Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR – A

PROSES PENGOLAHAN AWAL (PRIMARY TREATMENT)

DOSEN PENGAMPU :

Pratiwi Hermiyanti, SST, M.Kes

DISUSUN OLEH :

Kelompok C

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
TAHUN 2016
Nama Anggota :

1. Ika Agustina W (P27833314001)


2. Intan Noer Auliah (P27833314002)
3. Liana Dewi W. (P27833314004)
4. Oktaviana Krissanti (P27833314010)
5. Kurnia Wardhani (P27833314013)
6. Farah Shabrina (P27833314016)
7. Jesica Gabriella (P27833314023)
8. Devi Ekawati HF (P27833314025)
9. Wahyu Hilal N. (P27833314027)
10. Laila Muzdalifatul A. (P27833314028)
11. Yudhit Tri C. (P27833314035)
12. Andang Prasetya (P27833314040)
13. Nur Fauziah (P27833314042)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,
namum di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan
hidup manusia. Dampak tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan
dapat terganggu oleh kegiatan industri dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan
lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan
hidup banyak ditentukan oleh daya dukung alam atau kualitas lingkungan yang
mendukung kelangsungan hidup manusia. (Tutut, 2012)

Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestic atau rumah tangga disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus atau biasa
disebut black water, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
disebut juga grey water. Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah
tangga, perusahaan, dan kendaraan merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan
untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Pembuangan sampah rumah tangga
dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat sampah seharusnya selalu tersedia
di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan jenisnya, sampah basah
atau garbage, sampah kering atau rubbish, dan sisa-sisa industry atau industrial
waste. Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar, air limbah juga harus
dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Sampah yang
tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan bau
yang tidak sedap. (Rufaidah, et.al , 2012)

Lingkungan hidup dapat dilindungi dari pencemaran dengan pengolahan air


limbah yang baik. Secara ilmiah lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup
besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun
demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya
dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. sehingga diperlukan
cara dan teknik pengolahan air limbah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian proses pengolahan awal pada limbah cair?
2. Apa saja proses dari pengolahan awal pada limbah cair?
3. Apa saja macam- macam dari unit pengolahan awal pada limbah cair ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dan proses pengolahan awal pada limbah
cair
2. Mahasiswa dapat memahami proses dari pengolahan awal pada limbah cair
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami unit-unit pengolahan awal pada
limbah cair
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Limbah Cair

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah
dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan gas dengan penjelasan sebagai
berikut:

1. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat kering,
tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah padat ini
misalnya, sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah, plastik,
dan logam
2. Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air,
selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas
mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan sebagainya.
3. Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas dapa
dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya
sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas pembuangan kendaraan bermotor.
Pembuatan bahan bakar minyakjuga menghasilkan gas buangan yang berbahaya
bagi lingkungan.
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta menggangu lingkungan hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur dengan air
tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasrkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah
tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. (Ratna
Dewi, 2009)
Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan
adalah dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air
limbah menurut beberapa pendapat antara lain:
1. Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan
mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau
hewan serta tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri
dan limbah rumah tangga.
2. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah
sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-
tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-
zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu
lingkungan hidup.

B. Pengertian Pengolahan awal pada Limbah Cair (primary treatment)


Pengolahan awal atau Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang
bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel padat organik dan organik melalui
proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel lemak dan minyak akan
berada diatas atau di permukaan yang disebut grease. (Muh. Arief, 2014)
Instalasi tahap pengolahan primer diantaranya adalah sedimentasi perimer dan flotasi:
a. Sedimentasi primer memiliki tujuan yakni untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi partikel tertentu, seperti padatan limbah kertas, plup atau domestik
akan mengumpul pada partikel tersebut menuju dasar tangki sedimentasi,
sehingga mempengaruhi laju pengendapan
b. Flotasi merupakan unit oprasi yang digunakan untuk memisahkan partikel
padat atau cair dari fase cair. Pemisahan ini dilakukan dengan memasukkan
gelembung gas halus (biasanya udara) kedalam fase cair. Gelembung melekat
pada partikel, dan gaya apung dari gabungan partkel dan gelembung gas cukup
besar untuk menyebabkan partikel untuk naik ke permukaan. Misalnya minyak
dalam air. (Gunawan,2006 dalam Muh.Arief, 2014)
C. Prinsip kerja peoses pengolahan awal
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah :
 Screening merupakan tahap awal pada proses pengolahan air limbah.
Proses ini bertujuan untuk memisahkan potongan-potongan kayu,
plastik, dan ebagainya. Screen terdiri atas batangan-batangan besi yang
berbentuk lurus atau melengkung dan dipasang dengan tingkat
kemirigan 750-900 terhadap horisontal. (Vini Widyaningsih, 2011)
 Grit Chamber untuk menghilangkan kerikil, pasir, dan partikel-
partikel lain yang dapat mengendap di dalam saluran dan pipa-pipa
serta untuk melindungi pompa-pompa dan peralatan lain dari
penyumbatan. (Arina Priyanka, 2012)
 Flow Equalization, merupakan perendaman variasi laju aliran untuk
mencapai suatu laju aliran konstan atau hampir konstan dan dapat
diterapkan dalam jumlah situasi berbeda, tergantung karakteristik
sistem pengumpulan. (Muh Arief,2014)

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)


Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan
yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses
yang berlangsung. Seperti pada gambar 1 :
Pada gambar 1 memperlihatkan proses pengolahan permulaan yang sering pula didahuli denga
pengolahan awal (pretreatment) atau pra perlakuan ; yang mana limbah cair dari sumber lewat
(1) sanitary sewer, (2) pretreatmen,(3) primary treatment tanks, (4) aeration tanks, (5) secondary
treatment tank, (6) disinfectant

Menurut Muhammad Arief 2014, Proses yang terjadi pada pengolahan


tahap pertama ialah menghilangkan partikel-artikel padat organik dan organik
melalui proses kimia-fisika, yakni :
 Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa yang menghasilkan air
dan garam. Dalam pengolahan air limbah pH diatur antara 6,0-9,5. Di
luar kisaran pH tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan
air termasuk bakteri. Jenis bahan kimia yang dapat ditambahkan
tergantung pada jenis dan jumlah air limbah serta kondisi lingkungan
setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat dilakukan
dengan penambahan NaOH (natrium hidroksida), sedangkan netralisasi
air limbah yang bersifat basa dapat dilakukan dengan penambahan
H2SO4 (asam sulfat). ( Sakti Siregar, 2009)
 Koagulasi, merupakan proses menurunkan atau menetralkan muatan
listrik pada partikel-partikel tersuspensi atau zeta-potential-nya.
Muatan-muatan listrik yang sama pada partikelpartikel kecil dalam air
menyebabkan partikel-partikel tersebut saling menolak sehingga
membuat partikel-partikel koloid kecil terpisah satu sama lain dan
menjaganya tetap berada dalam suspense. Reaksi-reaksi koagulasi
biasanya tidak tuntas dan berbagai reaksi-reaksi samping lainnya
dengan zat-zat yang ada dalam air limbah dapat terjadi bergantung
pada karakteristik air limbah tersebut dan akan terus berubah seiring
berjalannya waktu. (Arina Priyanka, 2012)
 flotation, Floatasi atau pengapungan digunakan untuk memisahkan
padatan dari air. Unit floatasi digunakan jika densitas partikel lebih
kecil dibandingkan dengan densitas air sehingga cenderung megapung.
Floatasi antara lain digunakan dalam proses pemisahan lemak dan
minyak serta pengentalan lumpur. (Arina Priyanka, 2012)
 sedimentation, adalah pemisahan partikel dari air dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini bertujuan untuk memperoleh
air buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan
lumpur. Dalam proses sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih
berat dari air yang dapat terpisah misalnhya, kerikil dan pasir. Bagian
terpenting dalam perencanaan unit sedimentasi adalah mengetahui
kecepatan pengendapan dari partikel-partikel yang akan dipindahkan.
Kecepatan pegendapan ditentukan oleh ukuran, densitas larutan,
viskositas cairan, dan temperatur.(Ratna Dewi,2009)
 filtrasi, adalah suatu metode pembersihan partikel padat dari suatu
fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan yang diatas
medium tadi padatan akan terendapkan. Filtrasi ini bisa dimanfaatkan
untuk membersihkan air limbah dengan memisahkan partikel padatan
kotor baik makro maupun mikro dari air limbah tersebut sehingga
diperoleh air bersih. (Ratna Dewi,2009)

Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan


partikel lemak dan minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).
Dengan adanya pengendapan ini , maka akan mengurangi kebutuhan oksigen
pada proses pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang terjadi
adalah pengendapan secara garafitasi Waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalir dari titik inlet ke titik outlet agar terjadi proses pengendapan secara
perlahan dan sempurna disebut waktu tinggal (deretion time).
3. Aeration
Menurut Muhammad Arief 2014, Teknik Pengolahan air limbah
banyak ragamnya. Salah satu dari teknik Air limbah adalah proses lumpur
aktif dengan aerasi oksigen murni. Pengolahan ini termasuk pengolahan
biologi, karena menggunakan bantuan mikroorganisma pada proses
pengolahannya.

Keuntungannya :

 daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar;


 efisiensi proses lebih tinggi; dan
 cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit kecil untuk polutan
organik yang susah terdegradasi

D. Macam – macam unit pengolahan awal


Pengolahan awal atau primary treatment di dalam suatu instalasi pengolahan air
limbah merupakan tahapan yang berfungsi untuk menyisihkan polutan yang berupa
padatan (solids). Padatan yang dimaksud yaitu padatan yang dapat mengendap
(settleable solids) maupun padatan yang dapat terapung (floatable solids). sehingga
diperlukan unit pengolahan untuk proses pengolahan limbah cair pada pengolahan
awal. Berikut ini macam-macam dari unit pengolahan awal adalah :

1. Grease Trap
Grease trap merupakan sebuah unit yang didesain untuk
menghilangkan grease (minyak) dan fat (lemak) dari limbah dapur. Air limbah
yang telah diolah menggunakan unit pengolahan yang didesain dan dirawat
secara baik tidak boleh menyebabkan clogging (penyumbatan) pada pipa dan
juga tidak boleh membahayakan kehidupan mikroorganisme dan bakteri yang
hidup mengendap dalam tangki septik (Salvato, 1982 dalam Regal 2013).
Minyak/lemak merupakan salah satu kendala dalam pengolahan air
limbah, sebab minyak/lemak pada saat panas menjadi cair sedangkan apabila
berada di daerah dingin akan melekat pada dinding saluran. Minyak/lemak
yang melekat pada saluran air limbah dapat menyumbat pipa pengolahan yang
kemudian menimbulkan clogging. Untuk menghadapi kesulitan terhadap
adanya minyak/lemak di dalam air limbah, maka perlu adanya bangunan
penangkap minyak/lemak sebelum air limbah dibuang ke dalam saluran air
limbah. Perusahaan yang banyak menghasilkan lemak, antara lain rumah
makan, pemotongan hewan, pompa bensin serta bengkel mobil. Untuk lebih
jelasnya maka berikut ini adalah potongan melintang bak penangkap lemak
yang dimaksud.
Pada bak penampang lemak di atas terlihat bahwa bak dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu bak I, bak II dan bak III dimana satu sama lain dihubungkan
oleh pipa yang diletakkan secara berurutan dengan ketentuan bahwa letak pipa
pengeluaran pada bak berikutnya selalu lebih rendah dari pipa sebelumnya.
Air limbah masuk dari sumber asalnya ke bak I, pada bak ini akan mengalami
pengapungan karena sifat lemak itu sendiri, sedangkan pada bagian bawah
adalah cairan limbah itu sendiri. Karena air limbah Keluar dari bagian bawah,
maka lemak yang mengapung tidak akan ikut mengalir sehingga lemak akan
tertinggal pada bak I. Untuk mengambil lemak dari bak I dilakukan secara
manual/diambil dengan serok. Apabila masih terdapat sisa lemak yang bisa
lolos ke bak II, maka pada bak ini akan mengalami proses yang sama seperti
mereka berada pada bak I. Demikian seterusnya, mereka sampai pada bak III
diharapkan lemak sudah tidak tersisa lagi pada bak-bak tersebut.
Pada akhirnya air limbah yang keluar dari bak penangkap air limbah
sudah terbebas dari zat pencemar lemak dan dapat langsung dibuang ke
saluran pembawa air limbah (Sugiharto, 1987 dalam Regal,2013).

