Anda di halaman 1dari 1

Nama: Prasetiawan asihno

NIM: P07133215026

14 Orang Meninggal akibat Difteri di Jawa Barat

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "14 Orang Meninggal akibat Difteri di Jawa
Barat", https://regional.kompas.com/read/2017/12/15/08124791/14-orang-meninggal-akibat-difteri-di-
jawa-barat.
Penulis : Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

BANDUNG, KOMPAS.com — Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dodo Suhendar
mengatakan, hingga 14 Desember 2017, pihaknya mencatat ada 153 kasus difteri. Dari jumlah
tersebut, 14 orang dinyatakan meninggal. Dodo memaparkan, kasus tertinggi penyakit difteri berada
di wilayah industri, seperti Purwakarta, Karawang, Depok, dan Kabupaten Bekasi. " Difteri terakhir
itu 153 kasus, yang meningal 14 orang, di bawah 10 persen tingkat kematiannya. Yang paling
banyak itu 32 kasus di Purwakarta, ada juga Karawang, Depok, Kabupaten Bekasi, dan Garut,"
ucap Dodo saat ditemui di Puskesmas Garuda, Bandung, Kamis (14/12/2017). Jika merujuk pada
peta sebaran penyakit difteri yang didominasi kawasan industri, Dodo menduga, penyakit tersebut
turut dipengaruhi kualitas udara. "Kalau dilihat peta, kelihatan itu daerah industri, apakah ada
pengaruh dari lingkungan industri. Tetapi, yang jelas, sepertiganya tidak mendapat imunisasi, jadi
ada kemungkinan ibunya tidak sempat karena sibuk di pabrik," ucapnya. Baca juga: Kendal
Dinyatakan KLB Difteri Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah melakukan Outbreak Response
Immunization (ORI) melalui imunisasi. "Di daerah itu kita adakan ORI, imunisasi tambahan dari
tanggal 11 Desember. Kelompok usianya di atas 1 tahun sampai di bawah 5 tahun, di atas 5 tahun
sampai di bawah 7 tahun, dan di atas 7 tahun sampai di bawah 19 tahun. Satu orang tiga kali
imunisasi," kata Dodo. Namun, kurangnya pemahaman masyarakat soal bahaya difteri membuat
sejumlah warga enggan diimunisasi. Dodo mengatakan, pemberian imunisasi di Jawa Barat baru
menyentuh angka 5 persen dari 3,6 juta orang yang ditargetkan mendapat imunisasi. "Dari sasaran
yang ada, ada 3,7 persen, rata-rata mendekati 5 persen dari target 3,6 juta orang. Itu terus kami
pantau sejauh mana progresnya," ujarnya. Baca juga: Jadi Suspect Difteri, Dua Warga Batang
Dirawat di Semarang Dodo menjelaskan, laporan kasus difteri mengalami peningkatan. Pada 2016,
pihaknya mencatat 121 kasus. Peningkatan jumlah kasus tersebut, kata Dodo, disebabkan masih
rendahnya cakupan imunisasi. "Tahun kemarin 121 kasus, ada peningkatan karena cakupan
imunisasinya rendah. Maka, kami mengajak masyarakat (imunisasi). Difteri ini penyakit infeksi
karena penyakitnya ada di rongga napas. Itu bisa mematikan karena toksinnya, tetapi bisa dicegah
dengan imunisasi. Jadi, sekarang masyarakat mau lah diimunisasi," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai