Anda di halaman 1dari 19

Pengertian Penerjemahan Lisan (Interpreting)

Penerjemahan (Translation) merupakan pengalihan arti dan pesan dari Bahasa Sumber
(BSu) ke dalam Bahasa Sasaran (BSa). Penerjemahan ibaratkan kita mentrasnfer uang dari Bank
A ke Bank B, maka saldo ataupun jumlah uangnya akan tetap sama walaupun Bank nya berbeda.
Menurut Brislin (dalam Djuharie, 2013:12),”Terjemahan adalah pengalihan pikiran dan ide dari
BSa ke dalam BSu, baik itu bahasa lisan maupun tulisan, baik bahasa itu sudah memiliki
ortografi ataupun belum, baik itu bahasa isyarat untuk orang-orang tuli ataupun bukan.”
Merujuk dari pengertian translation tersebut, bisa dikatakan bahwa interpreting
merupakan pengalihan atau mentransfer arti, pesan, pikiran, dan ide dengan tidak merubah
sedikitpun maknanya yang dilakukan secara lisan atau ucapan. Di samping itu, Shuttleworth dan
Cowie (dalam Pujiyanti 2013:1) mengatakan, “Interpreting is a term used to refer to the oral
translation of a spoken message or text.” Artinya, Interpreting adalah sebuah istilah yang
mengacu pada terjemahan lisan dari pesan yang berupa ucapan maupun teks.
`
2.2. Tipe-tipe dari Penerjemahan Lisan
Pada dasarnya tipe-tipe penerjemahan lisan dibedakan kedalam beberapa bagian,
diantranya.
2.2.1 Berdasarkan Status Profesi
Tipe penerjemahan lisan berdasarkan status profesi yaitu penerjemahan yang dilihat dari
profesi atau pekerjaannya. Ada beberapa tipe penerjemahan berdasarkan status profesi. Pertama,
interpreter amatir, yaitu penerjemah lisan yang bekerja hanya sebagai kegemaran ataupun
seseorang yang sedang masih dalam tahap pembelajaran (mahasiswa bahasa Inggris).
Kedua, interpreter profesional, yaitu seorang penerjemah yang sudah mahir dan benar-
benar bekerja sebagai interpreter, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun hasil dari
pekerjaan sebagai interpreter. Ketiga, interpreter semi profesional, penerjemah lisan ini
merupakan penerjemah yang sudah mahir. Namun, dia tidak menggunakan keterampilan
interpreting ini sebagai matapencaharian, akan tetapi jika disuruh menjadi interpreter maka dia
sanggup dan bisa. Dalam kata lain keterampilan interpretingnya hanya digunakan sebagai
pekerjaan sampingan (Nababan dalam Khrisna, 2008:13).
2.2.2 Berdasarkan Sifat Kerjanya
Tipe penerjemahan berdasarkan sifat kerjanya ada yang bekerja penuh waktu (full-timer)
dan yang paruh waktu (part-timer). (Weber dalam Khrisna, 2008:13-14).
Artinya, penerjemah lisan penuh waktu ini samadengan penerjemah profesional yaitu
bekerja penuh dalam bidang penerjemahan lisan dan mengandalkan keahliannya tersebut sebagai
pekerjaan utama. Sedangkan penerjamah lisan paruh waktu samadengan penerjemah semi
profesional, yaitu seseorang yang bisa dan mampu melakukan kegiatan penerjemahan lisan,
tetapi pekerjaan tersebut hanya sekedar sampingan.
2.2.3 Berdasarkan Tempatnya
Tipe penerjemahan lisan berdasarkan tempatnya dibagi ke dalam beberapa jenis. Pertama,
Conference Interpreting, yaitu penerjemahan lisan yang dilaksanakan dalam suatu konferensi,
misalnya seperti dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA). Biasanya penerjemahan lisan yang
dilaksanakan pada saat konferensi ini menggunakan cara penerjemahan lisan kombinasi
(Combination Interpreting) yaitu menggabungkan antara penerjemahan lisan konsekutif
(Consecutive) dan simultan (Simultaneous).
Kedua, Court Interpreting, yaitu penerjemah lisan yang dilaksanakan di ruang sidang,
penerjemah ini disebut penerjemah lisan legal dan kedudukannya paling tinggi dari penerjemah
lisan lainnya. Penerjemah lisan ini harus bersifat netral.
Ketiga, Community Interpreting, penerjemahan lisan jenis ini biasanya dilakukan di tempat
atau bidang pelayanan umum, dimana penerjemahan lisan ini sebagai fasilitas komunikasi antara
para pejabat dengan masyarakat umum, contohnya seperti di kepolisian, imigrasi, dsb.
Keempat, Whispered Interpreting, sesuai dengan namanya “Whispered” artinya “berbisik”.
Namun sebenarnya penerjemahan lisan ini tidak berbisik, melainkan berbicara pelan.
Penerjemhan ini biasanya dilakukan ketika partisipan tidak lebih dari 2 orang, oleh karena itu
tidak membutuhkan suara keras.
Kelima, ada Liaison Interpreting, Liaison artinya penghubung, jadi penerjemahan ini adalah
penerjemahan lisan sebagai penghubung antara si A dengan si B. Misalnya si A ingin melakukan
percakapan dengan si B, tetapi diantara mereka berdua tidak saling memahami bahasa lawan
bicaranya. Dalam penerjemahan lisan ini seorang interpreter harus menjadi penerjemah lisan
antara dua bahasa (Inggris-Indonesia serta Indonesia-Inggris). Di samping itu, menurut Fujiyanti
(2013:5) Liaison Interpreting,
“Digunakan ketika suatu kelompok kecil dari dua kubu yang tidak saling memahami bahasa
lawan tuturnya mengadakan suatu diskusi atau negosiasi. Peristiwa ini umumnya terjadi
dalam suatu rapat, pertemuan delegasi, atau perjanjian kesepakatan [Dalam] kegiatan ini kedua
kubu saling berinteraksi dengan memanfaatkan kehadiran seorang penerjemah lisan untuk
menjembatani kesenjangan komunikasi mereka akibat perbedaan bahasa.”

2.2.4 Berdasarkan Caranya


Tipe interpreting berdasarkan caranya umumnya dibedakan menjadi tiga. Diantaranya
Konsekutif (Consecutive), Simultan (Simultaneous), dan Kombinasi (Combination).
Penerjemahan lisan secara Konsekutif adalah penerjemahan yang dilakukan dengan jeda
waktu, dalam arti si penerjemah jangan dulu bicara (menginterpreting) sebelum pembicara
berhenti berbicara (sekitar 3 sampai 10 kalimat). Konsekutif menurut Santiago (dalam Pujiyanti,
2013:6), “in its purest form, consecutive interpretation is a mode which the interpreter begins the
interpretation of a complete message after the speaker has stopped producing the source
utterance.” Artinya kurang lebih, penerjemahan lisan konsekutif adalah sebuh cara dimana
penerjemah lisan mulai menginterpretasikan pesan tersebut setelah pembicara berhenti
memberikan ujarannya (berbicara). Adapun ciri khas dari penerjemahan secara konsekutif yaitu
membuat catatan (note-taking), catatan tersebut berguna jika lupa karena keterbatasan memori
atau ingatan serta waktu.
Penerjemhan lisan secara Simultan merupakan penerjemhan lisan yang dilakukan secara
beriringan, dimana si penerjemah melakukan interpreting mengiringi perkataan pembicara,
artinya setiap kata yang diungkapkan harus diinterpretasikan. Adapun alat tambahan dalam
penerjemahan secara simultan diantaranya booth, microphone, headset, transmitter, dsb.
Selanjutnya ada penerjemahan secara Kombinasi, penerjemahan ini merupakan
penerjemahan lisan gabungan antara Konsekutif dengan Simultan , dimana si Simultaneous
Interpreter bertugas sebagai penyampai pesan atau arti, sedangkan si Consecutive Interpreter
bertugas mencatat untuk menjaga ada kesalahan atau lupa. Biasanya cara penerjemahan seperti
ini dilakukan di kenegaraan.

2.3. Persiapan dan Strategi dalam Penerjemahan Lisan


Persiapan dan strategi sangatlah penting bagi seorang penerjemah lisan yang akan
melaksanakan tugasnya, karena keberhasilan itu tertagntung pada persiapan itu sendiri.
2.3.1. Langkah-langkah dalam Penerjemahan Lisan
Ada beberapa langkah atau persiapan pribadi yang harus diperhatikan dalam penerjemahan
lisan, yang utama adalah persiapan fisik yang prima, karena proses penerjemahkan lisan itu
sangat menguras tenaga (fisik), kemudian seorang penerjemah harus memperhatikan peralatan
seperti buku (note-taking) bagi penerjemah lisan konsekutif dan peralatan lainnya, selain itu
penerjemah lisan juga harus datang lebih awal minimal 30 menit sebelumnya serta sebelum
bertugas dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pembicara supaya bisa mengetahui “kisi-
kisi” yang akan disampaikan oleh pembicara tersebut.
2.3.2. Strategi Penerjemahan Lisan
Adpun strategi yang harus dikuasi oleh seorang penerjemah lisan diantaranya. Penerjemah
lisan senantiasa harus melakukan kontak mata dengan lawan bicara maupun pendengarnya,
penerjemah lisan harus menyampaiakan pesan dengan jelas dan yakin, penerjemah lisan harus
berada dekat dengan pembicara untuk memudahkan dalam menangkap pesan, sampaikanlah
pesan apa adanya, serta intonasi atau mimik harus sesaui dengan pembicara (Khrisna, 2013: 26-
30).

2.4. Teknik dalam Penerjemahan Lisan Beserta Contohnya


Agar terjemahan lisan ini bisa terlaksana dengan baik dan mudah, maka ada beberapa
teknik yang harus dikuasai dan bisa diaplikasikan. Berdasarkan Tesis (Khrisna, 2013:31-39) ada
beberapa teknik dalam penerjemahan Lisan sebagai berikut.
2.4.1. Reduksi / Penghapusan (Reduction / Deletion)
Teknik penerjemahan ini sesuai dengan nanamnya yaitu Reduksi atau pemotongan
(pengurangan) yaitu proses penerjemahan dengan melakukan pengurangan kata atau prase
Bahasa Sumber (BSu) dengan tujuan hasil terjemhananya dalam Bahasa Sasaran (BSa) menjadi
lebih efektif dan enak didengar.
Contohnya – BSu : Eris is a student.
– BSa : Eris seorang pelajar.
2.4.2. Penambahan (Addition)
Penambahan disini artinya sebuah teknik menambahkan kata atau prase ke dalam BSa,
tujuannya untuk memperjelas makna yang disampaikan oleh pembicara.
Contohnya – BSu : Fauji told me that he could playing football.
– BSa: Fauji bilang pada saya bahwa dia bisa bermain sepakbola.
2.4.3. Transposisi (Transposition)
Teknik penerjemahan ini yaitu teknik penerjemahan dengan cara menggeserkan atau
merubah posisi. Yaitu dengan cara merubah posisi prase yang ada di awal kalimat menjadi di
akhir atau di tengah kalimat.
Contohnya – BSu : I had played football for 90 minutes yesterday.
– BSa : Kemarin saya bermain sepakbola selama 90 menit.
2.4.4. Modulasi (Modulation)
Teknik modulasi ini merupakan teknik penerjemahan lisan dengan cara mengubahan kalimat
dari pasif menjadi aktif ataupun sebaliknya.
nya – BSu : The students are being studied Interpreting by Mr. Andang.
– BSa : Bapak Andang sedang mengajarkan mahasiswa penerjemahan lisan.
2.4.5. Terjemahan Harfiah (Literal Translation)
Penerjemahan harfiah ini yaitu teknik penerjemahkan lisan dengan cara kata per kata (word
per word), tetapi kata per kata ini juga bisa dimodifikasi (modification).
Contohnya – BSu : She is a beautiful girl.
– BSa : Dia adalah seorang cantik gadis (kata per kata).
Dia seorang gadis yang cantik (modifikasi).
2.4.6. Adaptasi (Adaptation)
Teknik penerjemahan ini adalah proses penerjemahan secara bebas, diadaptasikan sesuai
dengan konteks yang ada dalam BSa, Biasanya terjemahan ini dilakukan untuk menterjemahkan
kata-kata yang berbau peribahasa ataupun sastra (idiom).
Contohnya – BSu : To speak about the devils.
– BSa : Mebicarakan setan (secara sastra)
Panjang umurnya/Baru saja dibicarakan (Adaptasi)
2.4.7. Pungutan (Borrowing)
Teknik penerjemahana ini dalam bahasa Indonesia bisa disebut kata serapan, dimana kata
tersebut masih mempertahankan cara pengucapan ataupun penulisannya.
Contohnya – BSu : This is a mouse.
– BSa : Ini mouse (komputer)
2.4.8. Amplifikasi (Amplification) atau Deskripsi (Description)
Yaitu teknik penerjemahan lisan untuk meredefinisikan suatu istilah yang tidak ditemukan
padannya. Redefinisi disini bukan berarti menggantikan suatu istilah dengan istilah baru. Dalam
kata lain amplifikasi adalah proses mendeskripsikan atau menjelaskan kata yang tidak ditemukan
padanan katanya.
Contohnya – BSu : Pete / Petai
– BSa : A type of edible flat bean.
2.4.9. Kalke (Calque)
Kalke adalah teknik penerjemahan lisan secara harfiah dari suatu kata atau frase ke dalam
BSa, kemudian dicocokan dengan konteks yang ada dalam BSa.
Contohnya – BSu : Prophet Mohammed, and Abraham.
– BSa : Nabi Muhammad dan Ibrahim.
2.4.10. Kompensasi (Compensation)
Teknik penerjemahan lisan ini teknik menyampaikan sebuah makna yang tidak bisa
disampaikan ke dalam BSa dengan posisi atau makna yang sama. Sebuah kata bisa berubah
maknanya dalam keadaan tertentu.
Contohnya – BSu : He is going to come to my birthday party.
– BSa : Dia akan datang ke pesta ulang tahun ku. (buat sahabat).
Beliau akan datang ke pesta ulang tahun ku. (buat orang yang dihormati).
2.4.11. Generalisasi (Generalization)
Teknik generalisasi ini digunakan dengan cara menggunakan istilah umum yang bisa
dimengerti oleh pendengar atau audien.
Contohnya – BSu : She gave me a lot of pie.
– BSa : Dia memberikanku roti yang banyak.
2.4.12. Amplifikasi Linguistik (Linguistc Amplification)
Teknik ini diaplikasikan dengan cara menambahkan elemen-elemen linguistik pada frase,
biasanya frase ini diinterpretasikan ke dalam padanan frase yang sudah baku.
Contohnya – BSu : No parking.
– BSa : Dilarang parkir.
2.5. Hal-hal yang Harus Dilakukan sebagai Seorang Interpreter (Kode Etik)
Seorang penerjemah lisan harus mematuhi etika-etika atau pedoman (kode etik). Ada
beberapa acuan dasar kode etik yang harus dipegang teguh.
2.4.1. Ketepatan Dalam Mengalihkan Pesan
Seorang penerjemah lisan harus tepat dalam mengalihkan pesan agar maksud dan tujuan
yang diucapkan pembicara bisa sampai, adapun caranya diantaranya harus memahami serta
menguasai BSu maupun BSa, selain itu dalam penyampaian pesan atau tuturan sasaran harus
jelas jangan terdengar seperti terjemahan.
2.4.2. Menjaga Rahasia Klien
Seorang penerjemah lisan yang profesional akan selalu menjaga rahasia para kliennya.
Karena biasanya seorang penerjemah lisan akan menemuni para klien dari lembaga, perusahaan,
maupun pemerintah. Oleh karena itu penerjemah harus bisa menjaga kerahasiaannya.
2.4.3. Tidak Memihak
Untuk menjamin bahwa pesan yang disampaikan itu akurat dan tepat. Maka seorang
penerjemah lisan yang profesiaonal harus bersifat netral atau tidak memihak (Khrisna, 2013:40-
43). Jika seorang penerjemahan lisan tidak bisa menjaga kode etik, itu artinya ia telah
“mengotori” dirinya sendiri ataupun penerjemahan lisan itu sendiri.

2.6.Korelasi Penerjemahan Lisan dengan Jurusan Bahasa Inggris


Jurusan Bahasa Inggris merupakan jurusan yang mempelajari keseluruhan dari pelajaran
bahasa Inggris, baik itu speaking, structure, translation, listening, tak terkecuali dengan
interpreting. Karena mahasiswa jurusan bahasa khusunya jurusan D-3 Bahasa Inggris Fakultas
Adab dan Humaniora yang merupakan “Arsitek” nya bahasa, maka mahasiswa harus mampu
“mengutuk-ngatik” bahasa, khususnya dalam Interpreting Indonesia-Inggris ataupun sebaliknya.
Walaupun interpreting sangat sulit, tetapi inilah yang harus dikuasai oleh para mahasiswa
jurusan bahasa Inggris. Kemampuan interpreting ini tidak semudah membalikan telapak tangan,
tetapi kita harus giat berlatih.
Sebagaimana sambutan Bapak Uday Permanaludin, M.Pd dalam Milad jurusan Bahasa
Inggris (BI) ke-14 tahun yang dilaksanakan pada 10 Mei kemarin, beliau mengatakan bahwa jati
diri jurusan BI itu tergantung mahasiswanya, dalam jurusan BI itu ada lima skill yang harus
dikuasi oleh para mahasiswanya diantaranya Structure, Reading, Listening, Translation, dan
Interpreting.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Penerjemahan lisan (interpreting) merupakan pengalihan atau mentransfer arti, pesan,
pikiran, dan ide dengan tidak merubah sedikitpun maknanya yang dilakukan secara lisan atau
ucapan. Ada beberapa tipe penerjemahan lisan. Pertama, berdasarkan status profesi, diantaranya
penerjemah lisan amatir, profesional, dan semiprofesional. Kedua, berdasarkan sifat kerjanya
yaitu ada penerjemah yang bekerja penuh waktu dan adapula yang bekerja paruh waktu. Ketiga,
berdasarkan tempatnya ada yang dilaksanakan di conference interpreting, court interpreting,
community interpreting, whispered interpreting, atau liasion interpreting. Keempat, berdasarkan
caranya diantaranya secara konsekutif, simultan, dan kombinasi.
Seorang penerjemah lisan harus melaukan persiapan dan menyiapkan strategi serta teknik
ketika akan melaksanakan tugasnya. Seorang penerjemah harus memperhatikan peralatan seperti
buku (note-taking) bagi penerjemah lisan konsekutif dan peralatan lainnya, selain itu penerjemah
lisan juga harus datang lebih awal minimal 30 menit sebelumnya serta sebelum bertugas
dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pembicara supaya bisa mengetahui “kisi-kisi” yang
akan disampaikan oleh pembicara tersebut.
Seorang interpreter juga harus mematuhi kode etik yang sudah ditetapkan dan tidak boleh
melanggarnya, diantaranya ketepatan dalam mengalihkan pesan (interpreting), menjaga rahasia
klien, dan harus bersifat netral. Walaupun interpreting sangat sulit, tetapi inilah yang harus
dikuasai oleh para mahasiswa jurusan bahasa Inggris. Kemampuan interpreting ini tidak
semudah membalikan telapak tangan, tetapi kita harus giat berlatih. Kemampuan interpreting ini
merupakan identias dari jurusan Bahasa Inggris (Afakultas Adab dan Humaniora).
3.2. Saran-saran
Sebagai seorang pelajar yang ada di jurusan Bahasa Inggris, marilah kita meningkatkan
pembelajaran kita, terutama dalam penerjemahan lisan (Interpreting). Minimal kita harus
mengetahui teknik ataupun tatacara dalam melakukan penerjemahan lisan. Karena penerjemahan
lisan merupakan jati diri dari jurusan Bahasa Inggris di samping pelajaran structure, reading,
listening, dan translation.
Selain itu sebagai seorang penerjemah lisan agar bisa menjaga kode etik dalam melakukan
penerjemahan lisan. Hal ini untuk menjaga nama baik dari penerjemahan lisan ataupun
penerjemah lisan itu sendiri. Seorang penerjemah profesinal pasti akan senantiasa menjaga dan
mematuhi kode etik penerjemahan lisan.

Pengertian Penerjemahan Lisan (Interpreting)


Penerjemahan (Translation) merupakan pengalihan arti dan pesan dari Bahasa Sumber
(BSu) ke dalam Bahasa Sasaran (BSa). Penerjemahan ibaratkan kita mentrasnfer uang dari Bank
A ke Bank B, maka saldo ataupun jumlah uangnya akan tetap sama walaupun Bank nya berbeda.
Menurut Brislin (dalam Djuharie, 2013:12),”Terjemahan adalah pengalihan pikiran dan ide dari
BSa ke dalam BSu, baik itu bahasa lisan maupun tulisan, baik bahasa itu sudah memiliki
ortografi ataupun belum, baik itu bahasa isyarat untuk orang-orang tuli ataupun bukan.”
Merujuk dari pengertian translation tersebut, bisa dikatakan bahwa interpreting
merupakan pengalihan atau mentransfer arti, pesan, pikiran, dan ide dengan tidak merubah
sedikitpun maknanya yang dilakukan secara lisan atau ucapan. Di samping itu, Shuttleworth dan
Cowie (dalam Pujiyanti 2013:1) mengatakan, “Interpreting is a term used to refer to the oral
translation of a spoken message or text.” Artinya, Interpreting adalah sebuah istilah yang
mengacu pada terjemahan lisan dari pesan yang berupa ucapan maupun teks.
`
2.2. Tipe-tipe dari Penerjemahan Lisan
Pada dasarnya tipe-tipe penerjemahan lisan dibedakan kedalam beberapa bagian,
diantranya.
2.2.1 Berdasarkan Status Profesi
Tipe penerjemahan lisan berdasarkan status profesi yaitu penerjemahan yang dilihat dari
profesi atau pekerjaannya. Ada beberapa tipe penerjemahan berdasarkan status profesi. Pertama,
interpreter amatir, yaitu penerjemah lisan yang bekerja hanya sebagai kegemaran ataupun
seseorang yang sedang masih dalam tahap pembelajaran (mahasiswa bahasa Inggris).
Kedua, interpreter profesional, yaitu seorang penerjemah yang sudah mahir dan benar-
benar bekerja sebagai interpreter, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun hasil dari
pekerjaan sebagai interpreter. Ketiga, interpreter semi profesional, penerjemah lisan ini
merupakan penerjemah yang sudah mahir. Namun, dia tidak menggunakan keterampilan
interpreting ini sebagai matapencaharian, akan tetapi jika disuruh menjadi interpreter maka dia
sanggup dan bisa. Dalam kata lain keterampilan interpretingnya hanya digunakan sebagai
pekerjaan sampingan (Nababan dalam Khrisna, 2008:13).
2.2.2 Berdasarkan Sifat Kerjanya
Tipe penerjemahan berdasarkan sifat kerjanya ada yang bekerja penuh waktu (full-timer)
dan yang paruh waktu (part-timer). (Weber dalam Khrisna, 2008:13-14).
Artinya, penerjemah lisan penuh waktu ini samadengan penerjemah profesional yaitu
bekerja penuh dalam bidang penerjemahan lisan dan mengandalkan keahliannya tersebut sebagai
pekerjaan utama. Sedangkan penerjamah lisan paruh waktu samadengan penerjemah semi
profesional, yaitu seseorang yang bisa dan mampu melakukan kegiatan penerjemahan lisan,
tetapi pekerjaan tersebut hanya sekedar sampingan.
2.2.3 Berdasarkan Tempatnya
Tipe penerjemahan lisan berdasarkan tempatnya dibagi ke dalam beberapa jenis. Pertama,
Conference Interpreting, yaitu penerjemahan lisan yang dilaksanakan dalam suatu konferensi,
misalnya seperti dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA). Biasanya penerjemahan lisan yang
dilaksanakan pada saat konferensi ini menggunakan cara penerjemahan lisan kombinasi
(Combination Interpreting) yaitu menggabungkan antara penerjemahan lisan konsekutif
(Consecutive) dan simultan (Simultaneous).
Kedua, Court Interpreting, yaitu penerjemah lisan yang dilaksanakan di ruang sidang,
penerjemah ini disebut penerjemah lisan legal dan kedudukannya paling tinggi dari penerjemah
lisan lainnya. Penerjemah lisan ini harus bersifat netral.
Ketiga, Community Interpreting, penerjemahan lisan jenis ini biasanya dilakukan di tempat
atau bidang pelayanan umum, dimana penerjemahan lisan ini sebagai fasilitas komunikasi antara
para pejabat dengan masyarakat umum, contohnya seperti di kepolisian, imigrasi, dsb.
Keempat, Whispered Interpreting, sesuai dengan namanya “Whispered” artinya “berbisik”.
Namun sebenarnya penerjemahan lisan ini tidak berbisik, melainkan berbicara pelan.
Penerjemhan ini biasanya dilakukan ketika partisipan tidak lebih dari 2 orang, oleh karena itu
tidak membutuhkan suara keras.
Kelima, ada Liaison Interpreting, Liaison artinya penghubung, jadi penerjemahan ini adalah
penerjemahan lisan sebagai penghubung antara si A dengan si B. Misalnya si A ingin melakukan
percakapan dengan si B, tetapi diantara mereka berdua tidak saling memahami bahasa lawan
bicaranya. Dalam penerjemahan lisan ini seorang interpreter harus menjadi penerjemah lisan
antara dua bahasa (Inggris-Indonesia serta Indonesia-Inggris). Di samping itu, menurut Fujiyanti
(2013:5) Liaison Interpreting,
“Digunakan ketika suatu kelompok kecil dari dua kubu yang tidak saling memahami bahasa
lawan tuturnya mengadakan suatu diskusi atau negosiasi. Peristiwa ini umumnya terjadi
dalam suatu rapat, pertemuan delegasi, atau perjanjian kesepakatan [Dalam] kegiatan ini kedua
kubu saling berinteraksi dengan memanfaatkan kehadiran seorang penerjemah lisan untuk
menjembatani kesenjangan komunikasi mereka akibat perbedaan bahasa.”

2.2.4 Berdasarkan Caranya


Tipe interpreting berdasarkan caranya umumnya dibedakan menjadi tiga. Diantaranya
Konsekutif (Consecutive), Simultan (Simultaneous), dan Kombinasi (Combination).
Penerjemahan lisan secara Konsekutif adalah penerjemahan yang dilakukan dengan jeda
waktu, dalam arti si penerjemah jangan dulu bicara (menginterpreting) sebelum pembicara
berhenti berbicara (sekitar 3 sampai 10 kalimat). Konsekutif menurut Santiago (dalam Pujiyanti,
2013:6), “in its purest form, consecutive interpretation is a mode which the interpreter begins the
interpretation of a complete message after the speaker has stopped producing the source
utterance.” Artinya kurang lebih, penerjemahan lisan konsekutif adalah sebuh cara dimana
penerjemah lisan mulai menginterpretasikan pesan tersebut setelah pembicara berhenti
memberikan ujarannya (berbicara). Adapun ciri khas dari penerjemahan secara konsekutif yaitu
membuat catatan (note-taking), catatan tersebut berguna jika lupa karena keterbatasan memori
atau ingatan serta waktu.
Penerjemhan lisan secara Simultan merupakan penerjemhan lisan yang dilakukan secara
beriringan, dimana si penerjemah melakukan interpreting mengiringi perkataan pembicara,
artinya setiap kata yang diungkapkan harus diinterpretasikan. Adapun alat tambahan dalam
penerjemahan secara simultan diantaranya booth, microphone, headset, transmitter, dsb.
Selanjutnya ada penerjemahan secara Kombinasi, penerjemahan ini merupakan
penerjemahan lisan gabungan antara Konsekutif dengan Simultan , dimana si Simultaneous
Interpreter bertugas sebagai penyampai pesan atau arti, sedangkan si Consecutive Interpreter
bertugas mencatat untuk menjaga ada kesalahan atau lupa. Biasanya cara penerjemahan seperti
ini dilakukan di kenegaraan.

2.3. Persiapan dan Strategi dalam Penerjemahan Lisan


Persiapan dan strategi sangatlah penting bagi seorang penerjemah lisan yang akan
melaksanakan tugasnya, karena keberhasilan itu tertagntung pada persiapan itu sendiri.
2.3.1. Langkah-langkah dalam Penerjemahan Lisan
Ada beberapa langkah atau persiapan pribadi yang harus diperhatikan dalam penerjemahan
lisan, yang utama adalah persiapan fisik yang prima, karena proses penerjemahkan lisan itu
sangat menguras tenaga (fisik), kemudian seorang penerjemah harus memperhatikan peralatan
seperti buku (note-taking) bagi penerjemah lisan konsekutif dan peralatan lainnya, selain itu
penerjemah lisan juga harus datang lebih awal minimal 30 menit sebelumnya serta sebelum
bertugas dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pembicara supaya bisa mengetahui “kisi-
kisi” yang akan disampaikan oleh pembicara tersebut.
2.3.2. Strategi Penerjemahan Lisan
Adpun strategi yang harus dikuasi oleh seorang penerjemah lisan diantaranya. Penerjemah
lisan senantiasa harus melakukan kontak mata dengan lawan bicara maupun pendengarnya,
penerjemah lisan harus menyampaiakan pesan dengan jelas dan yakin, penerjemah lisan harus
berada dekat dengan pembicara untuk memudahkan dalam menangkap pesan, sampaikanlah
pesan apa adanya, serta intonasi atau mimik harus sesaui dengan pembicara (Khrisna, 2013: 26-
30).
2.4. Teknik dalam Penerjemahan Lisan Beserta Contohnya
Agar terjemahan lisan ini bisa terlaksana dengan baik dan mudah, maka ada beberapa
teknik yang harus dikuasai dan bisa diaplikasikan. Berdasarkan Tesis (Khrisna, 2013:31-39) ada
beberapa teknik dalam penerjemahan Lisan sebagai berikut.
2.4.1. Reduksi / Penghapusan (Reduction / Deletion)
Teknik penerjemahan ini sesuai dengan nanamnya yaitu Reduksi atau pemotongan
(pengurangan) yaitu proses penerjemahan dengan melakukan pengurangan kata atau prase
Bahasa Sumber (BSu) dengan tujuan hasil terjemhananya dalam Bahasa Sasaran (BSa) menjadi
lebih efektif dan enak didengar.
Contohnya – BSu : Eris is a student.
– BSa : Eris seorang pelajar.
2.4.2. Penambahan (Addition)
Penambahan disini artinya sebuah teknik menambahkan kata atau prase ke dalam BSa,
tujuannya untuk memperjelas makna yang disampaikan oleh pembicara.
Contohnya – BSu : Fauji told me that he could playing football.
– BSa: Fauji bilang pada saya bahwa dia bisa bermain sepakbola.
2.4.3. Transposisi (Transposition)
Teknik penerjemahan ini yaitu teknik penerjemahan dengan cara menggeserkan atau
merubah posisi. Yaitu dengan cara merubah posisi prase yang ada di awal kalimat menjadi di
akhir atau di tengah kalimat.
Contohnya – BSu : I had played football for 90 minutes yesterday.
– BSa : Kemarin saya bermain sepakbola selama 90 menit.
2.4.4. Modulasi (Modulation)
Teknik modulasi ini merupakan teknik penerjemahan lisan dengan cara mengubahan kalimat
dari pasif menjadi aktif ataupun sebaliknya.
nya – BSu : The students are being studied Interpreting by Mr. Andang.
– BSa : Bapak Andang sedang mengajarkan mahasiswa penerjemahan lisan.
2.4.5. Terjemahan Harfiah (Literal Translation)
Penerjemahan harfiah ini yaitu teknik penerjemahkan lisan dengan cara kata per kata (word
per word), tetapi kata per kata ini juga bisa dimodifikasi (modification).
Contohnya – BSu : She is a beautiful girl.
– BSa : Dia adalah seorang cantik gadis (kata per kata).
Dia seorang gadis yang cantik (modifikasi).
2.4.6. Adaptasi (Adaptation)
Teknik penerjemahan ini adalah proses penerjemahan secara bebas, diadaptasikan sesuai
dengan konteks yang ada dalam BSa, Biasanya terjemahan ini dilakukan untuk menterjemahkan
kata-kata yang berbau peribahasa ataupun sastra (idiom).
Contohnya – BSu : To speak about the devils.
– BSa : Mebicarakan setan (secara sastra)
Panjang umurnya/Baru saja dibicarakan (Adaptasi)
2.4.7. Pungutan (Borrowing)
Teknik penerjemahana ini dalam bahasa Indonesia bisa disebut kata serapan, dimana kata
tersebut masih mempertahankan cara pengucapan ataupun penulisannya.
Contohnya – BSu : This is a mouse.
– BSa : Ini mouse (komputer)
2.4.8. Amplifikasi (Amplification) atau Deskripsi (Description)
Yaitu teknik penerjemahan lisan untuk meredefinisikan suatu istilah yang tidak ditemukan
padannya. Redefinisi disini bukan berarti menggantikan suatu istilah dengan istilah baru. Dalam
kata lain amplifikasi adalah proses mendeskripsikan atau menjelaskan kata yang tidak ditemukan
padanan katanya.
Contohnya – BSu : Pete / Petai
– BSa : A type of edible flat bean.
2.4.9. Kalke (Calque)
Kalke adalah teknik penerjemahan lisan secara harfiah dari suatu kata atau frase ke dalam
BSa, kemudian dicocokan dengan konteks yang ada dalam BSa.
Contohnya – BSu : Prophet Mohammed, and Abraham.
– BSa : Nabi Muhammad dan Ibrahim.
2.4.10. Kompensasi (Compensation)
Teknik penerjemahan lisan ini teknik menyampaikan sebuah makna yang tidak bisa
disampaikan ke dalam BSa dengan posisi atau makna yang sama. Sebuah kata bisa berubah
maknanya dalam keadaan tertentu.
Contohnya – BSu : He is going to come to my birthday party.
– BSa : Dia akan datang ke pesta ulang tahun ku. (buat sahabat).
Beliau akan datang ke pesta ulang tahun ku. (buat orang yang dihormati).
2.4.11. Generalisasi (Generalization)
Teknik generalisasi ini digunakan dengan cara menggunakan istilah umum yang bisa
dimengerti oleh pendengar atau audien.
Contohnya – BSu : She gave me a lot of pie.
– BSa : Dia memberikanku roti yang banyak.
2.4.12. Amplifikasi Linguistik (Linguistc Amplification)
Teknik ini diaplikasikan dengan cara menambahkan elemen-elemen linguistik pada frase,
biasanya frase ini diinterpretasikan ke dalam padanan frase yang sudah baku.
Contohnya – BSu : No parking.
– BSa : Dilarang parkir.

2.5. Hal-hal yang Harus Dilakukan sebagai Seorang Interpreter (Kode Etik)
Seorang penerjemah lisan harus mematuhi etika-etika atau pedoman (kode etik). Ada
beberapa acuan dasar kode etik yang harus dipegang teguh.
2.4.1. Ketepatan Dalam Mengalihkan Pesan
Seorang penerjemah lisan harus tepat dalam mengalihkan pesan agar maksud dan tujuan
yang diucapkan pembicara bisa sampai, adapun caranya diantaranya harus memahami serta
menguasai BSu maupun BSa, selain itu dalam penyampaian pesan atau tuturan sasaran harus
jelas jangan terdengar seperti terjemahan.
2.4.2. Menjaga Rahasia Klien
Seorang penerjemah lisan yang profesional akan selalu menjaga rahasia para kliennya.
Karena biasanya seorang penerjemah lisan akan menemuni para klien dari lembaga, perusahaan,
maupun pemerintah. Oleh karena itu penerjemah harus bisa menjaga kerahasiaannya.
2.4.3. Tidak Memihak
Untuk menjamin bahwa pesan yang disampaikan itu akurat dan tepat. Maka seorang
penerjemah lisan yang profesiaonal harus bersifat netral atau tidak memihak (Khrisna, 2013:40-
43). Jika seorang penerjemahan lisan tidak bisa menjaga kode etik, itu artinya ia telah
“mengotori” dirinya sendiri ataupun penerjemahan lisan itu sendiri.
2.6.Korelasi Penerjemahan Lisan dengan Jurusan Bahasa Inggris
Jurusan Bahasa Inggris merupakan jurusan yang mempelajari keseluruhan dari pelajaran
bahasa Inggris, baik itu speaking, structure, translation, listening, tak terkecuali dengan
interpreting. Karena mahasiswa jurusan bahasa khusunya jurusan D-3 Bahasa Inggris Fakultas
Adab dan Humaniora yang merupakan “Arsitek” nya bahasa, maka mahasiswa harus mampu
“mengutuk-ngatik” bahasa, khususnya dalam Interpreting Indonesia-Inggris ataupun sebaliknya.
Walaupun interpreting sangat sulit, tetapi inilah yang harus dikuasai oleh para mahasiswa
jurusan bahasa Inggris. Kemampuan interpreting ini tidak semudah membalikan telapak tangan,
tetapi kita harus giat berlatih.
Sebagaimana sambutan Bapak Uday Permanaludin, M.Pd dalam Milad jurusan Bahasa
Inggris (BI) ke-14 tahun yang dilaksanakan pada 10 Mei kemarin, beliau mengatakan bahwa jati
diri jurusan BI itu tergantung mahasiswanya, dalam jurusan BI itu ada lima skill yang harus
dikuasi oleh para mahasiswanya diantaranya Structure, Reading, Listening, Translation, dan
Interpreting.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Penerjemahan lisan (interpreting) merupakan pengalihan atau mentransfer arti, pesan,
pikiran, dan ide dengan tidak merubah sedikitpun maknanya yang dilakukan secara lisan atau
ucapan. Ada beberapa tipe penerjemahan lisan. Pertama, berdasarkan status profesi, diantaranya
penerjemah lisan amatir, profesional, dan semiprofesional. Kedua, berdasarkan sifat kerjanya
yaitu ada penerjemah yang bekerja penuh waktu dan adapula yang bekerja paruh waktu. Ketiga,
berdasarkan tempatnya ada yang dilaksanakan di conference interpreting, court interpreting,
community interpreting, whispered interpreting, atau liasion interpreting. Keempat, berdasarkan
caranya diantaranya secara konsekutif, simultan, dan kombinasi.
Seorang penerjemah lisan harus melaukan persiapan dan menyiapkan strategi serta teknik
ketika akan melaksanakan tugasnya. Seorang penerjemah harus memperhatikan peralatan seperti
buku (note-taking) bagi penerjemah lisan konsekutif dan peralatan lainnya, selain itu penerjemah
lisan juga harus datang lebih awal minimal 30 menit sebelumnya serta sebelum bertugas
dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pembicara supaya bisa mengetahui “kisi-kisi” yang
akan disampaikan oleh pembicara tersebut.
Seorang interpreter juga harus mematuhi kode etik yang sudah ditetapkan dan tidak boleh
melanggarnya, diantaranya ketepatan dalam mengalihkan pesan (interpreting), menjaga rahasia
klien, dan harus bersifat netral. Walaupun interpreting sangat sulit, tetapi inilah yang harus
dikuasai oleh para mahasiswa jurusan bahasa Inggris. Kemampuan interpreting ini tidak
semudah membalikan telapak tangan, tetapi kita harus giat berlatih. Kemampuan interpreting ini
merupakan identias dari jurusan Bahasa Inggris (Afakultas Adab dan Humaniora).

3.2. Saran-saran
Sebagai seorang pelajar yang ada di jurusan Bahasa Inggris, marilah kita meningkatkan
pembelajaran kita, terutama dalam penerjemahan lisan (Interpreting). Minimal kita harus
mengetahui teknik ataupun tatacara dalam melakukan penerjemahan lisan. Karena penerjemahan
lisan merupakan jati diri dari jurusan Bahasa Inggris di samping pelajaran structure, reading,
listening, dan translation.
Selain itu sebagai seorang penerjemah lisan agar bisa menjaga kode etik dalam melakukan
penerjemahan lisan. Hal ini untuk menjaga nama baik dari penerjemahan lisan ataupun
penerjemah lisan itu sendiri. Seorang penerjemah profesinal pasti akan senantiasa menjaga dan
mematuhi kode etik penerjemahan lisan.
DAFTAR PUSTAKA

Djuharie, Otong Setiawan. 2013. Teknik dan Panduan Menterjemahkan Bahasa inggris-Bahasa
Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Pujiyanti, Umi. 2013.Kajian Penerjemahan Lisan. Solo: LKP Indonesia Belajar.

Khrisna, Dyah Ayu Nila. 2008. Kajian Penerjemahan Lisan Konsekutif dalam Kebaktian Kebangunan
Rohani Bertajuk “Miracle Crusade – This is Your Day!”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Djuharie, Otong Setiawan. 2013. Teknik dan Panduan Menterjemahkan Bahasa inggris-Bahasa
Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Pujiyanti, Umi. 2013.Kajian Penerjemahan Lisan. Solo: LKP Indonesia Belajar.

Khrisna, Dyah Ayu Nila. 2008. Kajian Penerjemahan Lisan Konsekutif dalam Kebaktian
Kebangunan Rohani Bertajuk “Miracle Crusade – This is Your Day!”. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
aa

Anda mungkin juga menyukai