Karya Tulis Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian
Sekolah
Tahun Pelajaran 2022/2023
Disusun oleh:
Nama : Anggi Fathma Simatupang
Nomor Induk : 0051180393
Kelas : XII IPS 1
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha
penyayang, penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan karya tulis dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Dalam Lingkungan
Keluarga Terhadap Perilaku Anak Remaja Di Sekolah”.
Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih sebesar –
besarnya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian
penulisan karya tulis ini.
1. Ibu Ir. Aminah selaku kepala sekolah SMA Sunda Kelapa
2. Ibu Maretha Murti. SH. selaku wali kelas yang memberi dukungan
dan bimbingan
3. Ibu Lita Mirasanti, S.Pd. selaku pembimbing materi
4. Bapak Sugeng Priyono, S.Pd. selaku pembimbing teknis
5. Kedua orang tua yang mendukung dan memberikan saran serta
masukan kepada penulis
6. Kelas XII IPS 1 yang selalu mendukung dan memberikan
semangat bagi satu sama lain
7. Teman – teman SMA Sunda Kelapa yang telah berjuang bersama
hingga saat ini
i
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan karya tulis ini kedepannya.
DAFTAR ISI
i
BAB III POLA ASUH DAN PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA
A. Pola Asuh Orang Tua
B. Perilaku Sosial Anak Remaja
C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Sosial Remaja
D. Undang-Undang Perlindungan Anak Terhadap Hak Anak
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan kondisi alam yang mempengaruhi tingkah
laku kita. Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
pendidikan anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik
yang meliputi keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam, dan
lingkungan budaya yang meliputi bahasa, seni, ekonomi, ilmu
pengetahuan pandangan hidup, keagamaan, serta lingkungan sosial atau
masyarakat yang meliputi keluarga, kelompok bermain dsb.
i
Berdasarkan kenyataan yang terjadi, sebagian orang tua
beranggapan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah, orang
tualah yang membiayai anak. Padahal pendidikan keluarga memiliki nilai
strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Lingkungan tempat
tinggal juga mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Lingkungan
sekitar rumah memberikan pengaruh sosial pertama bagi anak. Dalam
lingkungan anak dapat mempelajari hal-hal yang baik,akan tetapi ia juga
meniru kelakuan yang buruk, tergantung pada sifat kelompoknya.
i
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang
tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak
untuk mencapai kegiatan hasil belajar anak yang cukup baik menurut
orang tua. Pengasuhan orang tua pada dasarnya diciptakan oleh adanya
interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang
berevolusi sepanjang waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-
anak sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata
tetapi juga dengan contoh-contoh.
i
Banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola asuh pada
anaknya. Mereka menganggap bahwa mereka telah memberikan yang
terbaik bagi anaknya, tetapi tanpa mereka sadari, pada kenyataannya
mereka telah melakukan kesalahan dalam mengasuh anaknya. Mereka
banyak menuntut anak untuk melakukan seperti yang mereka inginkan,
yang membuat anak kehilangan waktu bermainnya.
Pada saat ini banyak orang tua yang mengabaikan hak anak. Para
orang tua menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang berlebihan bahkan
yang seharusnya belum pantas mereka lakukan. Ada orang tua yang
meminta anaknya untuk bekerja baik sebelum maupun sesudah
bersekolah.
Anak diminta untuk bangun pagi, mempersiapkan segala
kebutuhan keluarga untuk pagi hari seperti memasak sarapan, menimba air
dan sebagainya. Selepas pulang sekolah mereka juga diminta untuk
bekerja seperti berjualan, ikut ke sawah, membersihkan rumah, menjaga
adik-adik dan lain-lain. Memang hal ini tidak lepas juga dari faktor
ekonomi keluarga, tapi bagaimanapun keadaannya anak yang masih dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan tidak boleh dieksploitasi dan
dituntut secara berlebihan.
B. Tujuan Penulisan
1. Memberikan informasi kepada orang tua dan pendidik mengenai
pengaruh pola asuh dalam lingkungan keluarga terhadap perilaku
anak remaja di sekolah.
2. Memberikan wawasan pengetahuan bagi para pembaca.
3. Sebagai salah satu profil lulusan siswa SMA Sunda Kelapa.
i
pendidikan secara formal di sekolah, oleh karena itu pola asuh orang tua
dalam mendidik anak akan mempengaruhi perilaku anak.
