Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PRAGMATIK

MACAM-MACAM DIEKSIS

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Randi, M.Pd.


Disusun oleh : Kelompok 6
1. Sitti Fathiah Fajriani (2011290019)
2. Meilani Putri (2011290007)
3. Nada Indah Kurniati (2011290035)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad
SAW. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Randi, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Pragmatik yang senantiasa membimbing penulis
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah yang berjudul “Macam-macam Dieksis” ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pragmatik. Bilamana ada beberapa
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis menghaturkan
permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat
memberikan kritik dan sarannya kepada penulis. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan
menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.
Bengkulu, 17 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dieksis
B. Macam-Macam Dieksis
1. Dieksis Persona
2. Dieksis Tempat
3. Dieksis Waktu
4. Dieksis Wacana
5. Dieksis Sosial
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagai masyarakat sosial,
fenomena interaksi atau komunikasi antara manusia dengan manusia lainnya
tentu saja menjadi sebuah hal penting yang perlu dilakukan. Kegiatan
berkomunikasi ini digunakan manusia untuk mendapatkan dan menyebarkan
atau menyampaikan informasi. Sederhananya dapat dikatakan bahwa
komunasi dibutuhkan manusia untuk bertukar informasi. Adapun untuk
melakukan proses komunikasi, manusia tentu saja memerlukan suatu sarana
atau alat yang dapat digunakan dalam pengimplemetasiannya di masyarakat.
Sarana atau alat untuk berkomunikasi yaitu bahasa. Maka dari itu, dalam
melakukan proses komunikasi seseorang perlu memiliki kemampuan atau
pemahaman yang baik akan bahasa yang digunakannya. Karena dengan
penggunaan atau pengolahan bahasa yang baik, proses interaksi atau
komunikasi yang tercipta juga dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Namun, selain kecakapan dalam penguasaan bahasa pada saat
berkomunikasi, kita juga perlu memperhatikan situasi atau konteks dari
penutur. Sebab proses komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancar dan
memungkinkan timbulnya kesalahpahaman jika si penutur (pembicaraa) dan
lawan tutur (pendengar) tidak dapat memahami topik atau konteks
percakapan yang dibangun. Hal ini berlaku pada bentuk komunikasi secara
lisan dan tulisan.
Pada saat proses komunikasi secara lisan berlangsung, pendengar dapat
bertanya secara langsung apabila tidak mengerti dengan topik pembicaraan
yang mereka dengar. Namun, jika komunikasi dilakukan dalam bentuk
tulisan, pendengar harus memperhatikan dan memahami tulisan tersebut agar
maksud dari si penulis dapat tersampaikan dengan baik. Begitu juga dengan
pembicara dalam proses komunikasi tulis atau dapat disebut juga penulis,
penulis harus dapat menyampaikan hal yang ia bicarakan dengan bahasa tulis
yang jelas baik itu subjek, predikat, objek dan keterangan yang dituangkan

1
dalam bahasa tulis terebut. Hal ini perlu dikuasai dengan baik dan
diperhatikan dengan seksama agar proses komunikasi dapat berjalan dengan
lancar. Fenomena komunikasi masyarakat sosial ini mengacu pada bidang
ilmu pengetahuan yaitu dieksis.
Maka dari penjelasan di atas, penulis akan mengangkat topik dieksis
dalam makalah ini. Untuk membatasi topik dieksis dalam makalah ini,
penulis hanya akan membahas mengenai pengertian dan macam-macam
bentuk dieksis yang perlu diketahui oleh kita sebagai masyarakat bahasa yang
hidup dalam lingkungan sosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan dieksis?
2. Bagaimana macam-macam bentuk dieksis?
3. Bagaimana dieksis persona?
4. Bagaimana dieksis tempat?
5. Bagaimana dieksis waktu?
6. Bagaimana dieksis wacana?
7. Bagaimana dieksis sosial?
C. Tujuan Penulisan
Bersadarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dieksis.
2. Untuk mengetahui macam-macam dieksis.
3. Untuk mengetahui dieksis persona.
4. Untuk mengetahui dieksis tempat.
5. Untuk mengetahui dieksis waktu.
6. Untuk mengetahui dieksis wacana.
7. Untuk mengetahui dieksis sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dieksis
Ilmu pengetahuan berupa dieksis dalam kegiatan berkomunikasi
memiliki peranan penting yaitu berupa ilmu yang mengkaji penafsiran
terhadap proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia baik itu secara lisan
maupun tulisan. Dalam bahasa Yunani kuno, dieksis berarti “menunjuk,
mengacu, atau menunjukkan”. Dari pengertian inilah dieksis dikatakan
sebagai cabang ilmu linguistik yang menafsirkan informasi kontekstual secara
leksikal maupun gramatikal yang merujuk pada persona, tempat, ataupun
waktu (Razak dan kawan-kawan, 2023: 92).
Adapun menurut Dylgjeri (dalam Razak dkk, 2023: 92) dieksis adalah
fungsi yang menunjuk sesuatu di luar konteks bahasa. Sedangkan Rahardi
(dalam Razak dkk, 2023: 92) menjelaskan bahwa dieksis merupakan gejala
semantik yang katanya hanya dapat ditafsirkan berdasarkan konteks atau
situasi pembicaraannya saja. Berbeda dengan kedua ahli di atas, Riza (2017:
274) mengemukakan bahwa dieksis merupakan suatu ilmu yang mengkaji kata
yang referensinya berganti-ganti sesuai dengan penutur ataupun tempat
tuturannya. Dari beberapa pendapat mengenai dieksis di atas dapat
disimpulkan bahwa dieksis merupakan cabang ilmu pragmatik yang mengkaji
kata atau frasa yang referensinya atau acuannya berganti-ganti sesuai konteks
pembicaraan.
Adapun setelah diketahuinya bahwa referen pada bentuk dieksis yang
sifatnya berubah-ubah, maka tentu saja penutur harus dapat memahami
konteks pembicaraan yang dibangun. Hal ini bertujuan agar apa yang hendak
dicapai dalam kegiatan komunikasi tersebut tidak mengalami kesalahpahaman
oleh pendengarnya. Itulah mengapa dieksis dapat diartikan secara sederhana

3
yaitu suatu kata atau frasa yang mengacu pada pembicara, tempat, dan waktu
pembicaraan.

B. Macam-Macam Dieksis
Adapun bentuk-bentuk dieksis yang ditemukan dalam sebuah wacana
sangat bervariasi. Bentuk-bentuk dieksis tersebut telah dikelompokkan oleh
Razak dan kawan-kawan (2023: 94) menjadi lima jenis atau macam dieksis
yaitu sebagai berikut :
1. Deiktis Persona
Dalam penggunaannya, kata yang bersifat deiktis adalah kata yang
referen atau acuannya dapat berpindah-pindah. Kefleksibelan kata-kata atau
leksem-leksem deiktis acapkali berpengaruh pada makna kata dan maksud
penutur. Hal ini merupakan fenomena-fenomena tindak tutur yang bukan pada
tempatnya kata-kata itu digunakan.
Kata ganti persona terdiri dari bentuk persona pertama, persona kedua
dan persona ketiga. Di dalam bahasa Indonesia, bentuk ini masih dibedakan
atas bentuk tunggal dan bentuk jamak. Pemakaian ketiga bentuk kata ganti ini
dalam percakapan dapat keluar dari aturan yang ada.
Kata ganti persona pertama; adalah katagorisasi rujukan pembicara
pada dirinya sendiri atau dengan kata lain kata ganti persona pertama merujuk
pada orang yang sedang berbicara. Kata ganti persona pertama dibagi menjadi
dua, yaitu tunggal dan jamak. Kata ganti persona pertama tunggal memiliki dua
bentuk, aku yang merupakan bentuk akrab/nonformal dan saya yang
merupakan bentuk formal, misalnya: rumah saya, paman saya. Pronomina
persona pertama aku, lebih banyak digunakan dalam situasi nonformal dan
lebih banyak menunjukkan keakraban antara pembicara/penulis dan
pendengar/pembaca. Pronomina persona aku mempunyai variasi bentuk, yaitu
–ku dan ku–. Sedangkan kata ganti persona pertama jamak memiliki bentuk
kami yang merupakan bentuk eksklusif dan kita yang merupakan bentuk
inklusif.

