PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa, pendidikan
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta dididk secara aktif mengembangkan potensi
dirinya memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak
usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (Taman
Kanak-kanak, Raudatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat), jalur
pendidikan non formal (Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak atau
bentuk lain yang sederajat) dan jalur pendidikan informal yang berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada peneriman pesan sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya
tujuan pendidikan. Proses pembelajaran secara optimal bila guru mampu menyediakan
sarana alat permainanyang mampu memperkembangkan peserta didik. Media
pembelajaran dengan sistem permainan layak dipergunakan dalam proses
pembelajaran karena belajar sambil bermain dapat membuat suasana belajar lebih
menyenangkan bagi siswa dan tidak membosankan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak, sangat diperlukan pemahaman
yang medasar m e n g e n a i p e r k e m b a n g a n d i r i a n a k , t e r u t a m a y a n g
t e r j a d i d a l a m p r o s e s pembelajarannya.
Hal itu dimaksudkan agar kita dapat mengetahui ada atau tidaknyakesulitan
yang dialami oleh si anak dalam proses belajarnya. Dengan
pemahamanyang cukup mendalam atas proses tersebut diharapkan sebagai
guru meliputi orangtua, pendidik di lembaga pendidikan mampu mengadakan
eksplorasi, merencanakan,mengimplemtasikan penggunaan sumber belajat dan
permainan edukatif. P e m b u a t a n permainan edukatif harus
d i s e s u a i k a n d e n g a n k e b u t u h a n k u r i k u l u m yang ada, dan pada
karakteristik anak.Bahan yang digunakanpun tidak sulit didapat, bahakan
dapat menggunkan barang belas limbah rumah tangga.Yang perlu
diperhatikan adalah, bahan yang digunakan harus aman bagi anak dan semenarik
mungkin.
Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain.
Dengan main anak belajar, artinya anak yang belajar adalah anak yang
bermain, dan anak yang bermain adalah anak yang belajar. Bermain dilakukan
anak-anak dalam berbagai bentuk saat sedang melakukan aktivitas, mereka
bermain ketika berjalan, berlari, mandi, menggali tanah, memanjat, melompat,
bernyanyi, menyusun balok, menggambar dan lain sebagainya. bermain
adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulangulang dan menimbulkan
kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan
kemampuan anak. Selain itu, bermain manjadi cara yang baik bagi anak dalam
memahami diri, orang lain, dan lingkungan. Pada saat bermain, anak-anak
mengarahkan energi mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka pilih
sehingga aktivitas ini merangsang perkembangannya. Bagi anak, bermain
membawa harapan tentang dunia yang memberikan kegembiraan,
memungkinkan anak berkhayal tentang sesuatu atau seseorang. Bermain juga
1
merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak karena melalui
bermain anakdapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi
motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi sosial, nilai dan sikap hidup.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka
batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Alat peraga (media) yang digunakan dalam pembelajaran yaitu media
pembelajaran papan pintar angka (papinka), maksudnya adalah di dalam
pembelajaran anak diajak bermain papan pintar angka untuk
meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak.
2. Kemampuan berhitung permulaan dibatasi pada kemampuan mengetahui
nama bilangan satu, dua, tiga empat dan seterusnya, dan bentuk angka 0
sampai 10.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini:
1. Bagaimana Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun?
2. Bagaimana pengembangan permainan Papan Pintar Angka (Papinka) Pada
Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun?
2
b. Bagi guru
1) Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran
dalam mengajarkan pelajaran berhitung.
2) Guru dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan
strategi bermain papan pintar angka.
3) Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan
menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
2)Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3) Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas
4) Mengembangkan kemampuan sikap nasional anak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Ketiga, mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Peraturan
merupakan sesuatu yang mutlak ada dalam kehidupan manusia. Aturan dibuat
dalam rangka menciptakan kedisiplinan seseorang. Namun, untuk membentuk
kedisiplinan tidaklah mudah, diperlukan proses panjang. Di sinilah peran
pendidikan difungsikan untuk mengenalkan peraturan-peraturan dalam diri anak
sehingga kedisiplinan akan tertanam dalam dirinya.
Keempat, memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati
masa bermainnya. Masa usia dini merupakan masa bermain. Maka tak
mengherankan jika prinsip utama dalam pembelajaran anak usia dini
adalah bermain dan belajar. Artinya, pembelajaran dapat dilakukan
dengan permainan yang mengasyikkan dan menyenangkan sehingga anak dapat
bermain layaknya anak-anak seusianya dan materi pembelajaran dapat diserap oleh
anak. Di sini pendidikan dapat difungsikan untuk memberikan kesempatan pada
anak untuk menikmati masa bermainnya.
5
2. Teori Permainan Berhitung
Berikut beberapa teori yang mendasari perlunya permainan
berhitung di taman kanak-kanak sebagai berikut :
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson
menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal
manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang
mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”. Selanjutnya Erikson
menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana
orang tua memenuhi
kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap
demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana
sepanjang hidup.
Sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak
tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas
telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk
penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok
atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya
menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka
menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak
nakal, menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat
diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.
6
3. Indikator Berhitung Anak Usia Dini
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan menurut buku pedoman pembelajaran di
Taman Kanak-kanak antara lain:
a) Menunjuk urutan benda untuk bilangan 1-10
b) Menyebutkan lambang bilangan 1-10
c) Mengurutkan lambang bilangan 1-10
d) Memasangkan lambang bilangan dengan bendabenda sampai 10
e) Menjumlahkan bilangan sampai hasil 10
Anak usia dini belum mampu memahami bilangan. Anak hanya menirukan
orang di sekitarnya. Misalnya, anak dalam menghitung benda tidak sesuai dengan
jumlah benda yang ada. Langkah-langkah pembelajaran kemampuan menghitung
anak TK dapat dilakukan dengan cara: a) menghitung dengan jari, b) menghitung
benda-benda, c) berhitung sambil berolahraga, d) berhitung sambil bernyanyi, e)
menghitung diatas sepuluh, f) menulis angka, g) memasangkan angka, h)
membandingkan angka.
7
3. Langkah-langkah pembuatan Media Papan Pintar Angka
a. Pertama buatlah pola Persegi panjang pada kardus
8
e. Kemudian, tempelkan kertas origami pada pola karus tersebut
g. Kemudian, Buatlah pola lingkaran menggunakan gelas dan pensil pada kardus
i. Gunting pola yang sudah dilapisi kertas origami dan dituliskan angka 1-10
9
j. Buatlah pola lingkaran pada kertas origami berbeda warna
k. Selanjutnya, gunting pola dan tuliskan angka 1-10 untuk ditempatkan pada
papan kardus yang sudah jadi
l. Selesai
10
c. Pengajar memilih salah satu dari 10 lingkaran
d. Kemudian, pengajar menyuruh anak didik untuk meletakan mana warna dan
angka yang dimaksud.
e. Berlanjut dari angka 1 sampai dengan 10, serta bisa dibolak balikan sesuai
dengan kemampuan peserta didik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Peneliti Selanjutnya
Ape harus lebih lagi dan kerapian terutama bahan agar anak usia
dini tidak berbahaya dalam melakukan sebuah permainan. Anak usia dini
sangat mewaspadai karena anak usia dini belum tahu mana yang
berbahaya daan tidak berbahaya mohon sebelum dibuat medianya harus
lebih dipikirkan terlebih dahulu.
11
2. Lembaga
Harus lebih perhatian dan lebih berpartisipasi dalam memperhatikan kondisi sekolah
karena setiap melihat sekolah cenderung sekali dengan sebuah media yang menarik
buat lembaga agar lebih perhatian dan berpartisipasi untuk melihat keadaan sekolah
dalam keadaannya apa yang perlu sekolah butuhkan lembaga harus lebih
perhatian dan mengawasi agar sekolah bisa lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU :
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan pembelajaran. Jogjakarta: Ar
Ruzz Media
Dacholfany, Ihsan dan Uswatun Hasanah, 2018. Pendiidkan Anak Usia Dini
Menurut Konsep islam, Jakarta: Amzah
Fridan, Lara, dkk. 2010. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Universitas Terbuka
Hasnida, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Luxima Metro Media
https://www.youtube.com/watch?v=MrCUFbyeVx0
http://repository.iainbengkulu.ac.id/4805/1/VIRDA%20MIRANTIKA%20.pdf
http://repository.uinsu.ac.id/8459/1/BERMAIN%20AUD.pdf
12