D. Metode Penulisan
Metode penelitian yang penulis digunakan di dalam karya tulis ini
adalah metode kualitatif. Sebagian besar materi yang penulis susun
terdapat dalam karya tulis ini diambil dari internet dan buku.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan, alasan memilih
judul, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
i
BAB III POLA ASUH DAN PERILAKU SOSIAL ANAK
REMAJA
Bab ini berisi pola asuh orang tua, perilaku sosial anak remaja,
hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku sosial remaja, dan undang-
undang perlindungan anak terhadap hak anak.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran karya tulis.
BAB II
PERAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN
ANAK REMAJA
A. Pengertian Keluarga
i
Gambar 2.1. Keluarga
i
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang memiliki makna
proses pertumbuhan menuju kedewasaan. Istilah adolensence seperti yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, dan fisik. Pengertian remaja berdasarkan usia adalah
antara 13-18 tahun. Masa ini dibagi menjadi usia 13-16 tahun sebagai
masa remaja awal dan usia 16-18 tahun disebut sebagai masa remaja akhir
(Hurlock dalam Sarwono, 2011).
i
C. Peran Keluarga Dalam Perkembangan Anak Remaja
i
Hal ini sebaiknya dalam pengawasan kontrol
anggota keluarga anak tersebut atau orang yang dipercayai
oleh orang tua anak dalam hubungan perkembangan sosial
anaknya tersebut.
i
banyak orang tua yang tidak tahu bagaimana cara mendidik
anak yang baik bagi pertumbuhan optimal anak. Akibatnya,
anak pun tumbuh tidak sebagaimana yang diharapkan.
i
Gambar 2.3. Perilaku Sosial Anak Remaja
i
mereka ikuti, maka semakin banyak pula wawasan dan
kompetensi sosial yang mereka miliki. Hal inilah yang
menyebabkan remaja meningkatkan prasangka dan
diskriminasi dalam pemilihan teman karena sangat
dipengaruhi oleh lingkungan.
i
5. Nilai-nilai Baru dalam Penerimaan Sosial
Remaja cenderung menggunakan nilai-nilai yang
ada dalam kelompok sebayanya untuk menerima atau
menolak orang lain dalam pertemanan.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa wajar bagi remaja
untuk menghabiskan waktu bersama teman daripada keluarga. Wajar bagi
remaja untuk membentuk geng.
Namun, kita harus ingat bahwa sebagai orang tua, guru atau
saudara yang lebih tua, juga perlu memantau perkembangan kelompok di
mana kaum muda berpartisipasi. Jangan memaksa kelompok atau
melakukan hal-hal yang tidak mereka inginkan, tetapi beri mereka
bimbingan dan pengawasan yang cukup agar mereka belajar bersosialisasi
dengan baik dan tidak salah tempat.
i
membeli handphone karena teman-temannya mempunyai
handphone tersebut.
3. Memiliki simpati
Mempunyai kemampuan untuk menghargai persepsi
dan perasaan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan sikap
anak jika mereka melihat orang lain terluka atau tertekan.
i
BAB III
POLA ASUH DAN PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA
i
Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif
atau positif. Seperti contohnya kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan
orang tua kepada anaknya. Pola asuh merupakan sikap orang tua
dalam berinteraksi dengan anak-anaknya.
i
Orang tua dengan tipe pola asuh ini biasanya
cenderung membatasi dan menghukum. Mereka secara
otoriter mendesak anak untuk mengikuti perintah dan
menghormati mereka. Orang tua dengan pola ini sangat
ketat dalam memberikan batasan dan kendali yang tegas
terhadap anak-anak, serta komunikasi verbal yang terjadi
juga lebih satu arah.
i
2) Suka menghukum secara fisik
3) Bersikap mengomando (mengharuskan anak
untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi)
4) Bersikap keras
5) Cenderung emosional dan bersikap menolak
6) Harus mematuhi peraturan-peraturan orang
tua dan tidak boleh membantah
i
Pola Asuh Otoritatif memiliki beberapa ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Kebebasan anak tidak mutlak
2) Menghargai dengan penuh pengertian
3) Keterangan yang rasional terhadap yang
boleh dan tidak boleh dilakukan
4) Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak
5) Mendorong anak untuk menyatakan
pendapat atau pertanyaan
6) Selalu menggunakan cara musyawarah dan
kesepakatan
7) Hubungan antar keluarga sangat harmonis
dan akrab.
8) Orang tua selalu memberikan kesempatan
kepada anak untuk berkreatifitas
i
Gambar 3.3. Pola Asuh Permisif
i
anak dengan lingkungan sekitarnya. Orang tua dari kelas
menengah kebawah cenderung lebih keras dalam mengasuh
anak.
b. Pendidikan
Latar belakang pendidikan orang tua dapat
mempengaruhi pola asuh orang tua baik formal maupun
non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau
harapan orang tua kepada anaknya. Orang tua yang
berpendidikan tinggi akan lebih mengerti kebutuhan anak.
i
Anak seolah menjadi boneka, yang segala sesuatu
yang dikerjakan akan diatur dan dipaksakan oleh orang tua.
Bahkan tidak sedikit orang tua yang ambisius seperti ini
tidak pernah memberikan pilihan kepada anaknya. Bagi
mereka yang terpenting adalah anaknya menjadi seperti apa
yang mereka mau.
e. Jumlah Anak
Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan
mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua.
Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada
kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan
pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena
perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu
dengan anak yang lainnya.
i
pribadi mereka bersama orang lain pada situasi dan
kondisinya.
i
memaksakan dirinya untuk diterima dalam kelompok,
sering menyebutkan namanya sendiri, dan suka
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengagetkan.
b. Menolong
Menolong yaitu kesediaan untuk memberikan
pertolongan atau bantuan kepada orang lain yang sedang
mengalami kesulitan atau yang sedang membutuhkan baik
berupa bantuan materil maupun moril. Menolong meliputi
membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang
menunjang keberlangsungan kegiatan orang lain.
c. Kerjasama
Yang dimaksud dengan kerjasama adalah kesediaan
untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya
suatu tujuan. Kerjasama pada umumnya saling
i
menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan
menenangkan.
d. Bertindak jujur
Bertindak jujur yaitu kesediaan untuk melakukan
sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang terhadap
orang lain.
e. Berderma
Berderma yaitu kesediaan untuk memberikan secara
sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang lebih
membutuhkan.
i
3. Sumber kasih sayang dan penerimaan.
4. Model pola perilaku yang tepat untuk anak untuk belajar
bermasyarakat.
5. Pemberi bimbingan yang tepat bagi pengembangan
perilaku.
6. Mengajarkan anak untuk belajar memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
7. Membimbing anak dalam belajar keterampilan motorik,
verbal, dan sosial.
8. Stimulator bagi anak untuk mencapai prestasi baik di
sekolah maupun di masyarakat.
9. Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi.
10. Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai
cukup usia untuk bermain di luar lingkungan keluarga.
3. Fungsi Edukatif
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan
pertama dan utama bagi anak. Menurut Hurlock, keluarga
i
berfungsi sebagai transfer bagi anak. Fungsi keluarga dalam
pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan
atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya, dan
keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi
anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat
yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup
dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para
anggotanya.
5. Fungsi Perlindungan
Keluarga memiliki fungsi untuk melindungi anggota
keluarga dari gangguan, ancaman, atau kondisi yang
menimbulkan rasa kurang nyaman bagi anggota keluarga.
6. Fungsi Rekreatif
Untuk melaksanakan fungsi ini, keluarga harus
dapat menciptakan kondisi yang memberikan kenyamanan,
keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggota
keluarga.
7. Fungsi Agama
i
Menurut Syamsu Yusuf, keluarga berfungsi sebagai
penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka
memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga
berkewajiban mengajarkan, membimbing dan
membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
i
1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-hak Anak yang
meliputi, Pasal 2:
a. Non Diskriminasi
b. Kepentingan yang terbaik untuk anak
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangannya
d. Penghargaan terhadap anak
i
2) Mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan,
pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh
kembang dari kedua Orang Tuanya sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minatnya
3) Memperoleh pembiayaan hidup dari kedua Orang
Tuanya
4) Memperoleh Hak Anak lainnya.