Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KLINIK SANITASI
WILAYAH PUSKESMAS JETIS

Disusun Oleh :

1. Aby Wahyu Nurnaningsih NIM : PO7133109041


2. Adi Rinanta NIM : PO7133109043
3. Cici Levina Tyastanti NIM : PO7133109060
4. Ekhi Karisma Prihangkasa NIM : PO7133109065
5. Ikarina Chrisjane NIM : PO7133109072
6. Rifki Ika Pramanta NIM : PO7133109088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2011

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Klinik sanitasi di RW 09 cokrodiningratan, Yogyakarta

dilaksanakan bulan November 2009, sebagai tugas mata kuliah Klinik sanitasi.

Dari tanggal - November 2011

Telah disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui : .............................. 2011 Menyetujui : ............................ 2011

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Urip Widjajono, SKM,M.si


NIP. 19490914 197410 1 001

Mengetahui :
Pembimbing Puskesmas

Siti Nurwahyuni
NIP.

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan adalah penentu terbesar derajat kesehatan seseorang.

karenanya kita bisa menangani penderita penyakit berbasis Iingkungan

hanya dengan mengobati tanda dan gejalanya. Penanganan penderita barn

akan tuntas bila kita tidak mengabaikan Iingkungan. Salah satu tugas dari

petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas adalah mengamati dan

mengintervensi lingkungan agar lingkungan yang da.pat memben pengaruh

buruk terhadap kesehatan dapat ditekan atau bahkan dihilangkan. Dan Klinik

Sanitasi adalah wadah untuk bisa mengintervensi lingkungan bagi pasien

yang menderita penyakit berbasis lingkungan dan klien yang mempunyal

masalah dengan lingkungan.

Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit terbanyak yang

terdapat di wilayah kerja puskesmas di dominasi oleh penyakit-penyakit

yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan. Disamping itu

upaya pengobatan penyakit dan upaya perbaikan lingkungan dikerjakan

secara terpisah dan belum terintegrasi dengan upaya terkait lainnya.

Petugas paramedis/medis mengupayakan pengobatan tanpa

memperhatikan kondisi lingkungan peruamahan/pemukiman pasien, disisi

lain petugas kesling mengupayakan kesehatan lingkungan tanpa

memperhatikan permasalahan penyakit/kesehatan masyarakat

B. Tujuan

3
1. Meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam memecahkan masalah-

masalah yang berkaitan dengan Iingkungan]

2. Meningkatkan optimalisasi keberadaan Klinik Sanitasi

C. Manfaat

1. Masyarakat di lingkungan Puskesmas Jetis

Dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan utamanya kesehatan

lingkungan yang dapat mengganggu status kesehatan masyarakat.

2. Bagi petugas Sanitarian Puskesmas Jetis

dapat menambah ketrampiian dan kemampuan petugas dalam hal

mengatasi masalah kesehatan lingkungan.

BAB II

4
RENCANA KEGIATAN

A. Pengertian

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah

kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan

pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis

dari petugas Puskesmas. Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang

berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian intergral dari kegiatan Puskesmas,

bekerjasama dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja

Puskesmas. Pasien adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan

kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke Ruang Klinik

Sanitasi Klien adalah masyarakat umum bukan penderita penyakit yang

datang ke Puskesmas untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan

dengan kesehatan

B. Unsur-Unsur Kiinik Sanitasi.

Unsur-unsur yang ada dalam Kiinik Sanitasi di Puskesmas adalah:

a. Pasien ,yaitu penderita yang diduga berkaitan dengan kesehatan

lingkungan yang dirujuk olieh petugas medis ke ruang Kiinik

Sanitasi

b. Klien, adalab masyarakat umum bukan penedrita penyakit yang

datang ke Puskesmas untuk berkonsultasi tentarig rnasalah yang

berkaitan dengan kesehatan Iingkungan

c. Bengkel Sanitasi, yaitu suatu ruangan atau tempat yang

dipergunakan untuk menyimpan peralatan pemantauan dan

perbaikan kualitas lingkungan

5
d. Ruang Kiinik Sanitasi adalah suatu ruangan atau tempat t yang

dipergunakan Sanitarianl Tenaga Kesling Tenaga Pelaksanan

Kegiatan Klinik Sanitasi untuk melakukan fungsi penyuluhan,

konsultasi, konseling, pelatihan perbaikan sarana sanitasi dan

sebagainya

e. Konseling adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan

yang bertujuan untuk mengenali masalah lebih rinci kemudian

diupayakan pemecahannya yang dilakukan Oleh tenaga

sanitarian/tenaga kesling/tenaga pelaksana Klinik Sanitasi

sehubungan dengan konsultasi penderita, klien yang datang ke

Puskesmas

f. Kunjungan Rumah adalah kegiatan sanitarian/petugas

kesling/tenaga pelaksana Klinik Sanitasi untuk melakukan

kunjungan ke rumah untuk melihat keadaan Iingkungan rumah

sebagai tindak lanjut dan kunjungan penderita atau klien ke ruang

Klinik Sanitasi

g. Kegiatan dalam gedung adalah kegiatan upaya pelayanan

kesehatan lingkungan yang dilakukan di dalam/ Iingkungan gedung

Puskesmas

C. Tujuan Klinik santasi

a. Tujuan Umum

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif

dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan tersusun

secara terus-menerus

b. Tujuan Khusus

6
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan

klien serta masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan

penlaku hidup bersih dan sehat.

D. Sasaran

a. Penderita Penyakit yang berhubungan dengan masalah

kesehatan lingkungan atau penderita penyakit berbasis lingkungan.

b. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah

kesehatan lingkungan. Lingkungan penyebab masalah bagi

penderita/klien dan masyarakat sekitarnya

E. Ruang Lingkup

1. Penyakit dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka

pencegahan penyakit diare,dan penyakit kulit.

2. Penyehatan perumahan/lingkungan dalam rangka pencegahan

penyakit ISPA /Demam Berdarah/Malaria/TBC

3. Penyehatan makanan/minuman dalam rangka pencegahan

penyakit saluran pencernaan / keracunan makanan

4. Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan

dengan lingkungan

A. Kegiatan Klinik Sanitasi

1. Di dalam gedung

Semua pasien yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status

7
seterusnya diperiksa oleh petugas paramedis atau medis

Puskesmas. Apabila di dapatkan penderita penyakit yang

behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang

bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah

mendaftar di loket, mereka langsung ke ruang Klinik Sanitasi untuk

mendapatkan bimbingan teknis. D ruang Klinik Sanitasi,

sanitarian/tenaga kesling akan melakukan wawancara dan konseling

yang hasilnya ditulis dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan.

Selanjutnya sanitarian atau petugas kesling membuat janji kunjungan

ke rumah pasien atau klien

2. Di luar gedung

Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah/lokasi sebagai

tindak lanjut kunjungan pasien atau klien ke Puskesmas (Klinik

Sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang

lebih dipertajam sasarannya, sesuai hasil wawancara pasien atau

nklien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

8
A. Keadan umum

1. Keadan wilayah

Wilayah kerja Puskesmas Jetis seluas 156,00 Ha dan junilah

Penduduk 34.129. Jiwa, tersebar di 3 (tiga) kelurahan yaltu:

a. Kelurahan Bumijo : 13 Rw,55 Rt, Jumlah Penduduk :

11.295 jiwa

b. Kelurahan Cokrodiningratan : 1 1 Rw, 60 Rt, Jumlah

penduduk: 13.665 Jiwa.

c. Kelurahan Gowongan : 13 Rw, 52 Rt, Jumlah

penduduk : 9.169 Jiwa.

2. Batas wilayah

Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Jetis adalah:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Tegal Rejo.

b. Sebelah Timur : Kecamatan Gondokusuman.

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Gedongtengen.

d. Sebelah Barat : Kecamatan Tegal Rejo

B. Kependudukan

1. Data Penduduk

Jumlah Penduduk Kecamatan Jetis tahun 2010 adalah : 34.129. Jiwa

dengan perincian jumlah penduduk laki-laki :17.076 Jiwa dan jumlah

penduduk perempuan 17.053 Jiwa

Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk


Bumijo 5.677 5.618 11.295
Cokrodiningratan 7.104 6.561 13.665
Gowongan 4.521 4.648 9.169
Jumlah 17.302 16.827 34.129

9
2. Kepadatan Penduduk

NO Kelurahan Jumlah R W Jumlah RT Jumlah KK Jumlah Jiwa


1 Bumijo 13 55 3.397 11.295
2 Cokrodiningratan 11 60 2,544 13.665
3 Gowongan 13 52 2.566 9.169
Kecamatan 37 167 8.507 34.129

C. Program pokok Puskesmas Jetis

1. KIA dan KB

2. Upaya Pengobatan

3. Upaya promkes

4. Perbaikan Gizi

5. Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Kesehatan Lingkungan

D. Data karyawan Puskesmas Jetis

No Nama Jumlah Keterangan


1. Kepala Puskesmas 1 Dokter Umum
2. Jenis Tenaga

Dokter Umum 5
2
Dokter Gigi

10
3. Paramedis:

Bidan 12
7
Perawat Umum 4
2
Perawat Gigi
1
Analis 3
2
Hygene Sanitasi 1

Gizi

Farmasi/ AA

Rekam Medis

4. Non Paramedis
1
SIK 1
Tatausaha 1
Kepegawaian 1
2
Petugas Kassa
3
Front Office 2
1
Aclmiiiistmsi 2
2
Tukang Masak 1
Tukang Cuci 4

Tukang Pembersih

Jaga Malam

Pengemudi

Petugas Surveilans Kelurahan

Jumlah 61

E. Data 10 besar penyakit

Data 10 besar penyakit di puskesmas jetis tahun 2011

11
No NAMA PENYAKIT JUMLAH
1 lnfeksi Akut lain pada Saluran 3735

Pernafasan Bag.Atas
2 Penyakit Lain pada Saluran 3691

Pemafasan Bag.Atas
3 Penyakit Pulpa dan Jaringan 2634

Periapikal
4 Peny pd sistim otot & jar pengikat 2347

(Penyakit tulang belulang , radang

sendi termasuk reumatik)


5 Gingivitis dan penyakit periodental 933
6 Karang Gigi 790
7 Diare (termasuk tersangka Kolera) 720
8 Penyakit Kulit lnfeksi 557
9 Gangguan Gigi dan Janngan 534

Penyangga Lainya
10 Penyakit Kulit Alergi 416
JUMLAH 16357

F. 4 Penyakit yang di tindak lanjuti

1. Diare sebanyak 2 penderita

2. ISPA sebanyak 2 penderita

3. Penyakit Kulit sebanyak 2 penderita

4. Demam Berdarah sebanyak 1 penderita

5. TB Paru sebanyak 1 penderita

G. Hasil Kunjungan Yang Dilakukan

Hasil wawancara dan data pemeriksaan terlampir

12
H. Pembahasan

1. Pada penderita diare yang pertama dilakukan konseling secara

obyektif dan tidak dilakukan tindakan praktikum, hal ini disebabkan

karena sumber air yang digunakan adalah air pam. Tindakan yang

dilakukan adalah dengan konseling tentang penyakit diare yang

dilakukan selama 3 x kunjungan. Diduga terkena diare kemungkinan

adanya kontaminasi dari kotoran ke penderita karena keluarga tidak

memiliki jamban pribadi. Hasil dari tes yang pengukuran

penggetahuan menunjukkan bahwa orang tua bayi mengerti dan

memahami tentang apa itu penyakit diare, kemungkinan hal ini

disebabkan penyakit diare merupakan penyakit umum dan sering

dilakukan penyuluhan dari berbagai pihak.

2. Pada penderita diare kedua dilakukan wawancara singkat serta

pemeriksaan air. Kunjungan dilakukan sebanyak 3 x. Hal ini dilakukan

karena sumber air yang digunakan adalah sumur gali. Seharusnya

dilakukan perlakuan yaitu chlorrinasi, akan tetapi hal ini tidak

dilakukan dikarenakan pada saat pemeriksaan pre didapatkan tidak

adanya bakteri E. Choly sama sekali. Pada kunjungan berikutnya

ternyata sebelum diambil sampel air telah dilakukan pemberian

kaporit, hal ini ternyata rutin dilakukan oleh pemilik sumur, karena

menurut pemilik sumur angka bakteri coly cukup tinggi. Penderita

mengalami diare kemungkinan adalah sumber air yang digunakan

karena tellat dalam pemberian kaporit, selain itu juga dapat

disebabkan oleh alergi pada makanan tertentu.

3. Pada penderita ISPA pertama adalah seorang balita, dugaan

sementara adalaha karena sering berenang, dan selain itu balita juga

13
sering di gendong ibunya ketika melakukan aktifitas sehari-hari,

diantaranya memasak dan menyapu lantai. Munkin hal ini factor

utama yang menyebabkan terjadinya ISPA ditambah tubuh seorang

balita sangat rentan terhadap lingkungan diluar. Dari hasil pengkuran

debu didapatkan sebesar 0,0001 mg/m3 dan hasilnya masih

memenuhi standar. Karena menurut PERMENKES No 261 tahun

1998 tentang Persaratan Lingkungan Kerja sebanyak 0,15 mg/m3.

4. Pada penderita ISPA kedua penderitanya juga balita, dugaan

sementara adalah seringnya si balita minum jajanan es diluar. Hal

inilah yang diduga menjadi factor utama. Dari hasil pengkuran debu

didapatkan sebesar 0,0002 mg/m3 dan hasilnya masih memenuhi

standar. Karena menurut PERMENKES No 261 tahun 1998 tentang

Persaratan Lingkungan Kerja sebanyak 0,15 mg/m3.

5. Pada penderita penyakit kulit pertama adalah wanita berumur 22

tahun. Dugaan sementara adaalah dari alergi makanan atau alergi

terhadap bahan tertentu, misalnya kain, sabun, bedak, dll.

6. Pada penderita penyakit kulit kedua adalah laki-laki berumur 6,5

tahun. Dugaan sementara adalah sumber air bersih tercemar oleh

sampah, karena jarak tempat sampah dan sumber air kurang dari 10

meter.

7. Penderita demam berdarah adalah seorang laki-laki berusia 73

tahun. Dari hasil suevey jentik ternyata positif aedes 1. Dan langsung

diberikan abate sesuai takaran. Kegiatan ini kami ikut dalam agenda

puskesmas yaitu Penyelidikan Epidemologi yang rutin dilakukan.

8. Penderita TB Paru adlah seorang laki-laki berusia 50 tahun.

Dugaan sementara adalah dari pola hidup yang kurang bersih, selain

14
itu penderita juga seorang penjual sate yang setiap harinya terpapar

oleh asap dari pembakaran. Dari hasil pengukuran ventilasi sudah

memnuhi standar dengan luas lebih dari 10 %. Sedangkan untuk

pengukuran pencahayaan didapat hasil 75,07 lux memenuhi standar

dari Permenkes No 1077 tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan

Udara Dalam Ruang Rumah yaitu sebesar 60 lux.

15

Anda mungkin juga menyukai