila dari hasil pemeriksaan kapal/pesawat
ditemukan adanya kehidupan serangga/vektor
penular penyakit.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 52
4. Apabila ada permintaan nakhoda / pilot /
perusahaan.

A. Hapus serangga Di Kapal Laut.


Prosedur pelaksanaan hapus serangga
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Persiapan di KKP (Administrasi)
1) Kepala KKP menyampaikan surat
pemberitahuan hapus serangga
kepada agen/nakhoda kapal setelah
menerima laporan dari hasil
pemeriksaan petugas.
2) Kepala KKP menunjuk pengawas
hapus serangga dari KKP.
3) Penyelenggara bersama pengawas
hapus serangga KKP memperkirakan
besar ruangan kapal yang akan
dihapus serangga dengan melihat
langsung ke kapal serta membuat
rencana kerja pelaksanaan yang
disampaikan kepada nakhoda
kapal/agen untuk mendapatkan
persetujuan dilakukannya tindakan
diinseksi.
4) Kepala KKP membuat surat perintah
kerja hapus serangga kepada
penyelenggara pelaksana hapus
serangga untuk segera melakukan
tindakan hapus serangga.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 53
b. Persiapan di Penyelenggara.
1) Menunjuk Pengawas Penyelenggara,
petugas pelaksana hapus serangga
yang telah mempunyai sertifikat
sebagai Pengawas Penyelenggara dan
pelaksana hapus serangga dari Ditjen
PP & PL.
2) Mempersiapkan bahan dan peralatan
sebagai berikut :
a) Peralatan penyemprotan
(spraying) antara lain hand
spraying gendong, electric
spraying (ULV), mist blower dan
peralatan lain sesuai kebutuhan.
b) Bahan kimia
pestisida/insekstisida yang akan
digunakan seperti: organofosfat,
metil bromida, pirentrin dalam
bentuk cair, padatan (tepung) dan
bahan lain sesuai kebutuhan.
c) Alat pelindung diri (safety
equipment) untuk petugas
pelaksana dan Pengawas
Penyelenggara (sepatu boot, wear
pack, masker atau kanester,
google, kacamata pestcont,
generator listrik/genset, helm
lapangan, sarung tangan, handuk
tissue) dan peralatan lain sesuai
kebutuhan.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 54
d) Alat pendukung lain seperti
ember, gelas ukur, gayung, alat
pengaduk, corong pemindah
saringan dan lainnya
e) Mempersiapkan antidot sesuai
dengan pestisida/insekstisida
yang dipakai
3) Mempersiapkan buku catatan, format
laporan dan formulir isian.
4) Kesiapan petugas
pelaksana/terdidik/tersertifikasi dan
sehat sebagai penjamah pestisida.
5) Alat angkut disiapkan di tempat
khusus yang aman dari hilir mudik
/pergerakan orang.
6) Mempersiapkan ambulan lengkap
berstandar.

c. Persiapan di kapal.
1) Pengawas dan Penyelenggara
pelaksana hapus serangga menemui
nahkoda/perwira jaga untuk
mempersiapkan pelaksanaan hapus
serangga di kapal.
2) Pengawas Penyelenggara dan
pengawas menentukan tata cara
pelaksanaan hapus serangga.
3) Nahkoda/perwira jaga harus
memenuhi dan mematuhi ketentuan-
ketentuan dalam hapus serangga.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 55
4) Pengawas, Pengawas Penyelenggara,
dan nahkoda/perwira jaga bersama-
sama melakukan pemeriksaan
ruangan, keadaan kapal, posisi kapal,
arah angin, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan hapus
serangga.
5) Pengawas dan Pengawas
Penyelenggara meminta nahkoda /
perwira jaga mengamankan barang-
barang dari bahaya tercemar pestisida
/ insekstisida.
6) Semua ABK diperintahkan
meninggalkan kapal kecuali nahkoda /
perwira jaga dan staf tertentu seperti
perwira mesin dan elektrisian, dan
lain-lain
7) Nahkoda / perwira jaga
menandatangani surat pernyataan
tentang kesiapan dihapus serangga.
8) Hapus serangga siap dilaksanakan
dibawah pimpinan Pengawas
Penyelenggara.

2. Pelaksanaan Hapus Serangga


a. Untuk bagian - bagian kapal yang
tersembunyi seperti lubanglubang kecil di
lantai dan tempat - tempat sulit
menggunakan hand spraying ataupun mist
blower.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 56
b. Untuk ruang terbuka menggunakan ULV
electric spraying.
c. Mengisi formulir isian yang memuat data
tentang nama bahan pestisida/insektisida
yang digunakan, volume berat bahan
pestisida yang digunakan, bahan pelarut,
catatan (waktu, hari dan tanggal
pelaksanaan), nama petugas pelaksana
dan Pengawas Penyelenggara yang
bertanggung jawab.
d. Pengawas KKP melakukan pengawasan
atas seluruh kegiatan hapus serangga
yang dilakukan oleh Penyelenggara,
memberikan masukan, saran, maupun
teguran kepada Penyelenggara agar
pelaksanaan hapus serangga sesuai
dengan standar.
e. Membuat laporan tertulis dengan
menggunakan contoh Formulir
sebagaimana terlampir.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 57


Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 58
PERSIAPAN
BOARDING
KAPAL

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 59


Persiapan Boarding Kapal

B
oarding kapal merupakan tindakan pengawasan
kedatangan kapal yang datang dari luar negeri
maupun dalam negeri sesuai dengan SOP
(Standar Operasional Prosedur) yang berlaku. Selain itu
diberlakukannya kebijakan boarding kapal untuk
mengetahui status penumpang kapal sehingga dapat
dibedakan antara penumpang dan pengantar.

1. Nakhoda/owner lewat Agent pelayaran membuat


surat permohonan free pratique yang ditujukan
kepada Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, baik
datang langsung ke KKP, melalui radio pratique
maupun dapat melalui Portnet/National Single
Windows dengan melampirkan Informasi awal
(Pre Arrival Information ) yang disampaikan
paling lambat dalam jangka waktu 1 x 24 jam.
2. Petugas KKP menerima permohonan Free
Pratique tersebut dan menilai permohonan
tersebut beserta MDHs, apakah sudah sesuai dan
jawaban pada MDHs dari 9 pertanyaan kesehatan
dengan jawaban “No” semua
3. Petugas KKP melakukan registrasi form Q dan
memasukkan data ke dalam buku registrasi “in
out clearance”

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 60


4. Petugas memberikan tanda terima registrasi form
Q kepada agent pelayaran, sebagai bukti
permohonan dengan mengisi form sebagai
berikut:
1) No. Registrasi
2) Jam Registrasi
3) Nama Kapal
4) Bendera
5) Besar Kapal (M3)
6) Datang Dari Negara : □ Bebas PHEIC □ PHEIC
7) Rencana Sandar Kapal :Tanggal,Jam dan dari
Negara Asal
8) Posisi sandar / labuh
9) Jumlah ABK (Dalam Negeri, Luar Negeri)
10) Agen Pelayaran
11) No. Tlp Agent (HP / Kantor)
12) Tanda Tangan Penerima dan Pemberi
5. Petugas Koordinator Jaga (KJ) Mencatat kedalam
buku registrasi In Clearence (IC) dengan form
yang ada pada buku :
1) No. Registrasi
2) Jam Registrasi
3) Nama Kapal
4) Bendera
5) Besar Kapal (M3)
6) Tanggal, Jam dan No. COP
7) Posisi sandar / labuh
8) Jumlah ABK (Dalam Negeri, Luar Negeri)
9) Pelabuhan terakhir
10) Agen Pelayaran
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 61
6. Petugas menyelesaikan PNBP Certificate of
Pratique
7. Petugas KKP menunggu informasi kedatangan
kapal dari nakhoda melalui agent pelayaran lewat
telepon maupun HT, begitu kapal sandar atau
berlabuh, maka petugas menginformasikan
kepada agent pelayaran bahwa :
1) Untuk kapal yang dengan permohonan dan
Pre Arrival Information, salah satu jawaban
“yes” dan kapal datang dari
Negara/pelabuhan terjangkit maupun kapal
dalam kondisi emergency call, maka kapal
tersebut berlabuh di luar DAM yaitu pada
Zona Karantina
2) Sedangkan kapal yang dengan permohonan
dan Pre Arrival Information, semua jawaban
“No” dan kapal datang dari Negara/pelabuhan
sehat, maka kapal tersebut sandar di
dermaga/kade
8. Setelah kapal berlabuh atau sandar petugas KKP
melakukan boarding ke kapal dengan
menggunakan Speed boat karantina dengan
membawa peralatan pemeriksaan sesuai dengan
tugas dan fungsinya
9. Di atas Kapal petugas KKP melakukan :
1) Pertemuan dengan Nakhoda dan Koordinator
Jaga tentang rencana pemeriksaan

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 62


2) Pemeriksaan/penelitian dokumen kesehatan
original dan dokumen lain terkait :
a. MDH
b. SSCEC/SSCC/OME SSCEC
c. Crew list
d. Passanger list
e. Vaccination list
f. ICV/Buku kuning (yellow book)
g. Buku Kesehatan (Health Book)
h. Medicine certificate/Sertifikat P3K
i. General nil list
j. Voyage memo/Port of call
k. Ship of Particular
l. Port clearance
m. Sertifikat Kesehatan
3) Pemeriksaan faktor risiko PHEIC
a. Pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus
b. Pemeriksaan kecoa dan serangga penular
penyakit menular lainnya
c. Pemeriksaan personal hygiene penjamah
makanan di kapal
d. Pemeriksaan sanitasi dapur, gudang
tempat penyimpanan bahan makan dan
makanan jadi
e. Pemeriksaan bahan makanan
f. Pemeriksaan air bersih dan air minum
g. Pemeriksaan suhu dan kelembaban
h. Pemeriksaan pencahayaan
i. Pemeriksaan kebisingan
j. Pemeriksaan limbah air balas
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 63
k. pemeriksaan NUBIKA
l. Pemeriksaan obat-obatan
4) Pemeriksaan Kesehatan ABK dan atau
penumpang
a. ABK dan penumpang yang datang dari
negara/pelabuhan terjangkit, dilakukan
pemeriksaan klinis sebagai upaya cegah
tangkal penyakit penyakit menular
potensial wabah masuk ke Indonesia
b. ABK dan penumpang yang sakit, datang
dari negara/pelabuhan terjangkit,
dilakukan pemeriksaan klinis secara
intensif sebagai upaya cegah tangkal
penyakit menular potensial wabah masuk
ke Indonesia
c. ABK dan penumpang yang suspect dan
mau singgah di wilayah NKRI dilakukan
pemeriksaan klinis serta diberikan Healt
Alert Card sebagai upaya cegah tangkal
penyakit penyakit menular potensial
wabah masuk ke Indonesia
d. ABK dan penumpang yang datang dari
Negara/pelabuhan terjangkit yellow fever
dan belum memiliki vaksinasi yellow
fever, maka dilakukan vaksinasi yellow
Fever sebagai upaya cegah tangkal
penyakit yellow fever masuk ke Indonesia

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 64


5) Setelah selesai pemeriksaan dokumen,
pemeriksaan factor risiko, pemeriksaan
kesehatan ABK dan atau penumpang dan
hasilnya : Tidak ada masalah kesehatan, maka
kapal diberikan izin bebas karantina
a. Bila ditemukan tanda-tanda kehidupan
tikus dan atau tikus, maka dilakukan
tindakan derritisasi/fumigasi
b. Bila ditemukan kecoa atau serangga
penular penyakit, maka dilakukan
tindakan desinseksi
c. Bila ditemukan agent penyakit atau bahan
kimia lain di air atau dimakanan, maka
dilakukan desinfeksi atau dimusnakan
d. Bila ditemukan zat radioaktif, maka
dilakukan dekontaminasi
10. Setelah kapal dinyatakan bebas karantina,
maka kepada Nakhoda diterbitkan COP dan
dipersilahkan untuk menurunkan/mematikan
isyarat karantina :
1) Pada siang hari penurunan bendera
kuning
2) Pada malam hari mematikan lampu merah
di atas putih
11. Kapal diizinkan sandar untuk melakukan
bongkar muat dan melakukan aktifitas lain.

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 65


1. Nakhoda melalui agent pelayaran melaporkan
kepada Kepala KKP tentang rencana
keberangkatan kapal ke Luar Negeri
2. Agent pelayaran menyerahkan dokumen
kesehatan original :
a) Bukti registrasi permohonan free pratique
b) Buku Kesehatan
c) Certificate of Free Pratique
d) SSCEC / SSCC
e) Crew list
f) ICV list
g) General nil list
h) Sertifikat P3K
3. Petugas KKP melakukan :
a) Pemeriksaan Dokumen kesehatan
b) Pengisian buku kesehatan (Membubuhkan
stempel & tanda tangan )
c) Legalisasi crew list
d) Pemeriksaan Sanitasi kapal
4. Petugas KKP melengkapi dan mencatat data yang
belum lengkap ke dalam buku registrasi “in
clearance”
5. Bila dokumen kesehatan :
a) Lengkap dan berlaku dan hasil pemeriksaan
sanitasi kapal baik : maka kapal melalui agent
pelayaran diterbitkan izin berlayar kesehatan

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 66


b) Tidak lengkap dan atau tidak berlaku : agent
pelayaran untuk harus segera melengkapi,
setelah lengkap kemudian diterbitkan izin
berlayar
6. Apabila 1 x 24 jam tidak berlayar terhadap kapal
tersebut dilakukan pemeriksaan ulang
7. Agent pelayaran menyelesaikan pembayaran
PNBP PHQC
8. Petugas menyerahkan PHQC kepada agent
pelayaran

1. Nakhoda melalui agent pelayaran melaporkan


tentang rencana kedatangan dan keberangkatan
kapal kepada Kepala KKP
2. Agent pelayaran menyerahkan dokumen
kesehatan original :
a) Buku kesehatan
b) SSCEC / SSCC
c) Crew list
d) General nil list
e) Sertifikat P3K
3. Agent pelayaran mengisi lembar disposisi yang
diserahkan kepada petugas KKP
4. Petugas KKP melakukan pemeriksaan/penelitian :
a) Dokumen kesehatan
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 67
b) Pengisian buku kesehatan
c) Membubuhkan stempel
d) Membubuhkan tanda tangan
e) Legalisasi crew list
f) Hasil pengamatan langsung
5. Petugas KKP memasukan dan mencatat data ke
dalam buku registrasi “in out clearance”
6. Bila dokumen kesehatan :
a) Lengkap dan berlaku : maka kapal melalui
agent pelayaran diterbitkan izin berlayar
kesehatan
b) Tidak lengkap dan atau tidak berlaku : agent
pelayaran untuk harus segera melengkapi,
setelah lengkap kemudian diterbitkan izin
berlayar
7. Agent pelayaran menyelesaikan pembayaran
PNBP PHQC
8. Petugas menyerahkan PHQC beserta kelengkapan
dokumen kepada agent pelayaran
9. Apabila kapal ditunda keberangkatannya maka
petugas menyimpan kelengkapan dokumen di
dalam lemari yang telah disediakan. Dokumen
yang disimpan yaitu :
a) Buku kesehatan
b) SSCEC / SSCC
c) Sertifikat P3K kapal
10. Petugas menyerahkan bukti penyimpanan
dokumen kesehatan kepada agent
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 68
11. Apabila kapal berangkat, maka agent pelayaran
melaporkan kepada petugas
12. Agent pelayaran menyerahkan bukti serah terima
penyimpanan dokumen kesehatan
13. Petugas KKP melakukan pemeriksaan/penelitian :
a) Dokumen kesehatan
b) Pengisian buku kesehatan
c) Membubuhkan stempel
d) Membubuhkan tanda tangan
e) Legalisasi crew list
f) Hasil pengamatan langsung
14. Petugas KKP memasukan dan mencatat data ke
dalam buku registrasi “in out clearance”
15. Bila dokumen kesehatan :
a) Lengkap dan berlaku : maka kapal melalui
agent pelayaran diterbitkan izin berlayar
kesehatan
b) Tidak lengkap dan atau tidak berlaku : agent
pelayaran untuk harus segera melengkapi,
setelah lengkap kemudian diterbitkan izin
berlayar
c) Agent pelayaran menyelesaikan pembayaran
PNBP PHQC
d) Petugas menyerahkan PHQC beserta
kelengkapan dokumen kepada agent
pelayaran

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 69


LEMBAR
OBSERVASI
KAPAL

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 70


SUPERVISI CHECKLIST PEMERIKSAAN
“Sanitasi Kapal”

1. Nama Kapal (Name Ship) : ...........................


2. Jenis Kapal (Type of Ship) : ...........................
3. Besar Kapal/Weight (GRT) : ...........................
4. Datang dari (Last Port) : ...........................
5. Tanggal/Jam Tiba : ...........................
(Date/Time of Arrival)
6. Diperiksa Tanggal/Jam : ...........................
(Inspected date/Time)
7. Jumlah Awak Kapal : ...........................
(Total Crew)
8. Bendera (Flag) : ……………........
9. Nomor IMO (IMONumber) : ...........................
10. NamaPemilik/Agen : ...........................
(Agent/Owner)
11. Tujuan (Nextport/BoundFor) : ...........................
12. Tanggal/Jam Berangkat : ...........................
(Date/Time of Departure)
13. Lokasi Sandar(Location Gate) : ...........................
14. Jumlah Penumpang : ...........................
(Total Passeger)

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 71


KONDISI
Lokasi yang Tidak Reko
N diperiksa Memenuhi Memenuhi mendasi
O
Syarat Syarat
1 Dapur (Galley)
2 Ruang Rakit
Makanan
(Pantry)
3 Gudang(Stores)
4 Palka/Cargo
5 Ruang Tidur/
Quarter
- ABK/Crew
- Perwira/
Officer
- Penumpang/
Passenger
- Geladak/Deck
6 Air Minum
(Potable Water)
7 Limbah cair
8 Air ballast
9 Limbah
medis/padat
10 Air tergenang/
permukaan
11 Ruang mesin
12 Fasilitas medis
13 Area lainya

Keterangan :
*Beri tanda (V) pada kolom sesuai dengan kondisi

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 72


Catatan pemeriksa :
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………..…………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………..

Mengetahui,

Supervisor, Pemeriksa,

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 73


LAPORAN HASIL PEMERIKSAAAN SANITASI KAPAL
(Examination Report of Ships
Sanitation Certificate)

- Nama Kapal - Nama


:....................... :....................
(Ship’s name) Kapten
(Master’s
name)
- Bendera (flag) :....................... - Pemilik :....................
(Owner)
- Besar Kapal - No. IMO
:....................... :....................
(GRT) (IMO No).
- Pelabuhan - Pelabuhan
:....................... :....................
Asal (Last Tujuan
Port) (Next Port)
- Jumlah
- Jenis Muatan :....................... :....................
Muatan
(Kind Of
(Total
Cargo)
Cargo)

- Tanggal Jam :..........


:.......... :.......... Lokasi
Tiba (hours) (Location)
(Date of
arrival)
- Tanggal :.......... Jam :.......... Lokasi :..........
Sandar (hours) (Location)
(Date of
Berthed )
- Tanggal Jam Lokasi :..........
:.......... :..........
Diperiksa (hours) (Location)

Tanggal Penerbitan (Date Of Issued) SSCEC/SSCC Lama (latest)


:.....................................

