Anda di halaman 1dari 25

KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR (Kupu-kupu) pada kelompok B


Di RA Perwanida Banyuwangi

I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak
memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia ini merupakan
golden age (usia emas) yang didalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Masa
peka merupakan suatu masa yang menuntut perkembangan anak perkembangan anak
dikembangkan secara optimal. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan
kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam
pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan di kelompok B RA Perwanida Banyuwangi.Penulis
menemukan adanya masalah yaitu rendahnya minat anak didik belajar berhitung dengan benda –
benda yang ada di lingkungan, lebih menyukai pembelajaran mewarnai, motorik halus dan
bermain di luar.
Dengan memberikan motifasi kepada anak karena motifasi merupakan proses internal
yang mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku anak secara terus menerus. Contoh
motifasi Intrinsik adalah rasa ingin tahu anak untuk menghitung benda yang ada di sekitarnya,
sehingga anak mau mengulangi apa yang sudah dipelajari.
Pembelajaran berhitung dengan benda – benda, menggunakan alat yang sederhana. Para
pendidik menggunakan media yang ada di dalam lingkungan sekolah misalnya pensil, kapur,
buku, jepitan baju. Hal ini membuat anak merasa bosan.
Di dalam persiapan menyususn model pembelajaran berhitung ini disesuaikan dengan
karakteristik anak, perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan lingkungan sekitar dan
ketersediaan saran dan prasarana pendidikan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran.
Kegiatan berhitung ini untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk
menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari –
hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Dari ketidak berhasilan tersebut guru berupaya untuk menuntaskan pembelajaran dalam
berhitung dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berhitung  Melalui Permainan Kupu-kupu Pada Anak Kelompok B di RA
Perwanida Banyuwangi”, sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa, yang berdampak positif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

B.     Perumusan Masalah


Dengan adanya faktor – faktor di atas, untuk meningkatkan minat anak dalam
pembelajaran. Penulis melanjutkan diskusi dengan teman sejawat sehingga dapat diperoleh
rumusan masalah yaitu:
a.       Apakah alat peraga yang digunakan sudah sesuai dengan tingkat perkembangan anak?
b.      Apakah guru sudah menggunakan alat peraga dengan baik sesuai dengan minat anak?

C.    Rencana Pemecahan Masalah


Untuk mengoptimalkan kegiatan dalam menumbuhkembangkan keterampilan berhitung
maka penulis mengaplikasikan permainan yang nantinya akan disenangi anak yaitu permainan
ikan. Sebab dengan cara memberi alat permainanlah anak akan tertarik dengan materi yang
diberikan guru. Permainan ikan merupakan sejenis permainan yang melibatkan benda yang
berbentuk menyerupai ikan yang mampu menarik minat anak untuk berimajinasi sambil bermain
matematika seperti penambahan dan pengurangan. Anak tidak akan merasa jenuh atau bosan
dengan kegiatan ini sebab permainan ini menggunakan air yang pada dasarnya setiap anak
menyenangi kegiatan yang berhubungan dengan air.

D.    Tujuan Penelitian   


Secara umum penulisan laporan ini bertujuan untuk mengembangkan metode
pembelajaran agar peserta didik mengenal hitungan denga mudah.Sedangkan tujuan khusus yang
ingin dicapai penulis dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah:
1.      Meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung melalui permainan ikan.
2.      Anak dapat berfikir logis dan sistematis.
3.      Memotivasi anak untuk mengenal konsep bilangan dengan benar.
                                                                                       
E.     Manfaat Penelitian
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan perbaikkan pembelajaran,
banyak sekali manfaatnya bagi anak TK, guru dan sekolah.
1.      Manfaat bagi anak TK:
a.       Dapat belajar berhitung pemulaan dari berbagai media atau alat peraga.
b.      Meningkatkan inisiatif anak untuk belajar berhitung permulaan melalui kegiatan bermain sambil
belajar.
c.       Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan benda-benda dengan lambing
bilangannya.

2.      Manfaat bagi guru:


a.       Menambah wawasan tentang rangsangan yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berhitung
permmulaan.
b.      Menambah pengetahuan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat
dalam menyampaikan materi berhitung.
c.        Mampu melakukan perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi kemampuan siswa.
3.      Manfaat bagi sekolah:
a.       Dapat menambah wawasan bagaimana memfasilitasi anak yang ada hubungannya dengan
kemampuan leognitif anak usia TK.
b.      Memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang membuat inovasi baru.
c.       Masyarakat akan lebih percaya dan mendukung sekolah karena mutunya sangat bagus.