4
Kata ganti persona kedua; adalah kategorisasi rujukan pembicara
kepada lawan bicara. Kata ganti persona kedua memiliki bentuk engkau dan
kamu yang merupakan bentuk akrab/informal dan bentuk anda yang
merupakan bentuk formal. Kata ganti persona kedua juga memiliki bentuk
jamak, yaitu kalian. Pronomina Persona Kedua Tunggal ‘engkau’ dan ‘kamu’
Bentuk pronomina persona kedua tunggal adalah engkau dan kamu. Kedua
bentuk kata ganti persona kedua tunggal tersebut masing-masing mempunyai
bentuk variasi kau– dan mu –.
Kata ganti persona ketiga; adalah katagorisasi rujukan pembicara
kepada orang yang berada di luar tindak komunikasi, atau dengan kata lain
bentuk kata ganti persona ketiga merujuk orang yang tidak berada baik pada
pihak pembicara maupun pada pihak lawan bicara. Bentuk tunggal kata ganti
orang ketiga adalah ia dan dia. Selain kedua bentuk tersebut dikenal juga
bentuk ketakziman beperti bentuk beliau. Bentuk jamak dari kata ganti orang
ketiga adalah mereka. Contohnya:
Pronomina persona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia, –nya dan beliau.
Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat
dipakai. Salah satu contohnya:
Kuma sangat gembira. Ia malah kini mempunyai banyak sahabat sejati.
Pronomina persona ketiga tunggal ia menunjuk pada persona di luar
percakpan antara pembicara dan pendengar. Pada penggunaannya dalam
kalimat, bentuk kata ganti persona ketiga tuggal ia hanya bisa berfungsi
sebagai subjek.
2. Dieksis Tempat
Berikut penjelasan dan contoh dari dieksis tempat:
Salonga : “Dua tahun lalu, kau juga menitipkan benda berharga di
sini, kau bilang “hanya itu”?
Dalam percakapan ini Salonga mengatakan pada Bujang bahwa dua tahun
lalu Bujang juga menitipkan barang padanya.

5
b. Analisis: Kalimat yang berbunyi,“Dua tahun lalu, kau juga menitipkan
benda berharga di sini, kau bilang “hanya itu”? Merupakan deiksis tempat.
Berbentuk frasa, berupa “di sini”.
Makna perannya adalah sebagai pihak lawan bicara. Frasa di sini pada
kalimat di atas mengacu ke tempat yang acuannya lebih luas yakni sebuah tempat
entah apa tidak disebutkan bisa jadi tempat yang lain.
Kata ganti ini digunakan untuk merujuk pada lokasi berada dekat dengan
penutur ketika peristiwa percakapan itu terjadi. Yang menjadi pembicara Salonga.
Penunjuk juga tidak disertai gerak-gerik badan karena yang ditunjuk dapat
dipahami.

3. Dieksis Waktu
Berikut penjelasan dan contoh dari dieksis tempat:
Teuku Besar: “Nah Bujang. Inilah rumah barumu sekarang.“Teuku Besar
menepuk bahuku.
“Tidak ada lagi rumah panggung reot bapakmu itu. Tidak ada lagi
ranjang kayu, tikar anyam. Kau adalah bagian dari keluarga ini sekarang,
Keluarga Tong. Kau dengar aku?”.
Konteks: Dalam percakapan ini Teuku Besar berbincang dengan Bujang
memberi tahu bahwa sekarang rumahnya Teuku Muda juga rumahnya Bujang
Analisis: Kalimat yang berbunyi, “Nah Bujang. Inilah rumah barumu
sekarang. “Teuku Besar menepuk bahuku. “Tidak ada lagi rumah panggung reot
bapakmu itu. Tidak ada lagi ranjang kayu, tikar anyam. Kau adalah bagian dari
keluarga ini sekarang, Keluarga Tong. Kau dengar aku?”. Merupakan deiksis
waktu. Berbentuk kata, berupa “sekarang”.
Makna perannya adalah sebagai pihak lawan bicara. Makna kata sekarang
mengacu pada saat penutur berhadapan langsung dengan mitra tuturnya dan
menunjukkan bahwa sekarang rumah Tong adalah rumahnya Bujang juga. Waktu
yang disampaikan pada kata sekarang jelas. Penunjuk juga tidak disertai gerak-
gerik badan karena yang ditunjuk dapat dipahami.
4. Dieksis Wacana

6
Dieksis wacana adalah merujuk kepada bagian-bagian tertentu dalam
wacana yang telah disusun sebelumnya dan yang sedang dikembangkan atau yang
akan terjadi (Suryani, 2020:34). Dieksis wacana berhubungan dengan ekspresi
dalam suatu ujaran untuk merujuk ke bagian dari wacana, serta banyak cara lain di
mana ekspresi mengungkapkan hubungannya dengan teks sekitarnya. Dieksis
wacana memakai bentuk akhir paragraf, bab berikut, awal paragraf dan
sebagainya. Dalam Bahasa Indonesia kata-kata demikian biasanya didahului
dengan. Preposisi seperti di, pada, dalam
Contoh :
Hal itu sudah dikemukakan pada akhir bab.
Perhatikan awal paragraf ketiga.
Bab berikut membahas tentang rangkum buku.
Dua contoh pertama menujukan bahwa deiksis wacana mengacu kepada
bagian wacana yang sudah disebut atau yang sudah ada, sedangkan pada contoh
terakhir deiksis wacana mengacu kepada bagian wacana yang ada dibelakangnya.
5. Dieksis Sosial
Naban (Dalam Resviya, 2022:17) Dieksis sosial berfungsi menunjukan
atau mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antara
peran terutama peran sosial antara pembicara dan pendengar dan antara pembicara
dengan rujukan topik yang lain. Dalam beberapa bahasa, perbedaan tingkat sosial
antar penutur dan mitra tutur yang diwujudkan dalam seleksi kata atau sistem
morfologi kata-kata tertentu untuk mengetahui kata yang bersifat deiksis sosial,
dapat dipandang dari segi pemilihan kata atau bentuk-bentuk ucapan sebagai
wujud penekanan pada kesantunan berbahasa.
Contoh dieksis sosial misalnya penggunaan kata mati, meninggal, wafat
dan mangkat untuk menyatakan keadaan meninggal dunia. Masing-masing kata
tersebut berbeda pemakaiannya. Selain itu, dieksis sosial juga ditunjukkan oleh
sistem sopan santun berbahasa. Misalnya penyebutan ppronomin (kata ganti
orang), seperti kau, kamu, dia, dan mereka, serta penggunaan sistem sapaan dan
penggunaan gelar.

7
Pemakaian bentuk deiksis sosial dapat dilihat pada contoh kalimat
dibawah ini:
Hewan itu ibaratkan hidup segan mati tak mau.
Pamanku sudah meninggal setahun yang lalu.
Tuanku imam bonjol wafat saat melawan penjajah.
Saya harap Pak Haji berkenan memenuhi udangan saya.
Jadi sebenarnya ada banyak aspek pengguna bahasa yang bergantung
kepada hubungan sosial antara setiap penuturnya.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dieksis adalah kegiatan berkomunikasi yang mengkaji penafsiran dari
komunikasi manusia baik secara lisan maupun tulisan. Dieksis merupakan cabang
ilmu pragmatik yang mengkaji kata atau frasa yang referensinya atau acuannya
berganti-ganti sesuai konteks pembicaraan. Adapun bermacam-macam bentuk
dieksis terdiri dari 5 jenis, yaitu: (1) Dieksis persona adalah kata yang referen atau
acuannya dapat berpindah-pindah. (2) Dieksis tempat adalah kata yang merujuk
pada lokasi berada dekat dengan penutur ketika peristiwa percakapan itu terjadi.
(3) Dieksis waktu adalah kata yang menunjukkan sekarang. (4) Dieksis wacana
adalah bagian yang telah disusun atau yang akan di kembangkan. (5) Dieksis
sosial adalah untuk menunjukkan perbedaan antara peran sosial masyarakat.

B. Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis menyarankan agar pembaca dapat memberikan
masukan dan juga saran agar nantinya dapat dilakukan perbaikan demi menjadi
sempurnanya makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Razak, N.K., dkk. (2023). Pragmatik Berbasis Blended Learning. Solok: Penerbit
Insan Cendikia Mandiri Group.
Riza, L.N., & Santoso, B.W.J. (2017). Dieksis Pada Wacana Sarasehan Habib
dengan Masyarakat Abstrak. Seloka, 6(3).
Utama Harits, (2012). Pemakaian Deiksis Persona dalam Bahasa Indonesia.
Dikutip dari https://scholar.google.com/scholar?deiksis+personadieksis.
Pada tanggal 13 April 2023 pukul 21:37 WIB.
Kesumawardani Prastuti, (2017). Dieksis Persona, Tempat, dan Waktu dalam
Novel Pulang Karya Tere Liye (KajianPragmatig) dan Relevansinya
dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Dikutip dari
http://repository.upy.ac.id/1580/ Pada tanggal 13 April 2023 pukul 22:14
WIB.
Suryanti. (2020). Pragmatik. Klaten: Penerbit Lakeisha
Resviya. (2022). Bentuk dan Penggunaan Deiksis dalam Bahasa Bakumpai.
Pekalongan: PT.Nasya Expanding Management

Anda mungkin juga menyukai