Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DALAM


KELUARGA MENURUT PEMIKIRAN DZAKIA DARAJAT
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Strata Satu (S1)

Oleh:
Meta eka putri
NIM. 17531086

Ketua Program Studi PAI Pembimbing Akademik

Dr. Deriwanto, M.A Dr. H. Lukman Asha, M.Pd.I


NIP. NIP.195909291992031001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

1
TAHUN 2021

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim
Alhamdulilah Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyusun
proposal ini guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.
Pd) di Fakultas Tarbiyah IAIN Curup. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan pengikutnya,
yang senantiasa menjadi Uswatun Hasanah bagi umat manusia.
Peneliti menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak lepas dari
kesalahan dan kekhilafan, kenyataan ini menyadarkan peneliti bahwa tanpa
bantuan dari berbagai pihak proposal ini mungkin tidak akan terselesaikan
dengan baik. Maka pada kesempatan ini penelitimenyampaikan ucapan terima
kasih kepada seluruh pihak yang sudah banyak membantu peneliti dalam
menyusun pembuatan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat
bagi peneliti selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi yang membanca.

Bengkulu. Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Identifikasi Masalah...........................................................................10
C. Batasan Masalah ......................................................................... 10
D. Rumusan Masalah..............................................................................11
E. Tujuan Masalah .......................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian.............................................................................11

BAB II LANDASAN TEORI


A. Ibu Dalam Konsep Islam...................................................................13
B. Keluarga.............................................................................................18

BAB III PEMIKIRAN ZAKIAH DARADJAT PADA KONSEP IBU SEBAGAI


MADRASAH PERTAMA DALAM KELUARGA
A. Biografi Zakiah Daradjat...................................................................23
B. Jenis Penelitian...................................................................................29
C. Pembahasan........................................................................................30
D. Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Islam.........................................32

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi kebutuhan umat
manusia di dunia, tak heran jikabanyak orang menghabiskan uangdan waktu
yang banyak untuk pendidikan. Dalam dua sumber utama hukum Islam
banyak disinggung tentang pendidikan dan ilmu serta kewajiban untuk
mencari ilmu. Seseorang menempuh pendidikan dalam rangka mencari ilmu
akan bermanfaat baginya untuk kehidupan dunia dan akhirat. Ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang di seluruh bidang kehidupan begitu
cepat dewasa ini. Baik secara langsung atau tidak, hal ini berpengaruh pada
kehidupan pendidikan dalam keluarga di masyarakat Indonesia. Permasalahan
yang dihadapi lembaga pendidikan dan keluarga muslim pun kini semakin
kompleks. Keadaan tersebut, menuntut perhatian semua pihak, terutama bagi
orangtua, guru, lembaga pendidikan dan masyarakat yang terlibat langsung di
bidang pembinaan pendidikan khususnya pendidikan dalam keluarga muslim.
Hal tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya
menangkal dampak negatif yang dapat mengurangi kebahagiaan dan
kesejahteraan kehidupan pendidikan dan keluarga.1
Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah lingkungan yang
dapat membentuk karakter manusia. Meski ketiganya saling mempengaruhi,
tetapi pendidikan keluargalah yang paling dominan pengaruhnya terhadap
pendidikan anak. Jika suatu rumah tangga berhasil membangun keluarga
sakinah, maka peran sekolah dan masyarakat menjadi pelengkap. Keluarga
mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam, maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat

1
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kencana Media Group, 2008
pertumbuhan anak yang pertama. Dalam keluarga ia mendapatkan pengaruh
dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-
sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.2
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak. Hal
ini terjadi, karena seorang anak memiliki ikatan darah atau keturunan dengan
kedua orang tuanya yang tidak bisa dipisahkan hingga akhir hayat. Bagi ayah
dan ibu, anak bukan hanya sebagai amanah yang harus dipelihara dengan
sebaik-baiknya, melainkan juga kehadiran anak di tengah-tengah keluarga
merupakan keinginan dan dambaan hampir setiap pasangan suami-istri.
Dewasa ini banyak dari kalangan para orang tua yang tidak menyadari
peranan penting mereka sebagai sekolah pertama atau lembaga pendidikan
pertama bagi anak, kebanyakan dari mereka acuh terhadap pentingnya
bimbingan, pengawasan dan pendidikan yang mereka berikan terhadap anak-
anaknya, dan menganggap sepele hal tersebut, mereka lebih mementingkan
karir dan pekerjaan mereka diluar rumah dibanding mengasuh anak-anaknya
dirumah. Mereka melupakan kewajibannya sebagai sekolah pertama untuk
anak- anaknya. Hal ini hal ini dipertegas dengan banyaknya fenomena orang
tua yang menyerahkan urusan pengasuhan anak-anak mereka kepada jasa
asisten rumah tangga, pengasuh anak atau baby siter yang mana sangat
berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak untuk kedepannya nanti,
maka dari itu pihak yang patut untuk di salahkan dalam hal ini adalah kedua
orang tua, karena membiarkan orang lain untuk menjaga anak-anak mereka
yang dapat menjadikan sang anak lebih menirukan perilaku pengasuhnya
dibanding kedua orang tua mereka.

2
Abdurrahman An Nahlawi.Pendidikan Islam di rumah, Sekolah dan Masyaraka, Cet ke-2.
Jakarta: Gema Insani Press,1996.
Ibu adalah rumah bagi anak sebelum anak itu dilahirkan. Ibu adalah
seorang pengajar yang memberi nasehat tentang petunjuk kehidupan ketika
seorang anak membutuhkan petunjuk bimbingannya. Ibu adalah manusia
ciptaan Allah yang memberikan sesuatu tanpa batas dan tidak mengharapkan
imbalan apa-apa atas semua pemberiannya. Seorang anak yang senantiasa
mendambakan ibu yang baik nan sholehah, taat menjalankan ibadah mahdah,
rajin menjalankan syariat hukum sesuai dengan aturan agama Islam,
memberikan kasih sayang yang tulus, mendidik dengan baik dan berbudi
pekerti yang luhur. Itulah yang disebut dengan ibu ideal. dalam pandangan
Islam. Wanita muslimah tidak pernah lupa bahwa tanggung jawab ibu dalam
mengasuh anak dan membentuk kepribadian mereka lebih besar dari pada
tanggung jawab ayah.
Ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi
kehidupan dan perilaku anak. Kedudukan dan fungsi ibu itu bersifat
fundamental, karena ibu merupakan wadah pembentukan watak dan akhlak
yang pertama bagi anak. Ibu merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian ibu itu adalah orang
yang telah melahirkan kita. Karena ibu adalah pusat kehidupan rohani anak,
maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian adalah hasil dari
ajaran ibunya tersebut. Sehingga ibu memegang peranan yang penting dan
amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Ibu merupakan Madrasah yang
paling utama dalam pembentukan kepribadian anak. Disamping itu ia sangat
berperan sebagai figur central yang dapat dicontoh dan diteladani dengan
perilaku atau moralitas melalui arahan dalam berbagai keutamaan yang mulia.
Untuk mencapai keutamaan ini seperti menanamkan akhlak-akhlak terpuji
baik terhadap keluarga maupun di kalangan masyarakat maka para ibu perlu
sekali memperhatikan anak-anaknya sejak dini, setiap muncul sifat-sifat
negatif seperti sombong, congkak, hendaknya mereka segera mengobatinya.
Jika sifat ini dipelihara maka di masa yang akan datang perangainya akan
cenderung
tidak mau menerima nasehat dan tidak mau berkecimpung dengan kelompok-
kelompok yang baik.
Sejatinya, ibu dikatakan ideal dalam Islam yaitu mampu mendidik anak
dengan nilai ke-Islaman, begitu juga, dengan pendidikan anak yang
merupakan salah satu topik amat penting serta mendapat perhatian dari Islam.
Dengan pendidikan, anak akan mempunyai banyak ketrampilan dan
kepribadian. Ketrampilan dan kepribadian merupakan sekian banyak dari
prosesyang dialami anak untuk menjadi makhluk yang berkualitas baik fisik
maupun mental. Pribadi berkualitas dan berakhlak mulia tidak datang dengan
sendirinya, tetapi ada semacam latihan-latihan kebiasaan yang baik akan
berakibatbaik dan menjadi bagian dari kepribadiankeseharian, sebaliknya
kepribadian dan kebiasaan sehari-hari yang buruk juga akan berakibat buruk
terhadap kepribadian dan perbuatan dirinya sendiri.
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental
anak terletak pada peranan ibu, sehingga baik buruknya budi pekerti itu
tergantung kepada budi pekerti ibunya Dalam rangka membangun kepribadian
anak supaya menjadi anak dengan kualitas kepribadian yang bagus, penulis
mengajukan konsep agar ibu sebagai pendidik dalam menanamkan nilai-nilai
kepada anaknya sebaiknya berdasarkan ajaran agama Islam agar anak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum,
norma kesusilaan dan dengan akhlak yang mulia.
Seorang ibu juga harus menjadi model yang baik dan utama pada anak,
karena keteladanan merupakan suatu pondasi dan pintu pertama. Jika ingin
mencetak anak yang lurus, maka kita harus menghindarkan diri dari tingkah
laku buruk.Peran ibu disini sangat penting karena ibu merupakan pendidik
yang pertama dan utama, disamping itu ibu harus memberi contoh dan
perilaku baik agar anak dapat meniru kebaikan dari ibunya. Para pakar
pendidikan Muslim sepakat bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran tidak
sebatas memenuhi otak anak didik dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan, namun juga mendidik
akhlak dan jiwa anak didik, mempersiapkan mereka dalam kehidupan yang
suci.
Di dalam keluarga inilah pertama kali anak terlibat dalam interaksi
edukatif. Anak belajar berdiri, berbicara, bermain, berpakaian, mandi,
menyikat gigi dan lain-lain.Keluarga bertugas meneruskan dan mewariskan
sejumlah nilai baik berkaitan dengan kultural, sosial maupun moral kepada
anak-anak yang baru tumbuh di dalam rumah tangga. Di sini pula anak diajari
mengenal siapa dirinya dan lingkungannya. Dewasa ini banyak dari kalangan
para orang tua yang tidak menyadari peranan penting mereka sebagai sekolah
pertama atau lembaga pendidikan pertama bagi anak, kebanyakan dari mereka
acuh terhadappentingnya bimbingan, pengawasan,dan pendidikan yang
mereka berikan terhadap anak-anaknya, dan menganggap sepele hal tersebut,
mereka lebih mementingkan karir dan pekerjaan mereka diluar rumah
dibanding mengasuh anak-anaknya dirumah. Mereka melupakan
kewajibannya sebagai sekolah pertama untuk anak-anaknya.
Hal ini dipertegas dengan banyaknya fenomena orang tua yang
menyerahkan urusan pengasuhan anak-anak mereka kepada jasa asisten rumah
tangga, pengasuh anak atau baby sitter yang mana sangat berpengaruh
terhadap perkembangan perilaku anak untuk kedepannya nanti, maka dari itu
pihak yang patut untuk di salahkan dalam hal ini adalah kedua orang tua,
karena membiarkan orang lain untuk menjaga anak-anak mereka yang dapat
menjadikan sang anak lebih menirukanperilaku pengasuhnya dibanding kedua
orang tua mereka.
Dalam hal ini Zakiah Daradjat mempunyai pandangan tersendiri tentang
konsep pendidikan Islam pada anak dan keluarga. Menurutnya pembentukan
identitas anak menurut Islam, dimulai jauh sebelumanak diciptakan. Islam
memberikan berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga, sebagai
wadah yang akan mendidik anak sampai umur tertentu yang disebutsebagai
baligh berakal. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pembinaan
kepribadian anak telah mulai dalam keluarga sejak ia lahir, bahkan sejak
dalam kandungan. Kepribadian yang masih dalam permulaan pertumbuhan
sangat peka dan mendapatkan unsurpembinanya melalui pengalamanyang
dirasakan, baik melalui pendengaran, penglihatan, perasaan dan perlakuan
yang diterimanya. Anak berada dalam pertumbuhan sejak usia 0-12 tahun.
Masa usia dapat dibagi dua, yaitu sejak 0 sampai 6 tahun dan masa usia anak
akhir adalah masa sekolah dasar yaitu sejak usia 6 sampai 12 tahun.3
Anak masih belum mampu menilai baik dan buruk, bahkan belum dapat
mengerti tentang apa yang dimaksud dengan kata baik dan kata buruk, apalagi
kata-kata lain diluar jangkauan pengalamannya secara nyata. Karena
kecerdasannya masih dalam permulaan pertumbuhan, belum dapat berpikir
logis dan abstrak, pada umur tujuh tahun barulah mulai pertumbuhan
pemikiran logis pada anak. Namun masih banyak ibu yang lalai, lupa dan
belum tahu cara melaksanakan tugas mendidik anak dengan baik. Kebanyakan
ibu beranggapan kalau anak-anak sudah diserahkan kepada guru di sekolah,
maka selesailah tugas mereka dalam mendidik anak. Tugas mereka sekarang
adalah mencari uang untuk membiayai sekolah anak-anak mereka. Sehingga
tidak ada waktu lagi melakukan pembinaan akhlak pada anak-anak, ketika
pulang ke rumah sudah dalam keadaan letih. Pada akhirnya anak-anak tumbuh
dan berkembang tanpa mendapatkan perhatian dari orang tua khususnya ibu.
Anak-anak mencari kepribadiannya sendiri tanpa ada bimbingan ibu mereka.
Itulah sebabnya maka banyak anak-anak yang kurang memiliki akhlakul
karimah, seperti kurang memiliki rasa hormat pada orang tua, saudara dan
gurunya. Jarang melaksanakan ibadah shalat di rumah atau di masjid, karena
asyik bermain sampai sore hari.

3
Abuddin Nata.Tokoh-Tokoh PembaharuanPendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2005
Minimnya pengetahuan tentang pembinaan kepribadian anak dan
kelalaian ibu dalam mendidik kepribadian anak akan menimbulkan persoalan
yang besar pada anak. Seperti krisis akhlak akan terjadi pada anak, anak
kurang memiliki akhlak terhadap Allah Swt, bersikap semaunya terhadap
orang tua, saudara, kerabat, tetangga, teman dan siapa saja yang berhadapan
dengannya. Dengan kata lain anak tidak memiliki adab dan tata krama dalam
lingkungan pergaulan. Masalah yang lebih besar yang akan terjadi pada anak
lagi yaitu anak akan terlibat dalam tindak dekadensi moral dan tindak
kriminalitas lainnya dan lebih parah lagi anak akan terlibat dalam narkoba dan
miras.
Penelitian ini di latar belakangi pada saat ini banyak dari kalangan orang
tua yang tidak menyadari peranan penting mereka sebagai sekolah pertama
atau lembaga pendidikan pertama bagi anak. Hal ini dipertegas dengan banyak
nya fenomena orang tua menyerahkan pengasuhan anak kepada jasa asisten
rumah tangga yang mana sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku
anak. Zakiah Daradjat adalah seorang sosok ilmuwan perempuan yang
multidimensi yang memberikan gambaran tentang peran keluarga dalam
pendidikan Islam pada anak. Dalam penelitian ini peneliti merumuskan
masalah yaitu bagaimana konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut
Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat.
Dan manfaat dari penelitian iniuntuk memberikan bahan masukan kepada
orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak.
Berdasarkan realitas yang terjadi saat ini, maka penulis tertarik untuk
menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Konsep Ibu Sebagai
Madrasah Pertama Dalam Keluarga Menurut Pemikiran Zakia Darajat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, timbul beberapa masalah yang
di identifikasikan sebagai berikut:
1. Masih banyak para ibu yang belum menyadari hakikat sesungguhnya
untuk menjadi seorang ibu dan peranannya dalam mendidik anak-anak,
meskipun para ibu tahu bahwa pendidikan pertama seorang anak yaitu
pada ibu nya sendiri.
2. Kurangnya perhatian ibu dalam mendidik anak sehingga banyaknya
keluarga yang hancur berantakan karena ia mengabaikan begitu saja,
yang akhirnya melahirkan generasi yang durhaka kepada orang tua,
meskipun anaknya sudah disekolahkan di lembaga-lembaga yang
berbasis Agama.
3. Kurangnya kepekaan ibu dalam hubungan baik terhadap anak-
anaknya, sehingga anak susah sekali diatur meskipun ia menyuruh
dalam hal kebaikan dan meskipun ibu sangat taat dalam menjalankan
ibadah dalam kesehariannya.
4. Adanya ibu yang tidak berkepribadian baik, sehingga anak meniru apa
yang dilakukan oleh ibunya, meskipun lingkungan tempat tinggal yang
mereka tempati mayoritas masyarakatnya religius.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merasa perlu membatasi
masalah yang akan dibahas. Penulis lebih menitik beratkan permasalahannya
pada: “Peran ibu dan tanggung jawabnya dalam pembentukan
kepribadian anak agar menjadi anak yang memiliki kepribadian yang
baik, dan yang dimaksud dalam kajian ini yaitu berdasarkan pemikiran
Zakiah Daradjat”.
D. Rumusan Masalah
Dari adanya identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas maka
peneliti ada beberapa rumusan masalah yang akan diselesaikan oleh peneliti
dengan melakukan penelitian adapun rumusan masalahnya yaitu “Bagaimana
Konsep Zakiah Daradjat Tentang Peran Ibu Sebagai Madrasah Pertama
Dalam Membentuk Kepribadian Anak?”.
E. Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk dapat
meningkatkan kesadaran ibu sebagai madrasah pertama bagi anak dalam
konsep Zakiah Daradjat dan untuk mengetahui seberapa besar peran ibu
dalam membentuk kepribadian anak dengan merujuk kepada pemikiran
Zakiah Daradjat.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis
Pada tataran teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat-manfaat sebagai berikut:
a. Memperluas pengetahuan dan wawasan tentang peranan ibu
membentuk kepribadian anak dalam keluarga, baik yang berkaitan
dengan tanggung jawab, kewajiban maupun tugas-tugas yang
semestinya dilakukan oleh seorang ibu dalam mendidik anak-
anaknya.
b. Memberikan informasi berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan
dalam membentuk kepribadian anak dalam keluarga khususnya bagi
ibu.
2. Secara praktis
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan informasi dan
masukan untuk diri sendiri agar mendapatkan khazanah dalam
pengetahuan Islam.
b. Bagi para ibu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bernilai bagi perempuan yang kelak akan menjadi seorang ibu
dalam implementasi proses pendidikan dan pekerjaan, sehingga
hasil dari pendidikan ini mengacu kepada peranan ibu dalam
membentuk kepribadian anak yang baik yang sesuai dengan ajaran
Islam.
c. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan rujukan dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ibu Dalam Konsep Islam
1. Pengertian Ibu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ibu secara etimologi
berarti: Wanita yang telah melahirkan seseorang, Sebutan untuk wanita yang
sudah bersuami dan Panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah
bersuami maupun yang belum”. Sedangkan di dalam buku Kamus Lengkap
Bahasa Indonesiakata (KBBI) “Ibu” berarti emak, orang tua perempuan”.
Menjadi seorang ibu adalah sebuah kehormatan, oleh karena itu, Islam
memandang posisi keibuan sebagai posisi paling penting, kedudukan yang
mulia, sumber kejayaan dan kebahagiaan umat manusia, jalur yang
menentukan suatu perjalanan ke surga atau neraka, serta tiang negara yang
akan menentukan baik buruknya negara. Bila ia baik maka negara akan
menjadi baik dan bila ia rusak maka negara pun akan hancur.
Sejak kemunculannya, Islam telah mengangkat tinggi-tinggi derajat ibu,
serta memuliakannya karena sifat keibuannya yang penuh dengan rasa kasih
sayang dan perasaan yang sangat mulia. Islam menghargai misi kaum ibu
yang abadi yang ditunaikan dengan sungguh-sungguh secara
berkesinambungan tanpa mengenal rasa letih dan lelah, banyak menghabiskan
waktunya tanpa mengenal kata istirahat, serta mengorbankan kesehatan dan
perasaannya demi melaksanakan misi yang mulia tersebut.4
Adapun Suryati Armaiyn dalam bukunya Catatan Sang Bunda
mengatakan bahwa Ibu adalah manusia yang sangat sempurna. Dia akan
menjadi manusia sempurna manakala mampu mengemban amanah Allah.
Yaitu menjadi guru bagi anak-anaknya, menjadi pengasuh bagi keluarga,
menjadi pendamping bagi suami dan mengatur kesejahteraan rumah tangga.
Dia adalah mentor dan

4
Ali Qaimi.Buaian Ibu. Jakarta: Cahaya, 2008
motivator. Kata-katanya mampu menggelorakan semangat. Nasihatnya
mampu meredam ledakan amarah. Tangisnya menggetarkan arasyAllah.
Doanya tembus sampai langit ke tujuh.5 Di tangannya rejeki yang sedikit bisa
menjadi banyak dan ditangannya pula penghasilan yang banyak tak berarti
apa-apa, kurang dan terus kurang. Dialah yang mempunyai peran sangat
penting dalam menciptakan generasi masa depan.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
seorang ibu adalah segalanya, hampir tidak bias diungkapkan dengan kata-
kata. Seorang ibu tidak akan pernah membuat anaknya kekurangan apa pun.
Seorang ibu akan selalu berusaha untuk mewujudkan cita-cita anak-anaknya,
seorang ibu akan bekerja bahkan sangat keras untuk memenuhi kebutuhan
hidup anaknya tanpa memikirkan dirinya sendiri. Apapun akan dilakukannya,
kasih dan sayangnya yang hangat selalu diberikan kepada anaknya. Seorang
ibu juga rela kekurangan demi anaknya, tidak ada satu perhatian pun yang
luput dari dirinya. Sebab ibulah yang paling dekat dengan anak-anaknya,
dikarenakan hubungan emosional dan factor keberadaan seorang ibu bersama
anaknya lebih banyak.
2. Keutamaan Ibu dalam Islam
Allah telah menempatkan seorang ibu pada tempat yang mulia. Satu di
antara sekian banyak kemulian seorang ibu adalah sebagai sosok pertama
dan paling utama yang wajib menerima bakti dari seorang anak. Al-Qadhi
Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar
dibandingkan dengan ayah. Imam al-Qurthubi juga menjelaskan bahwa
kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu harus tiga kali lipat
besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Seandainya ada seorang anak
yang durhaka kepada ibunya, kemudian ibunya tersebut mendoakan
kejelekan, maka doa ibu tersebut akan dikabulkan oleh Allah. Sebaliknya,
jika seorang ibu rida kepada
5
Arifin.Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga dan
Sekolah.Jakarta: Bulan Bintang: 1978
anaknya dan doanya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat,
taufik, dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Berpijak pada
hal ini, maka ada satu hal yang sangat penting diperhatikan baik oleh orang
tua dan anak, yaitu pentingnya hubungan yang harmonis dan saling ridho
antara anak dan orang tua. Keharmonisan antara orang tua dan anak akan
mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat dalam sebuah kelurga.
Seorang ibu hendaknya menggunakan haknya dengan baik. Tidak
sembarangan mengelurkan kata-kata yang jelek, apalagi ditujukan kepada
anaknya. Hendaknya ibu lebih dapat mengontrol setiap kata yang keluar dari
mulutnya untuk ditujukan kepada anaknya. Banyak ibu yang dijumpai
mengobral kata-kata kotor, cacian, dan umpatan kepada anaknya. Disadari
atau tidak, manakala ibu sering mengunakan kata-kata jelek yang ditujukan
kepada anaknya, maka hal tersebut akan berpengaruh negatif bagi
perkembangan psikologis anak sehingga memengaruhi pula pembentukan
kepribadian anak.
Seorang ibu berperang sebagai pendidik pertama dan utama.
Apapunprofesinya ia tetap seorang ibu yang tugas pokoknya adalah
mendidik anak-anaknya. Sebagai contoh Khadijah isteri Nabi adalah seorang
pengusaha sukses tetapi tetap dia seorang ibu yang mendampingi suami dan
mendidik anak-anaknya dengan baik. Bila peran utama seorang ibu
dilaksanakan sebaik-baiknya, maka ibuakan dapat mengantarkan anak-
anaknya ke surga. Seorang ibu juga harus menciptakan jalan bagi anak-
anaknya untuk mencapai surga dalam arti sebenarnya. Ibu menanamkan
karakter yang baik sejak dini kepada mereka, menjadi teladan pertama dalam
menjalankan segala perintah Allah dan menajauhi segala larangan-Nya.6

6
Chairul Anwar.Hakikat Manusia dalam Pendidikan.Yogyakarta: SUKA-Press, 2014.
3. Peran Ibu sebagai Madrasah Pertama
Sejatinya, ibu dikatakan ideal dalam Islam yaitu mampu mendidik anak
dengan nilai ke-Islaman sejak masih dini, memiliki budi pekerti yang baik
(akhlakul karimah), selalu menjaga perilakunya agar menjadi teladan bagi
anaknya, memiliki sikap penyabar, sopan serta lembut dalam berbicara agar
kelak sang anak dapat memiliki kepribadian yang tangguh dan baik. Orang tua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, Dengan
demikian bentuk pertama daripendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
Pada umumnya pendidikan anak dalam rumah tangga itu bukan berpangkal
tolak kesadaran dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya
memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi
pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh
mempengaruhui secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Peranan orang tua dalam keluarga mempunyai peranan besardalam
pembangunan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional,
peranan orang tua semakin jelas dan penting terutama dalam penanaman sikap
dan nilai atau norma-norma hidup bertetangga dan bermasyarakat,
pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Peran
tugas dan fungsi orang tua secara alamiah dan kodratnya harus melindungi
dan menghidupi serta mendidik anaknya agar dapat hidup dengan layak dan
mandiri saat menjadi dewasa.
Mendidik anak maksudnya adalah mempersiapkan dan menumbuhkan
aspek jasmani, akal dan rohani secara adil yang berlangsung secara terus-
menerus sepanjang hidup, serta diarahkan agar ia menjadi manusia yang
berdaya guna dan berhasil bagi dirinya dan bagi masyarakat sehingga
memperoleh kehidupan yang sempurna. Proses pendidikan yang diberikan ibu
terhadap anak sejatinya akan lebih efektif hasilnya daripada pendidikan yang
diberikan di sekolah. Ditambah lagi proses pembelajaran dapat berlangsung
kapan saja dan bisa disesuaikan dengan kondisi dank ebutuhan anak. Tidak
ada yang meragukan betapa pentingnyaibu dalam pendidikan anak seperti
kasih sayang dan perhatian dari seorang ibu. Karena perhatian dan kasih
sayang tersebut akan menimbulkan perasaan di terima dalam diri anak-anak
dan membangkitkan rasa percaya diri di masa-masa pertumbuhan mereka.
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap kedudukan dalam peristiwa. Dan peristiwa membutuhkan sentuhan
atau tindakanseseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah dan
memperbaiki suatu peristiwa. Dengan ini, sebuah peristiwa membutuhkan
peran dari seseorang yang mana peran juga dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat stabil.
Jika dikaitkan dengan pengertian ibu dengan perannya, pada umumnya
ibu yang memegang peran penting terhadap pendidikan anak-anaknya sejak
anak itu dilahirkan. Ibu yang selalu di samping anak, itulah sebabnya
kebanyakan anak lebih dekat dan sayang kepada ibu.Tugas seorang ibu
sungguh berat dan mulia, ibu sebagai pendidik dan sebagai pengatur rumah
tangga. Hal ini amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang
sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, karena dibawah perannya lah
yang membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi
mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Sehingga untuk
mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga dibutuhkan ibu
sholehah, yang dapat mengatur keadaan rumah menjadi tempat yang
menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ibu dan
perannya terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini,
seorang Ibu merupakan salah satu dari kedudukan sosial yang mempunyai
banyak peran, peran sebagai istri darisuaminya, sebagai ibu dari anak-
anaknya. Ibu juga berfungsi sebagai benteng keluarga yang menguatkan
anggota-anggota keluarganya, serta mempunyai peran dalam proses sosialisasi
dalam keluarga.
Jadi peran ibu adalah tingkah laku yang dilakukan seorang ibu terhadap
keluarganya untuk merawat suami dan anak-anaknya.
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Keluarga adalah suatu kerabat
yang mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu, bapak dengan anak-
anaknya.7 Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu
akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Keluarga adalah sebagai
sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan.Didalamnya hidup
bersama pasangan suami-istri secara sah Karena pernikahan. Seorang ahli
pendidikan Abu Ahmadi mengungkapkan bahwa “Keluarga adalah wadah
yang sangat penting di antaraindividu dan group, dan merupakan kelompok
sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya”. Lembaga
pendidikan keluarga yang dimaksud adalah lembaga pendidikan anak yang
langsung ditangani oleh pihak keluarga yang bersangkutan dan pendidik yang
paling kompeten adalah orang tua (ayah dan ibu) si anak jika tidak ada udzur
seperti meninggal dunia atau udzur lainnya; maka pihak pendidik berpindah
tangan kepada keluarga terdekat.8
Berdasarkan uraian di atas jelaslah keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama bagi kehidupan anak-anaknya, apabila
dalam keluarga itu tercipta iklim yang sehat, serasi dan keharmonisan maka
tentunya akan memproduksi penghuni yang sehat dan harmonis pula.
Sebaliknya bila keluarga berada dalam kondisi broken home, maka

7
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2003
8
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. 1 (Jakarta: Ruhama,
1994),h. 47.
perkembangan anak menjadi tidak stabil. Dengan demikian, maka yang
dimaksud keluarga disini adalah suatu kesatuan masyarakat terkecil yang
terdiri dari bapak, ibu, dan anak yang merupakan wada utama dan pertama
dalam proses pembentukan kepribadian, sikap dan tingkah laku, pendidikan
dan perkembangan anak hingga ia mencapai usia dewasa dan menujukearah
kesempurnaan yang baik setahap demi setahap hingga anak mampu
menghasilkan suatu tatanan sikap yang bernuansakan Islam dan
keharmonisan, baik dilingkungan tempa dia tinggal maupun dalam
masyarakat luas.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar
dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi dan
lingkungan.Demi perkembangan dan pendidikan anak, keluarga harus
melaksanakan fungsi-fungsinyadengan baik dan seimbang.Menurut M.I
Soelaeman yang dikutip oleh Uyoh Sadullah, fungsi keluarga antara lain:
a. Fungsi Eduksi
Fungsi ini berkaitan dengan keluarga sebagai wahana pendidikan anak
khususnya dan pendidikan anggota keluarga lainnya. Fungsi ini tidak
sekedar menyangkut pelaksananya, melainkan menyangkut penentuan dan
pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan, penyediaan
sarananya, pengayaan wawasan, dan sebagainya yang berkaitan dengan
upaya pendidikan keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Kehidupan anak dan dunianya suatu kehidupan dua dunia yang utuh,
terpadu dan dihayati anak sebagai suatu kesatuan hidup di dunia. Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai
sosial yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan
keluarga tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki kepribadian
utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik,
berguna bagi kehidupan masyarakatnya.
c. Fungsi Proteksi (Perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman,
damai dan tenteram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi
kebahagiaan batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi
anggotanya, memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan lainnya.
d. Fungsi Afeksi (Perasaan)
Fungsi afeksi mendorong keluarga sebagai tepat untuk menumbuh
kembangkan rasa cinta dan kasih sayang antar sesame anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya. Ikatan batin yang dalam dan kuat
harus dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
Dalam pelaksanaan fungsi perasaan yang terpenting adalah bahasa yang
diiringi mimik yang serasi serta irama yang senada. Fungsi ini dilakukan
oleh orang tua melalui kasih sayang dan kehangatan sehingga memberi
suasana keluarga yang harmonis karena saling memberi kasih sayang di
antara anggotanya.
e. Fungsi Religius
Fungsi ini mendorong keluarga sebagai wahana pembangunan insan-
insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran
agamanya.
f. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini mendorong keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan
ekonomi, fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga hidup
efisien, ekonomis dan rasional. Fungsi ekonomi meliputi pencarian
nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan dan pembelajarannya.
g. Fungsi Rekreasi
Dalam menjelaskan fungsi ini, keluarga harus menjadi lingkungan
yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.
Keadaan ini harus dibangun melalui kerjasama diantara anggota keluarga
yang
diwarnai oleh hubungan insan yang disadari olehadanya saling
menghormati, mempercayai, saling mengerti serta adanya “take and give”.
h. Fungsi Biologis
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana
menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarga.
Kebutuhan biologis merupakan firtah manusia, melibatkan fisik untuk
melangsungkan kehidupannya. Fungsi biologis merupakan kumpulan dari
beberapa fungsi, bermanfaat bagi keluarga supaya mengatur, membina dan
mempersiapkan anggota keluarganya menghadapi berbagai macam
tantangan serta kemampuan-kemampuan untuk tetap hidup di tengah
masyarakat.

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, Keluarga


adalah orang yang terus menerus bersama yang bertempat tinggal sama, dan
ditandai dengan adanya kerjasama dan memilikiberbagai fungsi untuk
membekali setiap anggotanya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-
nilai agama, prbadi dan lingkungan. Dalam bentuknya yang paling umum
terdiri dari ayah, ibu dan anak.

3. Keluarga Dalam Pendidikan Islam


Dalam pendidikan Islam keluarga memiliki kedudukan yang sangat
penting. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dengan keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena
sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam kelurga.
Dalam UU Perkawinan No 1 tahun 1947 di katakan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan
ketuhanan yang Maha Esa. Anak yang lahir dalam perkawinan ini adalah anak
yang sah dan menjadi hak dan tanggungjawab kedua orang tua untuk
memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Tugas utama dari
keluarga bagi pendidikan ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan.Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil
dari kedua orang tuanya dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konsepsi Islam Keluarga adalah penanggungjawab utama
terpeliharanya fitrah anak.Dengan demikian penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh anak-anak lebih disebabkan oleh ketidakwaspadaan
orang tua atau pendidik terhadap perkembangan anak.Tanggung jawab
pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap
anak antara lain:
a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan,
minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniyah maupun
rohaniyah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang
dapat membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu
berdiri sendiri dan membanyu orang lain.
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir
hidup muslim.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa dalam pendidikan Islam, keluarga
merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak, sebagai lingkungan
pertama dan utama bagi anak, sebagai lingkungan pertama yang dikenal anak
pengalaman yang diperoleh anak merupakan faktor pentingyang menentukan
kepribadian maupun perkembangan anak berikutnya. sehingga orang tua
wajib melaksanakan peran dan tanggugjawabnya sebagai pendidik utama bagi
anak
BAB III

PEMIKIRAN ZAKIAH DARADJAT PADA KONSEP IBU SEBAGAI


MADRASAH PERTAMA DALAM KELUARGA

A. Biografi Zakiah Daradjat


1. Riwayat Hidup Zakiah Daradjat
Zakiah Daradjat dilahirkan di Ranah Minang, tepatnya di kampung kota
Merapak kecamatan Ampek Angkek, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 6
November 1929. Ayahnya bernama H.Daradjat Husain, yang memiliki dua
istri. Dari istrinya yang pertama, Rafi‟ah, ia memiliki enam anak, dan Zakiah
adalah anak pertama dari keenam saudara. Sedangkan dari istrinya yang
kedua, Hj. Rasunah, ia dikaruniai lima orang anak.
Dengan demikian, dari dua istri tersebut, H. Dardjat memiliki sebelas
orang anak. Walaupun memiliki dua istri, ia cukup berhasil mengelola
keluarganya. Hal ini terlihat dari kerukunan yang tampak pada putra-putrinya.
Zakiah memperoleh perhatian yang besar dari ibunya tirinya, sebesar kasih
sayang yang ia terima dari ibu kandungnya. H. Daradjat yang bergelar Raja
Ameh Raja Emas) dan Rafi‟ah binti Abdul karim, sejak kecil tidak hanya
dikenal rajin beribadah, tetapi juga tekun belajar. Keduanya dikenal aktif
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Ayahnya dikenal aktif di Muhammadiyah
sedangkan ibunya aktif di Partai9 Sarekat islam (PSII). Seperti diketahui
kedua organisasi tersebut menduduki posisi penting dalam dinamika Islam di
negeri ini.
Sebagaimana umumnya masyarakat Padang, kehidupan keagamaan
mendapat perhatian serius di lingkungan keluarganya. Keluarga Zakiah
Daradjat sendiri, seperti diakuinya, bukan dari kalangan ulama atau pemimpin
agama. Kakek Zakiah dari pihakayah menjabat sebagai tokoh adat di Lembah
Tigo Patah Ampek Angkek Candung. Kampung kota Merapak pada dekake
30-

9
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2005),h. 233.
an dikenal sebagai kampong yang religious. Zakiah menuturkan, “Jika tiba
waktu shalat, masyarakat kampung saya akan meninggalkan semua
aktifitasnya dan bergegas pergi ke masjid untuk menunaikan kewajibannya
sebagai muslim.” Pendeknya, suasana keagamaan di kampung itu sangat
kental.Pada usia enamtahun, Zakiah mulai memasuki sekolah. pagi belajar di
Standard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah, sementara sorenya
mengikuti sekolah Diniyah (Sekolah Dasar Khusus Agama). Hal ini dilakukan
karena ia tidak mau hanya semata-mata menguasai pengetahuan umum, ia
juga ingin mengerti masalah-masalah dan memahami ilmu-ilmu keislaman.10
Setelah menamatkan Sekolah Dasar, Zakiah melanjutkan ke Kulliyatul
Muballighat di Padang Panjang. Seperti halnya ketika duduk di Sekolah
Dasar, sore harinya ia juga mengikuti kursus di SMP. Namun, pada saat
duduk di bangku SMA, hal yang sama tidak bisa dilakukan oleh Zakiah ini
karena lokasi sekolah SMA yang relative jauh dari kampungnya, yaitu bukit
tinggi. Kiranya, dasar-dasar yang diperoleh di Kulliyatul Mubalighat ini terus
mendorongnya untuk berperan sebagai mubaligh.Pada tahun 1951. setelah
menamatkan SMA, Zakiah meninggalkan kampung halamannya untuk
melanjutkan studinya ke Yogyakarta. Pada masa itu anak perempuan yang
melanjutkan pendidikan di kota lain masih sangat langka. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan masih sangat
kecil. Kesadaran itu hanya muncul di kalangan pejabat, pemerintah, dan elit
masyarakat pada umumnya. Akan tetapi hal itu tampaknya tidak berlaku bagi
masyarakat Minang.Kuatnya tradisi merantau di kalangan masyarakat minang
dan garis keluarganya yang bercorak materilinial membuka kesempatan luas
bagi perempuan Minang untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial, termasuk
melanjutkan studi di kota lain.

10
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2005),h. 234
25
Konteks sosial dan budaya semacam ini merupakan pondasi bagi Zakiah
untuk terus meningkatkan kualitas dirinya melalui pendidikan.
Di kota pelajar, Zakiah masuk Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTAIN) kelk menjadi IAIN Sunan Kalijaga. Di
samping PTAIN, zakiah juga kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (UII). Akan tetapi kuliah di UII hanya berjalan beberapa
semester.Zakiah dari awal tercatat sebagai mahasiswa ikatan dinas di PTAIN.
Sekitar tahun 50-an PTAIN merupakan perguruan tinggi yang masih baru.
Tenaga pengajarnya, lebih-lebih yang memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu
tertentu boleh dibilang sedikit terutama jika dibandingkan dengan Universitas
Gadjah Mada (UGM). Karena kondisi inilah PTAIN banyak menawarkan
ikatan dinas kepada mahasiswanya. Setelah Zakiah mencapai tingkat Doktoral
Satu (BA), bersama Sembilan orang temannya yang kebetulan semuanya laki-
laki mendapatkan tawaran dari DEPAG untuk melanjutkan studi ke Kairo,
Mesir. Beasiswa ini merupakan realisasi dari kerjasama antara pemerintah
Indonesia dengan pemerintah Mesir dalam bidang Pendidikan.
Di antara kandidat, Zakiah merupakan satu-satunya perempuan yang
mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi. Tawaran itu disambut
Zakiah dengan perasaan gembira sekaligus was-was. Gembira karena tawaran
ini memberikan kesempatan untuk meneruskan pendidikan ke tingkat yang
lebih tinggi. Lagi pula pada saat itu perempuan Indonesia yang melanjutkan
studi ke luar negeri boleh dibilang langka, was-was karena merasa
khawatirtidak sanggup menjalaninya dengan baik. Namun sebelum
menyatakan menerima tawaran itu, Zakiah terlebih dahulu konsultasi dengan
kedua orang tuanya. Ternyata kedua orang tuanya tidak keberatan Zakiah
melanjutkan studinya ke Mesir.Tradisi melanjutkan studi ke Timur Tengah,
khususnya Haramain (Mekkah dan Madinah) dan Mesir sudah berlangsung
lama. kaum terpelajar Indonesia sejak abad-abad lalu telah menjadikan Timur
Tengah sebagai kiblat keilmuan. Tidak sedikit tamatan Timur Tengah yang
mewarnai percaturan intelektual di negeri ini, khususnya berkaitan dengan
upaya-upaya pembaharuan Islam.
Pada tahun 1956, Zakiah bertolak ke Universitas Ein Syams, kairo untuk
program S2. Pada waktu itu, antara pemerintah Indonesia dan Mesir sudah
menjalin kesepakatan bahwa doctoral satu di Indonesia disamakan dengan S1
di Mesir. Inilah kiranya yang menyebabkan Zakiah langsung diterima tanpates
di Universitas Ein Syams.Zakiah berhasil meraih gelar MA dengan tesis
tentang Problema Remaja di Indonesia pada 1959 dengan spesialisasi mental-
hygiene dari Universitas Eins Syams, setelah setahun sebelumnya mendapat
diploma pasca sarjana dengan spesialisasi pendidikan dari Universitas yang
sama. Selama menempuh program S2 inilah Zakiah mulai mengenal klinik
Kejiwaan Ia bahkan sudah sering berlatih praktik konsultasi psikolog di
klinik universitas. Pada waktu Zakiah menempuh program S3 perkembangan
ilmu psikologi di universitas Ein Syams masih didominasi oleh psikoanalisa,
suatu mazhabpsikologi-dipelopori oleh Sigmund Freud yang mendudukkan
alam tak sadar sebagai faktor penting dalam kepribadian manusia. Sedangkan
metode non-directive dari Carl Rogers yang menjadi minat Zakiah baru mulai
dirintis dan diperkenalkan di Universitas. Karena itu, ketika Zakiah
mengajukan disertasinya mengenai psikoterapi model non-directive dengan
fokus psimoterapi bagi anak-anak bermasakah, ia mendapatkan dukungan
sepenuhnya dari pihak universitas. Selanjutnya pada tahun 1964, dengan
disertasi tentang perawatan jiwa anak, Zakiah berhasil meraih gelar doctor
dalam bidang psikologi dengan spesialisasi kesehatan mental dari universitas
Eins Syams.
2. Perjalanan Karir Zakiah Daradjat
Pada dekade 1960-an, Departemen Agama dipimpin oleh KH. Saifuddin
Zuhri, kiai-politisi dari lingkungan NU. Situasi politik saat itu diwarnai oleh
persaingan, bahkan konfrontasi antara tiga golongan, yaitu golongan
nasionalis, komunis, dan agama. Membaca situasi seperti ini langkah pertama
yang
ditempuh Saifuddin adalah merumuskan acuan operasional yang bersifat
yuridis-formal tentang keberadaan dan fungsi Depag. Langkah ini di maksud
kan untuk memperkokoh posisi. Depag dalam percaturan politik di Indonesia.
Saifuddin juga menaruh perhatian khusus kepada perkembangan lembaga-
lembaga pendidikan Islam yang berada di bawah nampang Depag (Madrasah
dan IAIN) pada masa kementrian Saifuddin, IAIN yang semula berjumlah
dua, Jakarta dan Yogyakarta, berkembang menjadi Sembilan.Secara berturut-
turut berdiri IAIN di kota-kota Surabaya, Banda Aceh, Ujung Pandang,
Banjarmasin, Padang, Palembang, dan jambi, serta cabang-cabangnya yang
berlokasi di kota- kota kabupaten.
Dalam situasi itulah Zakiah tiba di tanah air setelah meraih gelar
Doktor Psikologi, Zakiah langsung pulang ke Indonesia. Sebagian mahasiswa
ikatan dinas, pertama-tama yang dilakukannya adalah melapor kepada
Menteri Agama Saifuddin Zuhri. Menag memberi keleluasaan kepada Zakiah
untuk memilih tempat tugas. Meskipun demikian, sepenuhnya Zakiah
menyerahkan penugasannya kepada Menag. Bagi Zakiah memang banyak
tawaran mengajar. IAIN Yogya (Pada 1960-an PTAIN sudah diubah menjadi
IAIN) sebagai almamaternya, meminta Zakiah kembali ke sana; sementara
IAIN padang dan IAIN Palembang yang masih tergolong baru, juga meminta
kesediaan Zakiah untuk “mengabdikan” ilmunya. Zakiah memaparkan
undangan mengajar itu kepada Menag. Sebagai jalan tengah, oleh Menag,
Zakiah ditugaskandi Departemen Agama Pusat, di Jakarta, dengan
pertimbangan agar Zakiah bisa mengajar di berbagai IAIN sekaligus. Sejak
itu, Zakiah menjadi dosen keliling, dan ia tetap berkantor di Jakarta.Pada
1967, Zakiah ditunjuk untuk menduduki jabatan Kepala Dinas Penelian dan
Kurikulum Perguruan Tinggi di Biro Perguruan Tinggi dan Pesantren Luhur.
Jabatan ini dipegang hingga Menag digantikan oleh KH. Muhammad Dahlan.
bahkan ia baru meninggalkan jabatan ini ketika kursi Menag diduduki oleh A.
Mukti Ali.Pada 1977, ketika A. Mukti Ali menjabat sebagai Menag, Zakiah
dipromosikan untuk menjadi Direktur di
Direktorat Pendidikan Agama. Ketika menjabat direktur inilah muncul dua
peristiwa besar yang menyangkut pendidikan Islam di Indonesia, yaitu SKB
tiga Menteri, dan “Kasus Uga” (Urusan Agama Islam).11
3. Karya-Karya Tulis Zakiah Daradjat
Karya-karya dari Prof. Dr. Zakiah Daradjat banyak sekali baik dalam bidang
pendidikan maupun politik dan lain-lain. Berikut ini adalah salah satu karya-
karya dari Zakiah Daradjat:
a. Bidang Psikologi
1) Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (1970), Penerbit Bulan
Bintang.
2) Problema Remaja di Indonesia (1974), Penerbit Bulan Bintang.
3) Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak (1982), Penerbit Bulan Bintang.
4) Pembinaan Remaja (1975), Penerbit Bulan Bintang.
5) Pembinaan Jiwa Mental (1974), Penerbit Bulan Bintang.
6) Kesehatan Mental (1969), Penerbit Gunung Agungg.
7) Islam dan Kesehatan Mental (1971), Penerbit Gunung Agungh. Puasa
Meningkatkan Kesehatan Mental (1989), Penerbit YPI Ruhamai.
8) Shalat Menjadikan Hidup Bermakna (1988), Penerbit YPI Ruhamaj.
9) Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (1991), Penerbit YPI Ruhamak.
Remaja, Harapan dan Tantangan (1994), Penerbit YPI Ruhamal.
b. Bidang Pendidikan
1) Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (1994), Penerbit YPI
Ruhama.
2) Kepribadian Guru (1978), Penerbit Bulan Bintang
3) Ilmu Pendidikan Islam (1992), Penerbit Bumi Aksara.

11
Rajat Burhanuddin, ed, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002),h. 143-149.
4) Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (1988), Penerbit Bumi
Aksara.
5) Ilmu Jiwa Agama (1970), penerbit Bulan Bintang.12
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian library research
(penelitian kepustakaan) yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi
yang terdapat dalam kepustakaan. Adapun sifat dari penelitian ini termasuk
“Deskriptif Kualitatif”.
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi, Adapun tekhnik analisis datanya menggunakan teknik
analisis isi (content analysis).Sumber data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari karya Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam Dalam
Keluarga Dan Sekolah, dan data sekunder yaitu sumber data berupa karya dan
buah pemikiran pemikir lainnya dalam batas relevansinya dengan
permasalahan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang peneliti temukan
terkait dengan konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr.
Zakiah Daradjat adalah: gagasan pemikiran pendidikan islam menurut Zakiah
Daradjat, konsep pendidikan Islam dalam keluarga dan komponen pendidikan
Islam yang terdiri dari materi pendidikan Islam diantaranya yaitu: tauhid,
ibadah, akhlak, dan sosial. Selanjutnya berkaitan dengan metode pendidikan
Islam diantaranya yaitu: metode keteladanan, metode pembiasaan dan metode
cerita. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh dan berkembang dam
mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu
menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah swt.

12
Tim Penerbitan Buku 70 Tahun Zakiah Daradjat, Op. Cit,h. 62-64.
C. Pembahasan
Gagasan pemikiran Pendidikan Islam Zakiah Daradjat yakni:
1. Hhakikat pendidikan Islam menurut Zakiah Daradjat hakikat pendidikan
mencakup kehidupan manusia seutuhnya. Pendidikan Islam yang
sesungguhnya tidak hanya memperhatikan satu segi saja, seperti segi
aqidah, ibadah atau akhlak saja, melainkan mencakup seluruhnya. Dengan
kata lain pendidikan Islam memiliki perhatian yang lebih luas dari ketiga
hal tersebut. Pendidikan Islam mencakup semua dimensi manusia
sebagaimana ditentukan oleh ajaran Islam. Pendidikan Islam juga
menjangkau kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat secara
seimbang. Selain itu, pendidikan Islam memberikan perhatian pada semua
aktivitas manusia, serta mengembangkan hubungan diringa dengan orang
lain. Pendidikan Islam juga berlangsung sepanjang hayat, mulai dari
manusia sebagai janin dalam kandungan ibunya sampai berakhirnya hidup
di dunia ini.
2. Landasan pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat landasan pendidikan
Islam adalah Al-quran, Al-sunnah dan Ijtihad. Menurut Zakaiah Daradjat,
ajaran- ajaran yang berkaitan dengan keimanan di dalam Al-quran tidak
sebanyak dengan ajaran yang menekankan amal perbuatan. Hal ini
menunjukkan bahwa amal dalam Islam amat dipentingkan untuk
dilaksanakan, baik yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat,
dan alam linkungan.
3. Selanjutnya Assunnah sebagai landasan sebagai landasan yang kedua yang
berisikan akidah dan syari'ah. Sunnah berisi petunjuk dan pedoman demi
kemaslahatan hidupnya dalam segala aspek dengan tujuan untuk membina
umat manusia seutuhnya atau seorang muslim yang beriman dan
bertaqwa, sedangkan landasan pendidikan berikutnya adalah ijtihad.13

13
Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Pustaka,1984), h. 47-50
31
4. Tujuan pendidikan Islam. Menurut Zakiah Daradjat, tujuan dasar
pendidikan Islam adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah
yang saleh dengan segala aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran, dan
perasaannya.

Tujuan dasar ini lebih lanjut diperinci oleh Zakiah Daradjat sebagai
berikut:

1. Mengetahui dan melaksanakan ibadah dengan baik. Ibadah ini harus


sesuai dengan yang dinyatakan dalam hadist Rasulallah SAW. Yang
antara lain menyebut bahwa Islam itu dibangun atas dasar lima pilar, yaitu
mengakui dengan setulus hati dan seyakin-yakinnya tanpa keraguan
bahwa tuhan yang wajib dipuja hanya Allah dan Muhammad SAW adalah
rasulnya; mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa
selama bulan ramadhan serta menunaikan ibadah haji.
2. Memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan perbuatan yang
diperlukan untuk mendapatkan rizeki bagi diri dan keluarganya.
3. Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan peranan
kemasyarakatannya dengan baik, berakhlak mulia dengan titik tekan pada
dua sasaran. pertama, akhlak mulia yang diperlukan untuk berhubungan
dengan oring lain diri sendiri, dan ummat.kedua, akhlak yang terkait
dengan kasih sayang kepada orang yang lemah dan kasih sayang kepada
hewan yang kehausan, menyembelih hewan dengan cara yang
menyenangkan, yaitu memotong hewan dengan pisau yang tajam.
Keempat, Lingkungan dan tanggung jawab pendidikan. Menurut Zakiah
Daradjat terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam
mendidik anak. Lingkungan yang bertanggung jawab tersebut adalah
keluarga (ayah dan ibu), sekolah (para guru), dan masyarakat (tokoh
masyarakat dan pemerintah).
D. Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Islam
Keluarga Sebagai Wadah Utama Pendidikan Keluarga adalah wadah
pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana
dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan
baik pula. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga
memang diperlukan pasangan yang saleh, yang dapat menjaga diri dari
kemungkinan salah dan kena fitnah dan mampu menentramkan pasangannya
apabila gelisah, serta dapat mengatur situasi rumah, sehingga tampak rapi.
Suasana keluarga seperti itu merupakan tanah subur bagi penyemaian tunas-
tunas muda yang lahir dari keluarga tersebut.14
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa kebutuhan
agama perlu ditanamkan pada usia tertentu, agar kelak manusia itu
mempunyai suatu pemahaman tentang agama yang baik nantinya. Dan
perkembangan agama pada anak terjadi tanpa di sadari oleh orang tua karena
perkembangan agama tersebut bias terjadi dengan contoh-contoh kecil yang
tanpa disengaja oleh ibunya.

14
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama), cet
ke. 2, h. 47
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Media
Group.

Abdurrahman An Nahlawi. 1996. Pendidikan Islam di rumah, Sekolah dan Masyaraka,


Jakarta: Gema Insani Press.

Abuddin Nata.2005. Tokoh-Tokoh PembaharuanPendidikan Islam di Indonesia. Jaka


rta:PT Raja Grafindo Persada.

Ali Qaimi. 2008. Buaian Ibu. Jakarta: Cahaya

Arifin. 1998. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga dan
Sekolah.Jakarta: Bulan Bintang

Chairul Anwar. 2014. Hakikat Manusia dalam Pendidikan.Yogyakarta: SUKA-Press.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Ba
lai Pustaka.

Zakiah Daradjat. 2009. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruh
Ama Pres.

Zakiah Daradjat. 2012. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV.
Ruhama

Anda mungkin juga menyukai