II.    LANDASAN TEORI


A.    Landasan Berhitung
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di TK adalah sebagai
berikut:
1.      Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak.
Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.
Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri. Anak usia
TK berada pada tahapan pre-operasional kongret dan berfikir intuitif dimana anak maupun
mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda – benda didasarkan pada interprestasi dan
pengalamannya ( persepsi sendiri).

2.      Masa Peka Berhitung Pada Anak.


Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah
menunjukkan masa peka ( kematangan ) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus
tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat
terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung
yang optimal. Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di
jalur matematika, karena anak TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari
lingkungan.
Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50 % dan potensi intelektual anak sudah
terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80 % pada usia 8 tahun.
3.      Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya.
Hurlock ( 1993 ) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak
merupakan peletak dasar bagi perkembangan selajutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk
meningkatkan perkembangan mental adalah melalui pengalaman – pengalaman aktif dengan
menggunakan benda-benda disekitarnya. Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai
keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya.
Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar ( learning to learn )
yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan ditingkat pendidikan
selanjutnya. Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak maupun membaca, menulis dan
berhitung tetapi merupakan cara belajar mendasar yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi
untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan
percaya diri) melatih kedisiplinan, keberminatan, inisiatif dan apresiatif. 
Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan diatas. Permainan berhitung di
TK seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu:
1)      Penguasaan Konsep.
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa
kongkret.
2)       Masa Transisi.
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dan pemahaman kongkrit itu masih ada
dan mulai di kenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai
dengan tingkat perkembangan anak yang secara individual berbeda.
3)      Lambang
Merupakan visualisasi dan beberapa konsep, misalnya lambang 7 untuk
menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk
menggambarkan konsep ruang dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.

Konsep berhitung seperti apa yang harus di kenalkan pada anak? Pada anak usia pra-
sekolah, matematika hanya pengalaman dan bentuk penguasaan. Ikutilah konsep yang harus
diperkenalkan pada anak dengan memulai:
1.      Korespondensi, satu – satu.
Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana.
Contoh: satu buku, satu pensil, satu bola dan seterusnya.
2.      Pola.
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu
memperkirakan urutan berikutnya.Setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan.

3.      Memilih atau klasifikasi.


Anak belajar klasisfikasi materibpengelompokan berdasarkan bentuk, ukuran, warna dan lain-
lain.
4.      Membilang.
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka yang akan membantu
pemahaman anak tentang arti sebuah angka. Contoh: 1 2 3 4 5 ……..dst.
5.      Makna Angka dan Pengenalannya.
Setiap angka memiliki makna dan benda-benda atau simbol-simbol angka dan
gambar

berikut adalah:  = 2 ikan


=  3 ikan, dst

6.      Bentuk.
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama / tidak sama, besar-kecil, panjang-pendek.
7.      Ukuran.
Anak perlu pengalaman akan mengukur benda meliputi    berat, isi, panjang dengan cara
mengukur langsung sehingga proses menemukan.
8.      Waktu dan ruang.
Dua hal ini merupakan bagian dari kehidupan sehari -hari.
Contoh:
         Waktu: 1 hari, 2 hari.
         Ruang: sempit, luas.

9.      Penambahan dan pengurangan.


Dua hal ini dapat dikenalkan pada pra-sekolah dengan memanipulasi benda:

Contoh penambahan:
       
+                            

       
            2              +         2           =                    4

Contoh pengurangan:

    -           -           =

                          
                            4       -        1       =               3

Kecerdasan matematis-logis adalan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan


melakukan penalaran benar. Kemampuan ini meliputi kemampuan menyelesaikan masalah,
mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran
( Armstrong,1999 ).
Lobus parietal adalah pusat sensorik, dengan rasa, seseorang dapat meraskan tangan,
kaki, kepala, serta mengetahui posisi diri dalam ruang, seperti kanan – kiri, depan – belakang.
Inilah yang menjadi dasar pengertian yang sangat diperlukan dalam berhitung, penulisan
bulangan, dan bentuk geometri ( Markam, 2003 ).
Pengembangan matematika permulaan yaitu :
1.      Mengklasifikasi benda.
Kita dapat meminta anak untuk mengelompokkan benda berdasarkan ciri-  ciri tertentu.
2.      Membuat pola.
Merangkai sesuatu benda yang disusun berulang – ulang.
3.      Mengenali konsep angka ( mengenali arti angka, menghitung, konsponden satu – satu ).
4.      Kegiatan mengukur.
5.      Mengenal bentuk geometri.
Pengalaman langsung anak-anak dengan bahan-bahan yang berkaitan dengan
matematika mempunyai banyak manfaat  ( pratl, 1995 ). Dengan menggunakan manipulasi
kecerdikan mendorong anak-anak untuk berfikir dan bereaksi menghitung benda-benda
dilingkungan mereka.
Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak usia diri adalah
pengembangan kepekaan pada bilangan. Berarti lebih dari sekedar menghitung. Kepekaan
bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu
(Gelman, 1998).
Ketika kepekaan terhadap bilangan anak – anak berkembang, mereka menjadi semakin
tertarik pada hitung – menghitung, menghitung ini menjadi landasan bagi pererjaan diri anak –
anak dengan bilangan (NCTM, 2000).

B.     Karakteristik Anak Taman Kanak-Kanak


Menurut ( Hartati, 2005 ) untuk menunjang perkembangan anak harus diketahui berbagai
ciri khas atau karakteristik anak didik tersebut yaitu:                           
1)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala
sesuatu yang terjadi di sekelilingnya.Pada masa bayi sering memasukan benda pada mulutnya. Di
usia 3-4 tahun sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa  ingin tahunya.
2)       Merupakan pribadi yang unik.
Setiap anak meskipun kembar memiliki keunikan masing-masing. Misalnya dalam hal
gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.keunikan dapat berasal dari factor genetis atau
berasal dari lingkunganya, sehingga keunikan setiap anak dapat terakomodir dengan baik.
3)       Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan
yang sudah ada dari dalam dirinya 
Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau kejadian tanpa didukung
adanya data yang nyata ( ayah bunda, 1992). Salah satu imajinasi anak dapat berupa orang ,
hewan, atau benda yang diciptakan dalam khyalan untuk berperan sebagai seorang teman
( harlock,1993).
4)      Masa Paling Potensi Untuk Belajar.
Anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang   pesat pada berbagai
aspek serta menjadi masa yang paling peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu.
Peneliti ( galahue, 1993 ) menyatakan bahwa usia pra sekolah merupakan waktu yang paling
optimal untuk perkembangan motorik anak.
5)      Menunjukkan Sikap Egosentris.
Sikap egosentris artinya anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari
sudut pandangnya sendiri. Anak yang egosentis lebih banyak berfikir dan berbicara tentang diri
sendiri dari pada orang lain dan tindakannya bertujuan menguntungkan dirinya. (Harlock, 1993).
6)       Memiliki Rentang DayaKonsentrasi Yang Pendek.

Anak usia dini cepat sekali berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain. Di usia
ini anak mulai suka bergaul dan bermain dengan teman – teman sebayanya. Bermain Merupakan
Dunia Masa Kanak – Kanak Bermain bagi anak merupakan proses mempersiapkan diri untuk
masuk ke dalam dunia orang dewasa.

C.    Bermain Dan Alat Permainan


1.      Pengertian bermain
Prinsip barmain di TK adalah bermain sambil belajar.Ketika bermain anak
mengekspresikan diri dengan bebas tanpa merasakan paksaan. Mayke ( 1993 ) menyatakan
bahawa belajar dengan bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasai,
mempraktekkan konsep serta pengertian yang tidak terkira banyaknya.
Dalam kegiatan bermain anak menggunakan seluruh panca indranya, penglihatan, suara,
rasa dan yang akan mempercepat kualitas hubungan anak. Karena anak usia TK belajar dalam
situasi holistic dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, maka jenis, bentuk, ukuran serta
kepentingan kegiatan pendidikan bagi anak. Ini berarti dalam memilih alat-alat bermain harus
disesuaikan dengan umur, minat serta taraf pekembangan fisik dan psikis anak didik. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih alat peraga adalah:
a.       Alat bermain hendaknya multiguna artinya alat tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan yang lain.
b.      Alat bermain dapat menimbulkan kreatifitas, daya imajinasi dan daya khayal.
c.       Alat bermain disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan anak.
Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek – aspek
tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam
bermain ( Dworetzky, 1990 : 395 – 396 ) yaitu :
a.       Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain di motivasi dari dalam diri anak. Pengaruh positif
tingkah laku itu menyenangkan untuk dilakukan.
b.      Bukan dikerjakan sambil lalu. karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya,
melainkan lebih bersifat pura – pura.
c.       Cara / tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada
tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan.
d.      Kelenturan. Bermain itu perlu yang lentur. Kelenturan di tunjukkan baik dalam bentuk maupun
dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.

