PENDAHULUAN
1 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
1.2 Rumusan Masalah
A
1. Bagaimana karakteristik sediaan pengharum mulut secara umum?
2. Bagaimana komponen sediaan pengharum mulut secara umum ?
3. Apa metode yang digunakan untuk membuat sediaan pengharum mulut secara
umum?
4. Apa saja evaluasi yang diperlukan untuk sediaan pengharum mulut secara umum?
B
1. Bagaimana karakteristik sediaan obat kumur?
2. Bagaimana komponen sediaan obat kumur?
3. Apa metode yang digunakan untuk sediaan obat kumur?
4. Apa saja evaluasi sediaan obat kumur?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami karakteristik sediaan pengharum mulut secara umum
2. Untuk memahami komponen sediaan pengharum mulut secara umum
3. Untuk memahami metode yang digunakan untuk membuat sediaan pengharum
mulut secara umum
4. Untuk memahami evaluasi yang diperlukan untuk sediaan pengharum mulut
5. Untuk memahami karakteristik sediaan obat kumur
6. Untuk memahami komponen sediaan obat kumur
7. Untuk memahami metode yang digunakan pada sediaan obat kumur
8. Untuk memahami evaluasi sediaan obat kumur
2 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rongga Mulut
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ
aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan. Secara umum terdiri dari 2 bagian,
yaitu:
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
3 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
2. Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring.
Selaput lendir mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak
kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh
darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput
lendir mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu:
1. Palatum
a. Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang
maksilaris.
Palatum durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya
mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae. (Swartz, 1989)
b. Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muscular di sebelah posterior palatum
durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup nasofaring
selama menelan.
4 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Proses mengunyah di
kontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasi retikularis dekat
pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulkan pergerakan mengunyah
secara ritmis dan kontinu. Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan
semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah
karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara
bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan sebelum dapat digunakan.
b. Tulang Alveolar.
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons di antara dua lapis tulang kortikal.
Pembuluh darah dan saraf gigi menembus tulang alveolar ke foramen apical untuk
memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai
sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah
hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorbsi nyata dari
tulang alveolar.
c. Gingiva.
Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga mulut
dan melipat di atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi, ia
menyatu dengan tepian bawah lapis merah muda yang lebih kuat yang disebut gusi
atau gingiva, yang merupakan bagian membrane mukosa yang terikat erat pada
periosteum Krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis gepeng dengan banyak
papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin, tetapi dalam
lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum granulosum dan sel-sel gepeng
lapis superfisialnya tetap berinti piknotik.
d. Ligamentum Periodontal.
Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membrane
periodontal atau ligament periodontal di antara sementum dan tulang alveolar di
sekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring ke atas dari sementum ke tulang hingga
tekanan pada gigi menekan serat-serat yang tertanam dalam tulang. Ligamen
periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih memungkinkan sedikit gerak.
e. Pulpa.
5 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang membentuk
papilla dentis selama perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa
melalui foramen apical dan cabang kapilernya pecah dekat dasar odontoblas dan
sebagian terdapat diantaranya. Mereka ini berlanjut ke dalam vena kecil yang
letaknya lebih ke pusat pulpa.
f. Lidah.
Lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok,
yaitu otot-otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot
ekstrinsik yang salah satu ujungnya mempunyai perlekatan di luar lidah, yaitu
pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah. Otot intrinsik
mempunyai serat lebih halus daripada otot ekstrinsik. Otot-otot ini penting dalam
proses mengunyah dan mengucapkan kata-kata. Pergerakan lidah diatur oleh saraf
otak ke-12. Permukaan belakang lidah yang terlihat pada saat seseorang membuka
mulut ditutupi oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan (papilla).
6 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
e. Tuberkel yaitu tonjolan bulat pada bibir atas tengah bawah
2. Filtrum
Yaitu lekukan antara tuberkel dan hidung.
3. Labiomental groove
Yaitu groove yang berjalan horizontal di bawah bibir bawah yang membatasi dagu.
4. Nasolabial groove
Yaitu lekukan antara hidung/nasal dan bibir/labia.
5. Dagu
Di sebelah depan, mulut dibatasi oleh bibir dan otot-otot yang melingkarinya. Bibir ini
merupakan peralihan dari kulit dan selaput lendir. Perbedaannya dengan kulit adalah bahwa
bibir tidak mempunyai lapisan tanduk dan lapisan epidermisnya tipis. Warna merah pada bibir
disebabkan oleh warna merah darah dalam kapiler di bawahnya. Karena kulitnya tipis, bibir
juga merupakan bagian yang 7ensitive pada manusia.
Pada orang yang kurang darah (anemia) warnanya pucat, sedangkan pada mereka yang
darahnya mengalami gangguan oksigenasi & karbonisasi, darah dapat menjadi kebiru-biruan.
Obat kumur (gargarisma/gargle) menurut FI III adalah sediaan berupa larutan, umumnya
pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk
digunakan pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Obat kumur adalah larutan yang
biasanya mengandung bahan penyegar nafas, astrigen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri
untuk menyegarkan dan pembersihan saluran pernapasan yang pemakainnya dengan berkumur.
Mouthwash dapat digunakan juga sebagai agen anti-inflamasi dan analgesik topical.(3)
Secara garis besar, obat kumur dalam penggunaanya dibedakan menjadi 3 yaitu:
7 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
2. Sebagai terapeutik, untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,
pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan
1. Obat kumur untuk kosmetik; terdiri atas air (dan boasanya alcohol), flavor,
dan zat pewarna. Biasanya mengandung surfaktan dengan tujuan
meningkatkan kelarutan minyak atsiri
2. Obat kumur yang mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan atau
bakteri yang biasanya terdapat dalam jumlah besar dalam saluran nafas.
Komponen antiseptic dari obat kumur ini memegang peranan utama untuk
mencapai tujuan tersebut.
3. Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud member efek
langsung pada mukosa mulut, juga mengurangi flokulasi dan presipitasi
protein ludah sehingga dapat dihilangkan secara mekanis
4. Obat kumur yang pekat yang penggunaannya perlu diencerkan terlebih
dahulu.
5. Obat kumur untuk terapeutik, diformulasikan untuk meringankan infeksi,
mencegah karies gigi dan untuk meringankan kondisi patologis pada mulut,
gigi atau tenggorokan.
Komposisi Obat kumur dibagi 2 yaitu bahan aktif dan bahan tambahan :
1) Bahan aktif, yang secara spesifik dipilih untuk kesehatan rongga mulut
seperti antikaries, antimikroba, pemberian fluoride, atau pengurangan adhesi
plak.
8 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
1) Untuk menambah kelarutan minyak wangi dan campuran organik
lainnya, yang kelarutannya kurang dalam air.
2) Mengurangi gaya tegangan permukaan, sebagai pembasah,
penetrasi, aksi bahan antibakteri dan menghilangkan bau.
3) Bertindak sebagai astrigen, dengan mengikat air dan mengubah sifat
protein didalamnya.
b. Surfaktan
Surfaktan (Surface Active Agent) yang berarti bahan aktif permukaan.
Surfaktan merupakan bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan.
Dalam penggunaannya surfaktan dapat berfungsi sebagai bahan pembasah
(Weiting Agent), pengemulsi (Emulsifying Agent), bahan pencegah
terbentuknya busa (Antifoaming Agent) dan juga sebagai bahan pembantu
pelarutan (Solublizing Agent) atau menormalkan bahan isi yang tidak larut
dalam air.(6)
c. Pemanis
Pemberi rasa dimaksudkan untuk menutupi rasa obat yang tidak
diinginkan. Pemanis digunakan untuk memberikan rasa manis pada suatu
sediaan obat. Bahan pemanis biasanya atau tidak selamanya digunakan
dalam obat kumur. Pemanis terbagi 2 (dua) yaitu pemanis alami seperti
sukrosa, manitol, glyserin, caramel, sorbitol, dan pemanis buatan (sintetik)
seperti sodium sakarin dan sodium siklamat.
d. Pewarna
Pewarna digunakan untuk menambah daya tarik dari suatu sediaan
obat. Umumnya digunakan zat warna yang berhubungan dengan pemberi
rasa yang digunakan dan tidak mengganggu kemanjuran terapi produk. Zat
warna ditambahkan kedalam preparat farmasi dalam bentuk larutan encer
bukan sebagai serbuk kering. Dalam memilih zat warna untuk penggunaan
dalam suatu sediaan farmasi cairan adalah pH dan pH kestabilan dan
preparat yang akan diberi warna. Zat warna dapat mengubah warna dengan
suatu perubahan dalam pH, dan suatu zat warna harus dipilih untuk suatu
produk sehingga suatu perubahan pH yang diharapkan tidak akan
9 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
mengubah warna selama penyimpanan. Zat warna harus stabil secara
kimia dalam lingkungan bahan formulasi dan tidak boleh menggangu
kestabilan zat lain. Zat warna juga harus stabil terhadap cahaya berarti zat
warna tidak boleh berubah warna jika dipaparkan ke cahaya dalam waktu
yang lama, zat obat yang dibuat dalam bentuk cairan harus dilindungi dari
cahaya untuk menjaga kestabilan kimianya dan keefektifan terapinya.
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan
komponen lain dari sediaan obat dan warnanya stabil pada kisaran pH.(6)
1.4 Karakteristik
A. Karakteristik Bahan
1. Mentol
2. Gliserin
Senyawa yang berupa cairan kental, jernih, tidak berbau, rasanya manis
0,6 kali dari sukrosa dan higroskopis (Armstrong, 2009). Gliserin dapat bercampur
dengan air, etanol (95%) P, tidak larut dalam kloroform P, eter P, minyak lemak,
dan minyak atsiri. Gliserin digunakan sebagai humektan, pelarut, dan agen
pemanis. Gliserin digunakan dalam dunia kosmetika sebagai bahan bahan
pengatur kekentalan pada produk shampoo, obat kumur dan pasta gigi (Fauzi,
2002). Gliserin dalam obat kumur digunakan untuk menjaga agar zat aktif tidak
menguap dan memperbaiki stabilitas suatu bahan dalam jangka lama (Jackson,
10 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
1995).
3. Natrium sakarin
Natrium sakarin (C7H4NNaO3SH4O2, BM 205,2) adalah garam natrium
dari 1,2 benzisotiazolin-3-on 1,1-dioksida. Deskripsi senyawa serbuk atau
serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau dan penggunaanya adalah sebagai
pemanis. Natrium sakarin sering digunakan dalam formulasi farmasi, seperti
tablet, obat kumur dan suspensi. Daya pemanisnya sekitar 300-600 kali dari
sukrosa. Natrium sakarin lebih larut air dibanding sakarin. Natrium sakarin
meningkatkan sistem rasa dan dapat digunakan untuk menutupi beberapa
karakteristik rasa tidak enak (Rowe, 2009).
4. Air
12 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
2. Pemeriksaan pH (Farmakope Indonesia, 1995)
Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter. Mula-mula
dilakukan kalibrasi elektrode terlebih dahulu dengan menggunakan dapar
standar pH 4 dan 7. pH sediaan obat kumur yang baik ialah mendekati pH
mulut yang netral, yakni antara pH 6-7.
3. Uji stabilitas fisik sediaan (Guidance, 2003)
1. Penyimpanan pada suhu kamar
Sediaan larutan obat kumur disimpan pada suhu 4ºC ± 2ºC selama 24
jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40oC ± 2oC selama 24
jam. Perlakuan ini adalah satu siklus. Percobaan diulang sebanyak 6
siklus. Kondisi fisik dan pH sediaan dibandingkan sebelum dan
sesudah uji tersebut dilakukan.
13 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Formulasi
14 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
3.2 Karakteristik Bahan
Kelarutan : 1 volume larut dalam 5 volume dari 60% alcohol, dengan alcohol,
kloroform, eter, asam glacial, tidak larut dalam air.
Kestabilan : Jika senyawa eter dipaparkan terhadap udara dan cahaya untuk waktu
yang lama, dapat dioksidan menjadi peroxida tidak menguap yang jika
pelarutnya dihilangkan, dapat meledak jika dipanaskan
15 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
Kegunaan : Zat aktif
16 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
Incomp : Salisilat memberikan aksi toksik dengan merkuri dan opiat. Sodium
karbonat dan bikarbonat menyebabkan penampakan yang gelap,
hampir coklat
Stabilitas : Sangat larut dalam air dan umumnya dalam alkohol. Kombinasinya
dengan asam borat dengan alkaloid dari borasalisilat, sangat larut.
17 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
Kegunaan : Zat pewarna
Incomp : Susah bereaksi dengan asam sitrat dan larutan sukrosa. Incomp dengan
asam askorbat, gelatin, glukosa, laktosa, zat pengoksida, larutan
natrium bikarbonat saturasi.
Stabilitas : Sangat larut dalam air dan umumnya dalam alkohol
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
18 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
B. Cara Pembuatan Formula 2
3.4 Pembahasan
A. Pembahasan Formula I
Obat kumur (mouthwash) merupakan larutan atau sediaan cair on steril yang
sering digunakan untuk penyegar atau memberikan efek antiseptik. Obat kumur di
desain untuk mengurangi bakteri, mengangkat sisa-sisa makanan dan yang utama
19 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
adalah mengurangi aroma tidak sedap di mulut dan mengandung rasa yang
menyenangkan.
Evaluasi Sediaan :
- Uji organoleptis : Pengamatan organoleptik berhubungan dengan
penampakan visual dari suatu sediaan. Visualisasi dan karakteristik yang
diamati pada semua formulasi obat kumur meliputi kejernihan, warna dan
aroma.
- Uji pH : Tujuan dilakukan uji pH adalah untuk mengecek dan memastikan
bahwa pH dari sediaan obat kumur yang dibuat, telah sesuai dengan kondisi
pH mulut. pH mulut berkisar antara 5,6 sampai 7,5 dengan rata-rata 6,7. Uji
pH obat kumur dilakukan dengan menggunakan pH meter Jenway.
- Uji viskositas : Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu
cairan atau fluida. Viskositas suatu formulasi obat kumur sangat
mempengaruhi terhadap tingkat kekentalan produk tersebut saat digunakan
berkumur di dalam mulut. Semakin dekat tingkat viskositas suatu produk
formulasi obat kumur dengan tingkat viskositas air, maka semakin mudah
dan nyaman produk tersebut digunakan berkumur. Oleh karenanya, produk
obat kumur yang dihasilkan haruslah memiliki viskositas yang mendekati
viskositas air. Tingkat viskositas air murni adalah 1002 μ Pa.s atau ± 1 cp.
B. Pembahasan Formula 2
20 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mendispersikan campuran yang
terdiri dari air dan minyak.
Surfaktan pada konsentrasi rendah dapat menaikkan laju kelarutan
minyak dengan cara menurunkan tegangan antarmuka zat aktif minyak atsiri
dan medium larutan sekaligus membentuk misel sehingga molekul minyak
akan terbawa oleh misel larut dalam medium. Misel ini berperan dalam
pelarutan yang terjadi pada molekul zat yang sukar larut dalam air melalui
interaksi yang reversibel dengan misel dari surfaktan larutan sehingga suatu
larutan stabil secara termodinamika (martin et al, 1993). Selain itu,
penambahan gliserin dalam larutan obat kumur juga dapat mengubah
karateristik surfaktan non-ionik. Adanya gliserin sebagai kosolven dapat
mengubah kelarutan dari surfaktan dalam air dengan mengubah besarnya efek
lipofilik, sehingga gugus non-polar menjadi lebih dominan dan molekul
surfaktan diabsorbsi lebih kuat oleh minyak, akibatnya tegangan permukaan
minyak lebih rendah sehingga mudah terdispersi (Saberi et al, 2013)
21 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Karakteristik untuk sediaan larutan pada umumnya, sediaan larutan aman dalam
penggunaannya (tidak toksik, tidak iritatif, tidak alergenik), homogen, zat aktif harus
terlarut sempurna dan stabil dalam medium, tidak ada boleh partikel yang
mengapung, melayan, mengendap pdada sistem larutan serta viskositas dan daya
sebar memungkinkan untuk penuangan maupun aplikasi dengan mudah.
2. Komponen yang digunakan dalam sediaan larutan secara umum terdiri dari bahan
aktif/solute/ zat terlarut, solvent/zat pelarut dan bahan tambahan seperti corigen
odoris, corigen saporis, corigen coloris, corigen solubilis dan pengawet
3. Metode pembuatan sediaan larutan pada umumnya yaitu zat-zat yang mudah larut
dilarutkan dalam botol, zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan,
untuk zat yang akan terbentuk hidrat, untuk zat yang meleleh dalam air panas, zat-zat
yang mudah terurai pada pemanasan , zat-zat yang mudah menguap dipanasi, obat-
obat keras harus dilarutkan tersendiri.
4. Evaluasi sediaan larutan secara umum yaitu Evaluasi Fisik yaitu Uji organoleptik,
penetapan pH, Penetapan bobot jenis, Evaluasi kejernihan, penetapan viskositas, uji
volume terpindahkan. Evaluasi kimia yaitu identifikasi penetapan kadar. Evaluasi
biologi yaitu uji efektivitas pengawet antimikroba, kandungan zat mikroba.
B
1. Karakteristik obat kumur yang di formulasikan yaitu cairan warna biru, dan
mempunyai pH 6,7 sesuai dengan pH mulut, obat kumur yang diformulasikan juga
harus dapat Membasmi kuman yang menyebabkan gangguan kesehatan mulut dan
gigi, sebagai pengharum mulut, Tidak menyebabkan iritasi, Tidak mengubah indera
22 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
perasa, Tidak menganggu keseimbangan flora mulut, Tidak meningkatkan resistensi
mikroba, Tidak menimbulkan noda pada gigi.
2. Komponen dari formulasi sediaan obat kumur yaitu Thymol dan eukaliptol (zat
aktif), Metil salisilat (Pengaroma), Alkohol (Pelarut), Menthol (Penyegar), Indigo
karmin (Pewarna) dan Air (Pembawa)
3. Metode Pembuatan sediaan obat kumur pada formulasi ini yaitu dengan cara
melarutkan bahan-bahan nya kemudian masukkan kedalam botol.
4. Evaluasi sediaan obat kumur meliputi uji organoleptis (rasa, bau, warna) pengamatan
secara fisika (viskositas, sentrifugasi, cycling test) dan pengamatan secara kimia
(pengukuran pH) dan Uji stabilitas
4.2 Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam
penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan saran serta masukan dari pembaca agar
penulis dapat lebih detail menjelaskan tentang makalah dari sumber lain yang dapat
dipertanggung jawabkan.
23 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
24 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A
5. Taji, S.S., Rogers AH ADRF Trebitch Scholarship. The microbial contamination of
toothbrushes, A Pilot study. Aust DenJ. Volume 43 Nomor 2
6. Aneja, K. R., Joshi R,. Sharma C 2010, The antimicrobial potential of ten often used
mouthwashes against four dental caries pathogens. Jundishapur J. Microbiol.
7. Backer, C. A dan Brink, B 2008, Ecology of lactobacilli in the oral cavity A Review of
Literatur, Open Microbial
8. Harshanur, Itjingningsih Wangidjaja. 1991. Anatomi Gigi. EGC : Jakarta
9. Ma’Lou C. Sabino DDS, Emily G. Smythe, DDS. Dental Anatomy and Occlusion :
Chapter 53.
10. Balsam MS, Gerson SD, Reiger MM, Sagarin E, Striange SJ. 1972. Cosmetics Science
and Technology, United States of America.
Ansel H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, Penerbit Universitas
Indonesia.
Arisandi, Y., Andriani, Y, 2005, Khasiat Tanaman Obat, Pustaka Buku Murah, Jakarta.
Balsam, Edward sagarin, 1972, Cosmetic Sciens and Technology, Newyork, USA.
25 | T E K N O L O G I K OS M E T I K A