Anda di halaman 1dari 5

TUGAS LAPORAN BACAAN

KAJIAN WACANA

Discourse Analysis
Barbara Johnstone







Angga Rosma Pramodhawardhani
1406516144



PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
Discouse Analysis
Barbara Johnstone

Istilah Kajian Wacana, atau yang sering juga dikenal dengan Discourse Analysis,
ialah studi bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini,
bahasa yang dimaksud ialah pembicaraan, komunikasi dan wacana. Untuk
mengetahui lebih dalam tentang kajian wacana, sebelumnya perlu diketahui arti dari
istilah wacana dan kajian. Wacana merupakan tindakan komunikatif yang
menggunakan bahasa standar. Sedangkan kajian ialah proses menganalisa sesuatu
baik secara mental maupun mekanis dari berbagai sudut pandang. Jadi kajian
wacana ialah proses menganalisa tindakan komunikatif sehari-hari untuk keperluan
tertentu atau untuk memecahkan masalah tertenju.
Fokus dari kajian wacana adalah pada proses analisa dengan cara yang relatif
eksplisit. Kajian wacana tidak memfokuskan diri pada bahasa sebagai sistem yang
abstrak namun lebih kepada kejadian-kejadian yang terjadi ketika seseorang
mengaplikasikan ilmu bahasa yang mereka miliki. Sebagai sebuah metodologi, kajian
wacana sangat bermanfaat dalam menjawab berbagai permasalahan, mulai dari
permasalahan ahli bahasa sampai permasalahan bidang kemanusiaan dan ilmu
sosial. Sebelum mengkaji suatu wacana, perlu diperhatikan beberapa unsur
pembentuk wacana itu sendiri. Berikut ialah bagaimana wacana dibentuk oleh
berbagai konteks.
1. World (Dunia)
Wacana dibentuk oleh dunia. Maksud dari kalimat tersebut ialah wacana
berhubungan erat dengan dunia (lingkungan sekitar). Hubungan antara wacana
dan dunia dapat digambarkan seperti hubungan sebab akibat. Dalam hal ini
dunia berperan sebagai sebab, sedangkan wacana adalah akibat. Manusia
membawa dunia ke dalam pembicaraan, tulisan dan tanda. Dengan kata lain,
wacana mencerminkan dan menciptakan pandangan manusia mengenai dunia.

Contoh:
Angga : Dir, sudah nonton film Down of the Planet of Apes?
Dira : Oh film yang tentang kera? Sudah, filmnya bagus. Keranya besar-
besar dan berteman dengan manusia.

Dari percakapan tersebut, kata kera yang digarisbawahi merujuk pada kera
sesungguhnya yang ada di dunia nyata. Begitu pula kata berteman, kata
tersebut merujuk pada pengalaman berteman yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.



2. Language Structure (Struktur Bahasa)
Wacana dibentuk oleh struktur bahasa. Maksudnya adalah wacana
dipengaruhi oleh kaidah struktur dan muncul dalam bentuk terstruktur. Hal ini
terlihat pada saat sebuah paragraf atau cerita terlihat koheren dan kohesi. Hal
tersebut disebabkan karena penulisnya mengetahui aturan dan harus mematuhi
kaidah tersebut agar paragraf atau cerita tersebut menjadi menarik dan mudah
difahami. Jadi penulisan paragraf atau cerita sudah harus terstruktur dengan
baik. Begitu pula dalam percakapan, ketika suatu wacana tidak terstruktur
dengan baik maka akan muncul kebingungan.

Contoh:
Seseorang sedang berpidato dalam bahasa Inggris
Mr. Raffa : . Well, I thought thing I am going to the tell is about my
exprience.

Ujaran yang dilontarkan bapak Raffa akan sulit untuk difahami oleh pendengar
karena struktur kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah atau aturan
penggunaan bahasa yang baik dan benar.

3. Participants (Pengguna Bahasa)
Wacana dibentuk oleh pengguna bahasa. Dalam hal ini, wacana sangat
diperngaruhi oleh siapa yang terlibat dalam memproduksi dan menerima
wacana tersebut. Pemilihan kata apa yang harus diujarkan atau dituliskan sangat
tergantung pada siapa penutur , siapa pendengar dan siapa audiencenya.

