Tirta Wening
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
DAFTAR ISI
Sampul .......................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan........ ....................................................................................................2
1.4 Manfaat.................... ......................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................3
2.1 Pengertian Depot Air Minum........................................................................3
2.2 Pengertian Air Minum Isi Ulang (AMIU) ....................................................3
2.3 Persyaratan Kualitas Air Minum ..................................................................4
2.4 Proses Pengelolaan Depot Air Minum ..........................................................6
2.5 Higiene Sanitasi pada DAMIU .....................................................................8
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................10
3.1 Gambaran Umum DAMIU Tira Wening ......................................................10
3.2 Proses Pengelolaan Air dan Peralatannya .....................................................10
3.3 Proses Pengawasan dan Kualitas Alat ..........................................................15
3.4 Analisis Higiene Sanitasi ..............................................................................16
3.5 Kelebihan dan Kekurangan Mengonsumsi AMIU .......................................21
BAB IV. PENUTUP ..................................................................................................23
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................23
4.2 Saran..................... ........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................25
LAMPIRAN ...............................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda pemenuhannya. Sebanyak
75% tubuh manusia terdiri atas air. Manusia membutuhkan air terutama untuk
minum. Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Ada
masyarakat yang mengambil air minum dari sumber air, air sungai, air tanah baik
dengan menggunakan sumur dangkal ataupun dalam dan juga dari air perpipaan
yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat, yang
dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Pada kota besar, dalam hal
pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengonsumsi air minum dalam
kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. AMDK diproduksi
oleh industri melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas sebelum
diedarkan ke masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, muncul alternatif
lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang (DAMIU).
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah Badan usaha yang mengelola
air minum untuk keperluan/dikomsumsi masyarakat dalam bentuk curah (diisi
ditempat) dan tidak dalam bentuk kemasan. Usaha DAMIU menjual air minum
dengan harga relatif murah dan bagi konsumen dirasa lebih praktis, karena air
tersebut bisa langsung diminum tanpa memasaknya terlebih dahulu. Air minum yang
diproduksi oleh DAMIU harus memenuhi standar kualitas air minum yakni sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dilihat dari
unsur mikrobiologi, fisik, maupun kimiawi.
Kualitas air minum dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar depot yang
kurang bersih, sanitasi yang kurang baik dan pengelolaan air yang kurang maksimal.
Hal ini dapat menimbulkan pencemaran air baik pencemaran fisik, kimia maupun
bakteriologi. Oleh sebab itu, higiene sanitasi depot air minum harus sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 Tahun 2014, untuk menjamin kualitas air
minum yang dihasilkan sesuai standar.
Dengan adanya studi lapangan pada salah satu DAMIU diharapkan dapat
memahami proses pengelolaan air baku menjadi air minum dan pengawasan alat
1
2
maupun kualitas air minum yang dihasilkan, serta mengetahui sudah seberapa baik
penerapan higiene sanitasi di DAMIU tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses pengelolaan AMIU di Depot X?
b. Bagaimana proses pengawasan dan kualitas alat di Depot X?
c. Bagaimana higiene sanitasi di Depot X?
d. Apa kelebihan dan kekurangan mengonsumsi AMIU?
1.3 Tujuan
a. Untuk mempelajari proses pengelolaan AMIU di Depot X
b. Untuk mempelajari proses pengawasan dan kualitas alat di Depot X
c. Untuk mempelajari higiene sanitasi di Depot X
d. Untuk mempelajari kelebihan dan kekurangan mengonsumsi AMIU
1.4 Manfaat
a. Memahami proses pengelolaan AMIU di Depot X
b. Memahami proses pengawasan dan kualitas alat di Depot X
c. Mengetahui higiene sanitasi di Depot X
d. Mengetahui kelebihan dan kekurangan mengonsumsi AMIU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Depot Air Minum
Menurut Pitoyo (2005) dalam Wandrivel, et al (2012), pada tahun 1999 muncul
usaha depot air minum isi ulang yang saat ini kita kenal dengan nama air DAMIU .
Depot air minum merupakan suatu usaha suatu usaha industri yang ada di tengah
masyarakat yang mana di dalamnya terdapat suatu proses pengelolaan air baku
menjadi air yang siap untuk dikonsumsi (air minum) serta menjualnya langsung
kepada masyarakat luas (Wandrivel et al, 2012).
Berdasarkan data Riskesdas (2010) dalamWandrivel, et al (2012)
mengemukakan bahwa depot air minum merupakan sumber air minum terbanyak
yang digunakan oleh masyarakat indonesia di wilayah Sumatera Barat dengan
presentase 17,2% setelah sumur gali terlindung dan air ledeng dengan presentase
masing-masing 22,1% dan 20,8%. Selain itu, depot air minum seharusnya dapat
dipantau secara intensif terutama dalam pengelolaannya mengingat sering terjadinya
kontaminasi peralatan dan pemeliharaan peralatan pengelolaannya.
2.2 Pengertian Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Air minum isi ulang dapat diartikan sebagai air yang kualitasnya telah memenuhi
syarat kesehatan baik secara pengukuran fisik, kimia, radioaktif maupun
mikrobiologinya sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat luas dan dapat di beli
di depot-depot air minum yang telah ada. Air minum isi ulang ini menjadi solusi
yang digunakan oleh masyarakat luas untuk memenuhi kebutuhan air minumnya
(Marpaung dan Marsono,2013). Hal itu disebabkan karena air minum isi ulang dapat
menjangkau masyarakat luas khusunya masyarakat yang memiliki tingkat
pendapatan yang rendah karena harganya yang murah, praktis, dan keberadaannya
yang telah menjamur di daerah-daerah. Oleh sebab itu, saat ini keberadaan depot air
minum isi ulang jumlahnya semakin meningkat.
Namun, masih ada masyarakat yang masih belum percaya terhadap kualitas air
minum isi ulang karena adanya anggapan bahwa air minum isi ulang belum
memenuhi syarat kesehatan. Air minum isi ulang yang belum memenuhi syarat
kesehatan tersebut tentunya dapat merugikan masyarakat yang mengonsumsinya,
3
4
terlebih lagi apabila konsumen air minum isi ulang tidak memperhatian keamanan
dan higienitasnya. Maka, bukan suatu hal yang mustahil apabila konsumen dapat
terkena penyakit yang penularannya lewat air, terlebih lagi karena air merupakan
sarana pembiakan yang disukai oleh bakteri patogen.
2.3 Persyaratan Kualitas Air Minum
Air minum merupakan kebutuhaan paling dasar dari setiap manusia. Untuk
kepentingan sehari hari saja manusia membutuhkan air minum sebanyak 2-4 liter.
Air minum yang konsumsi wajib tidak menimbulkan gangguan kesehatan, maka
perlu memenuhi standar baku mutu air minum. Dasar hukum penyehatan air ini
mengacu pada :
a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum
b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
c). Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor 651 Tahun 2004
Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangannya
d). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum
e). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 Tahun 2010 Tentang Pengawasan
Kualitas Air Minum
f). SNI 01-3553-2006 tentang air minuman kemasan
Jika menyangkut persyaratan kualitas air baku air minum, maka dasar hukum yang
dipergunakan adalah Permenkes tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Di
dalam peraturan tersebut dimuat persyaratan air Bersih dapat ditinjau dari beberapa
parameter, yaitu :
1. Parameter fisika : Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna
dan jumlah zat padat terlarut.
a). Tidak Berbau : Air yang berbau dapat disebabkan proses penguraian bahan
organik yang terdapat di dalam air.
b). Jernih : Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi yang
dapat berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang
keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh
partikel tersebut (Slamet, 2007).
c). Tidak Berasa : Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu
di dalam air tersebut.
d). Suhu : Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok
dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya
± 3 ºC dari suhu udara di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung
zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses
biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi air (Kusnaedi, 2002).
e). TDS : Total Dissolved Solid/TDS, adalah bahan-bahan terlarut (diameter <
10 -6 -10 -3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan
lain (Effendi, 2002). Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik.
Kesadahan mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.
2. Parameter Kimia : Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia organik
dan kimia anorganik.
a) Zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan
beracun serta derajat keasaman (pH).
b) Zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organis
chemicals (zat kimia organik mudak menguap) zat-zat berbahaya dan
beracun maupun zat pengikat Oksigen.
c) Sumber logam pada air dapat berasal dari Kegiatan Industri, pertambangan
ataupun proses pelapukan secara alamiah, atau karena korosi dari pipa
penyalur air. Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan
menjadi 3 kategori. Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin bersifat
carcinogen bagi manusia. Kategori 2 bahan kimia yang tidak bersifat
carcinogen bagi manusia. Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat
menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carcinogen.
3. Parameter Mikrobiologi
a). Air tanpa pengotoran ; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi
bakteri koliform dan patogen atau zat kimia beracun.
b). Air yang sudah mengalami proses desinfeksi ; MPN < 50/100 cc
c). Air dengan penjernihan lengkap; MPN < 5000/100 cc
d). Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN > 5000/100 cc
e). Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >
250.000/100 cc
f). MPN mewakili Most Probable Number, yaitu jumlah terkaan terdekat
dari bakteri koliform dalam 100 cc air.
4. Parameter Radioaktivitas
Zat radioaktivitas dapat menimbulkan efek kerusakan sel. Kerusakan
tersebut dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Sel yang mati
dapat tergantikan asalkan belum seluruh sel mati, sedangkan perubahan genetis
dapat menimbulkan penyakit seperti kanker atau mutasi sel.
2.4 Proses Pengelolaan Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi air
minum di depot air minum adalah sebagai berikut:
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak
penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-
bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang
terdiri atas :
a. Khusus digunakan untuk air minum.
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman.
c. Harus mempunyai manhole.
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran. 7
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan
kontaminasi.
Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food
grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan
harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga)
bulan sekali.
2. Penyaringan
Penyaringan bertahap terdiri atas:
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang
sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar.
Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi
sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap
terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) micron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi
dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon
lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah
pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan
ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang
gelombang 254 nm atau kekuatan 25370 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik
per cm².
4. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa
8
konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai
tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon
(O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon).
Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan
berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-
850C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan
sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.
5. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam
tempat pengisian yang higienis.
2.5 Higiene Sanitasi pada DAMIU
1. Lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan penularan
penyakit;
2. Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan, dan mudah pemeliharaannya;
3. Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap
debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai untuk memudahkan
pembersihan dan tidak terjadi genangan air;
4. Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap
debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah;
1. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian air baku,
tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikrofilter, wadah/galon
air baku atau Air Minum, kran pengisian Air Minum, kran pencucian/pembilasan
9
wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan desinfeksi harus terbuat dari
bahan tara pangan (food grade) atau tidak menimbulkan racun, tidak menyerap
bau dan rasa, tahan karat, tahan pencucian dan tahan disinfeksi ulang.
2. Mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;
3. Tandon air baku harus tertutup dan terlindung;
4. Wadah/galon untuk air baku atau air minum sebelum dilakukan pengisian harus
dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu dengan air produksi paling
sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan setelah pengisian diberi tutup yang bersih;
dan
5. Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada
konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam.
c. Aspek Penjamah paling sedikit meliputi:
1. Sehat dan bebas dari penyakit menular serta tidak menjadi pembawa kuman
patogen (carrier); dan
2. Berperilaku higienis dan saniter setiap melayani konsumen, antara lain selalu
mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir setiap melayani konsumen,
menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi, dan tidak merokok setiap
melayani konsumen.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum
PT Tirta Mas mempunyai anak perusahaan untuk depot air minum isi ulang yaitu
Tirta Wening yang didirikan pada tahun 2016 dan merupakan depot air minum isi ulang
di daerah Kalijudan 82 Surabaya.
Pada tanggal 2 Februari 2016 depot air minum isi ulang Tirta Wening sudah
mempunyai surat pengujian hasil laboratorium dari Pemerintah Kota Surabaya oleh
Dinas Kesehatan bahwasanya air minum isi ulang di depot Tirta Wening sudah lulus uji,
dengan total coliform 0 (nol) dan fecal coliform 0 (nol).
Struktur organisasi di Tirta Wening yaitu dengan satu pemilik depot air minum
isi ulang bernama Bapak Autrisno berjenis kelamin laki-laki, dan memiliki tiga pegawai
dengan rincian dua pegawai berjenis kelamin laki-laki sebagai pembersih dan pengisi
galon air minum isi ulang pelanggan dan satu pegawai berjenis kelamin perempuan
sebagai kasir.
Pada depot air minum isi ulang Tirta Wening, sarana dan prasarana yang tersedia
umumnya cukup baik yang menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan secara
baik dan maksimal sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Adapun prasarana yang
tersedia yaitu rumah DAMIU, kamar mandi, musholla, tempat parkir, telefon, jam
dinding, meja dan kursi dan sarana yang tersedia yaitutandon air, pompa pendorong
sirkulasi, filter tabung utama, RO water system, sea water reverse osmosis, demineral,
dan lampu ultra violet.
3.2 Proses Pengelolaan Air Minum di Depot Tirta Wening dan Peralatannya
3.3 Proses Pengelolaan Air Minum di Depot Tirta Wening dan Peralatannya
Air diterima
Konsumen
Air pada DAMIU di Tirta Wening dikirim dari perusahaan Tirta Mas, air tersebut
diperoleh dari mata air di daerah Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Air tersebut selanjutnya
diolah dengan beberapa proses untuk menjagakualitas air minumsesuai dengan
persyaratan yang berlaku. Proses pengolahan air di DAMIU Tirta Wening adalah
sebagai berikut :
1. Penyimpanan
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan
tangki air dan selanjutnya ditampung dalam bak tendon. Bak tendon dibuat dari
bahan tara pangan (food grade) dan bebas dari bahan-bahan yang dapat
mencemari air.
2. Pengaliran Air Baku
Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan
kontaminasi. Tangki, selang, pompa dan sambungan terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air.
Pompa memakai jenis pompa semi jet berbahan stainless.
3. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi atau penyaringan (filtration) adalah pemisahan partikel zat padat
dari fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui suatu medium penyaring
atau septum, di mana zat padat itu tertahan. Pada proses penyaringan air baku,
ada 3 tahap penyaringan yaitu :
a. Filter Media Penyaringan pertama : Saringan berasal dari pasir atau sandfilter
b. Filter Media Penyaringan kedua : Saringan karbon aktif atau carbon filter
c. Filter catridge : Saringan halus atau micro filter
4. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses yang dimaksudkan untuk membunuh kuman
patogen. Proses desinfeksi sesuai standard pemrosesan air minum. Penyinaran
Ultra Violet (UV) merupakan salah satu cara untuk membumuh kuman patogen
dalam pemrosesan air menjadi air minum. Sinar UV dengan panjang gelombang
254 mm atau kekuatan 2.537 derajat Angstrom. Proses desinfeksi sinar ultra
violet yaitu dengan melewatkan air kedalam tabung atau pipa yang disinari
dengan lampu ultra violet. Sinar ultra violet berfungsi membunuh
mikroorganisme pada air.
5. Sanitasi Galon
Sanitasi galon terdiri dari tiga proses yaitu pencucian galon, penyikatan
galon, pencucian galon kedua. Pencucian galon dilakukan untuk membersihkan
bagian dalam galon. Penyikatan galon berfungsi untuk membersihkan sisa
kotoran membandel didalam galon dengan cara disikat dengan putaran yang
stabil. Pencucian galon kedua dilakukan untuk membersihkan bagian dalam
galon, agar terhindar dari kontaminasi kotoran yang mungkin saja masih
tertinggal didalam galon.
6. Pengisian
Pengisian air bersih selanjutnya ke wadah air minum (galon) dilakukan
dengan menggunakan saluran yang terjaga kebersihannya serta dilakukan dalam
tempat pengisian yang higienis.
1. Tempat penyimpanan
Pada Bagian Kedua tentang Pelaksanaan Pengawasan, pasal 10. Kegiatan penelusuran
kualitas air minum meliputi:
a. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas
fisik air minum dan faktor risikonya;
b. Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi
sanitasi;
c. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi;
d. Analisis hasil pengujian laboratorium;
e. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut, dan
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut
Proses penelusuran kualitas air minum di depot Tirta Wening ini pun dilakukan
secara internal dan eksternal. Untuk harga alat yang digunakan di depot Tirta Wening
seharga sekitar 35 juta, alat ini termasuk alat yang termahal nomor dua, sebab harga dari
alat untuk mengolah air menentukan kelengkapan alat dan kualitas air yang dihasilkan.
Alat pengelolaan air minum isi ulang juga membutuhkan perawatan. Sehingga perlu
adanya proses penelusuran khusus peralatan, pada depot Tirta Wening penelusuran
kualitias peralatan dilakukan secara internal yakni oleh pihak Tirta Mas. Seperti
perawatan mesin, apabila ada kerusakan atau masalah pada mesin akan langsung
ditangani oleh salah satu pekerja Tirta Mas yang memproduksi alat tersebut. Untuk
perawatan filter salah satu komponen dari alat tersebut, dilakukan pemeriksaan setiap
bulan. Apabila filter sudah kotor maka akan diganti yang baru, harga satu saringan
sebesar 15 ribu. Untuk lampu Ultra Violet terkadang mengalami trouble maka dilakukan
pemeriksaan setiap satu tahun sekali. Untuk perawatan saluran yang digunakan untuk
mengisi air ke galon, dilakukan pemeriksaan sewaktu-waktu, apabila sudah terlihat
kotor atau berlumut maka saluran air tersebut langsung dibersihkan. Untuk perawatan
tandon yang berkapasitas 5300L, selama 2 tahun ini pihak Tirta Wening sudah
membersihkan tandon sebanyak 3 kali. Sedangkan untuk kualitas air minumnya
dilakukan penelusuran secara eksternal. Pada depot Tirta Wening, penelusuran ini
dilakukan secara berkala oleh Puskesmas setempat setiap 3 bulan sekali, yakni dengan
mengambil sampel air minum isi ulang dan diuji apakah layak untuk dikonsumsi.
Apabila ada masalah dengan air minum tersebut maka akan segera diberitahukan kepada
pihak Tirta Wening.
3.5 Analisis Higiene Sanitasi di Depot Tirta Wening
1. Aspek Tempat
a. Lokasi
Berdasarkan hasil inspeksi yang telah dilakukan, depot air minum isi ulang Tirta
Wening tidak pada daerah tergenang air rawa, jauh dari tempat pembuangan kotoran dan
sampah, serta tidak ditemukan penumpukan barang-barang bekas. Akan tetapi, lokasi
DAMIU Tirta Wening berada tepat dipinggir jalan yang ramai dilalui oleh pengendara
roda dua dan roda empat sehingga diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
minum.
b. Bangunan
Terkait dengan penataan ruangan depot air minum isi ulang Tirta Wening yaitu
tidak memiliki ruangan khusus untuk proses pengelolaan air minum isi ulang, ruang
penyimpanan air minum, ruang pencucian galon dan ruang tunggu bagi konsumen
sehingga semua proses tersebut dilakuakan di dalam satu ruangan.
c. Lantai
Berdasarkan hasil observasi di DAMIU Tirta Wening diketahui keadaan
lantainya telah memenuhi syarat lantai depot air minum isi ulang yaitu lantai kedap air,
permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta kemiringan cukup landai untuk memudahkan pembersihan dan tidak
terjadi genangan air, hanya saja terlihat kondisi lantai yang berdebu dikarenakan
penjamah maupun pengunjung menggunakan alas kaki ketika masuk ke ruangan proses
pengelolaan air.
d. Dinding
f. Pintu
Untuk kondisi pintu pada bangunan tersebut terbuat dari besi sehingga kuat dan
tahan lama dengan permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
Serta pemasangannya yang rapi sehingga dapat berfungsi dengan baik yaitu dapat
dibuka dan ditutup kembali.
g. Pencahayaan
h. Ventilasi
Untuk DAMIU “Tirta Wening” memiliki akses fasilitas sanitasi yang masih minimal
yaitu tidak ditemukan tempat sampah serta tempat cuci tangan yang dilengkapi air
mengalir dan sabun, hanya tersedia jamban, saluran pembuangan air limbah yang
alirannya lancar dan tertutup. Kondisi DAMIU “Tirta Wening” telah memenuhi
persyaratan bebas dari tikus, lalat dan kecoa yang dapat mengotori ataupun merusak
peralatan.
2. Aspek Peralatan
Tingkat kejernihan air baku akan mempengaruhi filter, semakin keruh air
baku semakin berat beban kerja filter, sehingga hasil proses penyaringan dapat
kurang optimal. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengalirkan air dari tandon I ke tandon II, sehingga memungkinkan terjadinya
proses pengendapan yang lebih lama sebelum dilakukan pemompaan pada
proses pengelolaan (Depkes dan WHO, 2003)
Jumlah tandon air baku yang dimiliki oleh DAMIU Tirta Wening sebanyak 2
(dua) tandon yang terbuat dari bahan tara pangan sehingga dapat dikatakan
bahwa DAMIU Tirta mas telah memenuhi peraturan Depkes dan WHO untuk
penggunaan 2 (dua) tandon air untuk mempertahankan kejernihan air baku.
Kondisi tandon yang masih baru sehingga belum pernah adanya penggantian
tandon. Kondisi tandon air baku di DAMIU Tirta Wening dalam keadaan
tertutup dan tidak terkena sinar matahari langsung, hanya saja kondisi luar
tandon sangat berdebu sehingga debu yang menempel dapat mempengaruhi
kualitas air baku.
Untuk mencegah terjadinya endapan oleh air baku maka dilakukan proses
aerasi atau penamabahan udara atau oksigen kedalam air menggunakan bantuan
pompa air. Adapun waktu khusus untuk proses aerasi yaitu dipagi hari pada
pukul 06:00 – 07:00, siang hari pukul 12:00-13:00, sore hari pukul 17:00-18:00
dan malam hari pada pukul 23:00-00:00.Untuk proses pembersihan tandon tidak
dilakukan oleh pemiliki DAMIU Tirta Wening melainkan dari pihak Tirta Mas
sebagai penanggung jawab pengelolaan air. Pembersihan tandon air baku
dilakukan dengan cara menguras air dalam tandon sebanyak dua kali,
selanjutnya dibilas, sterilisasi pada tandon air untuk menjaga kualitas dari air
baku dan terakhir dilakukan pengisian tandon air sebanyak 10.000 L setiap 1
(satu) tandon air baku. Untuk saat ini pembersihan tandon air baku sudah
dilakukan sebanyak 4 (empat) kali oleh pihak tirta mas.
Jumlah tabung filter catridge yang digunakan untuk proses pengelolaan air
sebanyak 10 tabung. Pemeriksaan tabung filter Catridge dilakukan setiap bulan
untuk memastikan apakah saringan dalam filter masih layak pakai atau tidak,
Terlihat jika kondisi saringan tabung filter berwarna hitam sehingga harus
dilakukan penggantian saringan untuk tetap mempertahankan kualitas air minum
yang baik dan aman untuk dikonsumsi.
Tidak tersedianya ruangan khusus untuk proses pencucian air bersih hal ini
menyebabkan proses pencucian dilakukan pada satu ruangan pengoalahan air.
Untuk mesin pencucian galon terlihat dalam kondisi yang tidak tertutup atau
terlindungi oleh udara sekitar. Hal memungkinkan debu akan menempel pada
mesin pencucian galon saat akan digunakan.
5. Wadah/galon
3. Aspek Penjamah
Berdasarkan hasil observasi terkait dengan sanitasi penjamah DAMIU “Tirta
Wening” ditemukan penjamah/operator yang tidak berperilaku higiene dan sanitasi
karena melayani konsumen sambil merokok, tidak mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum melakukan pengisian galon. Juga tidak memakai pakaian kerja khusus yang
bersih dan rapi, tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan tidak
memiliki sertifikat telah mengikuti kursus atau pelatihan higiene sanitasi depot air
minum.
Menurut (Kasim, K.P., Setiani, O., Endah, 2014), disebutkan bahwa kunci dari
sistem pengelolaan DAMIU adalah pada kualitas operatornya. Selain bertugas
melakukan pengoperasian sistem pengelolaan air, operator juga bertugas melakukan
perawatan dan pemeliharaan alat.
Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting untuk
keberlanjutan hidup manusia. Pada saat ini banyak terdapat depot air minum isi ulang
yang menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Hal ini dikarenakan harganya yang
terjangkau dan mudah didapat di beberapa tempat. Adapun kelebihan dari depot air
minum isi ulang atau DAMIU yaitu tentunya memiliki harga yang cukup terjangkau
bagi semua kalangan masyarakat baik itu bagi kalangan masyarakat menengah bawah
maupun masyarakat menengah ke atas. DAMIU ini pun mudah ditemui di mana-mana
karena sudah cukup banyak masyarakat yang membuka usaha seperti ini. Terkadang
pada usaha DAMIU ini juga menerima jasa pesan antar sehingga memudahkan pembeli
dalam memesan air minum isi ulang.
Kekurangan dari Depot air minum isi ulang terkadang dalam proses pengemasannya
menggunakan teknologi yang terbilang merupakan teknologi yang sederhana. Sehingga
dalam proses pengemasannya kejadian tercampurnya bakteri ke dalam air sering dapat
terjadi. Selain itu, kurangnya pengawasan serta pembinaan dari departemen kesehatan
mengenai mutu air kepada pengusaha depot air minum isi ulang juga menjadi salah satu
kelemahannya. Rendahnya kualitas air minum isi ulang menandakan bahwa masih
terdapat atau terkandung bakteri di dalam air minum tersebut walaupun tidak
menyebabkan gangguan kesehatan secara langsung. Bakteri yang terdapat di dalam air
minum isi ulang tersebut di tubuh dapat mengakibatkan gangguan kesehatan apabila
tingkat bakteri di dalam tubuh semakin tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
23
24
4.2 Saran
1. Perlu adanya pengawasan serta pembinaan dari departemen kesehatan mengenai
mutu air kepada pengusaha depot air minum isi ulang secara terpadu dan
optimal.
2. Perlu adanya pendidikan terkait proses pengelolaan air baik dari segi alat dan
teknologi terbarukan kepada petugas atau operator pengelolaan air minum isi
ulang.
3. Perlu adanya pendidikan terkait higiene sanitasi kepada petugas atau operator
pengelolaan air minum isi ulang.
4. Perlu adanya teknologi yang lebih canggih karena teknologi pengelolaan air
minum di DAMIU Tirta Wening masih cukup sederhana apabila dibandingkan
dengan standar asli.
5. Sebaiknya menyediakan tempat atau ruangan khusus untuk setiap proses
pengelolaan air dan dibedakan juga dengan tempat pelayanan atau penjualan,
seperti diberi sekat atau lainnya. Hal ini dapat membuat tempat DAMIU menjadi
lebih rapi dan mengurangi risiko kontaminan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Anonim. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum.
[Online] available at: http://erepo.unud.ac.id/
[2]
Anonim. 2015. Kelebihan dan Kekurangan Air Minum Isi Ulang. Available at
http://www.solusimasalahair.com/kelebihan-dan-kekurangan-air-minum-isi-ulang.html.
[3]
Filter air depot Air Minum diakses dari http://filterairtirtamas.com pada hari selasa pukul
19.54 WIB
[4]
Mairizki, Fitri. 2017. Analisis Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di
Sekitar Universitas Islam Riau. Jurnal Endurance 2(3) [Online] available at:
file:///C:/Users/ACER/Downloads/2428-8019-3-PB%20(2).pdf
[5]
Marpaung, Manuel Deddy Oke., Marsono, Bowo Djoko. (2013). Surabaya: Jurnal Teknik
Pomits. Vol. 2. No.2.
[6]
Putri, Efri M.D. 2015. SKIPSI: Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Kontaminasi Bakteri
Coliform Pada Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. [Online} available at:
file:///C:/Users/ACER/Downloads/EFRI%20MALISA%20DWI%20PUTRI-FKIK.pdf
[7]
Mc-Cabe, W. L.,1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
[8]
Suprihatin, Bambang. 2008. Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Tanjung Redep Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol
4. [Online] Available at: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/9.DAMIU_Bambang.pdf
[10]
Wandrivel, Rido., Suharti, Netty., Lestari, Yuni. (2012). Kualitas Air Minum yang
Diproduksi Depot Air Minum Ulang di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan
Persyaratan Mikrobiologi. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 1 No. 3
Peraturan-peraturan terkait :
[11]
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/MRNKES/PER/VI/2010
Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum
[12]
Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot
Air Minum dan Perdagangannya
[13]
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
[14]
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Higiene Sanitasi Depot Air
Minum
[15]
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum
[16]
SNI 01-3553-2006 tentang air minuman kemasan
25
LAMPIRAN
Kegiatan Wawancara
26
Keadaan Ruang Pengelolaan AMIU 27
Peralatan Pengelolaan AMIU 28