Anda di halaman 1dari 5

NAMA : YANA LATIFAH

NIM : E1D117102

KELAS : 6 D Sore

DISCOURSE ANALYSIS AND VOCABULARY

Pengajaran vocabulary merupakan salah satu yang perlu diajarkan oleh seorang pengajar
dalam mengajar bahasa asing. Hal ini diperlukan untuk diharapkan pada peserta didik dapat terus
mendapatkan kosakata-kosakata baru setiap harinya dalam belajar. Terkait dengan analisis
wacana, kosakata juga sangat diperlukan untuk dapat membuat suatu wacana yang dapat
dimengerti dan dipahami oleh peserta didik atau pembaca lainnya.

 Lexical Cohesion

Kohesi leksikal adalah pengulangan kata-kata yang tepat dan peran yang dimainkan oleh
hubungan semantik dasar tertentu. Hubungan leksikal adalah hubungan semantik yang stabil
yang ada di antara kata-kata dan yang merupakan dasar deskripsi. Lexical cohesion
dikembangkan oleh Hallidah dan Hasan pada tahun 1976 dalam pembelajaran kosakata. Lexical
cohesion dibagi menjadi dua yaitu Reiteration dan Collocation. Dimana, reiteration adalah
pengulangan kata dan mengarah kepada sinonim dan hiponimi. Collocation adalah kata yang
muncul kembali tetapi bukan bagian dari semantic. Jadi, reiteration memiliki hubungan dengan
semantic dan collocation bukan bagian dari semantic dan tidak berhubungan dari satu kata
dengan kata yang lain. Contoh : Kupi dan kupic , kupi untuk bahasa sasak di daerah Lombok
barat dan kupic untuk bagian Lombok tengah tepatnya di daerah Kawo, Pujut. Kupi dan kupic
memiliki suatu makna yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu kopi. Wacana : kupi sak arak
lek warung inak ijah wah bis. Maksudnya disini adalah, kata ‘bis’ maknanya belum pasti.
Apakah sudah habis dibeli oleh orang atau sudah habis diminum oleh penjualnya. Begitupun
dengan kupic. Contoh lain : reiteration ( ape, ngumbe, kembe ) kata apa, dan collocation ( beras
beak, beras reket, beras moto ) sekelompok beras atau sembako.

 Lexis in Talk
Dalam hal ini, ketika seorang guru akan mengajarkan kosakata baru kepada peserta didik
hendaknya mendorong pengakuan akan nilai komunikatif dari hubungan leksikal ini dapat
dimulai pada tahap awal dalam pembelajaran bahasa, segera setelah kosa kata yang diperlukan
ditemui. Latihan isyarat dan respons sederhana untuk pekerjaan berpasangan dapat melatih
pelajar untuk segera mengasosiasikan sinonim dan antonim, atau superordinat dengan
hiponiminya. Dalam lexis in talk, percakapan yang terjadi antara si A dengan si B , salah satu
antara A atau B akan memilih suatu topic pembicaraan yang sesuai sehingga percakapan yang
berlangsung antara A dan B dapat terus berlanjut untuk dibicarakan. Hal ini berdasarkan pada
relexicalitation, yaitu satu topic pembicaraan yang sudah pernah dibahas sebelumnya dan
diulangi lagi pembahasannya ketika si A dan si B bertemu sehingga mengalami suatu
perkembangan dari topic tersebut. Contoh :

Topic: seorang cowok yang akan mengajak seorang cewek ke suatu tempat

A : mbe taokm side enuk ape ?

B : ne lek bale, momot-momot doang ndarak pegawean.

A : ndekm mele lalo kance eku ?

B : juk mbe ? jakt lalo kembe ?

A : mbe sak taokm taok sak solah sak beu tedatengan.

B : ndekq taok. Side mbe melem lei ?

A : melek lalo juk pante

B : ndekq taok taok pante sak solah laguk .

A : ne wah nteh, pante sak lek Mapak sak jangken trend no nteh

Dari percakapan di atas dapat dilihat adanya sebuah topic yang awalnya seorang cowok
menanyakan apa yang sedang dilakukan oleh ceweknya sehingga pada akhirnya cowok tersebut
mengajak sang cewek pergi ke pantai. Dalam hal ini telah terjadi pengembangan suatu
percakapan yang pada akhirnya mereka pergi ke suatu tempat yaitu ke pantai.
 Textual aspects of lexical competence

Kompetensi leksikal adalah kompetensi dalam memahami kata-kata , komponen kompetensi


semantic secara umum. Jenis hubungan leksikal yang sedikit berbeda dalam wacana adalah
ketika seorang penulis atau pembicara tentang bagaimana kata-kata berhubungan satu sama lain
untuk tujuan tertentu dari teks yang dimaksud. Misalnya penulis akan membuat suatu wacana
yang berisi antonym didalam wacana tersebut. Kalimat yang dibuat harus berdasarkan pada
semantic secara umum. Sehingga makna yang ditulis oleh penulis dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca pada umumnya. Contoh : Aminah lek sekolahan kanak sak paling
pinter laguk ye bodo endah unin batur-baturn. Dari wacana tersebut, terdapat dua kata yaitu
pintar dan bodoh yang merupakan antonym. Dari wacana tersebut, dapat diartikan Aminah anak
yang pintar dalam hal belajar namun Aminah bodoh dalam hal lain selain dalam belajar
menuntut ilmu. Seperti dalam berinteraksi dengan teman-temannya atau dengan masyarakat di
sekolahnya.

 Vocabulary and the Organising of Text

Penyusunan vocab dalam wacana dapat disusun dengan menambahkan grammar dalam suatu
teks wacana. Penambahan grammar yang dilakukan oleh penulis wacana dapat membuat
pembaca memahami isi wacana yang ditulis. Dalam grammar, disana terdapat articles,
prepositions, conjunctions, dan pronouns. Ini dikategorikan dalam grammatical word atau closed
class. Ada juga lexical words atau open class terdapat verb, adverb, noun, adjective. Di dalam
discourse organizing word, open class dan closed class dapat digunakan secara bersamaan dalam
mengatur atau mengorganisasi suatu teks wacana. Contoh : Topik “virus corona” . Indonesia
nane jangken ndek solah-solah sengak sak arak virus mematikan wah menyebarluas lek
Indonesia. Sengakn sak arak virus ne, selepuk aktifitas masyarakat sebagian tesurukt hentian
juluk semendak aden sak pade beu jagak dirik atau hindaran dirik langan virus ne. (Indonesia
sedang tidak baik-baik saja karena adanya virus yang mematikan yang sudah menyebarluas.
Karena adanya virus ini, semua aktivitas yang dilakukan oleh warga masyarakat diminta untuk
dihentikan dalam sementara waktu untuk menjaga diri dan menghindarkan diri dari virus ini).

 Signalling larger textual patterns


Fungsi dari signalling larger textual pattern adalah untuk menunjukkan bagaimana sebuah
kata dapat digunakan dalam sebuah teks wacana yang panjang, juga untuk mengetahui pola
sinyal tekstual apa yang digunakan oleh penulis dalam menulis wacana yang akan diterbitkan,
dan untuk meningkatkan suatu kesadaran terhadap suatu pola wacana yang digunakan oleh
penulis dalam menulis suatu wacana. Contohnya , setiap masalah dari suatu wacana yang dibuat
akan ada solusi dari masalah tersebut. Contoh: Lek abad sak nane, arak virus sak beu matek
selepuk dengan. Virus ne teparan virus corona. Virus corona ne, jeri masalah lek selepuk dunie.
Sampe-sampe selepuk sekolah, kantor, pade teliburan gare-gare virus corona ne. langan
masalah virus corona sak arak nane, selepuk warga masyarakat sak arak lek dunie sak paling
tepat sak lek Indonesia harusn pade ndot-ndot lek bale nendek man sugul juk mbe-mbe aden
pade ndek bakat sik virus sak mematikan ne soaln wah loek lalok dengan mbilinan sik virus ne.
dari contoh tersebut, ada sebuah masalah yaitu masalah virus corona, dan bagaimana upaya
untuk keluar dari virus corona tersebut.

 Register and Signalling Vocabulary

Mengacu pada Hallidayan, register dapat didefinisikan sebagai konfigurasi makna yang
terkait dengan suatu konfigurasi situasional pada bidang, mode, dan tenor. Pada bidang,
mendeskripsikan aktifitas dan proses yang terjadi pada saat itu. Pada mode, mendeskripsikan
seseorang yang selalu mengambil bagian dalam sebuah acara, misalnya sekedar menjadi anggota
dalam suatu acara. Tenor, merujuk pada fungsi dari teks yang terdapat pada suatu acara.
Contohnya, ketika terjadi prosesi begawe yang diadakan oleh masyarakat sasak dalam suatu
kampung. Yang berperan sebagai bidang disini adala kampung dimana tempat terjadinya sutau
acara atau cerita dari begawe. Mode nya adalah orang-orang kampung atau penduduk yang ada
dikampung tersebut. Dan terakhir tenornya, bagaimana para penduduk disana dalam
berkomunikasi menggunakan bahasa daerah sasak ketika prosesi begawe.

 Modality

Dalam modality terdapat dua bagian, diantaranya epistemic modalitas dan deontic modalitas.
Epistemic modalitas adalah sebuah ungkapan atau wacana yang mengungkapkan pendapat dari
seorang pembicara terkait suatu kebenaran wacana. Deontic modalitas adalah terkait dengan
kemampuan, perizinan, suatu permintaan, dan memerintah. Dalam modal itu sendiri terdapat
beberapa kata yang digunakan diantaranya, might, may, should, must. Contoh : epistemic ( side
harusm arak lek bale nane ) ini menunjukkan suatu pendapat atau opini dari pembicara, deontic (
side harusm lalo ) ini menunjukkan suatu perintah.

 Conclusion

Penggunaan vocab dalam wacana harus didasarkan pemahaman penulis dalam memahami
lexical cohesion, lexis in talk, textual aspects of lexical competence, vocabulary and the
organizing of text, signalling larger textual patterns, register and signalling vocabulary, serta
penggunaan modality dalam suatu wacana. Batas-batas dan peran dalam penggunaan kata-kata
tertentu dalam memahami suatu teks wacana agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
mengartikan suatu wacana.

Anda mungkin juga menyukai