Anda di halaman 1dari 2

Bahasa Sebagai Substansi dan Bentuk

Berbeda dengan aliran-aliran yang telah dibicarakan di muka, aliran ini


mengembangkan bahasa baik sebagai substansi maupun sebagai bentuk. Nampaknya
pandangan ontologis aliran ini memahami hakikat bahasa sebagai keseluruhan unsur-
unsurnya. Bahasa bukanlah hanya sekedar substansi fisis empiris belaka, atau bahasa
bukanlah hanya merupakan struktur empiris saja sebagaimana dikembangkan oleh
aliran-aliran yang sebagaimana dijelaskan di atas. Aliran yang hanya mendasarkan
hakikat bahasa secara berat sebelah yaitu hanya unsur-unsur empiris belaka atau
hanya unsur-unsur makna yang bersifat nonempiris, , nampak adanya pengaruh
strukturalisme.
Aliran dalam filsafat bahasa yang mendasarkan pada pandangan ontologis
bahwa bahasa pada hakikatnya adalah substansi dan bentuk. Tidak hanya
mendasarkan pada unsur-unsur fisis empiris belaka, melainkan juga mengikut
sertakan unsur nonempiris yaitu makna bahasa. Aliran dalam filsafat bahasa yang
mendasarkan pemikirannya pada hakikat bahasa sebagai substansi dan bentuk
dikenal dengan aliran “Firthian” atau teori madzhab “Firth”. Aliran ini berkembang
di Inggris dan dipelopori oleh para filsuf bahasa yang bernama J. R. Firth, kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Halliday.
Prinsip-prinsip filosofis yang dikembangkan paham Firthian adalah
menyangkut unsur bentuk fisis bahasa yaitu dikembangkan bidang fonologi, di mana
gagasan prosodic phonology sangat berbeda bahkan bertentangan dengan phonologi
strukturalisme Amerika yang berpaham strukturalisme empiris. Selain itu mereka
juga mengembangkan unsur substansi nonempiris bahasa yaitu unsur makna. Mereka
mengembangkan substansi makna bahasa pada semua level struktur linguistik,
sehingga memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang hakikat bahasa beserta
makna suatu ujaran.
Menurut Firth, bahasa yang merupakan aktivitas manusia yang bersifat
fundamental pasti mengikut sertakan pikiran-pikiran, ide-ide dari orang yang
menggunakan komunikasi tuturan, dan situasi di mana bahasa itu digunakan. Suatu
bahasa mengelompokkan dan mengabstraksikan unsur-unsur situasi yang
mempunyai hubungan konstan dengan perbendaharaan kata dan gramatika, hal ini
yang merupakan konteks suatu istilah yang digunakan paham Fiert tentang isi
bahasa. Hal ini termasuk hubungan internal dan eksternal. Dalam bahasa terdapat
suatu hubungan antara bentuk percakapan dengan bentuk percakapan yang lain, dan
hubungan suatu percakapan dengan situasi di mana percakapan itu terjadi. ekspresi
formal dari situasi konteks tersebut adalah perbendaharaan kata dan gramatika
bahasa yang dipakai dalam bentuk lisan maupun tulis, fonologi dan grafologi. Hal
inilah yang merupakan aspek formal dari bentuk bunyi dan lambang yang digunakan
dalam proses tuturan bahasa.
Demikianlah paham Firthian yang mendasarkan pada pemikiran filosofis,
bahwa bahasa pada hakikatnya meliputi unsur substansi maupun bentuk. Substansi
meliputi unsur fisis, empiris dan nonempiris, adapun bentuk meliputi struktur bahasa
yang membentuk suatu sistem. Dengan demikian prinsip-prinsip analisis bahasa juga
bersifat komprehensif, baik meliputi analisis struktur bahasa maupun analisis unsur
makna bahasa, bahkan termasuk aspek situisi makna di mana tuturan itu dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai