Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia di dunia.

Permasalahan hidup dapat dihadapi dengan memiliki bekal pendidikan yang

cukup. Pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi setiap orang di dunia.

Sementara itu, dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu jalur pendidikan yang ditempuh sejak dini adalah pendidikan

anak usia dini (PAUD). Di mana menurut Maemunah (2013:19) bahwa:

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan


sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
non formal, dan informal.
Pemerintah melalui departemen pendidikan nasional membentuk instansi

baru yang membina dan mengembangkan potensi anak sejak dini yaitu Direktorat

PAUD yang berfungsi mengembangkan program-program pendidikan anak usia

dini melalui Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), dan Satuan

Pendidikan Anak Usia Dini Sejenis. Hal ini sebagaimana yang diamanatkan dalam

1
2

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional.

Salah satu program PAUD adalah Kelompok Bermain (KB) kelompok

bermain merupakan salah satu pendidikan pra sekolah yang diselenggarakan

melalui jalur pendidikan luar sekolah dengan mengutamakan kegiatan bermain

untuk membantu meletakan dasar pengembangan sikap, pengetahuan,

keterampilan, dan daya cipta bagi anak usia 3-4 tahun sampai memasuki

pendidikan dasar, kelompok bermain tersebut juga dengan istilah PAUD.

Anak adalah anugrah yang terindah bagi kedua orangtuanya, titipan Allah

Swt yang harus dijaga, dididik serta dirawat dengan penuh kasih sayang dari

kedua orangtua. Hendaknya sebagai orangtua harus memberikan yang tebaik baik

anak, mencukupi kebutuhan anak, menerapkan pola asuh, serta memberikan

pendidikan bagi anak karena pendidikan akan menjadi bekal anak kelak. Setiap

orangtua harus bisa memilih pola asuh yang tepat untuk diterapkan kepada anak

karena pola asuh orangtua akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif

anak dan perilaku anak kelak saat anak dewasa.

Anak usia dini adalah anak usia nol sampai dengan usia enam tahun atau

disebut juga “golden age” atau massa emas anak yang sangat penting bagi

tumbuh kembang anak, pada massa “golden age” sangat penting untuk

perkembangan anak khususnya dalam perkembangan perilaku, bakat,

pengetahuan. Pada masa-masa usia tersebut anak sangat peka dengan segala

sesuatu di lingkungannya. Apabila lingkungan mengajarkan hal yang positif

mengarah ke perilaku yang membuat anak terdidik dengan baik, maka anak akan
3

terbentuk baik. Pola pendidikan dan perilakunya pada masa “golden age” sangat

menentukan seperti apa anak kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental

maupun kecerdasan.

Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar

anak. Lingkungan terdekat anak yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga

adalah lingkungan pertama anak tumbuh dan berkembang. Di dalam keluarga,

yaitu orangtua berperan penting untuk proses tumbuh dan berkembangnya anak.

Orangtua menjadi sosok yang utama untuk mengoptimalkan proses tumbuh dan

perkembangnya anak.

Orangtua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah

dan ibu dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat

membentuk sebuah keluarga yang kecil. Kedudukan dan fungsi suatu keluarga

dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Keluarga pada hakekatnya

merupakan wadah pembentukan sifat masing-masing anggota keluarganya.

Banyak cara untuk mendidik anak, namun mendidik anak bukan hal yang

mudah untuk itulah orangtua harus mempunyai cara untuk mendidik dan

mengasuh sesuai dengan pola asuh yang diterapkan oleh orangtua di rumah. Agar

orangtua dapat mengkontrol anak saat anak di rumah. Dengan pola asuh yang

yang tepat maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dan sesuai dengan

harapan orangtua.

Pola asuh merupakan hal penting untuk membimbing dan mendidik anak

karena anak mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan. Agar

pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan sebaik-baiknya maka anak


4

perlu diasuh, dan dibimbing oleh orangtuanya. Terutama dalam lingkungan

kehidupan keluarga. Orangtua berperan untuk menciptakan lingkungan yang

mendukung perkembangan anak ke arah positif.

Kognitif adalah kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan

intelektual yang lebih sederhana, yaitu menghafal, mengingat, pemahama,

penerapan, mengetahui tentang terjadinya sebab akibat, serta sampai pada

kemampuan memecahkan masalah yang menuntut anak untuk menghubungakan

dan menggabungkan beberapa ide atau metode yang dipelajari untuk memecahkan

masalah.

Menurut Santrock (2007: 18-19) proses kognitif adalah

Menggambarkan perubahan dalam pikiran, intelegensi, dan bahasa


seseorang. Tugas-tugas seperti mengawasi ayunan bergerak di atas
kotak bayi, menggabungkan kalimat dengan dua kata, mengingat
puisi, menyelesaikan soal matematika, dan membeyangkan
bagaimana rasanya menjadi bintang film, semua itu melibatkan
proses kognitif.

Perkembangan kognitif yang baik bagi anak yaitu bagaimana anak dapat

mempelajari ciri–ciri dan fungsi dari objek–objek, seperti mainan, perabot dan

makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua, teman serta bagaimana

cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-

persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya

perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk

perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

Berdasarkan penelitian awal di kecamatan Rappocini Kota Makassar

jumlah kelompok bermain yang akan diteliti adalah 16 dengan jumlah

keseluruhan murid adalah 360 orang. Pada saat penelitian awal, peneliti
5

melakukan wawancara non formal (bebas) kepada beberapa orangtua di kelompok

bermain di Kecamatan Rappocini kota Makassar. Dari hasil wawancara tersebut

peneliti menyimpulkan pola asuh yang diterapkan oleh beberapa orangtua adalah

pola asuh otoriter. lebih lanjut beliau menambahkan, “ saya mendidik anak dengan

sikap yang tegas agar anak saya menjadi penurut, patuh dan disiplin”. Dan dari

hasil pengamatan peneliti terhadap anak dari responden ketika diberikan tugas

oleh guru anak tersebut tidak mampu mendeskripsikan gambar hewan yang

diberikan oleh guru.

Penelitian ini didukung dengan data dari hasil penelitian terdahulu tantang

pola asuh orangtua dari hasil penelitian saudari Arnasari, Puspita, dengan judul

Skripsi Pengaruh Perbedaan Pola Asuh Orangtua Terhadap Kedisiplinan Belajar

Siswa Kelas V Sekolah Dasar, menyebutkan bahwa:

Dari 184 siswa, orangtua dengan pola asuh authoritarian (otoriter)


31 siswa diperoleh rata-rata kedisiplinan belajar sebanyak 55,87% ,
orangtua dengan pola asuh authoritative (demokratik) 142 siswa
diperoleh rata-rata skor kedisiplinan belajar sebesar 62,44%, dan
orangtua dengan pola asuh permissive (permisif) 11 siswa diperoleh
rata-rata skor sebesar 58,73%.

Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh orangtua (authoritarian,

authoritative, dan permissive) dapat mempengeruhi perkembangan kognitif anak.

Untuk memperkecil ruang lingkup perkembangan kognitif anak, maka

peneliti memilih untuk meneliti anak usia 3 sampai dengan 4 tahun untuk

dijadikan sampel dalam penelitian ini. Adapun alasan peneliti memilih Kecamatan

Rappocini Kota Makassar sebagai lokasi penelitian karena peneliti berdomisili di

kecamatan tersebut dan sering melihat banyaknya anak usia dini yang ikut serta

pada kelompok bermain. Dari banyaknya anak usia dini yang mengikuti
6

kelompok bermain membuat peneliti merasa bahwa pentingya mengetahui

perkembangan yang telah dicapai oleh anak-anak tersebut. Selain daripada

perkembangan yang dicapai peneliti juga merasa perlunya mengetahui seperti apa

poa asuh yang dilakukan oleh orang tua anak-anak tersebut. Berdasarkan uraian

tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pola

Asuh Orangtua dan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini di Kelompok

Bermain Sekecamatan Rappocini Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan yang kongkrit yaitu:

1. Bagaimana kondisi objektif pola asuh orangtua di kelompok bermain

sekecamatan Rappocini Kota Makassar?

2. Bagaimana kondisi ojektif perkembangan kognitif anak usia dini di

kelompok bermain sekecamatan Rappocini Kota Makassar?

3. Apakah ada hubungan pola asuh orangtua dan perkembangan kognitif anak

usia dini di kelompok bermain sekecamatan Rappocini Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi objektif pola asuh orangtua di kelompok bermain

sekecamatan Rappocini Kota Makassar.

2. Mengetahui kondisi objektif perkembangan kognitif anak usia dini di

kelompok bermain sekecamatan Rappocini Kota Makassar.


7

3. Mengetahui ada tidaknya hubungan pola asuh orangtua dan perkembangan

kognitif anak usia dini di kelompok bermain sekecamatan Rappocini Kota

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi perguruan tinggi khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar dapat menambah referensi

tentang hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan kognitif anak

usia dini di PLS (PAUD).

b. Bagi peneliti, sebagai bahan refleksi untuk penelitian selanjutnya dan

menambah wawasan tentang hubungan pola asuh orangtua terhadap

perkembangan kognitif anak usia dini di kelompok bermain Sekota Makassar.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan kepada Dinas Pendidikan (Bidang PLS/PAUD) supaya

memperhatikan begitu pentingnya pendidikan keluarga agar anak sebagai

generasi penerus bangsa berkualitas dan berkarakter pemimpin.

b. Masukan untuk masyarakat dalam mengembangkan dan memperhatikan

pentingnya pendidikan anaknya di satuan PLS (PAUD).

c. Tutor/Pamong, untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang

pentingnya perkembangan kognitif anak usia dini.

Anda mungkin juga menyukai