Anda di halaman 1dari 7

Nama : Afrilia Rahmi

Nim : P07233318 609

Kelas : 2A Sanitasi

UPAYA PROMOSI KESEHATAN DARI ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN

Promosi higiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi
rumah sakit kepada pasien atau keluarga pasien dan pengunjung, karyawan terutama karyawan
baru serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas
sanitaso rumah sakit dengan benar. Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan
tentang yang berkaitan dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada karyawan.

1) Promosi higiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi rumah
sakit kepada pasien atau keluarga pasien dan pengunjung, karyawan terutama karyawan
baru serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari dan mau
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan
fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
2) Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan
PHBS yang sasarannya ditujukan kepada-karyawan.

1. Persyaratan
Setiap rumah sakit harus melaksanakan upaya promosi higiene dan sanitasi yang
pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga atau unit organisasi yang menangani promosi
kesehatan lingkungan rumah sakit.

2. Tata Laksana
Promosi higiene dan sanitasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan cara
langsung, media cetak, maupun media elektronik.
 Secara langsung : konseling, diskusi, ceramah, demontrasi, partisipatif, pameran,
melalui pengeras suara dan lain-lain.
 Media cetak : penyebaran leaflet, pemasangan poster, gambar, spanduk, tata
tertib, pengumuman secara tertulis, pemasangan petunjuk.
 Media elektronik : radio, televisi (televisi khusus lingkungan rumah sakit), Eye-
catcher.

Pelaksana promosi higiene dan sanitasi supaya dilakukan oleh seluruh karyawan
rumah sakit dibawah koordinasi tenaga atau unit organisasi penanggungjawab penyelengara
kesehatan lingkungan rumah sakit yang menangani promosi kesehatan lingkungan rumah
sakit. Sasaran promosi higiene dan sanitasi adalah pasien atau keluarga pasien, pengunjung,
karyawan rumah sakit, serta masyarakat sekitarnya.

Pesan promosi higiene dan sanitasi hendaknya disesuaikan dengan sasaran Pesan
promosi kesehatan lingkungan untuk karyawan berisi hubungan fasilitas sanitasi dengan
kesehatan, syarat-syarat fasilitas sanitasi, pentingnya pengadaan atau pemeliharaan atau
pembersihan fasilitas sanitasi, pentingnya memberi contoh terhadap pasien atau keluarga
pasien dan pengunjung tentang memanfaatkan fasilitas sanitasi serta fasilitas kesehatan
lainnya dengan benar.

Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks


sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi
disiplin. Untuk itu, diperlukan tenaga dengan kualifikasi sebagai berikut :

a) Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B (rumah sakit
pemerintah) dan yang setingkat adalh seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian
serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik
lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.
b) Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D (rumah sakit
pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian
serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan.
c) Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan lingkungannya
dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan sanitarian dan telah
megikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
d) Tenaga sebagaimana dimaksud pada butir a dan b, diusahaan mengikuti pelatihan khusus
di bdaing kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pihak lain terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

A. Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif.
Limbah rumah sakit yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak
berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius
dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian
lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat dan cair. Limbah cair
adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kima beracun dan rdioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan (KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).

Pengolahan limbah rumah sakit melalui tahapan sebagai berikut :

1) Waste Stabilization Pond System (Kolam Stabilisasi Air Limbah)

Sistem pengolahan air limbah “kolam stabilisasi” adalah memenuhi semua


kriteria tersebut diatas kecuali masalah lahan yang diperlukan sebab untuk kolam
stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas maka biasanya sistem ini dianjurkan untuk
rumah sakit di pedalaman (di luar kota) yang biasanya masih tersedia lahan yang cukup.
Sistem ini hanya terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yakni :

a) Pump Sump (pompa air kotor).


b) Stabilization Pond (kolam stabilisasi) biasanya 2 buah.
c) Bak Chlorinasi.
d) Control Room (ruangan untuk kontrol).
e) Inlet. f. Interconection antara 2 kolam stabilisasi.
f) Outlet dari kolam stabilisasi menuju ke sistem chlorinasi (bak chlorinasi).

2) Waste Oxidation Ditch Treatment System (kolom oxidasi air limbah)

Sistem kolam oxidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit
yang terletak di tengah-tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam
oxidasi-nya sendiri dibuat bulat atau elips dan air limbah dialirkan secara berputar agar
ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air
limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk mengendapkan benda-benda pada
dan lumpur lainnya. Selanjutnya air yang sudah nampak jernih dialirkan ke bak chlorinasi
sebelum dibuang ke dalam sungai atau badan air lainnya. Sedangkan lumpur yang
mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge Drying Bed. Sistem Oxidation Ditch
ini terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

a) Pump Sump (pompa air kotor).


b) Sedimentation Tank (bak pengendapan).
c) Chlorination Tank (bak chlorinasi).
d) Sludge Drying Bed (tempat mengeringkan lumpur biasanya 1 – 2 petak)
e) Control Room (ruang kontrol).

3) Anaerobic Filter Treatment System

Sistem pengolahan air limbah melalui proses pembusukan anaerobik melalui


suatu filter atau saringan, dimana air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pre-
treatment dengan septic tank (Inhoff Tank). Dari proses Anaerobic Filter Treatment
biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan chlor lebih banyak untuk proses oxidasinya. Oleh
sebab itu, sebelum effluent dialirkan ke Bak Chlorinasi ditampung dulu pada Bak atau
Kolam Stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut diatas
sehingga akan menurunkan jumlah chlorin yang dibutuhkan pada proses chlorinasi nanti.
Komponen-kompenen tersebut sebagai berikut :

a) Pump Sump (Pompa Air Kotor).


b) Septic Tank (Inhoff Tank).
c) Anaerobic Filter.
d) Stabilization Tank (Bak Stabilisasi).
e) Chlorination Tank (Bak Chlorinasi).
f) Sludge Drying Bed (Tempat Pengeringan Lumpur).
g) Control Room (Ruang Kontrol).

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari
besar kecilnya rumah sakit atau jumlah tempat tidur maka konstruksi Anaerobic Filter
Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya :

a) Volume Septic Tank


b) Volume Anaerobic Filter
c) Volume Stabilization Tank
d) Jumlah Chlorination Tank

B. Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat medis biasanya dihasilakan di ruang pasien, ruang pengobatan atau
tidakan, ruang perawatan, ruang bedah termasuk dreesing kotor, veban, kateter, swab, plater,
masker dan lain-lain. Sampah patologis sampah yang dihasilkan dari ruang bedah atau ruang
autopsy, termasuk placenta jaringan, organ anggota badan dan lain-lain. Sampah
laboratorium adalah sampah yang dihasilkan dari laboratorium diagnostic atau riset, meliputi
sediaan atau media sampel spinal, bangkai binatang.

1. Pengelolaan Sampah
Beberapa tahapan dalam pengelolaan sampah (medis dan non medis), antara lain :
1) Minimalisasi Limbah
a) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari sumber
b) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun;
c) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi;
d) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.

2) Pemilahan Pewadahan, Pemanfaatan Kembali, dan Daur Ulang:


a) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah tidak dimanfaatkan kembali;
b) Limbah yang akan dimanfaatkan kebali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kebali;
c) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor,
anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya

2. Jenis Sampah dan Pengolahan


1) Sampah Medis
Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut
juga kegiatan medis di ruang polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan
ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
a) Sampah biologis terdiri dari : Sampah medis yang dihasilkan dari ruang
poliklinik, ruang peralatan, ruang bedah, atau botol bekas obat injeksi, kateter,
plester, masker, dan sebagainya.
b) Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau
ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan
sebagainya.
c) Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium
diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai
binatang percobaan. Jenis sampah infeksius ini dibuang ketempat sampah
medis dengan kantong warna kuning.

 Pengolahan dan Pemusnahan


a) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestic sebelum aman bagi kesehatan
b) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemanmpuan rumah sakit dan jenis limbah medis
padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan autoklap atau dengan
pembakaran menggunakan insinetaror.

2) Sampah Non-medis
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah
padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
a) Kantor atau administrasi
b) Unit perlengkapan
c) Ruang tunggu
d) Ruang inap
e) Unit gizi atau dapur
f) Halaman parkir dan taman
g) Unit pelayanan

 Pengolahan dan Pemusnahan

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan


sesuai persyaratan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai