Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air (H2O) merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Kita

mampu bertahan hidup tanpa makan dalam bebrapa minggu, namun tanpa

air kita akan mati dalam beberapa hari saja.

Air diperlukan untuk minum, MCK, pengairan dalam bidang

pertanian dan minuman untuk ternak. Selain itu, air juga sangat diperlukan

dalam kegiatan industri dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan

taraf kesejahteraan hidup manusia.

Mengingat betapa pentingnya air dalam kehidupan dan

kesehatan manusia, maka air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari

terutama untuk penyediaan yang air yang digolongkan dengan bersih harus

memenuhi persyaratan standar kualitas air bersih menurut Permenkes RI

Nomor 37 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan dan Air Bersih.

Air untuk keperluan MCK adalah air dengan kualitas tertentu

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda

dengan kualitas air minum. Air untuk keperluan air bersih memiliki

persyaratan yaitu:

1. Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang

penyakit, dan tempat perkembangbiakan vektor.


2

a. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang

pembawa penyakit.

b. Jika menggunakan kontainer sebagai penampung air harus

dibersihan secara berkala minimum 1 kali dalam seminggu.

2. Aman dari kemungkinan kontaminasi

a. Jika air bersumber dari sarana air perpipaan, tidak boleh ada

koneksi silang dengan pipa air limbah di bawah permukaan tanah.

b. Jika sumber air tanah non perpipaan sarananya terlindung dari

sumber kontaminasi baik limbah domestik maupun industri.

c. Jika melakukan pengelolaan air secara kimia, maka jenis dan dosis

bahan kimia harus tepat.

Sumur merupakan sumber air yang dipergunakan masyarakat

indonesia (± 45%). Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air

rumah tangga, maka air sumur harus dilindungi terhadap bahaya-bahaya

pengotoran. Sumur yang baik harus memenuhi syarat syarat yaitu syarat

lokalisasi dan syarat konstruksi. (Entjang,2000).

Faktor risiko diare dibagi 3 besar yaitu faktor karakteristik

individu, perilaku pencegahan dan lingkungan. Faktor karakteristik individu

meliputi umur balita < 24 bulan, status gizi balita, umur pengasuh balita,

tingkat pendidikan pengasuh balita. Faktor perilaku pencegahan meliputi

perilaku mencuci tangan sebelum makan, mencuci peralatan makan sebelum

digunakan, mencuci bahan makanan, mencuci tangan dengan sabun setelah

BAB, merebus air minum dan kebiasaan memberi makan anak diluar rumah.
3

Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, ketesediaan Sarana Air

Bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih (Purnama,2016)

Tahun 2017 jumlah penderita diare SU yang dilayani di sarana

kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun

2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau 62,93% dari perkiraan diare di

sarana kesehatan. Insiden diare semua umur secara nasional adalah 270/1.000

penduduk (Rapid Survey Diare tahun 2015)

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-

nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan

insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun

2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000

penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa

(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada

tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,

kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan

dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),

sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). (Triwulan II, 2011)

Puskesmas Margoyoso merupakan puskesmas yang berada di

Kecamatan Sumberejo memiliki peningkatan terus menerus kejadian diare

pada 2018 sebesar 13 penderita dan 2019 sebesar 15 (Data Puskesmas

Margoyoso).
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik


untukmelakukan penelitian “GAMBARAN KONTRUKSI SUMUR
GALI DI PEKON MARGODADI WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS MARGOYOSO KECAMATAN SUMBEREJO
KABUPATEN TENGGAMUS TAHUN 2020”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Kontruksi Sumur Gali di Pekon

Margodadi wilayah kerja Puskesmas margoyoso kecamatan Sumberejo

Kabupaten Tenggamus Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Gambaran Kontruksi Sumur Gali di Pekon Margodadi

wilayah kerja Puskesmas margoyoso kecamatan Sumberejo

Kabupaten Tenggamus Tahun 2020.

b. Mengetahui Jarak Sumur Gali terhadap penderita diare dengan

sumber pencemar di wilayah kerja Puskesmas margoyoso

kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus Tahun 2020.

c. Mengetahui Gambaran sumur gali terhadap penderita diare dengan

sumber pencemar di wilayah kerja Puskesmas margoyoso

kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus Tahun 2020 di tinjau

dari parameter fisik yaitu bau, rasa dan warna air.


5

D. Manfaat penelitian

a. Bagi peneliti

Untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari di instansi Poltekkes

Tanjung Karang jurusan Kesehatan Lingkungan.

b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya memiliki sarana air yang berkualitas baik

demi mencegahnya penyakit diare.

c. Bagi institusi

Sebagai bahan bacaan atau acuan diperpustakaan Poltekkes Tanjung

Karang sekaligus sumber informasi.

E. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini penulis membatasi penelitian yang meliputi :

1. Kontruksi Bangunan untuk sumur gali kontruksinya meliputi tinggi

dinding sumur, cincin sumur, lantai sumur, kemiringan lantai sumur,

pada penderita diare di wilayah kerja Puskesmas margoyoso

kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus Tahun 2020.

2. Jarak Sumur Gali dengan sumber pencemar pada penderita diare di

wilayah kerja Puskesmas margoyoso kecamatan Sumberejo Kabupaten

Tenggamus Tahun 2020.

3. Kualitas Fisik Air sumur gali meliputi bau, rasa, dan warna air sumur

gali pada penderita diare di wilayah kerja Puskesmas margoyoso

kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus Tahun 2020.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare

1. Diare

a. Definisi diare

Diare adalah salah satu penyakit yang menjadi penyebab

kematian di dunia, tercatat sekitar 2,5 juta orang meninggal tiap

tahun. Penyakit ini memiliki angka kejadian yang tinggi di negara

berkembang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang

frekuensinya lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang

encer. Diare dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu diare akut,

kronik dan persisten. Agen yang dapat menyababkan diare antara

lain bisa melalui tiga jalur, yaitu: pada makanan, dalam air, atau

penularan dari satu orang ke orang lain. Perbedaan cara penularan

melalui ketiganya tergantung pada potensi ketersediaannya di

lingkungan tempat tinggal kita dan reflek yang diperlukan agen

tersebut untuk memunculkan infeksi. (Purnama,2016)

B. Klasifikasi Diare.

Diare diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :

1). Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat

dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak

datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare


7

akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-

seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang

hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan

dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare

dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat

badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang

berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat,

apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.

2). Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,

merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan

kronik.

3). Diare kronik

Diare kronik adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama

dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten

atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih

dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau

persisten dan berlangsung 2 minggu lebih. (Purnama,2016)


8

C. Faktor Penyebab Diare

Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi

1). Faktor virus : Rotavirus

2). Faktor bakteri : Eschericia dan shigella dysenteriae

3). Faktor parasit : Entamoeba histolytica

4). Faktor malabsorsi : karbohidrat, lemak, dan protein

5). Faktor makanan : makanan basi

6). Faktor psikologis

7). Faktor pendidikan

8). Faktor pekerjaan

9). Faktor umur balita

10). Faktor lingkungan

11). Fakor gizi

12). Fator sosial ekonomi masyarakat

13). Faktor minuman yang dikonsumsi (herlina dan lutfi,2019 &

purnama 2016)

D. Tinjauan Tentang Air

1. Pengertian Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu

molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air sangat penting bagi

kehidupan makhluk hidup di bumi ini, fungsi air bagi kehidupan

tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang


9

utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum.

Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh

manusia itu sendiri.

Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya,

manusia berupaya memenuhi kebutuhan air yang cukup bagi

dirinya sendiri misalnya untuk keperluan rumah tangga seperti

masak, mandi, mencuci dan pekerjaan lainnya. Selain itu air juga

diperlukan untuk kebersihan jalan dan pasar, tempat rekreasi,

restoran, hotel, keperluan industri, pertanian, peternakan dan lain-

lainnya.

Kekurangan ketersediaan air bersih dapat mengakibatkan

berbagai macam dampak merugikan terhadap masalah kesehatan

dan lingkungan, maka untuk menghindarkan hal tersebut,

ketersediaan kebutuhan air bersih pada masyarakat harus dipenuhi

sesuai dengan masyarakat yang menggunakannya atau

memakainya.

Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai

dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut

mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat

menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan

hidup manusia.

(Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28190/4/Chapte

r%20II.pdf )
10

2. Peranan Air Bagi Penyebaran Penyakit

Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat

menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan

tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak

menular. Penyakit menular umumnya disebabkan oleh makhluk

hidup sedangkan penyakit 15 tidak menular umunya disebabkan

oleh makhluk hidup (Mulia, Ricki M.,2005).

