Anda di halaman 1dari 11

PERAN ORANGTUA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK DI TK PERTIWI 1

SOBOKERTO
Khusnul Khotimah (A520190012)
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENDAHULUAN

Anak usia dini memiliki dunia yang berbeda dengan dunia orang dewasa, dunia mereka
memiliki karakteristik dan kreativitas tersendiri. Dunia anak penuh dengan keunikan, penuh
kejutan, dinamik, rasa ingin tahu yang cukup tinggi, dapat mengeksplor lingkungan sekitar,
dunia yang benuh dengan warna dan tingkah pola yang berbeda. Menurut NAECY (National
Association Education Young Children) (dalam Sujiono, 2009) anak usia dini adalah individu
yang berada pada rentang usia 0-8 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan secara pesat dan akan berpengaruh pada kehidupan anak selanjutnya. Anak usia
dini memerlukan layanan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pendidikan anak usia dini merupakan wahana yang sangat fundamental dalam memberikan
kerangka dasar terbentuknya karakter dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan pada anak. Perkembangan yang terjadi pada anak tidak lepas dari
keterlibatan orang tua dalam mendidik anaknya.

Orang tua pada mulanya berperan dalam membina sikap serta keterampilan yang dasar,
seperti pendidikan agama untuk mentaati aturan serta kebiasaan baik(Yusutria & Febriana,
2019). Namun peranannya semakin meluas yaitu dengan mendidik, memfasilitasi, mendorong
menumbuhkan karakter anak. Orang tua memegang kedudukan penting serta mempunyai
dampak yang besar dalam mengembangkan karakter pada anak. Orang tua merupakan seseorang
dalam keluarga yang berperan sebagai pelaksana utama dalam pendidikan yang memiliki
tanggung jawab di tingkat pendidikan awal anak usia dini. Ibu dan ayah memiliki kewajiban
untuk mengajarkan, mendidik, dan selalu memberikan contoh atau menanamkan nilai-nilai yang
positif kepada semua anak-anaknya tanpa terkecuali. Karena itu anak merupakan anugrah dan
amanah dari Tuhan yang diberikan kepada orang tua, sehingga mereka berkewajiban untuk terus
menjaga serta menghidupi sebagai tanggung jawabnya. Orang tua bertanggung jawab pada
seorang anak dalam membimbing dan mengarahkan pendidikan anak sebagai bentuk pengabdian
kepada Tuhan, alam semesta, keluarga, masyarakat dan Negara serta bangsa ( Chusna & Utami,
2020).

Peran orang tua dalam pendidikan adalah sebagai pendidik, pendorong, fasilitator dan
pembimbing (Kurniawati, 2020). Peran orang tua dalam menemani anaknya belajar di rumah
sangat penting, karena itu guru perlu menjalin hubungan yang baik dengan orang tua anak untuk
pembelajaran yang lebih efisien. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami bahwa di rumah
pun, anak harus fokus pada materi pembelajaran yang disiapkan oleh guru. Disini, orang tua
perlu mendukung dan memahami anak. Dari sini kita juga akan memahami bagaimana
selayaknya orang tua menyuguhkan pembelajaran kepada anak- anaknya, serta memahami
tanggung jawab para guru. Oleh karena itu, orang tua juga perlu membantu anaknya belajar.

Namun faktanya banyak anak-anak khususnya di Indonesia sering mengalami


keterlambatan dalam kemandirian. Hal ini disebabkan sejak kecil anak tidak diajarkan
kemandirian oleh orang tuanya, karena orang tua tidak membiasakan anak untuk melakukan
sesuatu dengan mandiri. Selain itu, banyak hambatan yang dialami orang tua dalam memberikan
stimulasi perkembangan kemandirian yang belum terlaksana dengan maksimal. Orang tua
banyak yang belum aktif dalam mendidik, mendukung, mendorong memberi motivasi dan
memfasilitasi karakter kemandirian kepada anak di dalam keluarga, banyak orang tua yang sibuk
dengan pekerjaan dan beberapa orang tua yang masih membiasakan anak manja, belum mandiri
seperti memakai sepatu tidak sendiri, ketika makan dan selalu memanjakan anak. Kondisi ini
mempengaruhi pada pertumbuhan perkembangan karakter kemandirian anak. Hal ini dapat
menyebabkan anak menjadi belum mandiri karena orang tua tidak membiasakan anak untuk
melakukan sesuatu dengan mandiri, orang tua lebih sering memanjakan anak.

Pentingnya kemandirian harus mulai ditumbuh kembangkan ke dalam diri anak sejak usia
dini. Hal ini penting karena ada kecenderungan di kalangan orang tua sekarang ini untuk
memberikan potensi secara agak berlebihan terhadap anak-anaknya. Akibatnya, anak memiliki
ketergantungan yang tinggi juga terhadap orang tuanya. Bukan berarti perlindungan orang tua
tidak penting, tetapi yang seyogyanya dipahami bahwa perlindungan yang berlebihan adalah
sesuatu yang tidak baik. Sikap penting yang seharusnya dikembangkan oleh orang tua adalah
memberi kesempatan yang luas kepada anak untuk berkembang dan berproses. Intervensi orang
tua hanya dilakukan kalau memang kondisi anak-anak diharapkan dapat terwujud. Pribadi sukses
biasanya telah memiliki kemandirian sejak kecil. Mereka terbiasa berhadapan dengan banyak
hambatan dan tantangan. Sifat mandiri yang memungkinkan mereka teguh menghadapi berbagai
tantangan sehingga akhirnya menuai kesuksesan (Rizkyani, 2020). Kemandirian anak akan
tercapai apabila orang tua melakukan upaya melalui berbagai kegiatan yang menunjang
pengembangan kemandirian anak. Dengan peran orang tua yang baik maka anak akan bertumbuh
dan berkembang dalam aspek kemandiriannya. Orang tua harus melatih kemandirian anak sejak
dini agar anak tidak tergantung pada orang lain. Anak juga akan terbiasa mandiri dalam
melakukan kegiatan-kegiatan apapun.

Permasalahan peran orangtua terhadap kemandirian anak merupakan salah satu


permasalahan yang urgent baik di lingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah. Maka dari
itu, penelitian terkait peran orangtua mengembangkan karakter kemandirian anak usia dini
penting untuk dilaksanakan. Sudah banyak peneltian yang membahas mengenai hal tersebut,
namun dari penelitian-penelitian tersebut belum secara spesifik membahas tentang peningkatan
karakter kemandirian anak usia dini secara spesifik. Selain itu, masih jarang penelitian yang
meneliti tentang peningkatan karakter kemandirian anak usia dini. Kebanyakan yang menjadi
objek dalam penelitian sebelumnya adalah anak SD dan SMA. Kebaharuan dalam penelitian ini
yaitu peneliti memaparkan bagaimana peningkatan kemandirian anak usia dini melalui peran
orangtua secara spesifik dan mendalam yang bertujuan untuk mengoptimakan karakter
kemandirian siswa untuk bisa menjadi pedoman bagi sekolah lainnya. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengungkap peran orangtua dalam mengembangkan karakter kemandirian anak usia
dini di TK Pertiwi 1 Sobokerto.

METODELOGI

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field reseach), yaitu bahwa penelitian ini
berangkat langsung ke lapangan untuk mengadakan pengamatan langsung tentang peran orang
tua dalam mengembangkan kemandirian anak di TK Pertiwi 1 Sobokerto. Penelitian dibuat
dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu obyek yang berkenaan
dengan masalah yang diteliti. Dengan ini, penelitian kualitatif digunakan untuk memahami suatu
fakta (understanding) bukan menjelaskan fakta (explaining). Penelitian kualitatif menurut
Sugiyono adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara
cermat dan mendalam dalam konteks waktu serta situasi yang bersangkutan, dilakukan secara
wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif atau nyata yang benar-benar terjadi di lapangan
tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif (Sugiono,
2003). Pada pelaksanaannya dilakukan pembuktian dengan observasi, wawancara langsung dan
pengambilan gambar (dokumentasi) di rumah siswa sebagai subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan di TK Pertiwi 1 Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten


Boyolali, Jawa Tengah. Peneliti melakukan serangkaian pengumpulan data secara intentsif
tentang interaksi anak dan orang tua dilingkungan keluarga yang menjadi subjek penelitian.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 partisipan orangtua murid di TK. Analisis data dalam
penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data dalam periode tertentu. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan ialah triangulasi model interaktif dari (Miles
dan Huberman, 2014). meliputi reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan untuk
menganalisis data-data yang ditemukan oleh peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peran Orangtua Sebagai Pembimbing


Peran orangtua sebagai pembimbing mencakup beberapa aspek yaitu melakukan
komunikasi dengan baik. Komunikasi yang tulus menunjukkan secara konkret kepada
anak-anak, benar-benar peduli terhadap apa yang terjadi dengan mereka, dengan
melakukan komunikasi, orang tua dapat mengetahui pandangan-pandangan dan kerangka
berfikir anaknya, salah satu penerapan aspek komunikasi yaitu memberikan nasehat. Dari
hasil wawancara yang dilakukan dengan orangtua, sebagian besar sudah membangun
komunikasi yang baik dengan anak salah satunya dengan memberikan nasehat guna
menanamkan karakter moral psikis dan sosial. Dengan memperkuat karakter moral anak
dalam beribadah maupun bersosial akan membentuk kemandirian yan sejati sejak usia
dini. Nasehat yang baik berisi moral dan ajaran dalam menjalankan kehidupan seperti
memberikan contoh praktek dalam mengerjakan sholat, membimbing anak-anak saat
berdoa, orang tua memberikan contoh seperti mengerjakan sholat, tata cara sholat yang
benar.Memberi pengertian penjelasan, mengawasi, membimbing anak-anak saat
mengerjakan tugas dalam kegiatan pembelajaran, dan membimbing anak-anak saat buang
air kecil dan buang air besar, sehingga anak mencoba secara mandiri.
Aspek kedua peran orangtua sebagai pembimbing yaitu memberikan kesempatan
kepada anak, berdasarkan hasil wawancara orangtua selalu memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, memberikan kesempatan
untuk membersihkan tempat tidur, lemari, meja belajar, dan membereskan mainan yang
berserakan, serta mencuci piring ketika selesai makan. Aspek ketiga bertanggung jawab,
berdasarkan hasil wawancara orangtua sudah membimbing anak untuk memiliki rasa
tanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuat seperti bertanggung jawab atas
barang yang sudah dimiliki, mengembalikan barang yang sudah dipakai kembali pada
tempatnya, mengembalikan barang teman yang dipinjam, bertanggung jawab tehadap
pekerjaan yang diberikan guru di sekolah maupun tugas rumah yang diberikan orangtua.
Aspek selanjutnya peran orangtua sebagai pembimbing yaitu memberikan pujian
yang tulus ketika anak melakukan sesuatu yang baik. Berdasarkan hasil wawancara
orangtua selalu memberikan pujian kepada anak misalnya, ketika anak-anak
menunjukkan keuletannya dalam melakukan sesuatu, mendukung anak-anak ketika
mereka melakukan sesuatu yang baik ketika menyaksikan anak melakukan atau
mengatakan sesuatu yang baik, dengan memberikan ucapan yang menunjukkan
dukungan. Hal ini penting dilakukan orang tua untuk mendukung tumbuhnya kebiasaan-
kebiasaan baik lebih lanjut. Menatap dengan penuh perhatian ketika berbicara dengan
anak dan mendengarkan baik-baik apa yang dikatakannya.
2. Peran Orangtua Sebagai Motivator
Peran orang tua sebagai motivator sangat penting untuk dapat mempengaruhi
semangat belajar anak dan berdampak pada sifat anak yang semakin rajin. Berdasarkan
hasil wawancara peran orangtua sebagai motivator yaitu dengan memberikan
penghargaan, seperti hadiah kepada anaknya jika anak tersebut dapat mencapai apa yang
diharapkan orang tua, yaitu rata-rata hasil belajar yang bagus. Berbagai hadiah tidak
semua dalam bentuk barang ada hal sederhana seperti pujian yang selalu diberikan.
Semua hal-hal positif tersebut sebagai bagian dari dorongan untuk memotivasi anak
menjadi lebih rajin dalam belajar. Orang tua juga memperhatikan mood anak dalam hal
memberikan motivasi baik berupa pujian maupun hadiah barang karena tidak semua
kondisi mendukung dengan bentuk motivasi yang selalu sama. Selain itu salah satu
bentuk motivasi orangtua kepada anaknya adalah dengan cara meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan,
mengendalikan stres yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat
dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan memberi penghargaan terhadap prestasi belajar
anak dengan memberi hadiah maupun kata-kata pujian.
3. Peran Orangtua Sebagai Fasilitator
Peran orang tua sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi anak dalam melatih
kemandirian dan menyediakan sarana alat belajar dan buku-buku yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Dari hasil observasi orang tua sebagai fasilitator, orang tua
bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat dalam membantu belajar anak di
rumah. Seperti memyediakan ruangan belajar yang difasilitasi dengan buku- buku belajar
anak yang bertujuan untuk membantu tumbuh kembang anak dalam belajar. Selain itu
orangtua juga bisa menyediakan alat permainan yang dapat digunakan anak, setelah anak
bermain orang tua meminta anak untuk membereskan mainannya dan menyimpannya
ditempatnya, mengembangkan keterampilan belajar yang baik, memajukan pendidikan
dalam keluarga. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan orang tua sebagai fasilitator bagi
anak dalam melatih kemandirian.

PEMBAHASAN

Kemandirian anak usia 4-6 tahun di TK Pertiwi 1 Sobokerto, kecamatan Ngemplak,


kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menunjukkan kemandiriannya dalam pola yang berbeda-beda
setiap harinya. Anak menunjukkan kemandiriannya ketika di rumah. Mereka tidak pernah
meminta orang tua atau orang disekitar untuk membantunya. Anak menunjukkan inisatifnya
ketika berkaitan dengan keinginan dan kemauan untuk menyelesaikan masalahnya tanpa harus
disuruh dan tidak bergantung dengan orang tua. Inisiatif juga ditunjukkan ketika anak ingin
membantu orang tuanya ketika di rumah dan hal tersebut berdasarkan atas kemauan dan
keinginan anak membantu orang tuanya. Keragaman lain dari kemandirian yang ditemukan yaitu
tanggung jawab. Keragaman lain dari kemandirian adalah kemampuan bersosialisasi. Anak
menunjukkan dirinya tidak mudah beradaptasi, susah menyesuaikan diri dengan teman-teman
dan orang lain yang baru ditemuinya. Hal ini menjadikan anak malu untuk selalu mengajak
teman-teman dan peneliti untuk bermain bersama dengan dirinya.

Orang tua memiliki peran terpenting dalam pembentukan karakter anak usia dini karena
orang tua selain sebagai pemimpin juga sebagai guru pertama, pembimbing, pengajar, fasilitator,
dan sebagai teladan bagi anak-anaknya. Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa orang tua
memiliki peran yang sangat besar terhadap anak termasuk memberikan pengaruh dalam hal
bimbingan terhadap anak untuk mencapai kemandirian. Ini dikarenakan orang tua merupakan
lingkungan pertama dan utama bagi anak dalam interaksinya sehari-hari. (Nurhasanah, 2020)
mengatakan bahwa dalam pendidikan untuk membentuk sebuah karakter dapat berdampak bagi
masa depannya sehingga masa depan anak ditentukan secara kepribadian dan karekter tergantung
berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari peran orang tua dalam mengasuh dan mendidiknya.
Perilaku dan segala kelakuan yang diperbuat oleh orang tua sangat berpengatuh terhadap pola
pertumbuhan karakter anak kelakuan yang diperbuat oleh orang tua sangat berpengaruh
terhadapa pola pertumbuhan karakter anak berdasarkan penglihatannya karena anak bisa
menirukan apa yang mereka lihat tanpa berfikir bahwa itu baik atau tidak, maka dari itu
pengaruh orang tua dalam pembentukan karakter anak usia dini utamanya adalah pada
lingkungan keluarga sebelum melihat lebih luas ke lingkungan masyarakat.

Orang tua benar-benar memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap


pembentukan karakter anak usia dini sehingga perlu untuk benar-benar memberikan contoh dan
perhatian secara khusus terhadap anaknya dalam upaya membentuk kepribadian dan karakter
anak agar dapat bertumbuh dan berkembang secara positif untuk kedepanya. Sedangkan orang
tua yang terlalu mengekang dan tidak memberikan kepedulian terhadap pertumbuhan anaknya
akan sangat berdampak buruk untuk pembentukan karakter anak. Usia dini dalam hal ini adalah
sebagai usia ideal untuk anak dalam menentukan kepribadian dan karakter anak untuk kedepanya
(Pridana dkk, 2020) Secara umum peran orangtua dalam meningkatkan kemandirian anak
mencakup tiga aspek yaitu sebagai pembimbing, sebagai motivator dan sebagai fasilitator.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Suryabrata (1998: 14)
menyatakan bahwa orang tua dapat berperan dalam pendidikan anak sebagai berikut:

a. Sebagai Pembimbing
Bimbingan belajar dari orang tua merupakan bagian yang memiliki peran dalam
membawa anak dalam mencapai tujuan yang akan diraih. Adapun tujuan yang akan
dicapai dari proses bimbingan belajar orang tua yaitu:
1) Tercapainya tujuan belajar (penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan sikap.
Bimbingan belajar dari orang tua kepada anaknya akan membantu
mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi anak dalam proses
belajarnya. Kesulitan belajar dapat disebabkan karena: kemampuan belajar
yang kurang memadai atau rendah, motivasi belajar yang rendah, suasana
rumah yang tidak kondusif untuk belajar, hubungan antar keluarga yang
kurang harmonis, keadaan ekonomi yang kurang mendukung, serta tidak
adanya minat untuk belajar. Dengan kesabaran dan keuletan orang tua dalam
membimbing kesulitan-kesulitan belajar dapat teratasi maka tujuan belajar
yang berupa penguasaan keterampilan, dan pengembangan sikap dapat
tercapai dengan baik. Agar dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang
mendukung proses belajar
2) Bimbingan belajar orang tua sangat diperlukan dalam hal penyesuaian dirinya
dengan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan terdiri dari
keluarga, sekolah, dan masyarakat (Suryabrata, 1998) .
b. Sebagai Motivator
Motivasi orang tua kepada anaknya sangat penting dalam rangka meningkatkan
minat dan rangsangan anak untuk belajar. Motivasi in dapat diberikan melalui 3
bentuk yaitu: motivasi belajar yang bersifat tidak langsung, motivasi untuk
meningkatkan dan mempertahankan prestasi, serta motivasi untuk memperbaiki
prestasi.
Motivasi belajar yang bersifat tidak langsung dapat dilakukan dengan cara:
memberikan semanagat kepada anak ketika anak mengalami kebosanan dalam
belajar. Motivasi belajar untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi anak
dapat dilakukan dengan cara memberikan pujian dan hadiah ketika prestasi anak
meningkat. Sedangkan motivasi belajar untuk memperbaiki prestasi belajar anak
dapat dilakukan dengan cara membimbing dan menasihati anak agar mau
memperbaiki prestasi belajarnya.
c. Sebagai Fasilitator
Penyedian fasilitas anak merupakan sebagai bentuk dari bimbingan belajar yang
dilakukan orang tua cukup berperan dalam dalam menunjang keberhasilan anak.
Fasilitas belajar ini meliputi ruang belajar di upayakan senyaman mungkin agar anak
merasa betah berada di ruangan tersebut. Sedangkan kelengkapan sarana belajar anak
dapat diwujudkan dengan tersedianya buku penunjang pelajaran dan alat tulis yang
diperlukan.
Kemandirian adalah bagian penting dan menarik bagi pertumbuhan anak.
Kemandirian selain mempengaruhi kinerjanya, juga berfungsi untuk membantu
mencapai tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan, serta memperoleh penghargaan.
Kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-
sehari sesuai dengan tahap perkembangannya, diharapkan nilai-nilai mandiri akan
lebih mudah dikuasai dan dapat tertanam kuat dalam diri anak jika dilatih sejak dini.
Desmita menyatakan bahwa, “Kemandirian penting karena di dalam kurikulum
Taman Kanak-kanak, kemandirian termasuk ke dalam salah satu ruang lingkup
kurikulum Taman Kanak-kanak, standar kompetensi Taman Kanak-kanak, dan
termasuk ke dalam salah satu bidang pengembangan di TK” (Desmita, 2009).
Selanjutnya Kurniawan menyatakan bahwa, “Mandiri adalah sikap atau perilaku yang
tidak mudah tergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas”. Pentingnya
kemandirian pada anak agar mampu mengurus dirinya sendiri dan tidak bergantung
pada orang lain serta mampu mengarahkan diri untuk ke depannya, kemampuan
kemandirian anak dapat dilakukan dengan membangun semangat mandiri pada anak
sejak dini (Kurniawan, 2014). Membangun semangat mandiri pada anak dapat
dilakukan dengan meminta anak untuk berpendapat dan melibatkan anak untuk
memilih atau menentukan serta melibatkan anak langsung.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki peranan yang
sangat penting dalam proses perkembangan kemandirian anak. Orang tua harus
membimbing dan menfasilitasi anak agar kemandirian yang sudah ada pada diri
seorang anak dapat berkembang dengan sebaik mungkin.
SIMPULAN

Berdasarkan hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting
dalam perkembangan, pendidikan, dan terbentuknya karakter pada anak. Terbentuknya
kemandirian anak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Peran orang tua dalam mendidik anak
sangat penting bagi pengembangan kemandirian anak karena orang tua sosok pribadi yang akan
ditiru anak, orangtua lah yang akan menjadi model dalam menuju pembentukan karakter anak.

Peran orangtua dibagi menjadi tiga yaitu perang orangtua sebagai pembimbing dengan
menerapkan beberapa aspek yaitu membangun komunikasi yang baik dengan anak salah satunya
dengan memberikan nasehat, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengerjakan
pekerjaan rumahnya sendiri, dan memberikan pujian yang tulus ketika anak melakukan sesuatu
yang baik. Selanjutnya peran orangtua sebagai motivator yaitu dengan memberikan penghargaan,
seperti hadiah kepada anaknya jika anak tersebut dapat mencapai apa yang diharapkan orang tua,
yaitu rata-rata hasil belajar yang bagus, sebagai salah satu cara membangun motivasi anak untuk
belajar lebih giat. Peran orang tua sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi anak dalam melatih
kemandirian dan menyediakan sarana alat belajar dan buku-buku yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada orang tua anak yang sudah membantu dan memberikan izin
kepada saya dalam penelitian. Dan pihak-pihak lain yang juga membantu secara tidak langsung.
Orang tua yang memberikan dukungan materi dan motivasi sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan baik dan dalam keadaan sehat.

DAFTAR PUSKATA

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik (P. R. Rosdakarya (ed.)).

Kurniawan, A. (2014). Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis: Teori, Konsep, dan Praktik
Penelitian Bisnis. Alfabeta.

Miles, M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis, A Methods
Sourcebook. Sage Publications.

Pridana, L. S. H. M. E. (2020). Peran Orang Tua Terhadap Pembelajaran dalam Jaringan


(Daring) Selama Pandemi Covid-19. Perseda, 3 nomor II.

Puji Asmaul Chusna, & Ana Dwi Muji Utami. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Peran Orang Tua Dan Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Daring Anak Usia
Sekolah Dasar. PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education, 2(1), 11–30.
https://doi.org/10.51675/jp.v2i1.84

Rizkyani, F., Adriany, V., & Syaodih, E. (2020). Kemandirian Anak Usia Dini Menurut
Pandangan Guru Dan Orang Tua. Edukid, 16(2), 121–129.
https://doi.org/10.17509/edukid.v16i2.19805

Sugiono. (2003). Metode Penelitian. Alfabeta.

Sujiono, Y. N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. PT Iindeks.

Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. PT Raja Grafindo.

Yusutria, Y., & Febriana, R. (2019). Aktualisasi Nilai–Nilai Kemandirian Dalam Membentuk
Karakter Mandiri Siswa. Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 577–582.
https://doi.org/10.29313/tjpi.v8i1.4575

Anda mungkin juga menyukai