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 74


Tempat Penerbitan (Port of Issued) SSCEC/SSCC Lama (latest)
:.....................................

Hasil pemeriksaan Ada Tidak Ada Ket.


N
(Examinations item) (Available) (Not Available) (Remark)
o
1 Faktor Risiko
(risk factor)
2 Kelengkapan
Dokumen
(completeness of
documents)
- Sertifikat P3K
Kapal
(medicine
certificate)
- Buku Kesehatan
(Health book)
- Daftar Vaksinasi
(vactination list)
- Catatan
perjalanan
(Voyage Memo)
- Data umum
Kapal (Ship
Particular)
3 Fasilitas Medik
(medical facilities)
- Ruang
Pemeriksaan
(examination
room)
- Tenaga
Kesehatan
(medic/
paramedic)
- Obat-obatan
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 75
(medicines)
4 Dilakukan tindakan
penyehatan
(measure)
5 Jenis Tindakan
Penyehatan yang
dilakukan
(measure’s type)
- Hapus tikus
(Deratitation)
- Hapus Serangga
(Desincection)
- Hapus kuman
- (Desinfection)
- Hapus
kontaminasi
bahan berbahaya
(Decontamination)

 Diterbitkan SSCEC (issued SSCEC)


 Dilakukan Tindakan Penyehatan / SSCC (carried out
sanitation measure)

Mengetahui (Knowledge by) Tanjung Pinang,..........20....


Nakhoda/Perwira Jaga Petugas / Officer
Nakhoda/Perwira Jaga

1.............................................
NIP.
( )

2..............................................
NIP.
Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 76
KESAN DAN PESAN

Kelompok 1

” Kuliah itu seperti travelling, menuju tempat-tempat


baru. Bedanya hanya terdapat batas waktu akhir serta
diselingi oleh hal-hal yang harus diselesaikan diantara
satu tempat ke tempat lainnya.

Selebihnya adalah bertemu teman seperjalanan yang


menyenangkan, menikmati atmosfer dan belajar
beradaptasi di setiap tempat baru dan menyimpan
semua pengalaman itu menjadi bekal untuk perjalanan
yang lebih panjang berikutnya.”

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 77


“Hanya pendidikan
yang bisa
menyelamatkan
masa depan, tanpa
pendidikan
Indonesia tidak
akan mungkin bisa
bertahan”

(Najwa Sihab)

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 78


DAFTAR BACAAN

Bagian-Bagian Pada Kapal Lengkap Dengan Gambar.


(2014, April 16). Retrieved from
Maritimeword.web:https://Maritimeword.web.i
d
Jenis Kapal dan Fungsinya. (2019, Oktober 2). Retrieved
fromakademiasuransi:https://www.akademias
uransi.org
Fitra Gusfriyanto, R. M. (2017). Analisis Pelaksanaan
Program Pengawasan Kedatangan Kapal Laut
Dari dan Luar Negeri di Kantor Kesehatan
Pelabuhan KELAS II Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 259-268.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 425 Tahun 2007
Tentang Sistem Kesehatan Nasional. (n.d.).
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2015
Tentang Sertifikat Sanitasi Kapal. (n.d.).
Permenkes RI No. 34 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Tindakan Hapus Tikus dan
Hapus Serangga Pada Alat Angkut di Pelabuhan,
Bandar Udara, dan Pos Lintas Batas Darat. (n.d.).
Setiawan, D. (2019). Sanitasi Kapal. Retrieved from
eprints.umg.ac.id:http://www.eprints.umg.ac.id

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 79


Sudirman, S. (2018). Bagian-Bagian Kapal. Retrieved from
Slideplayer.info: https://slideplayer.info/slide
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor1 Tahun 1962
Tentang Karantina Laut. (n.d.).

Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 80


Buku Saku Sanitasi Kapal Laut | 81

Anda mungkin juga menyukai