2. Netralisasi
Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat dilakukan dengan
penambahan Ca(OH)2 (slake lime) atau NaOH (Natrium hidroksida);
sedangkan netralisasi air limbah yang bersifat basa dapat dilakukan
penambahan H2SO4 (asam sulfat), HCL (asam klorida), HNO3 (asam nitrat),
H3PO4 (asam fosforat), atau CO2 yang bersumber dari flue gas.
Netralisasi dengan filtrasi biasanya hanya digunakan untuk kapasitas IPAL
yang kecil dan harus dilakukan secara perlahan-lahan. System netralisasi ini
akan menghasilkan lumpur dalam jumlah sedikit. System ini tidak dapat
digunakan untuk air limbah yang mengandung kadar sulfat tinggi karena
adanya pembentukan gypsum (CaSo4) pada permukaan batu kapur.
Netralisasi dapat dilakukan dnegan dua system, yaitu bacth atau
continue, tergantung pada aliran air limbah. Netralisasi system bacth biasanya
digunakan jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi
system continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi
dengan alat control otomatis.
Kemungkinan untuk menetralkan air limbah dari beberapa aliran
sangat tergantung pada proses produksi di dalam pabrik. Netralisasi air limbah
dari beberapa aliran biasanya dilakukan juga pada air hasil regenerasi ion
exchanger. (Sakti Siregar, 2009)

3. Equalisasi
Equalisasi bukan merupakan suatu proses pengolahan tetapi
merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses
pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah adalah parameter
operasional bagi unit pengolahan selanjutnya seperti flow, level/derajat
kandungan polutan, temperatur, padatan, dan sebagainya.
Kegunaan dari equalisasi adalah :
1) Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada
proses treatment.
2) Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari
shock loading pada sistem pengolahan biologi
3) Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses
netralisasi.
4) Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dan lain sebagainya)
untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan
flokulasi.
Sehingga dilihat dari fungsinya tersebut, unit bak equalisasi sebaiknya
dilengkapi dengan mixer, atau secara sederhana konstruksi/peletakan dari pipa
inlet dan outlet diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi
mixing. Idealnya pengeluaran (discharge) dari equalisasi dijaga konstan
selama periode 24 jam, biasanya dengan cara pemompaan maupun cara cara
lain yang memungkinkan. (Vini Widya,2011)
4. Primary Clarifier
Pada proses primary clarifier terjadi pemisahan partikel yang
mengendap secara grafitasi (suspended solid) sehingga mengurangi beban
pengolahan pada unit selanjutnya. Pada proses ini berguna untuk membuat
aliran jadi lebih tenang dan aliran dapat stabil. Salah satu teknologi yang
umum digunakan pada proses pemisahan liquid-solid adalah dengan
menggunakan metoda klarifikasi dengan menggunakan clarifier.
Clarifier merupakan pemisahan liquid-solid akan efektif bila salah satu dari
kedua zat yang akan dipisahkan berbeda densitasnya. Pemisahan liquid-solid
ini menggunakan bantuangaya gravitasi atau sentrifugal. Penggunaan gaya
grafitasi atau sentrifugal atau penyaringan sangat bergantung pada bentuk dan
ukuran partikel. teknik pemisahannya juga bergantung pada :
 Konsentrasi solid
 Kecepatan umpan masuk
 Ukuran partikel solid
 Bentuk partikel solid
Fungsi dan Prinsip Kerja Clarifier
Clarifier berfungsi untuk memisahkan sejumlah kecil partikel-partikel
halus yang menghasilkan liquid yang jernih yang bebas partikel-partikel solid
atau suspensi. Di dalam Clarifier terjadi proses yang sebut dengan proses
klarifikasi yang mana proses ini berfungsi menghilangkan suspended solid.
(Arina Priyanka,2012)

E. Efisiensi reduksi pada proses pengolahan awal

1. Reaksi Redoks (Oksidasi - Reduksi)


Reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks merupakan istilah yang
menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom
dalam sebuah reaksi kimia. Istilah redoks berasal dari dua konsep,
yaitu reduksi dan oksidasi. Dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
 Reduksi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom,
atau ion. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih negatif.
 Oksidasi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom,
atau ion. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.

Konsep reaksi reduksi dan oksidasi mengalami perkembangan seiring


kemajuan ilmu kimia. Awalnya, sekitar abad 18, konsep reaksi redoks
didasarkan atas reaksi oksidasi yang melibatkan penggabungan oksigen dan
reaksi reduksi yang melibatkan pelepasan oksigen, dilanjutkan dengan konsep
pelepasan dan penerimaan elektron, lalu konsep kenaikan dan penurunan
bilangan oksidasi, serta perkembangan terakhir dengan konsep pelepasan dan
pengikatan hidrogen. (Dewi. 2009)

2. Pengaplikasian Konsep Reaksi Redoks Untuk Mengatasi Limbah Cair


Salah satu jenis limbah dalam air kotor adalah limbah organik, yaitu
limbah yang merupakan sisa-sisa makhluk hidup. Limbah seperti itu dapat
berasal dari rumah tangga maupun industri. Limbah organik dapat diolah
dengan memanfaatkan aksi bakteri pengurai yang disebut bakteri aerob. Air
kotor (sewage) mengandung berbagai macam limbah, seperti bahan organik,
lumpur minyak, oli, bakteri pathogen, virus, garam-garaman, pestisida,
detergen, logam berat, dan berbagai macam limbah plastik. Oleh karena itu,
air kotor harus diproses untuk mengurangi sebanyak mungkin limbah-limbah
tersebut.
Berbagai macam parameter digunakan untuk menggambarkan untuk
menggambarkan keadaan air limbah misalnya kekeruhan, zat padat
tersuspensi, kandungan zat padat terlarut, keasaman (pH), jumlah oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen = DO), dan kebutuhan oksigen biokimia
(Biochemical Oxygen Demand = BOD).
DO adalah ukuran jumlah oksigen terlarut. Oksigen terlarut dapat
berasal dari udara atau dari hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen terlarut ini
dibutuhkan oleh hewan-hewan air untuk pernafasannya. Hewan-hewan air
dapat bertahan hidup jika kandungan oksigen minimal 6 ppm. Jika konsentrasi
oksigen terlarut kurang dari 6 ppm, kehidupan organisme akan terancam mati.
Semakin kecil nilai DO, semakin rendah kualitas air, atau dapat dikatakan air
terpolusi.
Oksigen terlarut juga digunakan oleh bakteri aerob dalam menguraikan
sampah organik (oxygen-demanding materials) yang terdapat dalam
air. Banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri aerob untuk
menguraikan sampah organik dalam suatu contoh air disebut BOD. Semakin
banyak sampah organik dalam air, semakin besar nilai BOD. (Rizki
Diaz,2012)

3. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif


Lumpur aktif (activated sludge) adalah lumpur yang kaya akan bakteri
aerob, yaitu bakteri yang dapat menguraikan limbah organik dengan cara
mengalami biodegradasi (oxygen-demanding materials).
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif konvensional (standar)
secara umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap
akhir. Secara umum proses pengolahannya adalah air limbah ditampung ke
dalam bak penampung air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak
pengatur debit air limbah serta dilengkapi saringan kasar untuk memisahkan
kotoran yang besar. Kemudian air limbah dalam bak penampung di pompa ke
dalam bak pengendap awal. (Diaz, 2012)
Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi
(suspended solids) sekitar 30 – 40 %, serta BOD sekitar 25 %. Air limpasan dari
bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak
aerasi, bakteri heterotrofik berkembang dengan pesatnya. Bakteri tersebut
diaktifkan dengan adanya aliran udara (oksigen) untuk melakukan oiksidasi
bahan-bahan organik. Bakteri yang aktif dalam bak aerasi adalah Escherichia
coli, Enterobacter, Sphaerotilus natans, Beggatoa, Achromobacter,
Flavobacterium, dan Pseudomonas. Setelah itu akan mengalami flokulasi
membentuk padatan yang lebih mudah mengendap.
Dari bak pengendapan, sebagian lumpur dibuang, sebagian lain
disirkulasikan ke dalam bak aerasi. Kombinasi antara bakteri dalam konsentrasi
tinggi dan lapar (dalam lumpur yang disirkulasi) dengan jumlah nutrien yang
banyak (dalam air kotor), memungkinkan penguraian dapat berlangsung dengan
cepat. Peruraian dengan metode lumpur aktif hanya memerlukan beberapa jam,
jauh lebih cepat dibandingkan dengan peruraian serupa yang terjadi secara alami
dalam selokan atau air sungai.
Metode lumpur aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95%
bakteri dan sisanya protozoa, rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk
menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Proses lumpur aktif
merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada proses ini mikroba
tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi proses degradasi.
Proses ini berlangsung dalam reaktor yang dilengkapi recycle/umpan balik
lumpur dan cairannya. Lumpur secara aktif mereduksi substrat yang terkandung
di dalam air limbah.
Menurut Desi Nugraheni, 2012 terdapat tahapan-tahapan pengolahan air
limbah dengan metode lumpur aktif secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) Tahap awal
Pada tahap ini dilakukan pemisahan benda-benda asing seperti
kayu, bangkai binatang, pasir, kerikil, dll. Sisa-sisa partikel
digiling agar tidak merusak alat dalam sistem dan limbah
dicampur agar laju aliran dan konsentrasi partikel konsisten.
2) Tahap primer
Tahap ini disebut tahap pengendapan. Partikel-partikel
berukuran suspensi dan partikel-partikel ringan dipisahkan,
partikel-partikel berukuran koloid digumpalkan dengan
penambahan elektrolit.
3) Tahap sekunder
Tahap sekunder meliputi dua tahap yaitu tahap aerasi (metode
lumpur aktif) dan pengendapan. Pada tahap aerasi oksigen
ditambahkan ke dalam air limbah yang sudah dicampur lumpur
aktif untuk pertumbuhan dan berkembang biak mikroorganisme
dalam lumpur. Dengan agitasi yang baik, mikroorganisme dapat
melakukan kontak dengan materi organik dan anorganik
kemudian diuraikan menjadi senyawa yang mudah menguap
sehingga mengurangi bau air limbah. Tahap selanjutnya dilakukan
pengendapan. Lumpur aktif akan mengendap kemudian
dimasukkan ke tangki aerasi, sisanya dibuang. Lumpur yang
mengendap inilah yang disebut lumpur bulki.
4) Tahap tersier
Tahap ini disebut tahap pilihan. Tahap ini biasanya untuk
memisahkan kandungan zat-zat yang tidak ramah lingkungan
seperti senyawa nitrat, fosfat, materi organik yang sukar terurai,
dan padatan anorganik. Contoh-contoh perlakuan pada tahap ini
sebagai berikut:
 Nitrifikasi/denitrifikasi : Nitrifikasi adalah pengubahan
amonia (NH3 dalam air atau NH4+) menjadi nitrat (NO3-
) dengan bantuan bakteri aerobik. Reaksi: 2 NH4+(aq) +
3 O2(g) → 2 NO2-(aq) + 2 H2O(l) + 4 H+(aq)2 NO2-
(aq) +O2(g) → 2 NO3- (aq)
Denitrifikasi adalah reduksi nitrat menjadi gas nitrogen
bebas seperti N2, NO, dan NO2.
 Pemisahan fosfor : Fosfor dapat dipisahkan dengan cara
koagulasi/penggumpalan dengan garam Al dan Ca,
kemudian disaring. Reaksi: Al2(SO4)3+14H2O(s) + 2
PO43-(aq) → 2 AIPO4(s) + 3 SO42-(aq) + 14 H2O(l) 5
Ca(OH)2(s) + 3 HPO42-(aq) → Ca5OH(PO4)3(s) + 6 OH-
(aq) + 3 H2O(l)
 Adsorbsi oleh karbon aktif untuk menyerap zat
pencemar, pewarna, dan bau tak sedap.
 Penyaringan mikro untuk memisahkan partikel kecil
seperti bakteri dan virus.
 Rawa buatan untuk mengurai materi organik dan
anorganik yang masih tersisa dalam air limbah.
 Disinfektan ditambahkan pada tahap ini untuk
menghilangkan mikroorganisme seperti virus dan
materi organik penyebab bau dan warna. Air yang
keluar dari tahap ini dapat digunakan untuk irigasi atau
keperluan industri.
 Pengolahan padatan lumpur dari pengolahan ini dapat
diuraikan bakteri aerobik atau anaerobik menghasilkan
gas CH4 untuk bahan bakar dan biosolid untuk pupuk.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair.
Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh
limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian,
dan sebagainya. Pengolahan awal atau Primary treatment merupakan pengolahan
pertama yang bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel padat organik dan
organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel lemak
dan minyak akan berada diatas atau di permukaan yang disebut grease. Beberapa
proses pengolahan yang berlangsung adalah Screening merupakan tahap awal pada
proses pengolahan air limbah, Grit Chamber untuk menghilangkan kerikil, pasir, dan
partikel-partikel lain yang dapat mengendap, Flow Equalization merupakan
perendaman variasi laju aliran untuk mencapai suatu laju aliran konstan atau hampir
konstan dan dapat diterapkan dalam jumlah situasi berbeda, tergantung karakteristik
sistem pengumpulan. Dan macam-macam unit pengolahan awal adalah grease trap,
netralisasi, equalisasi, dan Primary Clarifier.
DAFTAR PUSTAKA

