Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN UTAMA

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang diberikan bagi

anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan melalui pemberian berbagai

ransangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani

maupun rohani agar memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan

berikutnya. Melalui Paud, diharapkan anak dapat mengembangkan seluruh

potensi yang dimilikinya yang meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai

agama, fisik, social emosional, bahasa, seni, menguasai sejumlah pengetahuan

dan keterampilan sesuai dengan perkembangan, serta memiliki motivasi dan

sikap belajar untuk berkreasi. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional pasal 28 ayat (1), menyatakan bahwa

pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai

dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti

pendidikan dasar.1

Masa golden age merupakan masa tumbuh kembang fisik dan otak anak

pada masa inilah anak dibutuhkan stimulus penting untuk merangsang

pertumbuhan baik fisik maupun psikis anak, karena pada masa emas (golden

age) hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia.

Atas dasar ini disimpulkan bahwa untuk menciptakan generasi yang cerdas

dan berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak dini. Dan satu – satunya

1
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 28 ayat
1

1
cara untuk memulainya adalah dengan menyelenggarakan lembaga pendidikan

anak usia dini disingkat PAUD.

Di pendidikan formal seperti PAUD atau yang setara terdapat 5 bidang

pengembangan di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang

terdapat dalam :

1. Pengembangan pembiasaan yang mencakup perkembangan nilai – nilai

agama dan moral serta sosial, emosional dan kemandirian.

2. Pengembangan kemampuan dasar mencakup perkembangan bahasa, fisik

motorik dan kognitif.

Dari kedua bidang pengembangan tersebut tujuannya antara lain ; nilai-

nilai agama dan moral dimana isi pembelajaran bertujuan menanamkan norma

agama dan pembentukan akhlaq anak didik agar dapat berprilaku sesuai

dengan norma yang berlaku di lingkungan tempat tinggalnya, selain norma

agama perkembangan sosial emosional anak didik senantiasa dibimbing agar

siswa dapat mengatur keadaan emosi dan bisa menjalankan kehidupannya

sebagai mahluk sosial. perkembangan bahasa juga diberikan di pendidikan

PAUD formal dari kemampuan berbahasa verbal maupun nonverbal, dengan

tujuan anak didik mampu memahami dan mengungkapkan pikiran dan

perasaan yang ada pada anak didik. Perkembangan fisik anak juga diamati

secara berkala dan berkesinambungan baik motorik halusnya ataupun motorik

kasarnya, dengan tujuan kesehatan fisik jasmaninya dapat berkembang secara

optimal. Selanjutnya mengamati perkembangan kognitif anak didik, yang

berkaitan dengan perkembangan kognitif seperti baca tulis, mengenal angka,

2
sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreativitas, dll. Kelima bidang

pengembangan tersebut diberi stimulasi agar perkembangannya optimal

sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan hidupnya.

Salah satu perkembangan kognitif di atas meningkatkan kreativitas

sangatlah penting dalam kehidupan anak didik dan secara tidak langsung dapat

meningkatkan prestasi belajar anak didik di tingkat pendidikan selanjutnya.

Sebagian besar lembaga pendidikan selalu mengutamakan kecerdasan

intelektual / IQ saja padahal kreativitas penting, sebab kreativitas dan

intelegensi sama–sama berperan dalam prestasi belajar. Kreativitas yang tinggi

dapat meningkatkan prestasi belajar. Kreativitas sangat dibutuhkan karena

banyak permasalahan serta tantangan hidup yang menuntut kemampuan

adaptasi secara kreatif dan kepiawaian dalam mencari pemecahan masalah

yang imajinatif.

Dalam pengamatan kami anak didik di PAUD IT Haer Tgh. Umar Kelayu

Desa Lenting, tahun pelajaran 2021/2022 pada semester genap , kreativitas

anak masih rendah, hal ini dapat terlihat ketika mengerjakan tugas

keterampilan apapun masih banyak terlihat anak yang hanya mencontoh dan

tidak berani / tidak mau mencoba menambah bentuk lain dari contoh yang

sudah ada. Selain itu anak didik banyak yang terlihat bosan, mengantuk,

kurang tertarik, dan bahkan ada yang main sendiri saat mengerjakan

ketrampilan seperti menggambar, mewarnai, menjiplak, menggunting atau

ketrampilan lainnya. Padahal jika anak tidak bosan mengerjakan ketrampilan,

hasil kegiatan atau prakarya anak dapat meningkatkan kecerdasan visual

3
spasial anak. Dengan ketrampilan tangan anak dapat memanipulasi bahan,

kreativitas dan imajinasi anak pun terlatih karenanya.

Berbagai upaya telah dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitas anak

didik, seperti menggambar di halaman, mewarnai gambar yang sudah ada, dll.

Akan tetapi belum didapat peningkatan kreativitas pada anak didik secara

signifikan. Dari 23 anak didik hanya 3 siswa yang dapat mengerjakan tugas

tanpa bantuan Guru, sedangkan yang lain masih dibantu Guru, hal ini berarti

kreativitas siswa masih sangat rendah.

Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti memnggunakan metode

bermain untuk meningkatkan kreativitas anak melalui bermain plastisin pada

siswa kelompok B PAUD IT Haer Tgh Umar Kelayu Desa Lenting

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Pembatasan masalah agar penelitian ini lebih efektif, efisien,

terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan

masalah Adapun batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

masalah yang diteliti terbatas pada peningkatan kreativitas anak melalui

bermain plastisin pada siswa kelompok B PAUD IT Haer Tgh Umar

Kelayu Desa Lenting smester genap tahun pelajaran 2021/2022

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : "apakah metode bermain plastisin

4
dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B PAUD IT Haer Tgh.

Umar Kelayu Desa Lenting semester genap tahun pelajaran 2021/2022 ?”

C. Penegasan Istilah

Untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini, perlu

penegasan beberapa kata kunci yang pengertian dan pembatasannya perlu

dijelaskan

1. Supriadi (1994) berpendapat sebagaimana dikutip oleh (Yeni dan Euis)

mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya

nyata yang relative berbeda dengan yang telah ada.2

2. Menurut Sanggarang, Plastisin merupakan bahan yang bentuknya

hampir sama dengan tanah lempung sehingga dapat dibentuk sesuai

dengan keinginan. Plastisin mempunyai kandungan minyak, sehingga

tidak lengket ditangan. Sebagian orang menyebut bahan ini dengan

sebutan malam mainan. Plastisin berfungsi untuk membuat model atau

bentuk kerajinan. Seperti bentuk hewan, pot bunga dan bentuk

lainnya.3 Plastisin merupakan bahan yang digunakan untuk bermain

oleh anak-anak di kelas. Plastisin memberikan pengalaman yang

menyenangkan dan memuaskan bagi anakanak, namun bukan hanya

aktivitas “bersenang-senang”. Melalui media ini, guru dapat

menggunakan sebagai pembelajaran awal dan sebagai salah satu cara

2
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak,
(Jakarta : Kencana,2011), hlm.13
3
Sanggarang D.L, Membuat Kerajinan Berbahan Fiberglass , (Jakarta : Kawan Pustaka ,
2004), hlm.11.

5
untuk mengobservasi perkembangan anak dalam berbagai area

perkembangan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa dengan metode

bermain plastisin itu dapat meningkatkan kreativitas anak, kelas B di PAUD

IT Haer Tgh. Umar Kelayu Desa Lenting pada semester genap tahun pelajaran

2021/2022.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi anak didik :

a. Siswa dapat percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya.

b. Siswa dapat mencurahkan imajinasinya sesuai keinginan tanpa

takut salah.

c. Siswa jadi termotivasi dalam pembelajaran yang meningkatkan

kreativitasnya.

d. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya secara optimal.

2. Bagi pendidik :

a. Untuk menambah pengetahuan penulis.

b. Untuk menambah khasanah ilmu bagi pendidik di PAUD.

c. Untuk memotivasi para guru PAUD khususnya, agar terus

berusaha memberikan model pembelajaranya kepada anak

didiknya jadi lebih menyenangkan.

6
d. Agar lebih kreatif dalam mengajar sehingga pembelajaran yang

dilaksanakan tidak monoton dan dapat menyenangkan bagi anak.

3. Bagi sekolah :

a. Dapat menyelesaikan masalah pembelajaran yang terjadi di

sekolah.

b. Dapat meningkatkan kreatif dan kinerja guru dalam mengajar

sehingga dapat meningkatkan kwalitas dan kwantitas

pendidikan.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat lebih mempercayakan putra/putrinya untuk

bersekolah di lembaga PAUD yang bermutu.

F. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan

1. Penelitian Yang Relevan

Penelitian Siti Rochayah (2012) Meningkatkan Kreativitas Anak

Melalui Metode Bermain Plastisin pada Siswa Kelompok B TK Masyithoh

02 Kawunganten cilacap Semester genap Tahun pelajaran 2011/2012

dapat dilihat pada kenaikan frekuensi dan persentase yang terjadi pada

kondisi awal dari 23 siswa yang kreatif hanya 3 anak (13%), pada siklus I

meningkat jadi 14 siswa (61%) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi

21 siswa (90%), dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut berhasil

dengan baik.4

4
Siti Rochayah, “ Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Metode Bermain Plastisin Pada
Siswa Kelompok B Tk Masytoh 02 Kawungaten Cilacap”, Skripsi ( Purwokerto : Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2012 ).

7
Penelitian Sadariah (2015) Meningkatkatkan Kreativitas Anak

Melalui Pemanfaatan Media Plastisin Di Ra Al Badar Salaka Kec.

