Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Communicative language teaching

Communicative Language Teaching (CLT) adalah sebuah pendekatan dalam pengajaran


bahasa asing yang lebih menekankan konsep interaksi, baik dalam proses maupun tujuan dari
proses pembelajaran tersebut. Secara historis, CLT ini muncul sebagai respon terhadap Metode
Audio-Lingual (ALM), yang dianggap tidak tepat dalam pembelajaran bahasa.Metode ini
berangkat dari paham bahwa bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi bukan sekedar
seperangkat aturan. Oleh karena itu, pengajaran bahasa seharusnya berpegang teguh pada
pemahaman tersebut, yaitu belajar bahasa adalah belajar menggunakan bahasa bukan
mempelajari tentang bahasa tersebut.Karakteristik utama dari CLT adalah adanya kombinasi
antara aspek-aspek bahasa secara fungsional dan struktural. Secara fungsional, CLT menekankan
pada bagaimana bahasa tersebut digunakan, sedangkan secara struktural, CLT, menakankan
pada sistem atau aturan bahasa. Meskipun begitu, dalam aplikasinya porsi fungsional lebih
besar daripada porsi struktural karena pengajaran-pengajaran tentang aturan bahasa tidak
diberikan secara langsung, melainkan tersirat dalam proses belajar.

B. Pencetus CLT

Pengajaran bahasa pada awalnya dianggap sebagai masalah kognitif, terutama yang melibatkan
menghafal. Ia kemudian dianggap sebagai sosio-kognitif, yang berarti bahwa bahasa dapat
dipelajari melalui proses interaksi sosial. Saat ini, bagaimanapun, teknik dominan dalam
mengajar bahasa apa pun adalah pengajaran bahasa komunikatif (CLT). Itu adalah teori Noam
Chomsky pada tahun 1960-an, yang berfokus pada kompetensi dan kinerja dalam pembelajaran
bahasa, yang memunculkan pengajaran bahasa komunikatif, tetapi dasar konseptual untuk CLT
diletakkan pada tahun 1970-an oleh ahli bahasa Michael Halliday, yang mempelajari bagaimana
fungsi bahasa. diekspresikan melalui tata bahasa, dan Dell Hymes, yang memperkenalkan
gagasan tentang kompetensi komunikatif yang lebih luas daripada kompetensi linguistik
Chomsky yang lebih sempit. Munculnya CLT pada tahun 1970-an dan awal 1980-an sebagian
sebagai tanggapan atas kurangnya keberhasilan dengan metode pengajaran bahasa tradisional
dan sebagian karena peningkatan permintaan untuk pembelajaran bahasa.

Sejarah awal kemunculan CLT merupakan suatu respons terhadap metode audiolingual.


Lebih dari 30 dekade yang lalu, Finnocchhiaro dan Brumfit (1983) telah membuat daftar
perinci dan praktis mengenai fitur-fitur dari CLT dan membandingkan dengan
metode audiolingual pada tabel berikut:

Aspek Audiolingual CLT


Aspek yang ditekankan Lebih mengutamakan susunan dan Makna dianggap yang terpenting.
tata bahasa dibandingkan makna.
Menuntut hafalan dialog yang
berbasis tata bahasa.
Belajar bahasa dimaknai sebagai Pembelajaran bahasa merupakan
belajar tata bahasa, suara, dan kata. pembelajaran berkomunikasi.
Pengusaan bahasa dan kuantitas Komunikasi efektif ditekankan.
input ditekankan.
Pelafalan mirip penutur asli Pelafalan yang mudah dipahami
diutamakan. (comprehensible pronunciation)
diutamakan.
Tujuan pencapaian yang diinginkan Tujuan pencapaian yang diinginkan
merupakan kompetensi linguistik. merupakan kompetensi komunikatif.
Dalam hal ketetapan tata bahasa, Kelancaran dan keberterimaan bahasa
ketetapan merupakan tujuan utama. adalah tujuan utama, ketetapan dinilai
bukan dari sudut pandang abstrak, tetapi
dalam konteks.
Kontekstualisasi Unsur-unsur bahasa tidak perlu Kontekstualisasi merupakan premis dasar.
dikontekstualisasikan.
Teknik pengajaran Drilling merupakan teknik utama. Drilling bisa saja digunakan, tetapi bukan
sebagai teknik utama.
Penjelasan tata bahasa dihindari. Mengakomodasi penjelasan apa pun yang
dapat membantu peserta didik bervariasi
sesuai dengan usia, minat, dan sebagainya.
Aktivitas yang komunikatif hanya Siswa didorong untuk berkomunikasi dari
muncul setelah proses drilling dan awal.
latihan yang keras.
Penerjemahan dilarang  di level- Penerjemahan mungkin saja digunakan jika
level awal. pelajar butuh.
Membaca dan menulis ditunda Membaca dan menulis dapat dimulai
sampai siswa menguasai berbicara. bahkan dari hari pertama jika diinginkan.
Sistem linguistik bahasa target akan Cara terbaik mempelajari sistem linguistik
dipelajari melalui pembelajaran bahasa target, yaitu melalui proses berusaha
mengenai pola-pola sistem tersebut. berkomunikasi.
Bahasa merupakan kebiasaan jadi Bahasa dibentuk oleh individu melalui uji
kesalahan harus dihindari dalam coba.
keadaan apapun.
Bahasa pengantar Penggunaan bahasa ibu masih Penggunaan bahasa ibu dilarang.
dimaklumi pada saat tertentu.
Urutan materi Urutan unit hanya ditentukan oleh Urutan unit ditentukan oleh pertimbangan
kompleksitas bahasa. apapun yang menyangkut isi, fungsi, atau
makna yang mempertahankan minat.
Motivasi belajar Motivasi intrinsik akan muncul dari Motivasi intrinsik akan muncul dari minat
minat terhadap tata bahasa dari terhadap apa yang dikemukakan dalam
bahasa tersebut. bahasa tersebut.
Peran peserta didik Peserta didik diharapkan Peserta didik diharapkan untuk berinteraksi
berinteraksi dengan sistem bahasa dengan orang lain, baik secara langsung,
yang terkandung dalam materi- berpasangan, dalam tim, maupun dalam
materi yang sudah ditentukan. bentuk tulisan.
Peran pengajar Guru mengontrol peserta didik dan Guru membantu peserta didik dengan cara
mencegah mereka melakukan memotivasi mereka belajar bahasa.
apapun yang bertentangan dengan
teori.
Guru diharapkan menentukan Guru tidak dapat mengetahui secara tepat
bahasa yang digunakan peserta bahasa apa yang akan digunakan oleh
didik. peserta didik.

C. Teori Pengajaran CLT

Menurut pendekatan komunikatif , agar proses pembelajaran dapat berlangsung  harus


ditekankan pada pentingnya variabel-variabel di bawah ini :

Komunikasi : kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata untuk mempromosikan


pembelajaran .
Tugas : kegiatan di mana bahasa digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna
dan mendukung proses pembelajaran.

Makna : bahasa yang bermakna dan otentik untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar .

Anda mungkin juga menyukai