- Arief, Muhammad. 2014. Teknologi pengolahan limbah cair. Universitas Esa Unggul.
Kuliah Online. Ebook : http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/313/2014/10/LIMBAH-CAIR-014.pdf (di askes pada tanggal 8
november 2016. 20:30WIB)
- Dewi, Ratna. 2009. Proses pengolahan limbah cair di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
- Diaz, Rizqi. 2012. Penerapan Konsep Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Akses November, 2016. http://rizqidiaz.blogspot.com/2012/02/penerapan-konsep-
reaksi-redoks-dalam.html.
- Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. 2011. Seri Sanitasi Lingkungan Pedoman
Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anaerob Aeron Pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Menkes RI. Diakses pada tanggal 12
November 2016 <http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/pedoman-teknis-ipal-
2011.pdf>
- Dyah Rufaida, Anis dan Erna Tri Wulandari. 2012. Kimia untuk Kelas X Semester 2
SMA/MA. Klaten: Intan Pariwara.
- Nugraheni, Desi. 2012. Penerapan Konsep Reaksi Redoks Dalam Pengolahan Limbah
(Lumpur Aktif). akses Noevember,
2016. http://nugrahenidesi.blogspot.com/2012/05/penerapan-konsep-reaksi-redoks-
dalam.html.
- Priyanka, Arina. 2012. Perencanaan instalasi pengolahan air limbah pertamina
maritime Training center (studi perbandingan dengan instalasi pengolahan air limbah
gedung pertamina lerarning center). Universitas Indonesia.
87/FT.TL.01/SKRIP/7/2012
- Regal, pasca. 2013. Pengertian Grease trap dan fungsinya. Artikel Ilmu Teknik Sipil .
di askes pada 8 November 2016. 20:30 WIB
(http://tukangbata.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-grease-trap-fungsi-dan.html )
- Setyaningrum, Tutut. 2012. Kimia “Penerapan Redoks Dalam Kehidupan Sehari-
hari”. Akses November, 2016. http://tutut-septyani.blogspot.com/2012/05/kimia-
penerapan-redoks-dalam-kehidupan.html.
- Siregar, Sakti A. 2009. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: PENERBIT
KANIUS.
- Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan limbah caiir kantin yongma fisip UI.
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai