Materi I:
KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Pengertian Kurikulum dan Unsur-Unsurnya
1) Etimologi
Kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam
bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang
harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga finish.Pengertian
ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan.1
2) Terminologi
Hilda taba dalam bukunya Curriculum Develoment menuliskan “curriculum is
after all, a way of preparing young to participate as productive members of our
culturer” artinya : Kurikulum adalah cara mempersiapkan manusia untuk
berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dar suatu budaya.
Kurikulum sebagai program pendidikan mencakup :
Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan
Pengalaman belajar atau kegiatan belajar
Program belajar (plan of learning) bagi siswa
Hasil belajar yang diharapkan.2
3) Unsur-Unsur Kurikulum
a) Goal (Cita-Cita/Tujuan) : Tujuan pendidikan nasional dan Tujuan lembaga
pendidikan.
b) Matter (Bahan Pelajaran) : Sesuai dengan tujuan, silabus pelajaran, dan
pengetahuan ilmiah.
c) Organizing (Strategi Pelaksanaan Kurikulum)
d) Evaluating (Evaluasi Kurikulum ) : Penilaian terhadap Input
pelajaran(semua SDA sebelum menempuh program berupa dana, sarana
prasarana dan siswa.), Proses pembelajaran, Out put pembelajaran(Penilaian
terhadap lulusan pendidikan ) dan Out come pembelajaran (Kemampuan
lulusan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab).3
B. Perbedaan PAI dengan Pendidikan Islam
4 Lihat Prof.Dr.H.Muhaimin,M.A,.Op.Cit.,h.6
Pembelajaran), proses pembelajaran di dalam dan diluar kelas, serta evaluasi
pembelajaran untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi Program
tersebut.
3. Evaluasi => dari evaluasi ini akan di peroleh feedback (umpan balik) yang akan
digunakan dalam penyempurnaan kurikulum berikutnya.[7]
d. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari
guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam
belajar pada diri anak didik.
e. Motivator
Sebagai motivator guru hendaklah dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
menganalisis motiv-motiv yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan
menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai
motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara anak
didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan
dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar
memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada
anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar.
f. Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetus
ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.Kompetensi guru harus
diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus
diperbaharui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini.
g. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
h. Pembimbing
Kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi
manusia dewasa susila yang cakap.Kekurangmampuan anak didik menyebabkan
lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Semakin dewasa, ketergantungan
anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru
sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).
i. Pengelola Kelas
Tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar
agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Berdasarkan kondisi demikian sangat
diperlukan motivasi dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang
jalannya interaksi edukatif.
j. Evaluator
Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran),
tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan
mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif
yang telah dilakukan.
B. Model- Model Evaluasi Pembelajaran PAI
1. Penilaian Acuan Kelompok
a. Asumsi
· Mengakui perbedaan individual
· Normalitas distribusi populasi
· Isomorphisme : adanya kesejajaran antara matematika dan alam semesta,
maksudnya hasil belajar dapat berubah seperti perubahan yang terjadi pada
alam semesta.
b. Implikasinya terhadap :
· Tujuan pembelajaran : kemampuan berkembang peserta didik lebih
diutamakan dari pada penguasaan materi.
· Proses Belajar Mengajar : CBSA, mengembangkan kompetisi sehat antar siswa
· Kriteria : Berkembang sesuai kelompoknya
2. Penilaian acuan patokan
a. Harapan
· Beda sebelum dan sesudah belajar
· Mereduksi keragaman
· Mempunyai kemampuan sesuai dengan yang dipelajari
b. Implikasinya tetrhadap :
· Tujuan pembelajaran : kemampuan penguasaan materi dan kemampuan
menjalankan tugas tertentu lebih diutamakan.
· Proses Belajar Mengajar : belajar tuntas, modulasi, paket belajar, belajar
mandiri
· Kriteria : sesuai dengan tujuan pembelajaran
3. Penilaian acuan etik
a. Asumsi :
· Manusia asalnya fitrah / baik
· Pendidikan berusaha mengembangkan fitrah
· Satunya iman , ilmu dan amal
b. Implikasinya terhadap :
· Tujuan pembelajaran : menjadikan manusia “ baik” , bermoral, neriman dan
bertaqwa.
· Proses Belajar Mengajar : sistem mengajar berwawasan nilai,
· Kriteria : kriteria benar/baik bersifat mutlak.
A. Filsafat Pendidikan
Seorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan menganai
kurikulum harus memperhatikan falsafah , baik falsafah bangsa, falsafah lembaga
pendidikan dan falsafah pendidik.Secara etimologis filsafat berasal dari 2 kata
yaitu Philare yang berarti cinta dan Shopia yang berarti kebijaksanaan.Filsafat
adalah cinta kebijaksanaan.
B. Konsepsi Tentang Fungsi Sekolah
Pandangan filsafat sangat erat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama
dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Pandangan yang dianut oleh
suatu bangsa / kelompok masyarakat tertentu atau perseorangan akan sangat
memengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai , sedangkan pendidikan
sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang kompherehensif mengenai apa
yang seharusnya dicapai. Tujuan pendidikan memuat pertanyaan-pertanyaan
mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik
selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang dianutnya . Dengan demikian suatu
komunitas akan memiliki keterkaitan sangat erat dengan rumusan tujuan
pendidikan yang dihasilkannya.
C. Analisa Masyarakat
Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau
landasan berfikir . Kajian – kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya
menjawab permasalahan –permaslahan berkisar :
1. Bagaimana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan
2. Isi atau materi pendidikan yang bagaimana seharusnya disajikan kepada siswa .
3. Metode pendidikan apa yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik .
Menurut Redja Mudyaharjo (1989) , terdapat 3 sistem pemikiran filsafat yang
sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan
pendidikan di indonesia pada khususnya , yaitu Idealisme, Realisme, dan
Pragmatisme.
D. Anak Didik
Perkembangan anak – fisik, emosional, sosial, dan mentalintelektual –
faktor yang sangat penting untuk diperhitungkan dalam pengembangan
kurikulum. Berdasarkan berbagai penelitian itu, maka diperoleh sejumlah
kesimpulan, antara lain :
uü Anak berkembang melalui tahap – tahap . Antara terhadap tahap – tahap itu
sebenarnya tidak ada batas tertentu yang tegas, karena perkembangan itu
berjalan secara berangsur – angsur .
uü Kecepatan perkembangan itu tidak merata. Ada saat – saat cepat atau akselerasi,
ada masa tenang seakan – akan tidak ada perubahan yang disebut “ plateau ”
atau dataran, ada pula saat yang lambat perkembangannya atau retardasi.
uü Ada perbedaan pola perkembangan antara anak – anak. Memaksa anak
mempelajari sesuatu sebelum saat kematangan hanya menimbulkan frustasi
yang menyulitkan hidup anak serta menimbulkan rasa benci terhadap sekolah
selain memberi konsep – diri rendah pada anak.
uü Adanya pola umum dalam perkembangan anak memungkinkan pengembangan
kurikulum untuk memperkirakan bahan apa yang akan sesuai kepada kelompok
umur tertentu.
E. Teori dan Prinsip Belajar
1. Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Keseluruhan lebih dari jumlah – jumlah bagian. Bagian – bagian hanya
mengandung arti dalam hubungannya dengan keseluruhan. Mengubah bagian
akan mengubah juga keseluruhannya. Sebuah kalimat lebih berarti daripada
jumlah kata – kata atau hurufnya.
Demikian pula pendidik – pendidik modern berpendapat bahwa mata
pelajaran – mata pelajaran yang lepas – lepas kurang manfaatnya sebab tidak
berdasarkan atas keseluruhan ini. Itu sebabnya maka orang berusaha untuk
mengadakan hubungan antara pelbagai mata pelajaran yang disebut korelasi
antara mata pelajaran, malahan dapat juga meniadakan segala batas – batas
antara mata pelajaran – mata pelajaran dengan meng integrasikannya.
2. Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Anak itu tidak hanya dipandang sebagai murid sekolah saja; pribadi anak
tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya di luar sekolah, di rumah, dan di
lingkungkungan sekitarnya. Suasana di sekolah sedapat-dapatnya diselaraskan
dengan suasana rumah. Sekolah hendaknya dijadikan bukan hanya tempat anak
mempelajari berbagai-bagai ilmu, akan tetapi juga tempat mereka hidup dan
belajar hidup. Kurikulum di sekolah disesuaikan dengan apa yang diperlukan
anak bagi kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian dicegah adanya jurang
yang sering terdapat antara sekolah dengan kehidupan di luar sekolah untuk
mencapai integrasi pribadi murid.
3. Belajar berkat “insight”
Teori asosiasi mementingkan ulangan dan pembiasaan dalam proses
belajar. Belajar serupa ini bersifat mekanis. Bagi pembinaan kurikulum, prinsip,
“insight” ini berarti bahwa anak – anak harus dihadapkan kepada masalah –
masalah, dalam bentuk proyek atau unik yang mengandung problema –
problema yang harus dipecahkan dengan kemampuan alamiah yang disebut “
insight”.
4. Belajar berdasarkan pengalaman
Belajar memberi hasil yang sebaiknya – baiknya bila didasarkan pada
pengalaman.
Dianjurkan oleh penganut – penganut prinsip – prinsip belajar yang telah
tersebut di atas betapa perlunya diusahakan, agar kurikulum itu berupa
problema – problema yang dihadapkan kepada anak – anak untuk
dipecahkannya agar ia belajar.
5. Belajar ialah suatu proses perkembangan
Manusia ialah suatu organisme yang tumbuh dan berkembang menurut
cara – cara tertentu. Kesiapan anak untuk mempelajari sesuatu tidak hanya
ditentukan oleh kematanagan atau taraf pertumbuhan batiniah, tetapi juga
dipengaruhi oleh lingkungan, yakni oleh pengalaman – pengalaman yang talah
diperoleh anak itu.
6. Belajar ialah proses yang kontinu
Kontinuitas juga diusahakan dengan meniadakan tinggal kelas. Anak yang
tinggal kelas tidak kontinu pelajarannya oleh sebab ia harus mengulangi bahan
yang sama selama satu tahun. Kurikulum hendaknya disusun sedemikian,
sehingga tiap anak terus maju sesuai dengan kecepatannya masing – masing.
7. Belajar lebih berhasil bila dihubungka dengan minat keinginan dan tujuan anak
Hal ini tetcapai apabila pelajran itu langsung berhubungan dengan apa
yang diperlukanmurid – murid dalam kehidupannya sehari – hari atau apabila
mereka tahu dan menerima tujuannya.
V. Kurikulum Pendidikan Islam dan Prinsip-Prinsip Pengembangannya
1. Hitoris
· Aspirasi umat islam pada umumnya dalam pengembangan
perguruan tinggi agama islam (PTAI) dengan tujuan melaksanakan pengkajian
dan pengembangan ilmu –ilmu agam islam pada tingkat yang lebih tinggi secara
lebih sistematis dan terarah.
2. Psikologis
· Setiap peserta didik memiliki potensi dasar yang perlu
diaktualisasikan dan ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan untuk dapat
melaksanakan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahnya di bumi. Setiap
peserta didik memiliki minat , bakat dan kemampuan yang berbeda.
3. Landasan hukum
· UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa salah satu
strategi pembangunan pendidikan nasional adalah mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi.
C. Pendidikan Guru
Kualifikasi akademik seorang guru tertuang dalam peraturan pemerintah RI
nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Suryosubroto,2010). Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik dibuktikan dengan ijazah atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku .
A. Organisasi Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi Dasar yang
terkecil.Secara umum ada empat elemen perubahan yang akan dikembangkan
dalam kurikulum 2013 tersebut yaitu:
(1) Standar Kompetensi lulusan, dalam hal ini yang diharapkan pada peserta
didik yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi dan pengetahuan
(2) Standar isi, Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran
berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Kompetensi dikembangkan melalui:
•Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran (pada tingkat SD)
•Mata pelajaran (pada tingkat SMP dan SMA)
•Vokasinal (pada tingkat SMK) [22]
(3) Standar proses pembelajaran
a. Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
b. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah
dan masyarakat.
c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
d. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
(4) Standar penilaian
a. Penilaian berbasis kompetensi.
b. Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
c. Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).
d. Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.
e. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen
utama penilaian.
Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013[25]
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ke
t
Mata pelajaran tertentu Tiap mata pelajaran mendukung Se
mendukung kompetensi semua kompetensi [sikap, mu
tertentu keterampilan, pengetahuan] a
Jen
jan
g
Mata pelajaran dirancang Mata pelajaran dirancang terkait satu Se
berdiri sendiri dan dengan yang lain dan memiliki mu
memiliki kompetensi dasar kompetensi dasar yang diikat oleh a
sendiri kompetensi inti tiap kelas Jen
jan
g
Bahasa Indonesia sejajar Bahasa Indonesia sebagai penghela SD
dengan mapel lain mapel lain [sikap dan keterampilan
berbahasa}
Tiap mata pelajaran Semua mata pelajaran diajarkan Se
diajarkan dengan dengan pendekatan yang sama mu
pendekatan berbeda [saintifik] melalui mengamati, a
menanya, mencoba, menalar,.... Jen
jan
g
Tiap jenis konten Bermacam jenis konten pembelajaran SD
pembelajaran diajarkan diajarkan terkait dan terpadu satu
terpisah [separated sama lain [cross curriculum atau
curriculum] integrated curriculum]
Konten ilmu pengetahuan SD
diintegrasikan dan dijadikan
penggerak konten pembelajaran
lainnya
Tematik untuk kelas Tematik Integratif untuk Kelas I – VI SD
I – III [belum
integratif]
TIK adalah mata TIK merupakan sarana pembelajaran, S
pelajaran sendiri dipergunakan sebagai media pembelajaran M
mata pelajaran lain P
Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi S
sebagai dan carrier of knowledge M
pengetahuan P/
S
M
A/
S
M
K
Untuk SMA, ada Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata S
penjurusan sejak pelajaran wajib, peminatan, antar minat, M
kelas XI dan pendalaman minat A/
S
M
K
SMA dan SMK tanpa SMA dan SMK memiliki mata pelajaran S
kesamaan wajib yang sama terkait dasar-dasar M
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. A/
S
M
K
KEPUSTAKAAN
Rujukan Umum
Muhaimin Prof.Dr.H.,M.A2012.Pengambangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (di
Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi).Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Rujukan Tambahan
Arifin ,Muzayyin Prof.H.,M.Ed, 2003. Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi . Jakarta :
PT.Bumi Aksara.
Daulay, Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT.
Rineka Putra.
Drajat ,Zakiyah et.al.1993.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara .
Meru,M.Arsyad Drs.H.M.Ag. 2008.Pengembangan Kurikulum.Sengkang: STAI As’adiyah.
Muhaimin, dkk,. 2002 . Paradigma Pendidikan Islam , Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Nasution,S. 2008. Asas-Asas Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.
Idi, Abdullah Drs.,M,Ed.1999.Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jakarta
:Penerbit Gaya Media Pratama
Paraba,Hadirja Drs. 2000. Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.
Sabiq ,Sayyid. 1981. Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam .Jakarta : Intermasa
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,
.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Syar’i,Ahmad. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Pirdaus .
Zuhairini,Dra. Dkk.2012. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara .
Sumber Lainnya