Pattallassang Kabupaten Takalar Berdasarkan hasil penelitian tindakan

kelas dapat disimpulkan bahwa Terjadi peningkatan perkembangan

kreativitas anak didik dari siklus I ke siklus II, peningkatan tersebut dapat

dilihat pada siklus I jumlah anak yang berkembang sesuai harapan dan

berkembang sangat baik/optimal sebanyak 10 orang atau 47,62 persen

meningkat pada siklus menjadi 17 orang atau 80,95 persen jumlah anak

yang berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik/optimal,

berarti terjadi peningkatan sebesar 33,33 % dari siklus I ke siklus II.5

Penelitian Maulidya Nur Dheana (2020) Peningkatan Kreativitas

Anak Melalui Penggunaan Media Bermain Plastisin Pada Anak Usia Dini

Kelompok B Al Lail Di Ra Masjid Al Azhar Permata Puri Ngaliyan

Semarang Tahun Ajaran 2019/2020 dapat dilihat Dari kondisi awal pada

pra siklus anak yang sudah berkembang sesuai harapan berjumlah 6 orang

atau 33,33%. Meningkat pada siklus I jumlah anak yang sudah

berkembang sesuai harapan dan anak yang berkembang sangat baik/

optimal berjumlah 12 anak atau 66,67% meningkat pada siklus II menjadi

83.3% atau anak yang terdiri dari 7 anak berkembang sesuai harapan dan 8

anak berkembang sangat baik / optimal.6

5
Sadariah ,” Meningkatkatkan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Media Plastisin Di Ra Al
Badar Salaka Kec. Pattallassang Kabupaten Takalar “, Skripsi(Makassar, Fakultas Tarbiyah dan
KeguruanUniversitas Islam Negeri Alauddin,2015)
6
Maulidya Nur Dheana, “ Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Penggunaan Media Plastisin Pada
Anak Usia Dini Kelompok B Al Lail Di RA Masjid Al Azhar Permata Putri”, Skripsi ( Semarang, Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo, 2020).

8
2. Landasan Teori

a. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Paul Torancce (1970), berpendapat sebagaimana dikutip

oleh (Mary Mayesky) suggest that creativity is the ability to

produce something novel, something with the stamp of uniqueness

upon it (mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan

untuk menghasilkan sesuatu yang baru, sesuatu dengan khas

keunikan di atasnya).7

Kreativitas berasal dari kata kreatif dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kreatif berarti memiliki kemampuan untuk

menciptakan. Jadi, kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau

keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin

dirumuskan secara tuntas. Kreativitas dapat didefinisikan dalam

beraneka ragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana

menyorotinya. Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari– hari

selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan

sesuatu yang baru, menemukan cara–cara pemecahan masalah

yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide–ide baru,

dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Dengan

mengembangkan daya kreativitas, daya cipta, dan juga daya

kemampuan berpikir anak dapat menjelajah ke dunia imajinasi dan

7
Mary Mayesky, Creative Activites And Curriculum For Young Children, (Usa: Cengage
Learning,2014), hlm.3.

9
memuaskan rasa ingin tahunya pada berbagai benda

dihadapannya.8

Menurut Solso, berpendapat sebagaimana dikutip oleh

(Novan dan Barnawi) kreativitas adalah aktivitas kognitif yang

menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau

situasi. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis

pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mungkin

mencakup pembentukan pola–pola baru dan gabungan informasi

yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta pencangkokan

hubungan lama kesituasi baru dan mungkin mencakup

pembentukan korelasi baru.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas

adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau

suatu kombinasi baru berdasarkan unsur– unsur yang telah ada

sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.

Kreativitas sangat penting dalam kehidupan dengan kreativitas kita

akan terdorong untuk mencoba bermacam cara dalam melakukan

sesuatu.

2. Ciri – Ciri Kreativitas

Proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui

masalah yang memacu pada macam perilaku kreatif sebagimana

dipaparkan oleh Parnes (dalam nursito : 2000) sebagai berikut :

8
Mursid, Belajar dan Pembelajaran Paud, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015),
hlm.153.

10
1) Kelancaran, yaitu kemampuan mengemukakan ide yang

serupa untuk memecahkan masalah. Flexibility

2) Keluwesan, yaitu kemampuan untuk menghasilkan

beberapa ide

3) Orisinalitas, yaitu kemampuan memberikan respons yang

unik

4) Elaborasi, yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide

secara terperinci untuk mewujudkan ide

Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah

memahami ciri–cirinya. Upaya menciptakan iklim yang kondusif

bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin dilakukan jika kita

memahami terlebih dahulu sifat–sifat kemampuan kreatif dan iklim

lingkungan yang mengitarinya.

Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang

memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya

perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental

sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif.

Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat

menghasilkan karya kreatif.

Sedangkan mengenai ciri kepribadian dengan potensi

kreatif dapat dikenal secara mudah melalui pengamatan ciri – ciri

yang dimiliki terutama dalam setiap pertemuan atau diskusi, ciri –

ciri tersebut, antara lain :

11
1) Mempunyai hasrat ingin mengetahui

2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

3) Panjang akal

4) Toleran terhadap perbedaan pendapat

5) Percaya diri dan mandiri

6) Kaya akan inisiatif

7) Senang mengajukan pertanyaan yang baik

Selanjutnya Ayan (2002) berpendapat sebagaimana dikutip

oleh ( Yeni dan Euis) melengkapi ciri kepribadian orang kreatif

dengan menambahkan beberapa karakteristik, sebagai berikut:

1) Antusias

2) Banyak akal

3) Berpikiran terbuka

4) Bersikap sopan

5) Cerdas

Ada beberapa aspek yang menunjang dari perilaku anak

sehari-hari yang dapat dipakai untuk mengetahui bakat-bakatnya,

diantaranya sebagai berikut:

1) Pengamatan yang cermat

2) Bahasa lingkungan

3) Rasa ingin tahu dan keuletan

4) semangat9

9
Mursid, Pengembangan Pembelajaran Paud, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2016),
hlm.170.

12
Dari karakteristik tersebut kita dapat melihat, betapa sangat

beragam kepribadian orang kreatif. Orang kreatif memiliki potensi

kepribadian yang positif dan negatif.10

3. Pengembangan Kreativitas

Cara mendidik dan mengasuh anak harus disesuaikan

dengan pribadi dan kecepatan masing-masing anak. Pengembangan

bakat dan kreativitas anak dapat diuraikan dengan pendekatan 4P

(pribadi, press, proses, dan produk).

1) Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang

unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan

produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, pendidik

hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat

peserta didiknya dan jangan mengharapkan semua peserta

melakukan dan menghasilkan hal-hal yang sama, atau

mempunyai minat yang sama. Guru hendaknya membantu anak

menemukan bakatbakatnya dan menghargainya.

2) Press atau Pendorong

Untuk perwujudan bakat kreatif anak diperlukan dorongan

dan dukungan dari lingkungan, yang berupa apresiasi,

dukungan, pemberian penghargaan pujian, insentif dan lain-

10
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak,
(Jakarta Kencana,2011), hlm.14-17.

13
lainnya. Dan dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri untuk

menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam

lingkungan yang mendukung tetapi juga dapat dihambat dalam

lingkungan yang tidak menunjang pengembangan bakat itu. Di

dalam keluarga di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan

maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan

dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau

kelompok individu. Banyak orang tua yang kurang menghargai

kegiatan kreatif anak mereka, yang lebih memprioritaskan

pencapaian prestasi akademis yang tinggi dan memperoleh

ranking di dalam kelas.

3) Proses

Kreativitas tidak dapat di wujudkan secara instan.

Pemunculan kreativitas diperlukan proses melalui pemberian

kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Yang penting

dalam memunculkan kegiatan kreatif adalah pemberian

kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan

eksperimen dalam rangka mewujudkan atau melakukan

berbagai kegiatan dalam rangka mewujudkan atau

mengekspresikan dirinya secara kreatif.

4) Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan

produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan

14
lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang

untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan)

kreatif. Dengan menemukan bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif

dengan menyediakan waktu dan sarana-prasarana yang

menggugah minat anak meskipun tidak perlu mahal, maka

produkproduk kreativitas anak dipastikan akan timbul. Yang

tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai

produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada

yang lain, missal dengan menunjukkan hasil karya anak. Hal

ini akan menggugah minat anak untuk berkreasi.11

4. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Sejak Dini

Kreativitas memiliki kepentingan yang besar bagi

kehidupan anak kelak dikemudian hari. Sebab di dalam jiwa

seorang anak yang kreatif memiliki nilai-nilai kreativitas yaitu

kreativitas memberi anak-anak kesenangan dan kepuasan pribadi

yang sangat besar penghargaan yang mempunyai pengaruh nyata

terhadap perkembangan kepribadiannya, menjadi kreatif penting

bagi anak kecil untuk menambah bumbu dalam permainannya

pusat kegiatan hidup mereka, jika kreativitas dapat membuat

permainan menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas,

ini sebaliknya akan menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial

yang baik., prestasi merupakan kepentingan utama dalam

11
Masganti, Dkk., Pengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini : Teori Dan Praktik
( Medan : Perdana Publishing , 2016), hlm.10-12.

15
penyesuaian hidup mereka, maka kreativitas membantu mereka

untuk mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi mereka

dan dipandang baik oleh orang yang berarti baginya akan menjadi

sumber kepuasan ego yang besar.

Masganti, dkk menekankan perlunya kreativitas dipupuk

sejak dini , disebabkan beberapa faktor dibawah ini :

1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan

perwujudan dari merupakan kebutuhan pokok pada tingkat

tertinggi dalam hidup manusia sebagaimana yang

dikembangkan oleh teori Maslow. Kreativitas merupakan

manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.

2) Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk

melihat bermacam–macam kemungkinan penyelesaian

terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang

sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam

pendidikan. Disekolah dasar terutama dilatih adalah

penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran.

3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi

diri pribadi dan lingkungan, tetapi berlebih juga

memberikan kepuasan kepada individu. Dan wawancara

terhadap tokoh–tokoh yang telah mendapat penghargaan

karena berhasil mencipta sesuatu yang bermakna, yaitu para

seniman, ilmuwan, dan para inventor, ternyata faktor

16
kepuasan ini amat berperan, bahkan lebih dari keuntungan

material semata– mata.

4) Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan

kulitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini,

kesejahteraan dan kejayaan masyrakat dan negara

bergantung pada sumbangan kreatif, baru ide baru,

penemuan baru, dan teknologi baru, untuk mencapai hal ini,

sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak

dini.12

5. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalampengembangan

kreativitas yaitu: pertama, memberikan rangsangan mental baik

pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana

psikologis. Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan

memudahkan anak untuk mengakses apa pun yang dilihat,

dipegang, didengar, dan dimainkan untuk pengembangan

kreativitasnnya. Perangsangan mental dan lingkungan kondusif

dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simultan otak kiri

dan kanan. Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan

kreativitas, artinya ketika kita ingin anak menjadi kreatif, maka

akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu

12
Masganti, Dkk., Pengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini : Teori Dan Praktik
( Medan : Perdana Publishing , 2016), hlm.25-28.

17
memberikan stimulasi yang tepat pada anak. Keempat, Peran serta

orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.13

b. Media Bermain Plastisin

1. Konsep dasar Media Plastisin

Menurut Sanggarang, Plastisin merupakan bahan yang

bentuknya hampir sama dengan tanah lempung sehingga dapat

dibentuk sesuai dengan keinginan. Plastisin mempunyai kandungan

minyak, sehingga tidak lengket ditangan. Sebagian orang

menyebut bahan ini dengan sebutan malam mainan. Plastisin

berfungsi untuk membuat model atau bentuk kerajinan. Seperti

bentuk hewan, pot bunga dan bentuk lainnya.14 Plastisin

merupakan bahan yang digunakan untuk bermain oleh anak-anak

di kelas. Plastisin memberikan pengalaman yang menyenangkan

dan memuaskan bagi anakanak, namun bukan hanya aktivitas

“bersenang-senang”. Melalui media ini, guru dapat menggunakan

sebagai pembelajaran awal dan sebagai salah satu cara untuk

mengobservasi perkembangan anak dalam berbagai area

perkembangan. Ismail mengatakan bahwa media plastisin dapat

melatih sekaligus mengembangkan kreativitas anak. Sebab,

dengannya anak dapat melakukan aktivitas eksplorasi dalam

membuat berbagai bentuk model secara bebas dan spontan media

13
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak,
(Jakarta : Kencana,2011), hlm.27.
14
1Sanggarang D.L, Membuat Kerajinan Berbahan Fiberglass , (Jakarta : Kawan Pustaka ,
2004), hlm.11.

18
plastisin merupakan bahan pokok untuk bermain anak usia dini

selain itu, plastisin juga memberikan pengalaman yang

menyenangkan dan memuaskan bagi anak. Kegiatan bermain

plastisin ini dilakukan dengan cara membentuk, mewarnai dan

sehingga menimbulkan bentuk. Media plastisin ini membuat anak

suka berkreasi sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya.

Anak dilatih untuk menggunakan imajinasi untuk membuat atau

menciptakan suatu bangunan atau benda sesuai dengan

khayalannya seperti angka, abjad, binatang dan lain-lain.15

2. Tujuan dan Manfaat Plastisin sebagai Media Pembelajaran Anak

Usia Dini

Tujuan dimanfaatkannya lingkungan alam dan budaya dalam

pembelajaran adalah:

1) Agar pembelajaran bisa lebih efektif, dengan lingkungan

yang sudah dikenal anak maka anak dapat menerima dan

menguasai dengan baik.

2) Agar pelajaran jadi relevan dengan kebutuhan siswa sesuai

dengan minat dan perkembangannya.

3) Agar lebih efisien murah dan terjangkau yakni dengan

menggunakan bahan alam, seperti lilin.

4) Karena pembelajaran yang disukai anak adalah melalui

bermain maka metode bermain dengan tanah liat sangat


15
Kartini dan Sujarwo, “Penggunaan Media Pembelajaran Plastisin untuk Meningkatkan
Kreativitas Anak Usia”, Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Vol. 1 , No. 2, tahun
2014), hlm.201.

19
tepat untuk langkah awal pembentukan kreativitas karena

diawali dengan proses melemaskan tanah liat dengan

meremas, merasakan, menggulung, memipihkan, dll.16

5) Meningkatkan kecerdasan motorik anak dan melatih

kecerdasan anak.17

3. Kelebihan dan Kekurangan Plastisin

1) Bahan sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk

dijadikan lahan pertanian.

2) Teksturnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah

dan kuat menyatu antara yang satu dengan lainnya.

3) Dalam keadaan kering, butiran bahan terpecah-pecah secara

halus.

4) Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan

tangan lainnya yang dalam pembuatannya harus dibakar

dengan suhu di atas 10000C.

5) Membangun daya imajinasi, koordinasi dan keseimbangan

motorik anak.

6) Melatih kreatifitas pada anak usia dini.

7) Membuat karya seni merupakan keriangan dengan proses

yang menarik.