Contoh:
Zacky lost his pencil and he wants to borrow one to his older brother.
Zacky : May I borrow you pencil, please?
Zackys brother : Yup!

Dari wacana di atas, Zacky memilih kosakata yang cenderung lebih sopan karena
ia sedang berbicara dengan kakaknya yang umurnya lebih tua darinya,
sedangkan kakak Zacky menggunakan bahasa informal karena ia menyadari
bahwa ia sedang berbicara dengan adiknya.
Ada dua keterkaitan aspek sosial dalam wacana, yaitu: Power (Kekuasaan)
dan Community (Komunitas). Kekuasaan berhubungan dengan rasa hormat
dimana sebuah hubungan seimbang (beberapa pengguna lebih memiliki
kemampuan untuk menentukan apa yang terjadi dan bagaimana
menginterpretasikannya). Sedangkan komunitas ialah grup sosial dimana setiap
orang berbincang antara satu dengan yang lainnya tentang suatu topik di suatu
situasi. Selain dua aspek tersebut, ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi
wacana seperti, jenis kelamin, etnis, tingkatan sosial, asal-usul, kawan atau
lawan, penghasilan, situasi dan kondisi (setting), dan pendidikan.

4. Prior Discourse (expectation, presupposition)
Wacana dibentuk oleh wacana sebelumnya. Wacana memang dipengaruhi
oleh wacana sebelumnya yang menjadi dasar pengetahuan atau mengalaman
baik penutur maupun penerima. Misalnya saat menulis, bisa dipastikan bahwa
teks yang ditulis berhubungan dengan teks-teks yang pernah dibaca sebelumnya
oleh penulis. Jadi, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara wacana dan
wacana sebelumnya. Dalam mengkaji sabuah wacana, perlu diperhatikan
harapan (expectation) dan preanggapan (presupposition) karena hal itu
memperngaruhi bagaimana pembaca atau pendengar menafsirkan wacana itu
sendiri. Salah satu contoh dari Prior Discourse ialah Quotation dan Paraphrase.

Contoh:
Writing is one of language skills that have to be mastered. Being able to
write is a vital skill for speakers of a foreign language as much as for everyone
using their own first language. (Harmer, 2004:3). Thus, mastering writing skill is
a must for student.

Dari paragraf tersebut, dapat diketahui bahwa kalimat yang yang digarisbawahi
merupakan kutipan yang diambil penulis dari wacana lain yang ditulis oleh
Jeremy Harmer.

5. Medium (media)
Wacana dibentuk oleh media. Baik struktur maupun fungsi potensial suatu
wacasa dapat berbeda tergantung media yang digunakan. Media yang dimaksud
ialah apakah wacana tersebut diucapkan, ditulis, atau berupa tanda, apakah
wacana itu mengkombinasikan modalitas (gambar atau musik) dengan bahasa,
dan apakah wacana muncul dalam interaksi tatap muka atau interaksi melalui
telepon, televise, radio, atau computer. Hal tersebut perlu dipertimbangkan
karena setiap wacana yang disampaikan melalui media yang berbeda akan
berbeda pula bentuknya.

Contoh:
A conversation between two college students
(written)
We have 7 chapters to read in our Discourse Analysis assignment.



(spoken)
Ohh, you know one course,
The discourse analysis course, we have an assignment,
There are about 7 chapters to read.

Contoh di atas menunjukan perbedaan antara wacana yang digunakan dalam
bahasa tulis dan dalam bahasa lisan.

6. Purpose (tujuan)
Wacana dibentuk oleh tujuan. Dalam hal ini, untuk membentuk suatu wacana
diperlukan adanya tujuan dari penutur. Penutur mengindikasi apa yang mereka
maksud dengan apa yang mereka ujarkan. Lebih dari itu, untuk memahami
bagaimana wacana bekerja perlu dipertimbangkan aspek tujuan (dari
pembuatan dan penafsiran) dan motivasi penutur/penulis dalam wacana
tersebut.

Contoh:
Andi : Bi, sampahnya!

Dari contoh percakapan Andi, dapat dianalisa bahwa Andi meminta atau
memberi perintah kepada bibi (pembantunya) untuk membuang sampah.

Anda mungkin juga menyukai