DEPAN
MAKALAH
Makalah ini disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Skill Parenting
Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya makalah ini
tidak dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
Baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW, Keluarganya, Sahabatnya dan semoga cucuran
rahmatnya sampai kepada kita ummatnya yang selalu mengikuti Sunnah-sunnah beliau dan juga
senantiasa menunggu syafaatnya di yaumul kiyamah aamiin yarabbal alamin
Tidak lupa pula ucapan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat iman dan kesehatan,
karena dengan nikmatnyalah, sehingga saya sebagai pemakalah mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari Mata Kuliah Skill Parenting yang berjudul: EKSISTENSI
PARENTING MASA KINI DAN TANTANGAN DI MASA DEPAN
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritikan
yang membangun serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya selaku pemakalah
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu Mata Kuliah Skill Parenting yang telah mangamahankan
kepada saya untuk membuat dan memaparkan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di fahami oleh dosen pengampu dan
juga teman-teman sekalian. Terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................................................4
Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
Kesimpulan................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin pesat di era digital sekarang ini, menyebabkan
nilai- nilai yang dilahirkan, baik positif maupun negatif ikut juga mengalami kejutan yang luar
biasa juga bagi manusia. Dari kejutan tersebut, sehingga peran orangtua dalam mendidik
anaknya ikut juga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zamannya. Di era 80-an,
orangtua dalam mendidik anaknya, pasti mengalami perbedaan di era digital saat ini. Pola asuh
orangtua yang pada awalnya mengalami perbedaan dari orangtua lainnya, yang hanya
menerapkan tipe pola asuh otoriter, permisif, demokrasi, sudah mengalami keberhasilan dalam
mendidik anak, tetapi di zaman era digital, maka ketiga pola asuh tersebut tidak akan berhasil,
jika tidak melakukan sinkronisasi sesuai waktu situasi dan kondisi dalam hal mengasuh anak.
Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari pendidikan, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, peran yang paling penting
memberikan pendidikan adalah kedua orangtuanya, kemudian sanak saudaranya. Setelah anak
memperoleh pendidikan dalam lingkungan keluarga, maka dilanjutkan lagi dengan pendidikan
selanjutnya yakni pendidikan formal yang didapatkan dalam lingkungan sekolah. Peran
pendidikan yang sebelumnya diberikan oleh orangtua telah tergantikan oleh guru di sekolah.
Kemudian, setelah pendidikan dalam keluarga dan sekolah, maka anak-anak mendapatkan
pendidikan pada lembaga di masyarakat.1
Pendidikan terus berjalan seiring umur yang kita miliki, sehingga pendidikan disebut juga
life long education, tetapi pendidikan ikut juga mengalami perubahan, seiring dengan zaman
dan waktunya. Menurut (Toffler, 1980) dalam bukunya The Third Wave, bahwa perubahan
yang dialami manusia saat ini mengalami tiga gelombang, yakni masa pertanian, industri dan
1
Afiif, A., & Kaharuddin, F. (2015). Perilaku Belajar Peserta Didik Ditinjau Dari Pola Asuh Otoriter Orang Tua.
AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 2(2), 287–300.
masa sekarang. Dari masa pertama dan kedua telah dilewati oleh manusia dan saat ini manusia
hidup di era informasi.2
B. Rumusan Masalah
- Apa peran orang tua dalam mendidik anak di era digital saat ini?
C. Tujuan
- Yaitu dengan memberikan perhatian lebih ke anak dengan cara yang baik
2
Toffler, A. (1980). The third wave. New York: William Morrow and Company. New York City: William Morrow
and Company, INC.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Stephanus Turibius Rahmat, ‘Pola Asuh Yang Efektif Dalam Mendidik Anak Di Era Digital’, Journal Education
and Culture Missio, 10.2 (2018), 143 <https://repasitory.stikipsantupaulus.ac.id/122/1/Artikel-jurnal-missio>.
4
Raho, Bernard. 2019. Keluarga Berziarah Lintas Zaman. Suatu Tinjauan Sosiologis. Ende:Nusa Indah.
3. Keluarga sebagai persekutuan spiritual dasar (institusi agama)
Bidang lain yang mendapat pengaruh kuat dari keluarga adalah agama. Keluarga
merupakan sumber pengetahuan ajaran-ajaran agama sekaligus mengajar anak-anak
untuk mempraktekkan imannya. Keluarga juga menjaga dan memelihara tradisi-
tradisi keagamaan. Sejak kecil anak-anak dilatih untuk menjadi seorang yang patuh
kepada agama. Ketika anak-anak masuk sekolah, maka orangtua juga berusaha
supaya anak-anaknya dididik di sekolah-sekolah yang cukup memperhatikan
pendidikan agama. Keluarga sebagai institusi agama harus menyediakan sentuhan
pribadi, lingkungan insani yang hangat, persahabatan dan kasih sayang yang sangat
dibutuhkan oleh semua anggotanya.5
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Seri Pendidikan Orang Tua:Mendidik Anak
di Era Digital, Cet. I. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Juli 2016.
6
Ni’matul Ayati, ‘EKSISTENSI MODEL PERGURUAN TINGGI DI LINGKUNGAN PONDOK Abstrak : Model
Pendidikan Tinggi Di Lingkungan Pondok Pesantren Memang Menjadi Sesuatu Yang Baru Dalam Dinamika
Pendidikan Islam . Eksistensinya Pun Semakin Dinamis Di Tengah Era 4 . 0 , Tentu Ada Pe’, Hikmah, 18.1 (2021),
81–90.
C. Pentingnya Parenting Education Untuk Orang Tua Masa Kini
Pendidikan diawali dari keluarga. Keluarga adalah tempat pertama bagi pembentukan dan
pendidikan anak. Orang tua dan rumah adalah sekolah pertama yang dikenal oleh anak, karena
peran orang tua disini sangatlah penting. Melalui orangtualah anak akan belajar mengenai
nilai-nilai dan norma sebelum anak memasuki jenjang prasekolah yaitu pendidikan PAUD
maupun pendidikan sekolah dasar. Orang tua harus memiliki bekal mengenai berbagai macam
informasi tentang pendidikan anak.
Orang tua harus memberikan tauladan yang baik bagi anak-anaknya, karena anak usia dini
adalah peniru yang ulung. Anak akan belajar melalui tahapan imitasi yaitu meniru apa yang
dilihat dan didengar anak akan ditiru oleh anak. Jadi orang tua harus lebih berhati-hati dalam
perilaku maupun perkataan. 7
Oleh karena itu, parenting education adalah metode yang tepat bagi orang tua dalam
pembentukan karakter anak. Parenting disini bukan hanya sekedar mengasuh anak, namun
orang tua harus mendidik, membimbing dan melindungi setiap perkembangan anak. Parenting
educarion sendiri memiliki pengertian yaitu program pendidikan pengasuhan yang dilakukan
oleh lembaga untuk meningkatkan kualitas kepengasuhan dan tercapainya visi-misi. Manfaat
yang diperoleh dari parenting education yaitu menambah wawasan dan pengetahuan orang tua
dalam hal pengasuhan anak sesuai dengan usia, karakter dan perkembangannya. Parenting
education memiliki 3 tujuan yaitu:
Orang tua harus memiliki kesadaran bahwa mengasuh anak tidak boleh
sembarangan. Dalam mengasuh anak, diperlukan berbagai macam pengetahuan.
Orang tua tidak boleh asal-asalan dalam memberikan pengasuhan pada anak.
7
Drajat, Zakiyah Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
Mengasuh anak tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhannya saja. Orang tua
harus menyadari jika belum memiliki banyak pengetahuan dalam hal pengasuhan,
maka harus belajar dengan orang yang lebih ahli seperti pakar parenting. Karena
dalam mengasuh anak tidak hanya berdasar pengalaman orang lain seperti orang
tua, mertua, saudara, ataupun tetangga. Karena pada dasarnya karakter anak itu
berbeda-beda jadi dalam hal pengasuhan juga harus berbeda.
Dalam proses pengasuhan, orang tua terlebih dahulu harus memahami tentang pola
asuh yang baik bagi anaknya. Hal ini penting agar proses pengasuhan sesuai
dengan karakter, usia dan perkembangan anak. Maka dari itu, dengan adanya
parenting education ini pastinya akan membuat orang tua lebih mengerti
bagaimana pola asuh yang baik.
Sasaran dari kegiatan parenting education adalah orang tua, guru, orang tua yang memiliki
anak PAUD namun belum mendapatkan layanan pendidikan, Mahasiswa, dan calon orang tua.
Jadi peran dari parenting education ini tidak hanya diperuntukkan bagi orang tua yang sudah
memiliki anak saja, melainkan mahasiswa ataupun calon orang tua juga penting untuk
memperoleh pengetahuan mengenai parenting education sebagai bekal dalam pengasuhan
anak nantinya.9
Dalam kegiatan parenting education ada beberapa program yang diadakan sekolah/ lembaga
PAUD seperti:
8
Saihu dan Baeti Rohman. (2019). Pembentukan Karakter Melalui Model Pendidikan Transformatife Learning pada
Santri di pondok Pesantren Nurul Ikhlas Bali. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 08(02)
9
https://www.kompasiana.com/nindaratri/5bc9e2e7aeebe17ea0494bf3/pentingnya-parentingeducation-
untuk-oang-tua-masa-kini.
1. Kelompok pertemuan orang tua
Kelompok pertemuan orang tua disini digunakan sebagai wadah komunikasi antara
orang tua dan keluarga lain untuk memperoleh berbagai macam informasi mengenai
pengasuhan dan perkembangan anak.
2. Open Gathering
Kegiatan pada open gathering ini adalah pertemuan orang tua dengan pihak lembaga
PAUD untuk membicarakan mengenai program-program sekolah.
Dalam program parenting, orang tua harus terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran anak. Dengan demikian, orang tua akan mengetahui model pembelajaran
yang diberikan guru serta mengetahui perkembangan dan kegiatan anak pada saat
disekolah.
Selain dalam kelas, orang tua juga harus ikut andil dalam acara bersama yang diadakan
oleh sekolah. Biasanya acara yang melibatkan orang tua seperti penampilan pada puncak
tema, Makan bersama, pertunjukan seni, kunjungan dll.
Kegiatan ini berkaitan dengan mengirimkan kegiatan pembelajaran anak saat disekolah
pada orang tua dalam bentuk CD/DVD. Atau bisa diganti dengan mengirimkan melalui
email ataupun whatsaap. Dengan demikian, orang tua tetap mengetahui semua kegiatan
anak walaupun mereka tidak sempat untuk terlibat langsung dalam pembelajaran anak di
sekolah, dikarenakan ada urusan lain. Video yang dikirmkan juga dapat dijadikan sebagai
panduan bagi orang tua bagaimana memberikan kegiatan pada anak dirumah, selain itu
video juga dapat dijadikan arsip bagi orang tua yang bisa diperlihatkan pada anak saat
dirumah.
6. Home Activities
Home activities yang dimaksud disini adalah orang tua mengirimkan kegiatan anak saat
dirumah. Jadi antara orang tua dan sekolah dapat saling memberikan masukan atau
kritik.
7. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah disini diperuntukkan agar sekolah mengetahui dimana anak tinggal.
Selain itu kunjungan rumah ini juga bisa dilakukan dengan cara mengunjungi rumah dari
setiap teman-temannya.
8. Field Trip/Wisata
Program yang terakhir yaitu wisata. Kegiatan ini biasanya diprogramkan sekolah pada
akhir semseter ataupun akhir tahun. Tujuannya untuk refreshing sambil belajar melalui
alam. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya jika kegiatan wisata ini diprogramkan ke
tempat-tempat yang mengandung edukasi.10
Permasalahan turut muncul ketika anak-anak lebih cenderung asyik bermain dengan gawai
mereka sampai lupa untuk berinteraksi sosial. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan
mempengaruhi karakter dan aktivitas anak dengan lingkungannya. Padahal, berinteraksi
dengan teman sebaya dapat memotivasi anak untuk rajin belajar dengan membuat kelompok
belajar.12
Ikatan emosi yang stabil merupakan faktor utama. Sebuah hubungan yang positif antara
orang tua dan anak-anak, terutama saat anak-anak sedang beranjak tumbuh ke tahap
remaja, adalah kunci penting dalam perkembangan mereka. Dalam era digital, hal ini bisa
dilihat dari kecenderungan mereka untuk secara terbuka membagikan pengalamannya saat
sedang melakukan kegiatan online atau offline. Global Kids Online menyebutkan, saat
seorang anak mempunyai hubungan yang dekat dengan orang tua, biasanya mereka juga
12
Luluk Ifadah and Sigit Tri Utomo, ‘Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi
Tantangan Era Revolusi Industri 4.0’, Jurnal Al-Ghazali, 2.2 (2019), 51–62.
13
https://www.its.ac.id/news/2022/07/23/tantangan-mendidik-anak-di-era-digital/
akan memberi tahu ketika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan saat
menggunakan Internet.
Berbicara tentang anak-anak dan kebiasaan mereka saat sedang berselancar di dunia maya,
tentunya tidak lepas dari peran orang tua untuk mengawasi kegiatan yang mereka lakukan
pada saat mencari atau bertukar informasi di Internet. Setelah membangun ikatan, orang tua
juga harus menentukan sejumlah peraturan yang harus diikuti anak-anak dalam
penggunaan Internet, di antaranya adalah waktu penggunaan, tempat mereka menggunakan
Internet (baik di dalam kamar ataupun pada saat makan), bagaimana cara mereka
mengontrol privasi mereka, dengan siapa mereka berbagi informasi, dan lain-lain.
Pada saat memasuki tahap remaja, orang tua harus memberikan ruang bagi anaknya untuk
mengembangkan perasaan yang positif tentang dirinya sendiri, melalui caranya sendiri
pula. Hal ini bisa dilakukan dengan mencoba mendengarkan apa yang ingin mereka
katakan tanpa berkomentar negatif, memberikan kepercayaan pada mereka untuk
melakukan tanggung jawabnya sendiri, atau memberinya peran dalam pengambilan
keputusan di keluarga. Di era digital, hal ini bisa berarti memberikan kesempatan untuk
remaja dalam menggunakan waktu pribadinya untuk menggunakan Internet, dan
menolongnya saat mereka menemukan kesulitan.
Sangat awam untuk anak-anak dan remaja dalam meniru perilaku orang tua mereka
masing-masing, dan menerapkan norma yang mereka pelajari dari apa yang mereka lihat di
rumah. Jika mereka melihat orang tuanya menghabiskan banyak dari waktu mereka
menggunakan Internet, maka anak-anak juga akan meniru kecenderungan ini. Apa yang
dipikirkan oleh anak-anak saat melihat orang tuanya membagikan terlalu banyak informasi
pribadi di media sosial? Anak-anak kebanyakan tidak memiliki kesinambungan dengan
informasi yang orang tua mereka bagikan di dunia maya, karenanya, menggunakan media
sosial dan menghabiskan waktu di Internet dengan bijak juga merupakan salah satu
tanggung jawab dari masing-masing orang tua.
Menyiapkan bekal dan perlindungan mungkin akan terasa sulit bagi beberapa orang tua
terutama saat anak-anak mereka beranjak ke usia remaja. Peran orang tua adalah mencari
tahu cara untuk membekali anak mereka dengan perlindungan yang tepat, terutama dari
informasi yang mereka akses di Internet. Menurut penelitian, saat menemukan sesuatu yang
‘mengganggu’ atau ‘menyakiti’ mereka di dunia maya, anak-anak akan mengadu pada
teman mereka terlebih dahulu sebelum memberi tahu orang tua mereka. Karenanya, peran
untuk melindungi anak-anak kini tidak hanya berada pada pundak orang tua; namun teman
pergaulan, guru atau orang dewasa di sekitarnya.14
14
Aslan Aslan, ‘Peran Pola Asuh Orangtua Di Era Digital’, Jurnal Studia Insania, 7.1 (2019), 20
<https://doi.org/10.18592/jsi.v7i1.2269>.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran orangtua dalam mendidik anaknya tidak terlepas dari pola asuh yang diterapkan oleh
orangtua. Di zaman era digital saat ini, dengan berbagai macam kecanggihan teknologi
sehingga tipe pola asuh orangtua kepada anaknya ikut juga mengalami perubahan. Tipe pola
asuh yang terdiri dari otoriter, demokrasi dan permisif, dengan mengalami sistem pola asuh
yang berbeda-beda yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya sehingga menghasilkan
karakter yang berbeda-beda juga kepada anak. Oleh karena itu, perubahan teknologi semakin
pesat dari waktu ke waktu, maka sebagai selaku orangtua, seharusnya tidak tinggal diam
dengan perkembangan yang ada terhadap pola asuh anaknya, tetapi harus melakukan
perubahan juga, sehingga teknologi yang mengalami perubahan tetapi pola asuh anak ikut juga
mengalami sinkronisasi antara peran pola asuh tipe otoriter, demokratis dan permisif.15
Semoga apa yang ada di dalam Makalah ini Teman-teman dan Dosen pengampu dapat
memahaminya, kami mengetahui di dalam makalah kami masih banyak terdapat kesalahan
penulisan, kami harap teman-teman dan dosen pengampu Mata Skill Parenting dapat
memberikan saran yang membagun.
15
Iman Subasman and Faat Nasyiruddin, ‘Evaluasi Peran Pendikan Islam Pada Era Revolusi Industri 4.0’, Risâlah,
Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 6.1 (2020), 117–33 <https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v6i1.128>.
DAFTAR PUSTAKA
Afiif, A., & Kaharuddin, F. (2015). Perilaku Belajar Peserta Didik Ditinjau Dari Pola Asuh Otoriter Orang Tua.
AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 2(2), 287–300.
Aslan Aslan, ‘Peran Pola Asuh Orangtua Di Era Digital’, Jurnal Studia Insania, 7.1 (2019), 20
<https://doi.org/10.18592/jsi.v7i1.2269>.
https://www.ef.co.id/englishfirst/kids/blog/tantangan-mendidik-anak-di-era-digital/.
https://www.its.ac.id/news/2022/07/23/tantangan-mendidik-anak-di-era-digital/
https://www.kompasiana.com/nindaratri/5bc9e2e7aeebe17ea0494bf3/pentingnya-parentingeducation-untuk-oang-
tua-masa-kini.
Iman Subasman and Faat Nasyiruddin, ‘Evaluasi Peran Pendikan Islam Pada Era Revolusi Industri 4.0’,
Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 6.1 (2020), 117–33
<https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v6i1.128>.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Seri Pendidikan Orang
Tua:Mendidik Anak di Era Digital, Cet. I. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Juli
2016.
Luluk Ifadah and Sigit Tri Utomo, ‘Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi
Tantangan Era Revolusi Industri 4.0’, Jurnal Al-Ghazali, 2.2 (2019), 51–62.
Ni’matul Ayati, ‘EKSISTENSI MODEL PERGURUAN TINGGI DI LINGKUNGAN PONDOK Abstrak : Model
Pendidikan Tinggi Di Lingkungan Pondok Pesantren Memang Menjadi Sesuatu Yang Baru Dalam Dinamika
Pendidikan Islam . Eksistensinya Pun Semakin Dinamis Di Tengah Era 4 . 0 , Tentu Ada Pe’, Hikmah, 18.1
(2021), 81–90.
Raho, Bernard. 2019. Keluarga Berziarah Lintas Zaman. Suatu Tinjauan Sosiologis. Ende:Nusa Indah.
Ria Nurul Hasanah and Wiwin Yulianingsih, ‘Hubungan Antara Kegiatan Parenting Education Dan Kemampuan
Sosialisasi Anak Usia Dini Di Paud Mutiara Hati Keputih Surabaya’, . J+PLUS UNESA: Jurnal Mahasiswa
Pendidikan Luar Sekolah, 9.2 (2020), 115–19 <https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-
sekolah/article/view/42386>.
Saihu dan Baeti Rohman. (2019). Pembentukan Karakter Melalui Model Pendidikan Transformatife Learning
pada Santri di pondok Pesantren Nurul Ikhlas Bali. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 08(02)
Stephanus Turibius Rahmat, ‘Pola Asuh Yang Efektif Dalam Mendidik Anak Di Era Digital’, Journal Education
and Culture Missio, 10.2 (2018), 143 <https://repasitory.stikipsantupaulus.ac.id/122/1/Artikel-jurnal-missio>.
Toffler, A. (1980). The third wave. New York: William Morrow and Company. New York City: William Morrow
and Company, INC.