A. Penyakit tidak menular

Penggunaan air dapat juga memicu terjadinya penyakit tidak

menular. Penyakit tidak menular terutama terjadi karena air

telah terkontaminasi zat-zat berbahaya atau beracun. Beberapa

kasus akibat mengkomsumsi air terkontaminasi diantaranya

(Mulia, 2005)

B. Penyakit menular

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi

dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularanya,

mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat

yaitu (Chandra, 2007):

a. Mekanisme waterborne

Didalam mekanisme ini, kuman pathogen dalam air

yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia

ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem

pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui


11

mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral,

disentri basiler dan poliomielitis.

b. Mekanisme Waterwashed

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan

kebersihan umum dan perorangan. Pada mekanisme ini

terdapat tiga cara penularan yaitu:

1) Infeksi melalui alat pencernaan seperti diare pada

anak-anak.

2) Infeksi melalui kulit dan mata seperti scabies dan

trachoma.

3) Penularan melalui binatang pengerat seperti pada

penyakit leptospirosis.

c. Mekanisme Water-based

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini

memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian

siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai

intermediate host yang di dalam air. Contohnya

skistosomiasis dan dracunculus medianensis.

d. Mekanisme Water-related

insect vector Agen penyakit ditularkan melalui gigitan

serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh

penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini

adalah filariasis, dengue, malaria dan yellow fever.


12

Agar air minum tidak menyebakan ganguan

kesehatan, maka air tersebut haruslah memenuhi

persyaratan-persyarataan kesehatan. Di Indonesia, standar

air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017.

3. Syarat Kualitas Air

Syarat kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 32 Tahun 2017, tentang syarat-syarat air bersih adalah:

A. Syarat Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun

2017, menyatakan bahwa air yang layak di komsumsi dan

digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang

mempunyai kualitas yang sangat baik sebagai sumber air

minum maupun air baku (air bersih) antara lain harus

memenuhi persyaratan secara fisik yaitu tidak berbau, tidak

berasa, dan tidak berwarna, dan tidak keruh. Pada umumnya

syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-

sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya sebagai berikut:

a. Warna Air

yang murni itu tidak berwarna, walaupun air murni itu

dikatakan tidak berwarna namun kalau dipandang maka air

itu menimbulkan biru-hijau muda apabila volumenya


13

cukup banyak. Warna dibagi dalam dua jenis yaitu warna

sejati dan warna semu.

b. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama

agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada

saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan

menghambat pertumbuhan mikro organisme.

c. Rasa Air

biasanya tidak memberi rasa atau tawar. Air yang tidak

tawar dapat menunjukan kehadiran berbagai zat yang

dapat membahayakan kesehatan, rasa logam atau amis,

rasa pahit, asin dan sebagainya. Rasa dalam air

disebabkan oleh chlor, chloride, phenol (0,002 mg/l)

dan zat-zat organik lainnya, chloropenol dan organik

kompleks lainnya. Pengukuran rasa ini bersifat

subyektif dengan respon organoleptik.

d. Bau

Keadaan fisik air yang berbau dapat dihasilkan oleh

gas seperti H2S yang terbentuk dalam bentuk kondisi

anaerobik dan oleh adanya senyawa-senyawa organik

tertentu. Dari segi estetika air yang berbau sangat tidak

menyenangkan untuk dikomsumsi (diminum). Bau

dalam air juga dapat menunjukkan kemungkinan


14

adanya organisme penghasil bau dan senyawa-senyawa

asing yang mengganggu kesehatan.

B. Syarat Kimia

Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung

partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam berat

(misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) atau pun zat beracun seperti

senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion logam berat dapat

mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat

bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul.

Karena sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama

saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-organ inilah yang

terutama dirusak.

C. Syarat Biologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung

bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah.

Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan

kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan

melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri,

protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.

Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan

bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari

pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000). Menurut

Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri 25


15

coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan

perpipaan adalah < 50 MPN.

D. Syarat Radioaktivitas

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian

persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis

pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu

menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.

4. Tinjauan Tentang Sumur Gali

A. Pengertian Sumur Gali

Sumur gali adalah salah satu sarana yang paling umum

digunakan oleh masyarakat untuk mengambil air tanah dangkal

dan dipergunakan sebagai sumber air bersih. Air tanah dangkal

adalah air yang paling mudah terkontaminasi oleh rembesan

terutama jika konstruksi dari sumur gali kurang baik maka air

sumur akan mengalami pengotoran dan penurunan kualitasnya

sehingga potensial menularkan penyakit terutama diare.

B. Jenis – Jenis Sumur Gali

a. Sumur gali permanen yang dibangun dengan pasangan batu

permanen sebagai sumber air bersih atau air sumur gali yang

memenuhi syarat.

b. Sumur gali semi permanen adalah sumur gali yang dibangun

dengan sebagian pasangan batu.

C. Syarat Sumur Gali

a. Syarat lokasi atau jarak


16

Sumur gali harus di tempatkan jauh dari sumber

pencemar. Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari

sumur dan diperkirakan aliran air tanah mengalir ke sumur,

maka jarak minimal sumur terhadap sumber mikrobiologi

adalah 10 meter. Jika letak sumber pencemar sama atau

lebih rendah dari sumur, maka jarak minimal adalah 9

meter dari sumur. Sumber pencemar dalam hal ini adalah

jamban, air kotor/ comberan, tempat pembuangan sampah,

kandang ternak dan sumur/ saluran resapan (Depkes, 1995).

b. Syarat konstruksi

a) Dinding sumur gali

 Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah,

dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang

kedap air. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak

terjadi perembesan air/ pencemaran oleh bakteri

dengan karakteristik habitat hidup pada jarak

tersebut. Selanjutnya pada ke dalaman 1,5 meter

dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata

tanpa semen, sebagai bidang perembes dan penguat

dinding sumur.

 Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah,

dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak

tembus air, agar perembesan air permukaan yang

telah tercemar tidak terjadi. Ke dalaman 3 meter


17

diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat

hidup lagi pada ke dalaman tersebut. Kira-kira 1,5

meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat

tembok yang tidak disemen tujuannya lebih untuk

mencegah runtuhnya tanah.

 Dinding sumur biasa dibuat dari batu bata atau batu

kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus

adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali

bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan

mencegah pengotoran air sumur dari perembesan

permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa

beton dibuat sampai ke dalaman 3 meter dari

permukaan tanah diharapkan permukaan air sudah

mencapai diatas dasar dari pipa beton. d.

Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai di

atas dasar dari dasar dari pipa beton.

b) Bibir sumur gali

Bibir sumur gali di atas permukaan tanah kira-kira

70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir,

apabila daerah tersebut adalah daerah banjir.


18

c) Lantai sumur gali

Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5

m lebarnya dari dinding sumur dibuat agak miring dan

ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah, bentuknya

bulat atau segi empat (Entjang, 2000).


19

E. Kerangka Teori

Dinding

Kontruksi Sumur Gali Bibir Sumur

Lantai

Sumber (Entjang, 2000)

F. Kerangka Konsep

Kontruksi Sumur Gali di Pekon Margodadi

Wilayah Kerja Puskesmas Margoyoso

Kontruksi Sumur Gali

 a. Cincin Sumur kedalaman 3m.

 b. Bibir Sumur Gali 70 cm di atas tanah

 c. Lantai Sumur Miring

 d. Jarak Sumur Gali 10m dari sumber pencemar


DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 2.4

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


ukur

1 Kontruksi cincin Keadaan Kondisi kontruksi Melakukan Cheklist 1. Memenuhi Ordinal


sumur gali dinding sumur gali Observasi syarat(MS)apabila
kedap air dan > 3m
2. Tidak Memenuhi
syarat(TMS)
apabila tidak kedap
air dan < 3m
2 Kontruksi bibir sumur Keadaan kondisi kontruksi Melakukan Cheklist 1. Memenuhi Ordinal
gali bibir sumur gali Observasi syarat(MS) apabila
bibir sumur
>70cm, bahan kuat
dan kedap air
2. Tidak Memenuhi
syarat(TMS)
apabila bibir sumur
<70cm, bahan
tidak kuat dan
tidak kedap air
3 Kontruksi lantai Keadaan kondisi kontruksi Melakukan Cheklist 1. Memenuhi Ordinal
sumur gali lantai sumur gali Observasi syarat(MS) apabila
21

1
lantai sumur ±1 2
dari dindng sumur,
kedap air dan lantai
sumur miring
untuk
memudahkan
pengeringan
2. Tidak Memenuhi
syarat(TMS)
apabila lantai
1
sumur < 1 2 dari
dindng sumur,
tidak kedap air dan
lantai sumur tidak
miring untuk
memudahkan
pengeringan
4 Jarak sumur gali Keadaan kondisi Jarak sumur Melakukan Cheklist 1. Memenuhi syarat Ordinal
terhadap sumber gali terhadap sumber pencemar Observasi (MS) apabila jarak
pencemar sumur dengan
sumber pencemar
>10 m
2. Tidak memenuhi
syarat(TMS)
apabila jarak sumur
dengan sumber
pencemar <10 m
22

5 Kualitas air sumur gali a. Mengetahui kondisi air Melakukan Cheklist 1. Memenuhi Ordinal
secara fisik sumur gali berbau atau Observasi syarat(MS) apabila
tidak air sumur tidak
berbau
2. Tidak memenuhi
syarat(TMS)
apabila air sumur
berbau

b. Mengetahi kondisi air Melakukan Cheklist 1. Memenuhi syarat Ordinal


sumur gali berasa atau Observasi (MS) apabila air
tidak sumur tidak berasa
2. Tidak memenuhi
syarat apabila air
sumur berasa
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan Kontruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas
margoyoso kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus Tahun 2020.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitiani ini dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas margoyoso

kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus Tahun 2020.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan bulan maret

C. Objek Penelitian

Variable yang diteliti dalam penelitian ini antara lain

1. Kontruksi bangunan sumur gali penderita diare

2. Jarak sumur gali dengan sumber pencemar penderita diare

3. Kualitas fisik air pada sumur gali penderita diare

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi ini adalah seluruh sampel atau objek yang akan di teliti

(notoadmojo,2005).populasi peeneliti ini adalah semua jumlah KK

yang ada di pekon Margodadi wilayah kerja Puskesmas margoyoso


24

kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus Tahun 2020. Adapun

jumlah populasinya adalah 600 KK.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang

diteliti yang di anggap mewakili seluruh populasi (notoadmojo,2005).

Penentuan pengambilan sample sebagai berikut : Apabila jumlah

kurang dari 100 lebih baik diambil semua, jika populasi lebih dari 100

maka dapat diambil 10-15%. ( Arikunto, 2008:116). Jadi jumlah sampel

yang di ambil adalah 10% dari populasi yaitu 60 sampel.

Teknik pengambilan sampel adalah Random Sampling. Random

sampling teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam

populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama sama diberi kesempatan

yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel, engan cara undian yaitu

pengambilan sampel dengan cara memberikan kesempatan kepada setia[

individu untuk menjadi anggota sampel. (sugiyono, 2003:74-78).

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan

pengamatan atau mengecek untuk mendapatkan data tentang kontruksi

sumur sepeti mengamati dinding sumur apakah dalam nya 3 meter dan

kedap air, untuk mengetuhi diding tersebut kedap air atau tidak maka

penulis akan mengecek menggunakan kayu yang panjang nya 1 meter

yang berjumlah 3 yang ujung nya di lapisi spons atau busa guna diegeskan

di dinding sumur untuk mengetahui apakah kedap air atau tidak,

mengamati lantai sumur apakah kedap air atau tidak dan apakah lantai
25

sumur miring atau tidak, untuk mengecek kemiringan lantai maka penulis

menggunakan water pas untuk mengetahui apakah lantai sumur miring

atau tidak, mengamati apakah diatas tanah dibuat dinding tembuk yang

kedap air setinggi minimal 70 cm, untuk mengecek ketinggian dinding

sumur maka penulis menggunakan meteran untuk mengukur ketinggian

dinding sumur, mengamati jarak antara sumur gali dengan sumber

pencemar, untuk mengetahui jarak sumur gali dengan pencemar maka

penulis menggunakan meteran untuk mengetahui jarak sumber pencemar

dengan sumur.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil, pengamatan

(observasi) menggunakan cheklist yang diamatis secara

langsung tentang kontruksi bangunan sumur, jarak antara

sumur air bersih dengan sumber pencemar, dan kualitas

mikrobiologi air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas

margoyoso kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus

Tahun 2020.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yag diperoleh dari Puskesmas

margoyoso kecamatan Sumberejo Kabupaten Tenggamus

Tahun 2020 Seperti data 10 besar penyakit berbasis lingkungan

dan data dari wilayah kerja Puskesmas Branti Raya seperti

batas wilayah, luas wilayah, dan jumlah penduduk


26

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Yaitu pengoreksian kembali data-data yang diperoleh sehingga

data yang didapat adalah data yang sebenarnya

b. Koding

Yaitu memberikan kode angka pada variabel penelitian

untuk memudahkan dalam analisis data.

c. Tabulating

Yaitu memasukan data ke dalam tabel untuk kemudian diberi

penjelasan/narasi (Notoatdmojo,2010)

d. Cleaning, yaitu pembersihan data yang merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Data yang diperoleh atau diolah akan dianalisis secara univariate,

analisa univariate adalah analisa yang dilakukan untuk satu variabel

yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis univariate


27

menghasilkan distribusi frkeuensi dan presentasi dari setiap variabel

(Notoatmodjo, 2010: 182)

Dalam analisa ini yang menjadi variabel penelitian yaitu luas

ventilasi, kepadatan penduduk, umur, kebiasaan merokok, jenis

kelamin, kelembaban, pencahayaan, dinding, langit langit. selain itu,

data akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel sesuai kriteria dan

sampel yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai