BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era informasi dan globalisasi ini, pemerintah menyadari pentingnya peran bahasa
Inggris dan sumber daya manusia yang memiliki keandalan berkomunikasi dalam bahasa
Inggris, yang di Indonesia merupakan bahasa asing. Dan pada mata pelajaran bahasa inggris
di SD/MI di butuhkan pemahaman yang lebih karena siswa masih dalam tahap awal
pengenalan bahasa asing. Dan siswa perlu belajar tentang tata bahasa, kosa kata dan pelafalan
huruf bahasa inggris yang baik dan benar. Pada makalah ini, penulis akan memaparkan
komponen bahasa yang meliputi grammar (tata bahasa), vocabulary (kosakata),
danpronunciation (pelafalan).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu :
A. Apakah Pembelajaran Komponen Bahasa ?
B. Bagaimana Pengajaran Tata Bahasa (Grammar) ?
C. Bagaimana Pengajaran Kosa Kata (Vocabulary) ?
D. Bagaimana Pelafalan (Pronunciation) ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini sebagaimana masalah yang telah penulis rumuskan, penulis
memiliki beberapa tujuan, yaitu :
A. Untuk Memaparkan Pembelajaran Komponen Bahasa
B. Untuk Memaparkan Pengajaran Tata Bahasa (Grammar)
C. Untuk Memaparkan Pengajaran Kosa Kata (Vocabulary)
D. Untuk Memaparkan Pelafalan (Pronunciation)
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pembelajaran bahasa, baik bahasa pertama, kedua atau bahasa asing,
pengajaran komponen bahasa merupakan bagian dari program bahasa. Meskipun mengajar
praktis di lapangan berlangsung secara terpadu, guru dan calon guru perlu memahami
beberapa konsep penting yang berkaitan dengan ketiga komponen bahasa ,terutama yang
mengenai komponen bahasa Inggris.
Apakah yang dimaksud dengan komponen bahasa? Pada umumnya komponen bahasa
terdiri dari tiga, yaitu grammar (tata bahasa), vocabulary(kosakata),
dan pronunciation (pelafalan).[1]
1. Tata bahasa atau kaidah-kaidah bahasa merupakan pola atau aturan yang harus diikuti bila
kita mau belajar suatu bahasa dengan benar. Istilah structureatau grammar sering dipakai
dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk komponen pertama ini. Komponan ini merupakan
kerangka bahasa yang harus diikuti agar bahasa bisa diterima.
2. Kosakata atau vocabulary merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dan
memberikan makna bila kita menggunakan bahasa tersebut. Kosakata bahasa Inggris yang
perlu dipelajari oleh siswa sekolah dasar diperkirakan sebanyak kurang lebih 500 kata.
3. Pelafalan atau pronunciatio adalah cara mengucapkan kata-kata sutu bahasa. ucapan bahasa
Inggris sangat berbeda dengan sistem ucapan bahasa ibu dan bahasa Indonesia.
Untuk dapat dimengerti dan diterima sebagai pelajar bahasa Inggris , ketiga
komponen ini harus dipelajari secara benar. Untuk siswa tingkat sekolah dasar yang belajar
bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang tidak digunakan di masyarakat, pengajaran ketiga
komponen bahasa ini perlu dikemas secara terpadu dan cermat. Pembelajaran perlu
direncanakan dengan baik dengan memilih bahan yang sesuai untuk kebutuhan siswa. Seleksi
dan penyusunan bahan diperlukan, apalagi bila jam pelajaran bahasa Inggris
sebagai matapelajaran muatan lokal hanya diprogramkan satu atau dua jam pelajaran dalam
seminggu.
B. Pengajaran Tata Bahasa (Grammar)
Tata bahasa (grammar) atau kaidah-kaidah bahasa merupakan pola dan aturan yang
harus diikuti bila kita mau belajar suatu bahasa dengan benar.
IstilahStructure atau Grammar sering sekali dipakai dalam pembelajaran Bahasa Inggris
untuk komponen bahasa yang pertama ini. Komponen ini merupakan kerangka bahasa yang
harus diikuti agar bahasa bisa diterima dengan baik. Sebuah bahasa dikatakan baik apabila
sesuai atau mematuhi aturan atau tata bahasa yang berlaku untuk bahasa tersebut.[2]
Untuk anak sekolah dasar, sebaiknya grammar diajarkan dalam bentuk terintegrasi
dengan kosakata dalam kalimat pernyataan, karena itu akan memudahkan belajar siswa,
misalnya sebagai pertanyaan komunikatif dalam bentuk tanya jawab.
Dalam hal ini, pelajaran grammar dan vocabulary tidak dapat dipisahkan sebab pola
kalimat perlu diberikan dengan menggunakan kosakata atau vocabularyuntuk membuat suatu
konteks yang bermakna. Karena itu, dalam kelas EYL, grammar, dan vocabulary sebaiknya
diajarkan dan dipelajari secara bersama-sama. Misalnya, guru tidak mengajarkan
bentuk singular dan plural dengan memberikan catatan tentang apa yang dimaksud dengan
singular atau plural dengan ketentuannya, tetapi dengan memberikan contoh kalimat
menggunakan kosakata nama buah-buahan atau yang lainnya.
Berikut ini beberapa saran untuk pelajaran grammar di sekolah dasar, yaitu :[3]
1) Pilihlah pola atau kaidah bahasa yang diperlukan untuk berbahasa Inggris sederhana.
Misalnya :
a. Untuk kata atau tenses cukup simple present, present continous,dan simple past tense.
b. Bentuk singular dan plural untuk kata bendayang beraturan diberikan terlebih dahulu.
c. Kata ganti seperti I, you, he, she, it, we, and they.
d. Pola kalimat yang dipakai sehari-hari, seperti subject + kata kerja + objek.
2) Sajikan pola-pola yang paling sederhana dulu dan urutkan materi dari yang mudah, setahap
demi setahap menuju ke materi yang lebih sulit. Sebaiknya pola Yes/No question diberikan
lebih dahulu daripada Why question. Misalnya :
a) Are you a student ? Yes / No
b) Do you like English lesson?
c) May I use your pen?
3) Sajikan butiran grammer dalam konteks yang bermakna bagi siswa. Usahakan dalam kalimat
sederhana yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya :
a. What is your name ?
b. What is it ?
c. What are you doing ?
4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pola tersebut, misalnya siswa diminta
bertanya kepada temannya dalam latihan berpasangan.
A : where dou you live?
B : I live on Jl. Simpang Ijen.
Pertayaan seperti itu akan memerlukan jawaban yang sesuai dengan pengalaman atau
kehidupan nyata siswa.
5) Drill dapat dilakukan secukupnya untuk memantapkan pemahaman siswa mengenai suatu
pola tertentu, misalnya substitution drill yang biasanya ditekankan untuk menambah dan
menempatkan kosakata.
Contoh :
a. Drill untuk pola Its a + singular noun
Its a book
Bag
Banana
b. Drill untuk pola I have + singular noun
I have a cat
Bike
6) Gunakan gambar atau flash cards bila perlu. Pola kalimat What is it? dapat digunakan
untuk tanya jawab dalam kegiatan berpasangan. Misalnya :
A : I like pineapples
What do you like?
B : I dont like pineapples.
I like oranges
Praticing
Applying
Modeling
Introducing
Secara sederhana pembelajaran kosakata dapat dilakukan melalui 4 tahap, yaitu :[5]
1. Introducing
2. Modeling
3. Praticing
4. Applying
D. Pelafalan (Pronunciation)
Pelafalan atau Pronunciation adalah cara mengucapkan kata-kata suatu bahasa.
Dalam pelafalan sudah termasuk intonasi serta stressing atau penekanan pada suku kata
tertentu. Pelafalan bahasa Inggris sangat berbeda dengan pelafalan bahasa ibu atau bahasa
pertama anak-anak sekolah dasar di Indonesia. Pada kenyataannya, tulisan dan ucapan bahasa
Indonesia sudah dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Untuk kelas EYL, anak-anak sejak awal
perlu diperkenalkan dengan bunyi alfabet bahasa Inggris.
Bunyi Huruf A B C ...perlu diberikan sejak dini dengan dilagukan. Tentunya anda
sudah tau bagaimana melantunkan lagu A B C. Berikan perhatian khusus untuk huruf
tertentu yang sering menimbulkan kesulitan ucapan.
Lafalkan :
A E
G J
H R
Y Z
Untuk menguasai bunyi yang sulit, dapat diatasi dengan cara berikut :[6]
1. Ucapkan bunyi tersebut dengan jelas. Kemudian tunjukkan bagaimana ucapan bunyi
tersebut. Listen and repeat merupakan salah satu teknik yang cocok untuk latihan pelafalan.
2. Tunjukkan atau kontraskan dengan huruf atau bunyi yang lain. Misalnya membandingkan
bunyi : pig big
Coat goat
Tie die
Three tree
3. Tunjukkan bagaimana cara mengucapkan bunyi atau kata tersebut, misalnya untuk konsonan
ganda _th_ dapat diucapkan sebagai bunyi /O/. Kita demonstrasikan dengan lidah di antara
gigi atas dan gigi bawah, kemudian ditarik pelan-pelan.
Misalnya kata : thin, thank, three
Tekanan (stress) penting dalam bahasa Inggris. Sebaiknya anda pastikan
dengan melihat kamus dan melihat suku kata mana yang mendapat tekanan. Sebagian besar
kata benda, kata kerja, kata sifat (adjective), dan kata keterangan (adverb) mendapatkan
tekanan. Sedangkan kata depan (preposition : in, at, on), kata ganti (pronouns:he, him, his),
dan kata sandang (article : the, a/an) tidak diberi tekanan.
Secara umum ada dua macam intonasi dalam kalimat bahasa Inggris, yaitu : (a) rising
intonation (intonasi naik) dan (b) falling intonation (intonasi turun). Kedua intonasi ini perlu
dilatih dengan benar pada siswa SD/MI agar bisa diterapkan dalam kehidupan mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dalam pembelajaran bahasa, baik bahasa pertama, kedua atau bahasa asing, pengajaran
komponen bahasa merupakan bagian dari program bahasa. Pada umumnya komponen bahasa
terdiri dari tiga , yaitu grammar (tata bahasa),vocabulary (kosakata),
dan pronunciation (pelafalan).
2. Tata bahasa (grammar) atau kaidah-kaidah bahasa merupakan pola dan aturan yang harus
diikuti bila kita mau belajar suatu bahasa dengan benar.
Istilah Structure atau Grammar sering sekali dipakai dalam pembelajaran Bahasa Inggris
untuk komponen bahasa yang pertama ini. Komponen ini merupakan kerangka bahasa yang
harus diikuti agar bahasa bisa diterima dengan baik. Sebuah bahasa dikatakan baik apabila
sesuai atau mematuhi aturan atau tata bahasa yang berlaku untuk bahasa tersebut.
3. Kosakata atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Vocabulary merupakan kumpulan kata
yang dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila kita menggunakan bahasa
tersebut. pada umumnya pembagaian Kosakata dibagi dalam 4 kelompok besar yaitu
Kelompok kata Benda (Noun), Kelompok kata Kerja (Verb), Kelompok Kata Sifat
(Adjective), dan Kelompok Kata Keterangan (Adverb) selain itu dikenal kelompok kata yang
lain yaitu Pronoun, Article, Preposition dan Conjunction. Untuk pelajaran Bahasa Inggris
saja di SD, diperkirakan sekitar 500 kata yang perlu dipelajari.
4. Pelafalan atau Pronunciation adalah cara mengucapkan kata-kata suatu bahasa. Dalam
pelafalan sudah termasuk intonasi serta stressing atau penekanan pada suku kata tertentu.
DAFTAR RUJUKAN
Suyanto, Kasihani K.E. 2007. English for young learners. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
http://soaldankuncijawabanbloggerpekolingan.blogspot.co.id/2012/02/pembelajaran-komponen-
bahasa-dalam.html. Di akses pada tanggal 05 Oktober 2015 pukul 19.15.
[1] Kasihani K.E Suyanto, English For Young Learners, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Hlm. 43.
[2] Anonim, Pembelajaran Komponen Bahasa dalam (http://.blogspot.co.id), di akses pada tanggal 05
Oktober 2015 pukul 19.15.
[3] Kasihani K.E Suyanto, English For........... Hlm 45
[4] Anonim, Pembelajaran Komponen....., (http://.blogspot.co.id), di akses pada tanggal 05 Oktober
2015 pukul 19.15.
[5] Kasihani K.E Suyanto, English For........... Hlm 48
[6] Kasihani K.E Suyanto, English For........... Hlm 49
Diposting oleh Nur awaliyatul Ifadiyah di 15.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Pada umumnya komponen bahasa terdiri dari tiga komponen yaitu Tata Bahasa
(Grammar),Kosakata (Vocabulary), dan Pelafalan (Pronunciation). Untuk ketiga komponen ini
dibahasakan sebagai berikut:
Tatabahasa atau kaidah-kaidah bahasa merupakan pola dan aturan yang harus diikuti bila kita
mau belajar suatu bahasa dengan benar. Istilah Structure atau Grammar sering sekali dipakai
dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk komponen bahasa yang pertama ini. Komponen ini
merupakan kerangka bahasa yang harus diikuti agar bahasa bisa diterima dengan baik. Sebuah
bahasa dikatakan baik apabila sesuai atau mematuhi aturan atau tata bahasa yang berlaku untuk
bahasa tersebut.
Kosakata (Vocabulary)
Kosakata atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Vocabulary merupakan kumpulan kata yang
dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila kita menggunakan bahasa tersebut. pada
umumnya pembagaian Kosakata dibagi dalam 4 kelompok besar yaitu Kelompok kata Benda
(Noun), Kelompok kata Kerja (Verb), Kelompok Kata Sifat (Adjective), dan Kelompok Kata
Keterangan (Adverb) selain itu dikenal kelompok kata yang lain yaitu Pronoun, Article, Preposition
dan Conjunction. Untuk pelajaran Bahasa Inggris saja di SD, diperkirakan sekitar 500 kata yang
perlu dipelajari.
Pelafalan (Pronunciation)
Pelafalan atau Pronunciation adalah cara mengucapkan kata-kata suatu bahasa. Dalam pelafalan
sudah termasuk intonasi serta stressing atau penekanan pada suku kata tertentu.
Suyanto, K.K.E. 2007. English For Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara.
Disusun Oleh:
Semester : V (Lima)
Muhammadiyah Sampit
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya lah kami
dapat merampungkan makalah ini yang Alhamdulillah sudah ada ditangan pembaca.
Kata terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi di
STKIP Muhammadiyah Sampit ini, atas bantuan dan partisipasinya untuk penyelesaian makalah ini.
Adapun isi makalah ini ialah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Dan Pendekatan
Dalam Proses Pembelajaran.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna untuk para rekan-rekan sesama mahasiswa
dan mahasiswi serta para dosen-dosen STKIP Muhammadiyah Sampit dalam proses perkuliahan
untuk membantu Mahasiswa(i) dalam mencari informasi yang relevan dan actual serta menambah
dan memperluas wawasan kita mengenai kurikulum-kurikulum yang ada di negeri kita tercinta ini.
Akhir kata yang kami ucapkan mohon maaf jika dalam prose penulisan makalah ini banyak
kekurangan disana dan disini. Pikiran kritis dan sumbang saran sangat diharapkan demi perbaikan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4
A. Pengertian Pembelajaran.......................................................................... 4
A. Kesimpulan.............................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................ 16
Daftar Pustaka........................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus
diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global.
Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan
merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif
dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai
dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan dengan baik.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih
menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru, dimana guru yang
lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan
yang guru sampaikan. Peserta didik cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami
peristiwa dan konsep mengenai materi kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun
lambat dalam memahami materi pembelajaran. Maka dari itu seorang guru juga harus tau mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran. Setelah mengetahui apa faktormya, akan
lebih mudah bagi kita untuk menjalankan proses pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang
memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka
sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini,
sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan
menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat
dengan guru yang mengajar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak
yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan
mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai
komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah
yang lebih baik. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut :
1. Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon
(tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan
atau reinforcement (penguatan).
2. Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Teori
Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan materi
pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya)
menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
3. Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa
untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Arikunto (1993: 12) mengemukakan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung
terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang
belajar. Lebih lanjut Arikunto (1993: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah bantuan
pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4. Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
1. Warsita (2008:85) Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau
suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
2. Sudjana (2004:28) Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja
untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta
didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
3. Corey (1986:195) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan.
4. Dimyati dan Mudjiono (1999:297) Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
5. Trianto (2010:17) Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat
mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik
dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan
pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan,
sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses
komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam
kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti
dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut
keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran
ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya
disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan
keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa.
Saat proses belajar dapat terjadi berbagai hambatan, itulah salah satu bunyi dari prinsip
pembelajaran. Untuk dapat mengetahui dan mengatasi hambatan- hambatan maka kita harus
berfikit mengenai faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi suatu proses belajar dan
pembelajaran. Setelah mengetahui berbagai prinsip pembelajaran, kita dapat menganalisa lebih jauh
mengenai factor- faktor yang dapat berpengaruh pada saat proses belajar. Di prinsip-prinsip
pembelajaran kita mengetahui bahwa belajar membutuhkan proses, interaksi, motivasi, lingkungan,
dll. Kali ini kita akan bahas dalam konteks faktor-faktor yang dapat berpengaruh saat proses belajar
dan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Individu/Internal
a. Keadaan jasmani.
Apabila seorang individu berada dalam keadaan yang kurang sehat maka proses belajar akan sedikit
terhambat. Berbeda halnya dengan seseorang yang dalam keadaan sehat akan dapat melakukan
proses pembelajaran dengan lebih efektif. Maka dari itu, guru yang mengetahui ada sisiwanya yang
sakit, sebaiknya menyuruh sisiwanya untuk beristirahat.
Ini berkaitan dengan fungsi alat tubuh seseorang, seperti pengelihatan, pendengaran, lisan, dll yang
keberadaannya sangat berpegnaruh saat proses belajar.
c. Keadaan psikologis.
IQ adalah kecerdasan bawaan yang dimiliki oleh seseorang. IQ biasanya mengindikasikan kecepatan
menghitung dan pemahaman materi yang diajarkan.
Motivasi akan sangat berpengaruh bagi setiap siswa, karena motivasi salah satu fungsinya adalah
mendorong atau menggerakkan jiwa kita sehingga mau melakukan sesuatu.
Hal yang disenangi akan mendorong siswa untuk belajar. Anak terlahir dengan anugrah kemampuan
yang berbeda-beda. Maka dari itu, tugas guru adalah membantu siswa mengembangkan
kemampuan mereka. Siswa yang mempunyai kemampuan menggambar sebaiknya diberi stimulus
lebih dalam menggambar. Dan juga siswa yang mempunyai kemampuan menggambar sebaiknya
tidak diberi pelajaran menyanyi lebih banyak.Maka dari itu, sebaiknya sekolah memberikan
ekstrakurikuler sebagai wadah pengembangan bakat minat siswa.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan, meliputi:
1) Lingkungan sekolah
a) Lingkungan Fisik: Sekolah yang baik seharusnya dijauhkan dari kebisingan dan polusi.
b) Lingkungan sosial: Tata letak sekolah juga harus diperhatikan. Sebaiknya tidak didepan pasar, mall,
tempat karaoke, atau tempat hiburan yang lain.
2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa
3) Lingkungan keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Meliputi faktor:
1) Kejelasan Sekolah
2) Urgensi
Apa jadinya jika anak tidak suka pelajaran IPA (misalnya: biologi, fisika, dan kimia) tetap diajarkan
materi-materi IPA? Berhasilkah pembelajaran itu? Mungkin tidak akan berhasil kecuali jika anak
berusaha mati-matian. Tapi itu hanya sebagian kecil. Maka dari itu, disinilah faktor pentingnya kelas
peminatan atau penjurusan di SMA/MA.
3) Tingkat Kesulitan
Mengapa sekolah di Indonesia dibuat berjenjang? Ada jenjang SD, SMP, dan SMA? Karena pmerintah
memperhatikan faktor kesulitan materi yang dipelajari anak. Bukan hanya kelas yang berjenjang.
Pembelajaran materi pun harus diperhatikan dari yang termudah ke yang tersulit, dari yang konkret
menuju ke yang abstrak. Hal tersebut dimaksudkan untuk membantu memudahkan siswa dalam
belajar.
1) Kejelasan materi
d. Pengajar/guru.
Pengajar memegang peranan yang penting bagi keberhasilan belajar siswa, karena peran guru tak
akan bisa digantikan dalam proses pembelajaran. Adapun peran guru adalah sebagai pengajar yang
ahli, motivator, mengelola siswa dan lingkungan belajar, sebagai sosok yang mempengaruhi anak
didik, memberikan nasihat pada anak didik, dan mempermudah anak didik dalam belajar.
1) Faktor kondisi fisik
Bayangkan saja, apabila ada seorang guru yang buta warna tetapi ia mengajarkan materi mewarnai
atau mengenal warna terhadap siswanya. Jelas tidak mungkin, bukan. Jadi, sebaiknya seorang guru
membelajarkan kepada siswanya mengenai materi yang tidakk bertentangan dengan kondisi
fisiknya. Jika ia buta warna, mungkin sebaiknya ia mengajarkan materi yang tidak berhubungan
dengan warna misalnya mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPS, dll.
Seorang guru yang sedang stres sebaiknya tidak mengajar terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan ia
akan melampiaskan emosinya kepada siswa-siswanya. Hal ini akan berdampak sangat tidak baik
kepada guru maupun siswa-siswanya. Siswa mungkin trauma terhadap guru yang telah atau bahkan
sering melampiaskan emosinya kepada mereka. Bahkan yang lebih dikhawatirkan apabila ia tidak
hanya trauma terhadap guru tersebut saja, akan tetapi kepada guru-guru lain juga.
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi
belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru, bagaimana guru
melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha
menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai
fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah
bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
1. Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara
kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode
kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan
dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu, dengan berbagai
cabangnya, seperti:
a. sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan
untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan
b. psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji
perilaku dan perkembangan individu dalam belajar
c. administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu
manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien
d. teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk
mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien
e. evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan
statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa
f. bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu,
seperti: sosiologi, teknologi dan terutama psikologi. Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu
pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.
2. Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-
masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena
masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas
pada pengalaman.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang
radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga
model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik.
Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara
rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan
asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan
menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai,
penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan
jahat, benar dan salah, bagus dan jelek.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari
pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan
bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai
tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan
sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara
kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya
adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala
sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya Ilmu
Pendidikan dalam Persfektif Islam mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu. Al-Quran
diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal
digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber
utamanya (Al-Quran dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian,
teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin
tingkat kebenarannya.
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam
yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan
berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara
cepat dan tepat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan
perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar
dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling
mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu
lingkungan belajar.
Faktor-faktor yang dapat berpengaruh saat proses belajar dan pembelajaran, antara lain:
faktor individu/internal, yang meliputi keadaan jasmani, keadaan fungsi jasmani, keadaan psikologis.
Dan faktor eksternal, yang meliputi lingkungan, faktor tujuan sekolah,materi yang dipelajari,
pengajar/guru.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah
bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter
pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya pendekatan sains, pendekatan filosofi,
pendekatan religi.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
SITUS WEB
Ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html?m=1, diakses pada tanggal
27 September 2014.
http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembelajaran-
644282.html, diakses pada tanggal September 2014.
Mengenai Saya