16
Milla Anggamala Supriatna, ”Penggunaan Tanah Liat sebagai Media Pembelajaran
Pengenalan Bentuk Dasar Tiga Dimensi Bagi Pendidikan Anak Usia Dini”, Jurnal Cakrawala Dini,
( Vol. 5 No. 1, Mei 2014), hlm.49.
17
Umi Khomsiyatun, Dkk., Permainan Tradisiobal untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta :
Spektrum Nusantara , 2018), hlm.64.

20
8) Melatih ketekunan, kerapihan, dan kesabaran.18

4. Langkah – Langkah Pembelajaran dengan Media Plastisin

Sebagai permulaan guru menunjukkan benda konkrit untuk

diperlihatkan pada anak didik misalkan gelas dan piring, kemudian

guru membuat gelas dan piring dengan plastisin tanah liat sesuai

dengan contoh yang ada, kemudian anak diajarkan untuk membuat

yang sama dengan contoh atau membuat bentuk lain sesuka anak.

Guru membebaskan apapun yang dibuat anak, guru tidak boleh

membatasi atau menyalahkan apapun yang dibuat anak agar kreatif

mereka dapat berkembang. Sebaiknya belajar lilin/ plastisin

dilakukan di lantai daripada di bangku/ meja, sehingga anak

dengan leluasa berpindah tempat, dapat duduk dengan nyaman dan

dapat menikmati bermain plastisin tanah liat sesuai khayalan anak.

Untuk mengatasi kotornya plastisin anak menggunakan

celemek plastic dan disediakan tempat cuci tangan beserta lap agar

sewaktu pembelajaran selesai anak dengan mudah dapat segera

membersihkan tangannya.19

3. Kerangka Berfikir

Dalam pengamatan kami anak didik di PAUD IT Haer Tgh. Umar

Kelayu Desa Lenting, tahun pelajaran 2021/2022 pada semester genap,

kreativitas anak masih rendah, hal ini dapat terlihat ketika mengerjakan

18
Milla Anggamala Supriatna, ”Penggunaan Tanah Liat sebagai Media Pembelajaran
Pengenalan Bentuk Dasar Tiga Dimensi Bagi Pendidikan Anak Usia Dini”, Junal Cakrawala Dini,
( Vol. 5 No. 1, Mei 2014), hlm.49.
19
Umi Khomsiyatu, Dkk., Permainan Tradisiobal Untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta :
Spektrum Nusantara , 2018) , hlm.64.

21
tugas keterampilan apapun masih banyak terlihat anak yang hanya

mencontoh dan tidak berani / tidak mau mencoba menambah bentuk lain

dari contoh yang sudah ada. Selain itu anak didik banyak yang terlihat

bosan, mengantuk, kurang tertarik, dan bahkan ada yang main sendiri saat

mengerjakan ketrampilan seperti menggambar, mewarnai, menjiplak,

menggunting atau ketrampilan lainnya.

Perencanaan sumber belajar yang dilakukan oleh guru akan

memberikan manfaat apabila guru dapat menyiapkan dan memilih sumber

belajar yang sesuai dengan karakteristik, minat dan tujuan pembelajaran

anak yang hendak dicapai.

Dalam hal ini bermain plastisin akan lebih menarik minat anak

untuk meningkatkan kreativitas, karena anak bisa bermain tanpa rasa

bosan sehingga tujuan dapat tercapai.

Sehingga dengan menggunakan media bermain plastisin sangat

membantu anak untuk meningkatkan kreativitas

1. Kreativitas
rendah Dilakukan
Kondisi 2. Siswa tidak perbaikan dengan
Awal aktif PTK (Media
3. Hasil belajar Plastisin)
rendah

22
Kondisi
sudah 1. Siswa mulai aktif
meningkat, 2. Hasil belajar Siklus 1
ada meningkat namun 3x
perbaikan belum optimal pertemuan
tapi belum 3. Kreativitas sudah
maksimal meningkat namun
belum optimal

Terjadi perbaikan
Siklus II 1. Siswa sudah aktif
yang optimal
3x 2. Hasil belajar optimal
penelitian
pertemuan 3. Kreativitas optimal
berhenti

Gambar F.3 Bagan siklus I dan II

4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoretik yang dikemukakan di atas, maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah "Jika diterapkan media

plastisin maka kreativitas pada peserta didik kelompok B PAUD IT

Haer Tgh Umar Kelayu Desa Lenting smester genap tahun ajaran

2021/2022 dapat meningkat”.

G. Metode Penelitian

1. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tahun 2021/2022

semester genap ,pada tanggal, 17 Maret – 17 juni

2. Tempat Penelitian

23
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD IT Haer Tgh.

Umar Kelayu Desa Lenting, pada kelompok B. PAUD kami berdiri

pada tahun 2016, di bawah naungan Yayasan Tgh Umar kelayu.

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik di kelompok

B PAUD IT Haer Tgh. Umar Kelayu Desa Lenting, yang berjumlah 20

anak didik, dengan rincian anak laki – laki sejumlah 9 orang dan anak

perempuan sejumlah 11 orang, dan rentang usia berkisar antara 5 -6 tahun.

3. Sumber Data

Sumber data yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sumber

data langsung melalui wawancara kepada siswa dan sumber data tidak

langsung, yang didapat dari observasi / pengamatan kepada siswa /

dokumen hasil karya siswa.

4. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk

mengelola data yang telah dikumpulkan .Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Pengamatan (Observasi) merupakan metode pengumpulan data


yang digunakan dengan cara mengamati langsung objek penelitian.
Data yang diamati adalah data tentang situasi pembelajaran pada saat
diadakannya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media
plastisin.

Tabel G.4.1

Lembar Observasi Kreativitas Anak

24
Kriteria
penilaian
No Indikator Ket

1 Keterampilan membuat bentuk


2 Kerapian membuat bentuk
3 Kemampuan untuk menambahkan
bentuk lain pada bentuk yang ada
4 Komposisi atau bentuk yang
proporsional dan menarik

Keterangan :

Symbol artinya anak berkembang sangat baik / optimal

symbol artinya anak berkembang sesuai harapan

symbol artinya anak mulai berkembang

symbol artinya anak belum berkembang

Tabel G.4.2

Lembar Observasi Keterlibatan Anak

No Aspek yang diamati Ya Tidak


1 Anak mampu mengikuti instruksi guru
selama proses kegiatan pembelajaran
2 Keterlibatan anak selama proses
pembelajaran
3 Keaktifan anak selama proses
pembelajaran
4 Perhatian / ketertarikan anak selama proses
pembelajaran
Tabel G.4.3

LEMBAR OBSERVASI GURU KELAS


KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

Indikator Ya Tidak

25
A. PEMBUKAAN
1. Menentukan media pembelajaran
2. Menyusun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran
3. Apresiasi dalam pembelajaran sesuai tema
4. Menyiapkan alat penilaian

B. INTI
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara
individu, kelompok, dan klasikal
2. Menggunakan media pembelajaran

3. Melakukan komunikasi secara efektif dengan


anak didik
4. Membantu menumbuhkan kepercayaan diri
anak didik
5. Berorientasi pada kebutuhan anak didik

C. PENUTUP
1. Melaksanakan penilaian pada saat
pembelajaran
2. Melaksanakan penilaian pada akhir
pembelajaran
3. Mengulas kegiatan hari ini
4. Menyampaikan pesan pada pembelajaran
hari ini

b. Dokumentasi

Yaitu berupa alat yang dapat mendukung data yang dibutuhkan,

peneliti menggunakan beberapa alat dokumentasi antara lain:

portofolio anak, catatan anekdot record anak didik. Catatan anekdot

anak didik dapat dijadikan kriteria pembanding lainnya, di samping

kondisi, perbuatan atau performan yang ada.

5. Validasi Data

26
Validasi data penelitian merupakan bagian yang penting yang

terdapat pada sejumlah metode penelitian, baik itu merupakan metode

kualitatif maupun metode kuantitatif.

6. Analisis Data

Data tentang hasil penelitian pengamat dan aktivitas-aktivitas

peserta didik dianalisis secara kualitatif, sedangkan data tentang

Pengamatan kreativitas peserta didik dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan rumus Presentase. Sudijono (2003:40) yaitu :

% = 𝑓 𝑛 x 100%

Ket :

% : Persentase

f : Frekuensi

n : Jumlah Siswa20

Teknik penilaian berpedoman pada Ditjen PAUD dan Dikmas

(2015) pedoman penilaian dengan menggunakan lambang bintang (*)

apabila anak berkembang sangat baik/optimal diberi nilai (****), apabila

berkembang sesuai harapan diberi nilai (***), apabila anak mulai

berkembang diberi nilai (**) dan apabila anak belum berkembang (*).21

Data tersebut di interpretasikan ke dalam empat tingkatan, yaitu :

kriteria baik ( 76%-100%), kriteria cukup (56%- 75%), kriteria kurang

baik ( 45%-55%) , kriteria tidak baik kurang dari 40%.

7. Indikator Kinerja
20
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Press, 2003), hlm.40.
21
Ditjen PAUD dan Dikmas , penilaian pembelajaran pendidikan anak usia dini , (Jakarta :
direktorat pembinaan pendidikan anak usia dini , 2015 ), hlm.5-6

27
Tindakan berhasil ketika presentase dari keseluruhan diperoleh

pada penerapan metode bermain plastisin dalam meningkatkan kreativitas

anak dilihat dari keterangan sangat baik atau berhasil mencapai 70% dari

hasil tes.

8. Prosedur Penelitian

Dari berbagai desain penelitian yang ada peneliti menggunakan

prosedur adalah sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti menentukan langkah – langkah

pengembangan seperti :

1) Bekerjasama bersama observer menetapkan urutan materi

pembelajaran dan cakupannya.

2) Membuat dan melengkapi alat peraga

3) Menetapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini

menggunakan media plastisin dari tanah liat

4) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktifitas anak

didik, aktifitas guru dan kegiatan pembelajaran

5) Mendesain alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

6) Mengubah letak pembelajaran yang tadinya di kelas menjadi di

ruang terbuka.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

28
Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan yang telah direncanakan. Guru melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah

ditetapkan bersama pengembang. Pelaksanaan tindakan selengkapnya

sebagai berikut:

a. Tahap Pengamatan / Observasi

Pada tahap ini tim observasi / pengamat melakukan

observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan

lembar observasi kreativitas anak. Disamping observasi kreativitas

anak, peneliti menggunakan observasi keterlibatan anak yang

digunakan kepada anak didik untuk mengetahui hambatan yang

dialami anak didik selama proses pembelajaran berlangsung, dan

untuk mengetahui kemampuan anak dalam membuat berbagai

macam bentuk sesuai dengan keinginan anak.

b. Tahap Refleksi

Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi

diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada

tahap ini, tim observer dan guru berusaha untuk dapat mengetahui

kemampuan anak didik dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

Hasil tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

berikutnya.

Adapun langkah – langkah dalam refleksi tindakan yaitu

diantaranya langkah pertama merinci dan menganalisis efektifitas

29
pembelajaran yang didasarkan pada hasil diskusi antara tim

observer terhadapa hasil observasi aktifitas anak didik, data hasil

observasi guru, serta hambatan yang dihadapi guru, minat /

ketertarikan belajar anak terhadap permainan plastisin tanah liat

dalam membuat macam bentuk peralatan rumah tangga.

Langkah kedua mengidentifikasi permasalahan yang sudah

dan belum terpecahkan atau yang muncul selama pembelajaran

berlangsung, dengan mengajukan pertanyaan refleksi terhadap

komponen Kegiatan Belajar Mengajar / KBM seperti :

1. Apakah anak didik sudah memahami macam – macam bentuk

Misalkan bentuk peralatan rumah tangga yang sering dijumpai

anak didik?

2. Apakah guru sudah berperan sesuai dengan yang telah

direncanakan, misalnya sebagai fasilitator, mediator,

motivator?

Langkah ketiga yaitu menentukan tindak lanjut dengan cara

merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil refleksi yang

direncanakan secara kolaborasi antara guru dan tim observer.

H. Jadwal Penelitian

Pelaksanaan tindakan penelitian diatur berdasarkan jadwal sebagaimana

terlihat pada tabel berikut :

30
Tabel H.1

Jadwal kegiatan PTK

Kriteria penilaian
N Indikator Mei Juni Juli Agustus
o
Minggu ke: Minggu ke: Minggu Minggu
ke: ke:
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Konsultasi judul x

2 Konsultasi dan x
penyusunan
proposal penelitian
3 Penyerahan x x
proposal penelitian
kepada
pembimbing
4 Perbaikan /revisi x x
proposal penelitian

31
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Rajawali Press,

2013

Ditjen PAUD dan Dikmas, Penilaian Pembelajaran Pendidikan anak Usia

Dini, Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,

2015

Kartini dan Sujarwo, Penggunaan Media Pembelajaran Plastisin untuk

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia, Jurnal Pendidikan dan

Pemberdayaan Masyarakat, (Vol. 1 , No. 2, tahun 2014),

Mary Mayesky, Creative Activites And Curriculum For Young Children,

Usa: Cengage Learning,2014

Masganti, Dkk., Pengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini : Teori Dan

Praktik, Medan : Perdana Publishing , 2016.

Maulidya Nur Dheana, Peningkatan Kreativitas Anak Melalui

Penggunaan Media Plastisin Pada Anak Usia Dini Kelompok B Al

Lail Di RA Masjid Al Azhar Permata Putri, Skripsi ( Semarang,

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Walisongo), 2020

Milla Anggamala Supriatna, Penggunaan Tanah Liat sebagai Media

Pembelajaran Pengenalan Bentuk Dasar Tiga Dimensi Bagi

Pendidikan Anak Usia Dini, Junal Cakrawala Dini, ( Vol. 5 No.

1, Mei 2014), hlm.49.

32
Mursid, Belajar dan Pembelajaran Paud, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2015

Mursid, Pengembangan Pembelajaran Paud, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2016

Sadariah, Meningkatkatkan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Media

Plastisin Di Ra Al Badar Salaka Kec. Pattallassang Kabupaten

Takalar, Skripsi (Makassar : Fakultas Tarbiyah dan

KeguruanUniversitas Islam Negeri Alauddin) 2015

Sanggarang D.L, Membuat Kerajinan Berbahan Fiberglass ,Jakarta :

Kawan Pustaka , 2004

Siti Rochayah, “ Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Metode Bermain

Plastisin Pada Siswa Kelompok B Tk Masytoh 02 Kawungaten

Cilacap”, Skripsi ( Purwokerto : Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ) 2012

Umi Khomsiyatun, Dkk., Permainan Tradisiobal untuk Anak Usia Dini,

Yogyakarta : Spektrum Nusantara , 2018

Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional,

pasal 28, ayat 1

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas

Pada Anak, Jakarta : Kencana,2011

33

Anda mungkin juga menyukai