Anda di halaman 1dari 10

JENIS-JENIS MAKNA

MAKALAH

(makalah ini di buat guna memenuhi tugas Ilmu Dilalah

program studi Pendidikan Bahasa Arab

semester 5)

Disusun oleh:

Rabiatul Adawiyah Ibrahim (201032046)

Dosen Pengampu :

Dr. Damhuri, M.Ag.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SULTAN AMAI GORONTALO

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya makalah ini
tidak dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, Baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dari Mata Kuliah Ilmu Dilalah dengan judul: “Jenis-Jenis Makna”. Saya tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pengampu Mata Kuliah Ilmu Dilalah.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Gorontalo, 12 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Pengertian Makna............................................................................................................5
B. Jenis-Jenis Makna...........................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk dapat bisa menyampaikan sebuah pesan, seseorang membutuhkan
bahasa tertentu sehingga bisa dipahami oleh si penerima pesan. Sudah menjadi
kewajiban bahwa dalam suatu komunitas diperlukan bahasa yang dapat dipahami oleh
setiap anggota komunitas tersebut sehingga maksud dari apa yang ingin disampaikan
oleh seseorang dapat dipahami dan dimengerti dengan baik dan benar oleh orang lain.

Pada dasarnya tujuan dari bahasa adalah untuk menyampaikan makna.


Manusia berbicara agar bisa mengungkapkan makna dari ide-ide yang mereka miliki,
mereka mendengarkan pembicaraan dari orang lain untuk mengungkapkan makna
dari pembicaraan orang tersebut. Tanpa adanya makna, maka sebuah makna tidak
berfungsi dan tidak mempunyai nilai apa-apa. Dengan makna itulah orang lain dapat
memahami apa yang dimaksud oleh pembicara. Sulit dibayangkan bagaimana
rumitnya menjalin komunikasi jika bahasa yang digunakan tidak mempunyai makna.
Artinya antara satu orang dengan yang lain tidak dapat saling memahami. Ketika hal
itu terjadi, maka berarti tujuan dari adanya segi bahasa sebagai media untuk
menyampaikan ide, maksud dan tujuan tidak tercapai.ana1

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Makna?
2. Apa saja Jenis-Jenis Makna dalam Ilmu Dilalah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Makna
2. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Makna dalam Ilmu Dilalah

1
Nur Anisya Agustina and Bidari, “Analisis Kesalahan Makna Pada Terjemahan (Arab-Indonesia)
Santriwati Kelas III Reguler A TMI Al-Amien Prenduan Sumenep,” Journal of Chemical Information and
Modeling 6, no. 9 (2021): 6–7.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makna
Makna adalah salah satu kajian yang penting dalam Bahasa, karena tujuan dari
berbahasa ialah dapat menyampaikan makna. Makna adalah tujuan akhir pada seorang
penutur dan pendengar, begitupun antara penulis dengan pembaca. Dalam hal
komunikasi bunyi dan makna merupakan dua hal yang sangat penting dan tidak bisa
dipisahkan. Makna merupakan hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya.
Makna ialah bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam hal
komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Perkatan
manusia itu memuat makna yang utuh. Keutuhan makna itu adalah perpaduan dari
empat aspek, yaitu: pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan juga
amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks merupakan bagian
dari usaha untuk dapat memahami makna dalam komunikasi.
Makna merupakan maksud yang dapat disimpulkan dari suatu kata, jadi
makna beserta bendanya sangat berhubungan dan saling menyatu. Apabila suatu kata
tidak dapat dihubungkan dengan bendanya, peristiwa ataupun keadaan tertentu maka
kita tidak dapat memperoleh makna yang dimaksudkan dari kata itu. Beberapa kata
yang berasal dari dasar yang sama selalu menjadi sumber dari kesulitan maupun
kesalahan berbahasa, maka pilihan serta penggunaannya harus sesuai dengan makna
yang terkandung dalam sebuah kata. Dengan tujuan agar bahasa yang digunakan
dapat mudah dipahami, dimengerti, dan tidak terjadi kesalahan dalam penafsirannya,
dari segi makna yang bisa menumbuhkan reaksi yang ada dalam pikiran pembaca
maupun pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.2

2
Agustina and Bidari, “Analisis Kesalahan Makna Pada Terjemahan (Arab-Indonesia) Santriwati
Kelas III Reguler A TMI Al-Amien Prenduan Sumenep.”

5
B. Jenis-Jenis Makna
A. Makna Konseptual
Makna konseptual atau disebut juga makna denotatif, dianggap sebagai faktor
utama dalam setiap komunikasi. Makna konseptual merupakan hal yang esensial
dalam bahasa. Makna konseptual dapat diketahui setelah menghubungkan atau
membandingkannya pada tataran bahasa. Menurut Chaer makna konseptual
adalah makna yang sesuai dengan konsep dan referennya, serta terbebas dari
asosiasi atau hubungan apapun. Jadi, makna konseptual sama dengan makna
referensial, makna leksikal, dan makna denotatif. Chaer juga mengemukakan
bahwa makna konseptual yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem, terlepas
dari konteks atau asosiasi apapun.3 Misalnya Kata “Kuda” memiliki makna
konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai”, dan kata
“Rumah” memiliki makna konseptual “bangunan tempat tinggal manusia”.4
B. Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata
bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian,
kata merah berasosiasi denga berani dan kata buaya berasosiasi dengan jahat atau
kejahatan. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambing atau
perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat pengguna bahasa untuk
menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat keadaan atau
cirri yang ada konsep asal kata tersebut. 5 Makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan
di luar bahasa.6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘asosiasi’ memiliki makna
tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain; pembentukan hubungan atau
pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan panca indera. Contoh pada kata
khotbah yang diserap dari bahasa Arab khuṭbah yang bermakna ‘pidato atau
ceramah’. Apabila kata khotbah itu digunakan oleh seorang anak yang berkata

3
Huzaefah Arsyad et al., “Makna Konseptual Dan Makna Asosiatif Narasi Iklan Rokok Di Televisi,”
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya 4, no. 2 (2020): 277–289,
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/2705.
4
Derhana Bulan, “Semantik Al-Qur’an (Pendekatan Semantik Al-Qur’an Thoshihiko Izutzu),” Potret
Pemikiran 23, no. 1 (2019): 1.
5
Baiq Raudatussolihah, “Analisis Linguistik Dalam Al-Qur’an (Studi Semantik Terhadap QS
Al-’Alaq,” 2016.
6
Rahma Salbiah and Mardjoko Idris, “Jenis-Jenis Makna Dan Perubahannya,” An-Nahdah
Al-’Arabiyah 2, no. 1 (2022): 62.

6
kepada temannya di sekolah “Ibuku telah berkhotbah semalam suntuk di dalam
rumah”, maka asosiasi temannya tentang kata khotbah itu bukan lagi berpidato
atau berceramah, melainkan bahwa ibunya telah berbicara panjang lebar atau
mengomel kepada anaknya karena suatu alasan tertentu.
Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa. Contoh
seperti dalam kalimat “Nanti malam adalah malam nuzulul quran”, yang
dimaksud dengan malam nuzulul quran disini bukan malam dimana akan turun
Al-Qur’an, tapi nuzulul quran yang dimaksud adalah peristiwa memperingati
turunnya Al-Qur’an pada malam 17 Ramadan.7

C. Makna Denotatif
Makna denotasi adalah makna pertama yang sudah ada dalam sebuah kamus
bahasa dan sesuai definisi di dalam kamus serta maknanya terbatas. Makna
denotasi berada dalam makna awal dari sebuah teks, tanda, dan sebagainya.
Dalam definisi lainnya, makna denotasi merujuk terhadap apa yang diyakini akal
sehat oleh orang banyak. Makna denotasi bisa dikatakan dengan makna yang
mengacu pada apa yang dapat dilihat oleh panca indera, bersifat murni dan
realistis dari objek itu sendiri tanpa adanya tambahan apa pun.
Makna denotasi disebut makna asli yang dimiliki oleh sebuah leksem yang
serupa dengan makna leksikal. Selain itu, biasa disebut juga dengan makna
sebenarnya yang tidak memiliki keterangan atau tafsiran dengan benda ataupun
peristiwa lain.8 Makna denotatif adalah "makna sebenarnya yang mempunyai
sebuah kata". Misalnya, "kata kurus bermakna denotative" yang mana artinya
"keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal". "Kata bunga
bermakna denotative yaitu bunga yang seperti kita lihat di taman bunga".
Makna denotatif adalah makna yang berlawanan dengan makna konotatif.
Dalam "ilmu balagah (ilmu bayan)", makna denotative dikenal dengan "makna
hakiki, makna asal dari suatu lafal/ungkapan yang artinya dikeahui orang pada
umumnya". "Lafal/kata/ungkapan" muncul untuk makna itu sendiri. Sedangkan
makna konotatif, dalam "ilmu balagah dikenal dengan makna majazi, yakni

7
Faizetul Ukhrawiyah, “Perubahan Makna Kosakata Bahasa Arab Yang Diserap Ke Dalam Bahasa
Indonesia,” Al-Ma‘rifah 16, no. 2 (2019): 132–139.
8
Miya Maulidiyah, “Makna Denotasi Dan Makna Konotasi Dalam Film Animasi ‘Amirotur Ruum’
Karya Hadi Mohammadian: Semiotika Roland Barthes,” Al-Ma‘rifah 18, no. 2 (2021): 151–162.

7
perubahan dari makna asli ke makna kedua. Makna ini muncul bukan untuk arti
pada umumnya"9

D. Makna Konotatif
Makna kiasan atau disebut dengan konotatif adalah makna kata yang
didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul pada penyapaan dan pesapa.
Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, artinya “menjadi tanda” dan
mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda. Makna
konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa adanya pergeseran makna
dari makna aslinya (denotatif) disebabkan sudah ada penambahan rasa atau nilai
tertentu, nilai rasa dalam makna konotatif bisa bersifat positif ataupun negatif.
Terkadang konotasi sebuah kata pada setiap kelompok masyarakat akan berbeda-
beda tergantung pada “nilai rasa” pada setiap kelompok masyarakat.10
Makna konotatif merupakan makna yang lain yang ditambahkan pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata “Kurus” pada contoh di
atas berkonotasi netral. Tetapi kata “Ramping”, yaitu sebenarnya bersinonim
dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan;
orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata “Kerempeng”, yang
sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi
negatif, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan
tubuhnya kerempeng.11

9
Ahmad Muhajirin, “DEVIASI KATA AL-ARḌ DAN AS-SAMĀWĀT DALAM AL-QURAN (Studi
Analisis Linguistik Semantik),” Applied Microbiology and Biotechnology 2507, no. 1 (2020): 1–9,
https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027%0Ahttps://www.golder.com/insights/block-caving-a-viable-
alternative/%0A???
10
Erwin Suryaningrat, “Pengertian, Sejarah Dan Ruang Lingkup Kajian Semantik (Ilmu Dalalah),” At-
Ta’lim 12, no. 1 (2012): 105–125.
11
Bulan, “Semantik Al-Qur’an (Pendekatan Semantik Al-Qur’an Thoshihiko Izutzu).”

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Makna merupakan maksud yang dapat disimpulkan dari suatu kata, jadi makna
beserta bendanya sangat berhubungan dan saling menyatu. Apabila suatu kata tidak dapat
dihubungkan dengan bendanya, peristiwa ataupun keadaan tertentu maka kita tidak dapat
memperoleh makna yang dimaksudkan dari kata itu. Beberapa kata yang berasal dari dasar
yang sama selalu menjadi sumber dari kesulitan maupun kesalahan berbahasa, maka pilihan
serta penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Makna
kontekstual merupakan makna yang diperoleh dari lingkungan kebahasaan yang melingkupi
sebuah kata, ungkapan maupun kalimat.
Makna kontekstual juga berlandaskan pada kondisi sosial, situasi atau tempat serta
keadaan dan kesempatan dimana kata atau kalimat itu diucapkan dengan segala unsurnya,
baik dari pembicara maupun pendengar. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh
sebuah leksem atau kata bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci
atau kesucian, kata merah berasosiasi denga berani dan kata buaya berasosiasi dengan jahat
atau kejahatan. Makna denotasi adalah makna pertama yang sudah ada dalam sebuah kamus
bahasa dan sesuai definisi di dalam kamus serta maknanya terbatas. Makna denotasi berada
dalam makna awal dari sebuah teks, tanda, dan sebagainya. Makna kiasan atau disebut
dengan konotatif adalah makna kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul
pada penyapaan dan pesapa. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, artinya
“menjadi tanda” dan mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Nur Anisya, and Bidari. “Analisis Kesalahan Makna Pada Terjemahan (Arab-
Indonesia) Santriwati Kelas III Reguler A TMI Al-Amien Prenduan Sumenep.” Journal
of Chemical Information and Modeling 6, no. 9 (2021): 6–7.
Arsyad, Huzaefah, Huzaefah Arsyad, Syamsul Rijal, and Alfian Rokhmansyah. “Makna
Konseptual Dan Makna Asosiatif Narasi Iklan Rokok Di Televisi.” Ilmu Budaya: Jurnal
Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya 4, no. 2 (2020): 277–289. http://e-
journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/2705.
Baiq Raudatussolihah. “Analisis Linguistik Dalam Al-Qur’an (Studi Semantik Terhadap QS
Al-’Alaq,” 2016.
Bulan, Derhana. “Semantik Al-Qur’an (Pendekatan Semantik Al-Qur’an Thoshihiko
Izutzu).” Potret Pemikiran 23, no. 1 (2019): 1.
Maulidiyah, Miya. “Makna Denotasi Dan Makna Konotasi Dalam Film Animasi ‘Amirotur
Ruum’ Karya Hadi Mohammadian: Semiotika Roland Barthes.” Al-Ma‘rifah 18, no. 2
(2021): 151–162.
Muhajirin, Ahmad. “DEVIASI KATA AL-ARḌ DAN AS-SAMĀWĀT DALAM AL-
QURAN (Studi Analisis Linguistik Semantik).” Applied Microbiology and
Biotechnology 2507, no. 1 (2020): 1–9.
https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027%0Ahttps://www.golder.com/insights/
block-caving-a-viable-alternative/%0A???
Salbiah, Rahma, and Mardjoko Idris. “Jenis-Jenis Makna Dan Perubahannya.” An-Nahdah
Al-’Arabiyah 2, no. 1 (2022): 62.
Suryaningrat, Erwin. “Pengertian, Sejarah Dan Ruang Lingkup Kajian Semantik (Ilmu
Dalalah).” At-Ta’lim 12, no. 1 (2012): 105–125.
Ukhrawiyah, Faizetul. “Perubahan Makna Kosakata Bahasa Arab Yang Diserap Ke Dalam
Bahasa Indonesia.” Al-Ma‘rifah 16, no. 2 (2019): 132–139.

10

Anda mungkin juga menyukai