Anda di halaman 1dari 16

Peranan Orangtua, Sekolah dan Guru dalam

Mensukseskan Pendidikan
Peranan Orangtua, Sekolah dan Guru dalam Mensukseskan Pendidikan
By : Salwinsah, S.Ag
1. A.

Peran Orangtua

PENDIDIKAN merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan oleh para orang tua. Saat ini
masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anakanak mereka sejak dini. Untuk itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam
membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan
kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat
memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri. Dan tidak lupa memahami
tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap.
Ada banyak cara untuk memberikan pendidikan kepada anak baik formal maupun non formal.
Adapun pendidikan formal tidak sebatas dengan memberikan pengetahuan dan keahlian kepada
anak-anak mereka di sekolah. Selain itu pendidikan non formal menanamkan tata nilai yang
serba luhur atau ahlak mulia, norma-norma, cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan
bimbingan orang tua di rumah.
Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan formal memerlukan banyak hal yang mendukung
yaitu antara lain kepentingan dan kualitas yang baik dari kepala sekolah dan guru, peran aktif
dinas pendidikan atau pengawas sekolah, peran aktif orangtua dan peran aktif masyarakat sekitar
sekolah. Akan tetapi orang tua juga tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak
kepada sekolah. Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua yang
mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka, sekolah hanya
merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga peran aktif dari orang tua sangat
diperlukan bagi keberhasilan anak-anak di sekolah.
Ada beberapa cara dalam meningkatkan peran orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka.
Pertama, dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak. Anak-anak diajarkan untuk
belajar secara rutin, tidak hanya belajar saat mendapat pekerjaan rumah dari sekolah atau akan
menghadapi ulangan. Setiap hari anak-anak diajarkan untuk mengulang pelajaran yang diberikan
oleh guru pada hari itu. Dan diberikan pengertian kapan anak-anak mempunyai waktu untuk
bermain.
Kedua, memantau perkembangan kemampuan akademik anak. Orang tua diminta untuk
memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.

Ketiga, memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah laku
anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan berkomunikasi dengan wali kelas untuk
mengetahui perkembangan anak di sekolah.
Keempat, memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orang tua dapat menanyakan aktifitas
yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah. Dan tugas-tugas apa saja yang diberikan
oleh guru mereka. Kebanyakan siswa tingkat SMP dan SMA tidak melaporkan adanya kelaskelas kosong dimana guru mereka berhalangan hadir. Sehingga pembelajaran yang ideal di
sekolah tidak terjadi dan menjadi tidak efektif.
Selain semua hal tersebut di atas ada beberapa hal lain perlu diperhatikan yaitu membantu anak
mengenali dirinya (kekuatan dan kelemahannya), membantu anak mengembangkan potensi
sesuai bakat dan minatnya, membantu meletakkan pondasi yang kokoh untuk keberhasilan hidup
anak dan membantu anak merancang hidupnya.
Pada banyak kasus, orang tua sering memaksakan kehendak mereka terhadap anak-anak mereka
tanpa mengindahkan pikiran dan suara hati anak. Orang tua merasa paling tahu apa yang terbaik
untuk anak-anak mereka. Hal ini sering dilakukan oleh orang tua yang berusaha mewujudkan
impian mereka, yang tidak dapat mereka raih saat mereka masih muda, melalui anak mereka.
Kejadian seperti ini tidak seharusnya terjadi jika orang tua menyadari potensi dan bakat yang
dimiliki oleh anak mereka. Serta memberikan dukungan moril dan sarana untuk membantu anak
mereka mengembangkan potensi dan bakat yang ada.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang tua dan harus dihindari dalam mendidik anak
mereka, antara lain menumbuhkan rasa takut dan minder pada anak, mendidik anak menjadi
sombong terhadap orang lain, membiasakan anak hidup berfoya-foya, selalu memenuhi
permintaan anak, terutama ketika anak sedang menangis, terlalu keras dan kaku dalam
menghadapi anak, terlalu pelit terhadap anak (melebihi batas kewajaran), tidak mengasihi dan
menyayangi mereka sehingga mereka mencari kasih sayang di luar rumah, orang tua hanya
memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja, orang tua terlalu berprasangka baik kepada anakanak mereka.
Untuk itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk juga belajar dan terus menerus mencari
ilmu, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak. Agar terhindar dari kesalahan dalam
mendidik anak yang dapat berakibat buruk bagi masa depan anak-anak. Orang tua harus lebih
memperhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat yang ada di diri anak-anak mereka,
memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah.
Para orang tua diharapkan dapat melakukan semua itu dengan niat yang tulus untuk menciptakan
generasi yang mempunyai moral yang luhur dan wawasan yang tinggi serta semangat pantang
menyerah
1. B.

Melibatkan Diri dalam Kehidupan Anak

PADA umumnya orangtua akan lebih memerhatikan perkembangan dan kebutuhan rohani anak
ketika ia masih kecil saja. Pada saat ia mulai meginjak remaja, biasanya perhatian orangtua

semakin memudar. Hal itu terjadi mungkin karena mereka menganggap anak sudah dapat
mandiri dan sudah tidak terlalu banyak lagi membutuhkan perhatian atau bantuan orangtua.
Anggapan orangtua seperti di atas itu adalah tidak benar. Anak remaja justru sangat
membutuhkan dukungan, bimbingan, kehadiran, dan perhatian orangtua. Dikala anak
mendapatkan kendala dalam hidupnya tentu akan sangat baik bila ia dapat mencurahkan dan
mendapatkan masukkan, saran, dan nasehat dari orangtuanya sendiri ketimbang dari temantemannya.
Jika orangtua selalu memberikan perhatian secara aktif. Selalu berusaha melibatkan diri dalam
hidup anak, misalnya mendengarkan apa yang ingin ia bicarakan, memotivasi kegiatan
sekolahnya, dan membantu anak ketika ia sedang mendapatkan masalah dalam hidupnya. Maka,
ketika ia mengetahui hal ini di masa depan nanti, ia akan siap pula memberikan yang terbaik
kepada orangtuanya. Ia akan siap mendampingi dan memerhatikan orangtua seperti halnya
orangtua telah melakukan semua itu kepadanya.
Apabila orangtua mampu menunjukkan kepada anak betapa orangtua sangat mencintai dan
menyayanginya, dengan selalu mengekspresikan perhatian secara mendetail terhadap kehidupan
anak sejak ia masih kecil, maka hal ini akan menciptakan suatu kebiasaan intim seumur hidup
yang memberikan manfaat bagi orangtua (Laura M. Ramirez, 2006).
Kunci
Anak akan mampu megingat segala kejadian yang pernah ia alami dalam hidupnya. Termasuk
perlakuan orangtua kepadanya. Oleh karena itu, walaupun dalam hal yang kita anggap sepele,
tetapi penting bagi orangtua menciptakan tindakan yang mencerminkan rasa cinta dan kasih
sayang yang tulus itu kepada anak. Misalnya, menghadiri kegiatan ektrakurikuler anak (karate,
kursus musik), mendampingi anak melakukan hobinya (berenang, membantu memilihkan buku
bacaan), dan bahkan merawat anak ketika ia sedang sakit. Perlakuan orangtua seperti itu besar
kemungkinan akan terbawa oleh anak sampai ia dewasa atau tua nanti. Ikatan batin, kebiasaan
yang penuh dengan kehangatan, dan persahabatan yang melebihi segalanya ini akan dibawanya
kembali oleh anak kepada orangtua. Segala tindakan dan ucapan baik orangtua yang dulu pernah
mereka tanam, cepat atau lambat mereka akan merasakan hasilnya. Di masa tua nanti, orangtua
maupun anak akan hidup dalam jalinan keluarga yang penuh dengan sikap saling memberi cinta.
1. C.

Orangtua dan Sekolah

HARAPAN terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh, sopan, pandai bergaul,
pintar dan sukses , tetapi harapan besar ini jangan sampai menjadi tinggal harapan saja.
Bagaimana orang tua untuk mewujudkan harapan tersebut, itulah yang paling
penting.Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia sangatlah penting dan
fundamental, keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing
anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang
tuanya.

Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual.
Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan
sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periodeperiode kritis yang berarti bahwa bila
periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang
menunjukan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian
yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan
hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di
lingkungannya akan gagal sama sekali.
Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para
orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja
yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama
kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, halhal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya takut.
Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki
kepribadian baik ataukah buruk.
Anak-anak pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang,
maka para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru di sekolah,
artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya di sekolah begitu juga
sebaliknya, hal penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa anak. Jiwa yang masih rapuh
dan labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan pengaruh lebih
buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini
tidak terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik
anakanaknya.
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki
keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan
buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya
pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya.
Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin
kerjasama yang baik di antara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di
sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan
baik kerja sama di antara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama
supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di sekolah,
sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan
anak.
Kalau saja dalam mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak
keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini berdasarkan beberapa
pengalaman tidak akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh
orang tua atau sekolah akan mentah lagi-mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui oleh
anak dan akibatnya si anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi
dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda.

Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan kesepahaman tersebut, tetapi
kalau kita berlandaskan karena rasa cinta kita kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan,
karena rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi
bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan
menjadi rahmat. Kalau hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan modal
besar dalam mendidik anak. Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah
hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal yang janggal pada
anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan yang
dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun sifat yang bagusnya, sehingga di dalam
penentuan langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua
belah pihak.
Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di rumah ataupun di sekolah,
baik orang tua ataupun guru harus sesegera mungkin untuk menanganinya dengan cara saling
menginformasikan di antara orang tua dan guru, mungkin lebih lanjutnya mendiskusikannya
supaya bisa lebih cepat tertangani masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut.
Oleh karena itu seperti apa yang tertulis di atas bahwa orang tua dan sekolah merupakan satu
kesatuan yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau
sekolah dapat tercapai, maka harus ada kekonsistenan dari kedua belah pihak dalam
melaksanakan program-program yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
1. D.

Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi

PEMBELAJARAN efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan (M. Sobry Sutikno).
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen atau ciri pokok
dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai
dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan
belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.

1. Motivasi Intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsikadalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi
guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang
demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada
disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang
merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah
membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan
maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
1. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa
belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa
mengejar siswa yang berprestasi.
1. Saingan atau kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
1.

Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya
pujian yang bersifat membangun.
1. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman
ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu
motivasi belajarnya.
1. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Dengan melihat situasi dan kondisi saat proses pembelajaran berlangsung, seorang guru boleh
memilih item yang cocok digunakan. Karena bagaimanapun jika peserta didik berkurang bahkan
hilang motivasinya dalam belajar, maka tujuan pendidikan sulit akan tercapai. Peran guru di
zaman sekarang memang dituntut untuk selalu siaga memacu siswa agar tidak ketinggalan
selangkahpun. Ya, begitulah guru yang sudah dinobatkan sebagai orang yang bertangan dingin,
berhati lapang, siap untuk mengabdi untuk anak-anak bangsa, di mana dan kapan pun.
SEMOGA!

PERANAN ORANG TUA TERHADAP


Seorang sahabat pernah berkata bahwa hasil yang berkualitas itu juga tumbuh dari bibit yang
berkualitas. Dalam rumah tangga bisa disimpulkan bahwa anak yang berkualitas juga lahir dari
ibu yang luar biasa, kenapa? karena ibu adalah madrasatul ula lil aulad, ibu adalah sekolah
pertama untuk anaknya. Pelajaran pertama yang diterima anak berasal dari orang tua terutama
ibunya, setelah itu baru merambah ke lingkungan keluarga. Pada umumnya saat anak mulai
belajar bicara maka kata pertama yang terucap dari mulutnya adalah memanggil ibu. Semua ini
wajar-wajar saja karena kurang lebih sembilan bulan lamanya bayi mendekam di rahim ibunya.
Dia makan dari apa yang dimakan oleh ibunya, saat lahir pun dia akan dilayani sepenuhnya oleh
ibu.
Seorang ibu yang baik bukan berarti yang namanya penuh deretan gelar akademik dengan
fasilitas dunia yang seperti putri raja. Namun ibu yang baik adalah ibu yang sadar akan profesi
dia sebagai ibu sekalipun tanpa gelar kebanggaan. Apa gunanya banyak gelar jika melupakan
kewajiban terhadap anak, meskipun dengan dalih bahwa dia sibuk demi membahagiakan
anaknya. Mengumpulkan harta dunia lalu lupa dengan diri yang sesungguhnya. Di samping
gemerlapnya harta dunia ada hal paling penting yang dibutuhkan oleh anak, mereka butuh kasih
sayang dan perhatian.

Jika ibu adalah sekolah pertama, maka ayah menjadi pendamping, penasehat bahkan sebagai
pengajar juga di sekolah tersebut. Sampai kapan profesi mereka? Apakah sampai anak memasuki
usia sekolah? Lalu profesi mereka berubah menjadi donatur bagi kelangsungan pendidikan anak
atau malah berubah menjadi ibu kos tempat anak istirahat dan menginap sepulang sekolah?
Seharusnya jawaban untuk semua pertanyaan di atas hanya satu yaitu TIDAK, meskipun pada
kenyataannya banyak yang kita jumpai seperti itu. Bahkan yang sangat tidak asing lagi saat
pendidikan anak diserahkan sepenuhnya kepada guru di sekolah. Padahal pertemuan guru dengan
anak di sekolah hanya empat jam per hari, serta satu guru untuk banyak anak bukan satu guru
satu anak. Sesampainya di rumah anak sibuk dengan deretan kewajiban yang harus mereka
tunaikan. Sementara orang tua juga sibuk dengan profesi mereka dari pagi hingga sore hari. Saat
pulang tubuh sudah lelah, yang terpikirkan hanya istirahat secepatnya karena besok pagi tugas
sudah menanti. Kapan lagi waktu untuk anak? Tidak ada lagi, mereka sibuk, bahkan untuk
sekadar bertanya kabar si anak pun seakan tak sempat bagaimana mau membantu mereka belajar
di rumah?
Mengapa semua ini bisa terjadi? Apakah faktor ekonomi ikut mempengaruhi? Jawab saya hanya
entahlah saya pun tidak bisa memberikan jawaban pasti, biarlah nanti para pakarnya yang
akan meneliti. Di kota-kota besar sering kita dengar bahwa kurangnya perhatian orang tua
kepada anak bukan karena mereka orang yang tidak mampu tetapi karena mereka orang yang
sibuk dengan karir mereka. Sementara di sini, di tempat aku mengabdi untuk setahun ke depan
kurangnya perhatian orang tua kepada anak disebabkan karena mereka rata-rata keluarga yang
kurang mampu. Orang tua harus bekerja banting tulang di sawah dan dikebun untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Terkadang anak pun ikut ambil bagian untuk mengerjakan pekerjaan
rumah tangga yang mungkin menurut sebagian kita itu terlalu berat untuk mereka.
Suatu hal yang membuat saya ingin menangis, saat dua hari berturut-turut siswa saya yang duduk
di kelas enam SD tidak masuk sekolah. Saat saya coba bertanya kepada teman-temannya ternyata
tidak ada yang tahu ke mana dia. Sebagai orang baru disini saya pun tidak tahu medan. Setelah
siswaku kembali ke sekolah saya sempatkan berbicara dengan dia,anah, kamu kemana nak
kemaren gak masuk sekolah, kamu sudah kelas enam nak, sebentar lagi akan ujian nasional,
berapa hari kamu gak masuk sekolah?. Dia seakan mengelak dari, namun terus saya panggil
dia hingga dia menjawab dengan agak takut-takut abi ngasuh buk.. dua hari abi teu masuk
sekolahorang tua abi kuli buk, entah mengapa saya begitu letih mendengar jawaban itu
semua. Dia seorang anak laki-laki yang harus libur sekolah untuk mengasuh adiknya karena
orang tuanya hanya buruh tani di sawah orang lain. Tenggorokan saya seakan tercekat, hingga
hanya mampu berpesan anah sudah kelas enam kan jadi bilangin sama orang tuanya anah
mesti hadir terus ke sekolah ya nak, setelah melihat anggukannya saya pun berlalu membawa
perasaan yang tak menentu. saya tak tahu harus menyalahkan siapa, bahkan rasanya sangat ingin
marah, tapi pada siapa?
Mengapa anak tidak bisa punya waktu belajar di rumah? Apakah begitu banyak tugas rumah
tangga yang mesti mereka pikul? Atau malah mereka yang tidak mau belajar di rumah? Di satu
sisi terkadang saya pun berfikir bahwa hal seperti ini tidak sepenuhnya kesalahan orang tua. Tak
jarang bahkan orang tua yang penuh kesibukan masih meluangkan waktu untuk memperhatikan
anak serta membantu mereka belajar dirumah. Tetapi sekarang masalahnya terletak pada anak

tersebut, dia yang tidak mau di ajar oleh orang tuanya di rumah. Ketidak tegaan orang tua untuk
memaksa anak belajar biasanya meluluhkan hati mereka.
Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh anak untuk mewadahi rasa malas mereka mengulang
pelajaran di rumah. Jika di sekolah mereka menurut pada gurunya karena mereka tahu tidak akan
gurunya mau memenuhi keinginannya untuk tidak belajar. Saat mereka tidak mau belajar maka
guru punya taktik tersendiri membuat mereka kembali tekun belajar meski terpaksa.
Sementara di rumah, saat anak merajuk ingin bermain maka orang tua dengan senang hati
mempersilahkan. Kondisi ini juga menyebabkan pendidikan anak secara tidak langsung telah
beralih menjadi tanggung jawab guru di sekolah. Masih mendingan jika orang tua menyediakan
guru les privat untuk anak belajar di rumah, namun bagi yang tidak mampu, ya sudah cukup
belajar di sekolah saja.
Sesungguhnya sesibuk apapun orang tua tanggung jawab mereka terhadap anak tidak pernah bisa
diwakilkan kepada siapapun. Selama hayat masih dikandung badan selama itu juga kewajiban
mereka masih tetap ada. Apalagi kita tahu bahwa tidak ada yang namanya mantan guru
sebagaimana tak ada mantan murid. Sementara orang tua punya dua profesi utama, sebagai orang
tua dan guru bagi anaknya, tidak akan pernah ada yang namanya mantan orang tua dan juga
mantan guru. Maka sampai kapanpun kewajiban mereka atas profesi yang diamanahkan tetap
harus ditunaikan. Tidak hanya sekadar materi tetapi moril pun dibutuhkan anak.
Kewajiban pemenuhan materi untuk anak mungkin bisa gugur saat mereka telah mampu hidup
mandiri, namun hak mereka untuk perbaikan moral masih mereka butuhkan sepanjang hayat.
Para orang tua yang budiman, bapak dan ibu generasi, mari kita kembali saling mengingatkan
akan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua. Dari tangan bapak dan ibu lah akan lahir para
pewaris peradaban, yang akan melanjutkan masa depan bangsa dan agama kita. Mari kita dekap
mereka, jaga mereka dan bentuk mereka menjadi manusia yang cerdas intelektual serta
spiritualnya. Para bapak, selaku imam dalam rumah tangga maka akan dimintai tanggung
jawabmu terhadap seluruh makmummu kelak. Salam dari kami anak-anak negeri.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/02/25/64584/peranan-orang-tua-dalampendidikan/#ixzz45ugJDd6p
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

PERAN GURU ORTU DAN LINGKUNGAN THD REMAJA

Sebenarnya menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya
tanggung jawab para guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru yang selalu
mengusahakan keluarganya menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan
dengan sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan pendalaman makna dari
seorang guru. Sang guru harus berusaha agar keluarganya baik dan tidak korupsi

agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang merupakan remaja generasi


penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan tidak korupsi, berusaha tidak
berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja yang baik tidak menjadi pendusta,
tidak terjaebak dalam kenakalan remaja.
Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki
posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan
pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru .
Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa, orang tua saya yang merupakan
seorang guru, selalu memberikan instruksi yang mengingatkan kami para anakanaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu menjaga tingkah laku agar
selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah kesalahan . Seberat itukah,
seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi orang tua dengan
dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus demikian ?.
Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak
melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata
itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru
mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu
akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan
yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa
terjadi kenakalan remaja.
Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena
hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya
merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi
seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang
ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak
remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan
lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang
remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal?
Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik
mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari
seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang
harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak

adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir
bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari
tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu.
Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di
rumah (orang tua), di sekolah (guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa
disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat
digolongkan ke dalam kenakalan remaja.
Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja
tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat
menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik
dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan
akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua
dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya
jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya.
Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh
pola kenakalan para orang tu
Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan
tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan
terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena
peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme
yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang
berkualitas.
Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang
guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau
pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti
satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga
akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan.
Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di
sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan
belajar) harus di bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan
guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan
informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan

pun

harus

lebih

peduli,

dengan

menganggap

para

remaja

yang

ada

di

lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan


dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si
remaja

tersebut

dan

kemudian

dapat

digunakan

untuk

mengevaluasi

perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja. terlihat betapa


peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk pola
perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di
dapat, orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar.
Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru
dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para orang tua untuk
menangkal kenakalan remaja, mari kita bersama-sama untuk menjadi guru bagi
anak-anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan selalu memberi contoh
kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Sang guru bagi para
remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di besarkan.
Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik mudah-mudahan generasi
remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya "kenakalan
remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja, semoga.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya.
Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan
terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi,
anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan saya pun pernah
melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di
kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI akibat menjadi seorang bandar gele, atau
yang lebih kita kenal dengan ganja. Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktorfaktor kenakalan remaja berikut:
1.

Kurangnya kasih sayang orang tua.

2.

Kurangnya pengawasan dari orang tua.

3.

Pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.

4.

Peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.

5.

Tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.

6.

Dasar-dasar agama yang kurang

7.

Tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya

8.

Kebasan yang berlebihan

9.

Masalah yang dipendam

tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu:


Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita
boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila
menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai
orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila
dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2
atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul
dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya
sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin
seharusnya belum perlu dia jalani.
Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv,
internet, radio, handphone, dll.
Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak
lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah
dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk
dia.

Jangan

pernah

kita

mencegah

hobinya

maupun

kesempatan

dia

mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan
melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk
anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi
masalah.

Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat berguna bagi anda.
Pengertian orang tua
Menurut Wikipedia orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak baik melalui hubungan
biologis maupun social.
Adapun pengertian orang tua menurut Thamrin Nasution adalah orang tua merupakan
setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.
Sedangkan menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak
ke dewasa terutama dalam masa perkembangan.
Latar Belakang
Banyak orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan yang ditempuh oleh anaknya
saat ini, yang dikarenakan disibukkan dengan pekerjaannya. Sehingga orang tua menyerahkan
kewajibannya sebagai orang tua yang seharusnya mengawasi, memperhatikan, dan memberikan
kasih saying kepada anak, semua itu sepenuhnya diberikan kepada pihak Sekolah. Padahal waktu
yang digunakan disekolah 7 jam, sedangkan waktu yang digunakan anak diluar jam sekolah
17 jam. Maka dari itu, anak juga masih membutuhkan perhatian dari orang tua selain perhatian
guru disekolah.
Apabila anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, maka anak akan merasa
dirinya tidak dianggap dan tidak diperlukan dalam keluarga. Sehingga anak akan mudah
terjerumus pergaulan luar yang bebas dan banyak berbaur dengan kegiatan-kegiatan negatif.
Dalam situasi ini peran orang tua sangat diperlukan oleh sang anak.
Orang tua merupakan pendidikan utama yang memiliki tanggungjawab yang sangat
besar untuk menentukan masa depan sang anak. Dalam mendidik anak orang tua harus
mengetahhui karakter dan potensi yang dimiliki anak dan harus dikembangkan. Dengan
demikian orang tua akan lebih mudah dalam membimbing dan mengarahkan sang anak.
Dalam pencapaian prestasi anak disekolah, hal itu tidak lepas dari peran orang tua yang
mendidiknya sejak ia masih kecil. Kasih saying dan dukungan yang diberikan orang tua kepada
anak sangat diperlukan. Karena saat anak mendapatkan prestasi disekolah, orang tua patut
bangga dan menghargai kerja keras yang dilakukan oleh sang anak. Sehingga sang anak akan
termotifasi agar tetap bisa mempertahankan prestasi yang telah tercapainya. Terkadang anak juga
mengalami kesulitan dalam belajar baik itu dikarenakan kurang paham dengan penjelasan dari
gurunya maupun mempunyai masalah dengan teman sebangku atau teman lainnya. Keadaan itu

dapat memperngaruhi terhadap proses pembelajaran anak disekolah sehingga prestasi akan
menurun dan semangatbelajar berkurang . Dalam situasi inilah peran orang tua sangat
dibutuhkan oleh sang anak untuk memulihkan semangat belajarnya.
Disisi lain terkadang orang tua terlalu memaksakan anaknya untuk memilih sekolah maupun
memilih jurusan seperti apa yang mereka inginkan dengan alasan, gengsi dengan saudara dekat
maupun dengan tetangga sekitar. Padahal tindakan orang tua seperti itu merupakan langkah yang
sangat salah. Seharusnya tugas orang tua hanyalah memberikan dukungan dan mengarahkan
anaknya kejalan yang benar sesuai dengan aturan yang ada.
Dengan orang tua member kebebasan kepada anak dalam proses pendidikannya, anak akan
memiliki rasa tanggungjawab atas pendidikannya karena mereka akan berfikir bahwa mereka
harus sukses setelah menempuh pendidikan dan membahagiakan kedua orang tuanya yang telah
memberikan dukungan dan motifasi kepada dirinya selama ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran orang tua dalam dunia pendidikan dan prestasi anak ?
2. Bagaimana tindakan yang harus dilakukan orang tua untuk memulihkan semangat belajar anak ?
Pengertian anak
Secara umum anak adalah seseorang yang dilahirkan dan merupakan awal atau cikal
bakal lahirnya generasi sebagai penerus cita-cita keluarga, agama, bangsa, dan Negara. Adapun
definisi anak menurut para ahli yaitu sebagai berikut.
Menurut Dra. Suryana anak adalah rahmad dan amanat Allah SWT, penguji iman,
emdia berawal, bekal diakhirat, unsur kebahagiaan, tempat bergantung di hari tua, penyambung
cita-cita dan sebagai makhluk yang harus dididik.
Menurut Discovery anak adalah peran utama dalam sebuah perjalanan sukses
kehidupan.
Sedangkan menurut Nurhayati Pujiastuti anak, adalah buah hati orang tuanya, tempat
orang tua menaruh harapan ketika tua dan tidak mampu kelak.
D. Pengertian pendidikan
Berikut pengertian pendidikan menurut para ahli diantaranya. Menurut Prof. Dr. John
Dewey yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu proses pengalaman karena kehiudpan
adalah pertumbuhan pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia.
Proses penyesuaian pada tiap-tiap fase serta menambah kecakapan didalam pembangunan
seseorang.

Menurut Prof. H. Muhammad Yunus yang dimaksud dengan pendidikan adalah usahausaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan
keilmuan jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada
tujuannya yang paling tinggi. Agar si aak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukannya
menjadi bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat.
Menurut Prof. Herman Horn yang dimaksud dengan pendidikan adalah proses abadi
dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental yang
bebas dan sadar kepada tuhan seperti termanifasikan dalam alam sekitar, ntelektual, emosional
dan kemampuan dari manusia.
Sedangkan menurut M.J lange Veld pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi
antara orang dewasa dengan anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan
mendidik itu berlangsung.
Adapun pengertian pendidikan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan
diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk emncapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu dan spesifik.

Anda mungkin juga menyukai