Anda di halaman 1dari 12

Anwa’ul Ma’na (Jenis-jenis Makna)

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Ilmu Ad-Dilalah Wal Ma’ajim”

Dosen Pengampu :
Dr. H. Agus Tricahyo, M. A.

Oleh :
Nadila (202200109)
Nur Hida Fajar Riani (202200110)
Vika Arifah Almualimah (202200123)
Wijiatul Kasanah (202200124)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil ‘Alamiin. Puji dan Syukur bagi Allah Rabb Semesta Alam,
yang telah melimphkan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan segala kamudahan dan dala keadaan sebaik-baiknya. Makalah dengan judul “Anwa’ul
Ma’na” disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Ad-Dilalah Wal
Ma’ajim yang diampu oleh Bapak Dr. H. Agus Tricahyo, M.A.

Makalah ini berisi tentang penjelasan terkait jenis-jenis makna beserta pengertiannya.
Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis berterima kasih kepda berbagai pihak
yang membantu proses selesainya makalah ini. Ucapan terimakasih kami haturkan pula
kepada Bapak Dr. H. Agus Tricahyo, M.A., atas bimbingan dan arahan dari beliau terkait
penulisan makalah ini.

Meski telah kami susun secara maksimal, kami sebagai penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi kamu ke depannya.

Besar harapan dari kami andaikan makalah ini dapat menjadi sarana yang mampu
membantu masyarakat dalam memahami hal-hal yang perlu diketahui terkait ilmu dalalah
wal ma’ajim mengingat pentingny memahami ilmu ini dalam pembelajaran Bahasa Arab.

Demikian, apa yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini semoga menjadi
manfaat bagi pembaca sekalian.

Ponororgo, 12 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Makna
1. Makna Leksikal
2. Makna Konotatif
3. Makna Gramatikal
4. Makna Personal

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makna merupakan penentu informasi kebahasaan dapat dipahami, sebab makna
adalah penghubung antara bahasa dan dunia luar. (Aminuddin, 2015 :53). Makna
merupakan suatu konsep dalam pikiran manusia dengan referen di luar bahasa yang
menimbulkan reaksi dan pengertian tertentu. Makna dapat juga dapat diartikan sebagai
konsep abstrak pengalaman manusia. Akan tetapi, penentuan konsep ini tidak dilakukan
oleh perorangan, melainkan oleh masyarakat pengguna bahasa yang berada di wilayah
tertentu. Atas kesepakatan tersebut, timbullah suatu konvensi sehingga tidak mengganggu
proses komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Jika makna kata didasarkan pada
pengalaman orang perorang, tentu setiap kata akan memiliki banyak makna. Sebagai
contoh, benda yang biasa digunakan untuk menulis, yang terbuat dari arang dan kayu
telah disepakati bahwa namanya pensil. Namun, jika setiap orang memberi makna sesuai
dengan kemauan masing-masing bisa jadi benda tersebut diberi nama yang lain. Hal
seperti itulah yang menjadi salah satu penyebab terhambatnya proses komunikasi.
Penafsiran makna yang sering berbeda pada setiap orang mungkin disebabkan
rujukan konsep makna yang dipahaminya. Misalnya saja, ketika seseorang memahami
sebuah kata dengan makna kata seperti makna leksikal, makna gramatikal, makna
referensial, makna operasional, makna kiasan, makna denotasi, atau makna konotasi.
Menurut Chaer (1994), makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan
sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal
dan makna gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau
leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan
ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif
dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna
istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau sudut
pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif,
idiomatik dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan makna Leksikal ?
2. Bagaimana pengertian makna Konotatif ?
3. Apa pengertian menganai makna Gramatikal ?
4. Apa yang dimaksud dengan makna Personal ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari makna Leksikal
2. Untuk mengetahui pengertian dari makna Konotatif
3. Unutk mengetahui definisi dari makna Gramatikal
4. Untuk mengetahui pengertian mengenai makna Personal
BAB II

PEMBAHASAN

JENIS-JENIS MAKNA

1. Makna Lesikal
Menurut Kridalaksana makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai
lambing benda, peristiwa dll.
Peteda mendefinisikan makna leksikal merupakan kata ketika kata itu berdiri
sendiri, entah dalam bentuk kata atau tetap. Dikatakan berdiri sendiri sebab makna sebuah
katadapat berubah apabila kata tersebut telah berada di dalam kalimat.1
Dalam bukunya Chaer berpendapat bahwa ‘leksikal’ adalah bentuk adjektif
darikata leksikon yang berarti vokabuler, kosa kata, atau perbendaharaan kata. Satuan dari
kata leksikon adalah leksem yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalua kata
leksikon kita samakan dengan kosa kata atau perbendaharaan kata maka leksem berarti
sama dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang
bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai
dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh ada dalam
kehidupan kita. 2
Oleh karena itu, makna leksikal dapat pula diartikan sebagai makna yang sesuai
dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna sungguh-sungguh
nyata ada dalam kehidupan kita. Umpamanya, kata kepala makna leksikalnya adalah
bagian tubuh manusia dari leher ke atas, seperti tampak dalam kalimat.
1. Kepalanya hancur terkena pecahan granat, tetapi dalam kalimat (2) kata kepala
bukan dalam arti leksikal.
2. Beliau baru diangkat menjadi kepala sekolah: Contoh lain, yaitu kata memetik dan
kata tikus pada kalimat (3) dan kalimat (4) adalah dalam makna leksikal,
sedangkan dalam kalimat (5) dan kalimat (6) bukan bermakna leksikal
3. Ibu memetik sekuntum mawar.
4. Tikus itu mati diterkam kucing.

1
Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Sidoarjo : CV. Lisan Arabi : 2017), hlm 153.
2
Saida Gani dan Berti Arsyad, Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa, A’ Jamiy, Jurnal Bahasa dan
Sastra Arab Volume 07 No 1. Juni 2018, hlm 14-15.
5. Kita dapat memetik manfaat dari cerita itu
6. Yang menjadi tikus di gudang itu ternyata berkepala hitam
Kalau disimak contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa makna leksikal
dari suatu kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep, seperti yang
dilambangkan oleh kata itu. Makna leksikal suatu kata sudah jelas bagi seorang
bahasawan tanpa kehadiran kata itu dalam suatu konteks kalimat. Berbeda dengan makna
yang bukan makna leksikal yang baru jelas apabila berada dalam konteks kalimat atau
satuan sintaksis lain.3

2. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah suatu jenis makna yang mengandung nilai emosioal di
salam stimulus respon. Makna yang murni atau asli telah sitambahkan sebuah perasaan,
emosi, atau nilai tertentu sehingga menimbukan kata-kata yang baru. Makna konotatif
berbeda dengan makna denotasi (denotatif). Makna konotatif adalah makna kata atau
satuan lingual yang merupakan makna tambahan yang berupanilai rasa (Hardiyanto, 2008
: 22).Makna konotatif yaitu makna yang ada di luar makna dasarnya. Makna ini dapat
dikatakan sebagai makna tambahan dari makna dasar namun makna ini tidak tetap dan
perubahannya menyesuainkan dengan waktu dan kebudayaan pengguna bahasa.
Meskipun makna konotasi saling berkitan erat dengan makna denotasi. Perbedaanya tentu
terletak pada makna kata-katanya.
Menurut Parera (2004:98) terdapat pula makna konotasi yang berbeda
antarpribadi, antarkelompok, masyarakat, antaretnis, dan antargenerasi. Dengan demikian,
untuk menelaah makna konotatif harus dilakukan dengan cara mempertimangkan nilai
historis dan nilai deskriptif nya.
Contohya kata “wanita” yang memiliki makna dasar “manusia bukn lelaki yang
dewasa”. Jika kata ini ditambahi dengan makna tambahan, maka banyak sekali makna
yang akan timbul dari kata tersebut. Misalnya jika kata “wanita” dimaknai oleh sebuah
kelompok dengan “makhluk yang pandai memasak dan suka berdandan” maka inilah
makna tambahan yang keluar dari kata “wanita” tersebut. Atau jika “wanita” dimaknai
dengan “makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional”. Kedua makna
tambahan tersebut tidak berlaku tetap sebagai makna tambahan dari kata “wanita”.

3
Abdul Chaer and Liliana Muliastuti, “Makna Dan Semantik,” Semantik Bahasa Indonesia 5 (2012): 1–
39, http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf.
Contoh lainnya yaitu : ‫ احمر‬yang berarti “merah” adalah sebagai makna
denotatifnya sedangkan makna konotatifnya yaitu berarti “berani”. Namun arti dari
“berani” tersebut bukanlah arti yang tetap sehingga bisa berubah sesuai apa yang
disandarkan sebelumnya.

3. Makna Gramatikal
Menurut Pateda, makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat
berfungsinya kata itu dalam kalimat. Sedangkan, Kridalaksana mendefinisikan makna
gramatikal sebagai hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan-satuan yang lebih
besar. Misalnya, hubungan antara kata dengan kata lain dalam prase atau klausa.
Menurut Djadjasudarma, makna gramatikal adalah makna yang menyangkut
hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata di
dalam kalimat.
Clear menyebutkan bahwa makna grmatikal adalah makna yang muncul seiring
dengan terjadinya proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau
kalimatisasi. Seperti adanya afiksasi prefix ber- dengan kata dasar baju melahirkan
makna gramatikal mengenakan atau memakai baju. Demikian juga proses sintaksisasi
kata adik, menendang, dan bola menjadi kalimat adik menendang bola melahirkan makna
gramatikal adik bermakna pelaku.
Berikut contoh makna gramatikal dalam bahasa arab adalah kata ‫ عين‬yang berarti
mata, kemudian mengandung sejumlah makna lain setelah mengalami perubahan
gramatikal/konteks, seperti :
‫ عين الماء‬yang berarti ‫البئر‬
‫ عين الدولة‬yang berarti ‫الجاسوس‬
Dari beberapa definisi terkait makna gramatikal para penulis lebih cenderung
memakai pendapat Chaer. Karena definisi ini dinilai lebih tegas dalam menjelaskan
semua aspek penyebab yang menimbulkan munculnya makna gramatikal tersebut. dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan makna gramatikal adalah
makna yang muncul setelah kata itu mengalami perubahan dari segi strukturalnya.4
Singkatnya, makna perbedaan antara makna leksikal dan makna gramatikal
adalah, jika makna leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata sedangkan makna
gramatikal adalah makna yang ada sebagai akibat dari adanya proses gramatika seperti

4
Sahkholid Nasution, Op.Cit, hlm. 154.
proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Oleh karena itu, makna sebuah
kata baik kata dasar maupun kata jadian sering bergantung pada konteks kalimat atau
kontkes situasi.

4. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara
konsep dengan dunia kenyataan. Makna denotatif ini memiliki arti yang sebenarnya atau
sesuai dengan yang dilihat, tidak mengandung makna yang tersembunyi. Sedangkan
makna konotatif (connotative meaning) adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata
yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh
pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca).5
Pembedaan makna denotatif dan makna konotatif didasarkan pada ada tidaknya
nilai rasa pada sebuah kata. Setiap kata/leksem, terutama yang disebut kata penuh, tentu
mempunyai makna denotatif, yakni makna yang dimilikinya secara inheran yang
sebenarnya sama saja dengan yang kita sebut di atas sebagai makna leksikal. Namun,
tidak semua kata memiliki makna konotatif.
Sebuah kata disebut bermakna konotatif, apabila pada kata itu ada nilai rasa, baik
bernilai rasa positif, menyenangkan maupun bernilai rasa negatif atau tidak
menyenangkan. Jika sebuah kata tidak memiliki nilai rasa seperti itu maka dikatakan
tidak memiliki konotasi. Contoh kata kurus, langsing, dan kerempeng. Ketiga kata ini
memiliki makna denotasi yang sama, yaitu bentuk tubuh atau besar tubuh yang kurang
dari ukuran normal. Namun, ketiganya memiliki nilai rasa atau konotasi yang berbeda.
Kata kurus memiliki konotasi netral. Orang tidak merasa apa-apa apabila dikatakan kurus.
Kata langsing memiliki konotasi atau nilai rasa positif, sebab orang akan merasa senang
bila dikatakan “kamu sekarang langsing ya”. Sebaliknya kata kerempeng memiliki nilai
rasa atau konotasi negatif, sebab orang akan merasa kurang senang bila dikatakan Anda
sekarang kerempeng.6
Tambahan nilai rasa positif yang diberikan pada kata langsing, dan tambahan nilai
rasa negatif yang diberikan pada kata kerempeng, menyebabkan munculnya pendapat
orang yang mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna tambahan yang diberikan
pada sebuah kata. Kata kurus tidak diberi nilai rasa apa-apa. Jadi, kata kurus disebut tidak

5
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
6
Aminuddin. (1988). Semantik – Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru. 38-40
bermakna konotasi. Kesimpulan berikutnya muncul pendapat kata kurus bermakna
denotatif, sedangkan kata kerempeng dan langsing bermakna konotatif.
Konotasi sebuah kata dapat berbeda dari suatu daerah dengan daerah lain. Dalam
masyarakat atau daerah yang penduduknya mayoritas beragama Islam kata babi
berkonotasi negatif, di daerah yang bukan Islam kata babi itu berkonotasi netral. Malah
mungkin ada daerah yang merasa kata babi itu berkonotasi positif, yakni di daerah yang
menjadikan ternak babi sebagai ukuran kekayaan. Konotasi dapat juga berbeda dari waktu
ke waktu, misalnya kata ceramah dulu berkonotasi negatif, tetapi sekarang berkonotasi
positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi positif, tetapi
sekarang berkonotasi negatif yang positif adalah kata wanita. Konotasi dapat pula berbeda
dari kelompok sosial yang lain. Dalam kelompok sosial intelek, misalnya kata laki dan
bini berkonotasi negatif. Namun, dalam kelompok sosial buruh/pekerja kasar kedua kata
itu berkonotasi netral.7

7
Abdul chaer(1990). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 46-50
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Makna leksikal atau yang dimaksud dengan makna konseptual merupakan makna
yang sesuai dengan referennya. Makna tersebut berkaitan dengan makna gramatikal.

Makna konotatif adalah suatu jenis makna yang mengandung nilai emosioal di salam
stimulus respon. Makna yang murni atau asli telah sitambahkan sebuah perasaan, emosi, atau
nilai tertentu sehingga menimbukan kata-kata yang baru. Makna konotatif berbeda dengan
makna denotasi (denotatif).

Makna grmatikal adalah makna yang muncul seiring dengan terjadinya proses
gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Seperti adanya afiksasi
prefix ber- dengan kata dasar baju melahirkan makna gramatikal mengenakan atau memakai
baju.

Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep
dengan dunia kenyataan. Makna denotatif ini memiliki arti yang sebenarnya atau sesuai
dengan yang dilihat, tidak mengandung makna yang tersembunyi.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (1988). Semantik – Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru

Abdul chaer(1990). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul, and Liliana Muliastuti. “Makna Dan Semantik.” Semantik Bahasa Indonesia 5
(2012): 1–39. http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Sidoarjo : CV. Lisan Arabi : 2017)

Saida Gani dan Berti Arsyad, Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa, A’ Jamiy, Jurnal
Bahasa dan Sastra Arab Volume 07 No 1. Juni 2018

S. Mastur.(2021). Ilmu Dilalah. Fak Ushuluddin Adab Humaniora IAIN Jember

Anda mungkin juga menyukai