2.      Fungsi bermain


Fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi
perkembangan kognitif dan sosial.
Langkah - langkah sikap yang baik ketika anak bermain adalah :
a.       Jangan di ganggu.
b.      Memberi kesempatan yang cukup.
c.       Memberi ruang yang cukup.
d.      Memberi kesempatan bermain dengan kreatif.
e.       Materi mudah dibentuk dengan ber ubah-ubah.
f.       Tambahkan dimensi kerja.

3.      Alat Permainan


a.       Pengertian Alat Permainan.
Pengertian alat permainan semua alat permainan yang digunakan anak untuk memenuhi
naluri bermainnya. Peralatan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan anak. Macam alat
permainan sebagai pelengkap untuk bermain sangat beragam. Ada yang bersifat bongkar pasang,
mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, mengetok,
menyempurnakan suatu desain, menyusun suatu bentuk utuhnya dan lain-lain. Sewaktu bermain
dengan alat permainan anak akan mendapatkan masukan pengetahuan untuk ia ingat.
b.      Fungsi Alat Permainan.
Fungsi alat permainan adalah untuk mengenal lingkungan dan juga mengajar anak
mengenal kekuatan maupun kelemahan dirinya. Dengan alat permainan anak akan melakukan
kegiatan yan jelas dan menyenangkan ini juga akan meningkatkan sel otaknya dan menyuburkan
proses pembelajaran.
c.       Macam-macam Permainan.
Permainan dapat di bedakan sebagai berikut:
1)      Permainan gerak.
2)      Permainan fantasi.
3)      Permainan menerima.
4)      Permainan bentuk.

D.    Kerangka Pikir

REFLEKSI AWAL

Dengan Media Yang Monoton


Kemampuan Berhitung

Tidak Optimal
Pemecahan Masalah:
Permainan Ikan

Perencanaan :                Pelaksanaan              Pengamatan                    Refleksi


-          RPP                         Tindakan

-          Media

-          Instrumen
 
Peningkatan   kemampuan berhitung

E.     Hipotesis Tindakan


Permainan ikan dapat meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik di
TK..................... Kab.Pati.

III. METODE PENELITIAN


A.    Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajr siswa menjadi
meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.

B.     Latar Penelitian


Latar penelitian ini adalah TKM KHADIJAH 1 BANYUWANGI kabupaten
Banyuwangi i ini mempunyai 3 kelas yaitu TK A, B1, B2, . Kelompok B2  yang terdiri dari 7
siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.

C.    Waktu Dan Tempat Penelitian


1.      Waktu penelitian.
Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2011 / 2012.
         Pra siklus   :        Desember 2013
         Siklus I      :        Desember 2013
         Siklus II    :        Desember 2013
2.      Tempat penelitian.
TKM KHADIJAH 1 BANYUWANGI

D.    Perencanaan Tindakan


Sebelum melakukan perbaikan disetiap siklusnya, peneliti menyiapkan dan
merencanakan kegiatan yang dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan
tahapan sebagai berikut :
SIKLUS I
Skenario Pembelajaran
1.      Menggunakan alat peraga bentuk ikan dari kardus.
2.      Guru mendemonstrasikan cara-cara berhitung dengan bentuk ikan dari kardus.
3.      Anak disuruh menghitung bentuk ikan dari kardus.
4.      Guru memberi bimbingan pada anak yang belum mampu berhitung dengan bentuk ikan tersebut .
5.      Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.

SIKLUS II
Skenario Pembelajaran
1.      Dengan prinsip bermain sambil belajar anak diajak mengurutkan bilangan 1-10 dengan bentuk
ikan dari kayu yang berangka .
2.      Anak mendengarkan petunjuk dan penjelasan guru dengan tertib.
3.      Dengan metode pemberian tugas anak melaksanakan tugas secara mandiri.
4.      Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.
5.      Guru memberi penguatan pada anak yang sudah berhasil dan  membantu anak yang belum
mampu.

E.     Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas( PTK) dilakukan
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

SIKLUS I
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Perbaikan        : bidang pengembangan kognitif 38.
Kegiatan          : membilang bilangan 1-10 dengan konsep benda.
1.      Pada kegiatan awal  berdo’a bersama,salam.
Guru bertanya tentang keadaan siswa :
a)      Benda apa saja yang ada di lingkungan sekolah ?
b)      Dapatkah  menyebutkan bendanya?
c)      Siapa yang menciptakan ?
2.    Guru menunjukan alat peraga untuk pembelajaran hari itu.
3.    Guru menunjukan bentuk ikan dari kardus berangka.
4.    Guru mendemonstrasikan cara membilang bilangan 1-10 dengan bentuk ikan.
5.    Guru meminta anak melaksanakan kegiatan membilang satu persatu tanpa ada terlewatkan.
6.    Anak melaksanakan tugas dan yang mengalami kesulitan guru mengadakan pendekatan dan
memberi motivasi.
SIKLUS II
Perbaikan        : bidang pengembangan kognitif 33.
Kegiatan          : mengurutkan bilangan 1-10 dengan benda.
1.      Kegiatan awal berdo’a salam dan Tanya jawab kepada anak.
2.      Guru memperkenalkan sejumlah bentuk ikan,dengan bermacam ukuran yang berbeda.
3.      Guru memasang papan planel dan anak-anak memperhatikan.
4.      Guru mengajak bilangan yang ada pada bentuk ikan dan anak–anak disuruh menempelkan pada
papan planel dengan urut setelah itu diberi jumlah benda yang sesuai urutan bilanganya.
5.      Demikian kegiatan dilaksanakan secara klasikal dan individu.
6.      Guru menanyakan pada anak, apakah anak-anak sudah jelas dengan kegiatan ini ?
7.      Guru memberi pendekatan pada anak yang kurang mampu dan kurang jelas dalam melaksanakan
kegiatan tersebut.
8.      Guru memberi penguatan pada anak yang berhasil.

F.     Observasi Dan Evaluasi


Pada tahap ini, pengamat dengan bantuan teman sejawat mengamati semua proses
kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada lembar observasi. Hal-hal yang perlu diamati
adalah sebagai berikut :
1.      Persiapan sarana.
2.      Pengusaan materi.
3.      Pemanfaatan dan penggunaan alat peraga.
4.      Keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan.
5.      Keaktifan siswa dalam Tanya jawab dan diskusi.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi sehingga
diperoleh hasil dari pengamatan tersebut berupa data yang nantinya akan dianalisis sehingga
peneliti dapat melakukan tindakan perbaikan di siklus berikutnya.

G.    Refleksi
Dalam refleksi, peneliti bersama teman sejawat telah mengadakan pengamatan,
mengadakan diskusi mengenai hasil penerapan yang sudah dilaksanakan. Jika ada kegagalan
harus ada penjelasan secara konkret. Data, informasi dan penjelasan ini sangat bermanfaat untuk
melaksanakan tindakan berikutnya apabila hasilnya belum signifikan. Hasil kerja kolaborasi
dalam kegiatan ini sebagai bahan untuk menyusun tindakan berikutnya dalam siklus II,dst.

H.    Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau
pemberian tugas.

1.      Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung
terhadap sikap  perilaku guru dan anak.
2.      Penugasan atau pemberian tugas
Tugas yang diberikan dapat diberikan secara perseorangan atau secara kelompok.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti proses 
belajar mengajar atau menerima materi (Diah Harwanti, 1994;160).
I.       Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari nontes berupa hasil wawancara yang berupa hasi berbicara
peserta didik. Data kualitatif  berupa informasi yang berisi kalimat yang memberikan gambaran
tentang tingkat pemahaman peserta didik mengenai ketrampilan berbicara.
J.      Jadwal Penelitian

Bulan Ke:
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PERSIAPAN
1 Menyusun konsep perencaan
Menyusun Instrumen
PELAKSANAAN
Melakukan Tindakan Siklus I
2 Melakukan Tindakan Siklus II
Melakukan Tindakan Siklus
III,dst
PENYUSUNAN LAPORAN
3 Menyusun konsep laporan
Penyempurnaan laporan

K.    Sistematika Skripsi


Halaman Sampul
Abstrak
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

BAB I             PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah
C.     Tujuan Penelitian
D.    Hipotesis Tindakan
BAB II                        KAJIAN PUSTAKA
A.    Konsep Teori
B.     Penelitian Terdahulu
C.     Indikator Kinerja
D.    Hipotesis Tindakan
BAB III          METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
B.     Latar Penelitian
C.     Perencanaan Tindakan
D.    Pelaksanaan Tindakan
E.     Observasi Dan Evaluasi
F.      Refleksi
G.    Teknik Pegumpulan Data
H.    Teknik Analisis Data
BAB IV          HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Latar Penelitian
B.     Hasil Penelitian
C.     Pembahasan
BAB V            PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan  .Jakarta : Rineka Cipta

Anggani, Sudono, MA.1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK.Jakarta :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Carol See Feldt dan Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak usia Dini  .Cetakan 1.Di
cetak dan dijilid di Indonesia Oleh PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Catharina Tri Ani. 2004 Psikologi Belajar.Semarang : UPT UNES Press

IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta :

Martini Jamaris. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Taman Kanak- kanak.
Jakarta. PPS Universitas Negeri.Jakarta :

Moeslichatoen, R. 1999.Metode Pengajaran di Taman Kanak – kanak.Jakarta :Rineka

Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-


Kanak.Jakarta:Departement Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak
dan Sekolah Dasar.

Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif.Jakarta :


Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat
Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.

Siti Aisyah, DKK.2008.  Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Sugiono. 2005. Jakarta : Metode Penelitian Pendidikan . jilid 1.


Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Pengembangan KecerdasanMajemuk.Jakarta : Universitas
Terbuka
Udin S. Winataputra, dkk. 2007 Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Universitas
Terbuka
Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis. 2008  Metode Pengembangan Prilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta :  Universitas Terbuka.

PTK 7

    Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan

        Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B di TKM KHADIJAH 1 BANYUWANGI

        Islam Pasuruan


A.    Latar Belakang Masalah

1.    Pembelajaran masih berpusat pada guru, anak kurang diberi kesempatan untuk membangun
sendiri pengetahuannya tentang sesuatu hal.

2.    Guru lebih banyak ceramah, sehingga pembelajaran kurang bermakna, pengetahuan yang
didapat anak tidak dapat bertahan lama dari ingatannya.

B.    Rumusan Masalah

1.    Bagaimana penerapan metode eksperimen melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan


tanaman yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B di TKM KHADIJAH
1 BANYUWANGI
2.    Apakah terdapat peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B di TKM KHADIJAH 1
BANYUWANGI, setelah dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen melalui
kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman?

C.    Rumusan Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan tujuan penelitian adalah untuk
mendeskripsikan :
1.    Penerapan metode eksperimen melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman dalam
meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B di TKM KHADIJAH 1 BANYUWANGI
2.    Peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Islam Pasuruan setelah
dibelajarkan dengan metode eksperiman melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman.

D.    Rumusan  Hipotesis Tindakan

Rumusan Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah:

Jika diterapkan metode eksperiman melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman, maka
dapat meningkatkan kemampuan kogintif anak kelompok B di TKM KHADIJAH 1
BANYUWANGI

E.    Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil  penelitian tentang penerapan metode eksperimen melalui kegiatan
pengamatan pertumbuhan tanaman dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B
di TK Islam Pasuruan ini akan memberikan sumbangan pada khasanah ilmu pengetahuan tentang
pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Secara praktis dalam proses pelaksanaan PTK berlangsung
akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelompok B di TKM
KHADIJAH 1 BANYUWANGI sedangkan bagi anak kelompok B diperkirakan akan mendapat
hasil yaitu kemampuan kognitif anak akan meningkat.

F.    Kajian Pustaka

1.    Anak Usia Dini

a.    Pengertian anak usia dini

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa anak usia dini adalah anak yang sejak lahir sampai 6 tahun (Depdiknas, 2003).

b.    Karakteristik anak usia dini

Karakteristik anak usia dini yang khas tersebut seperti dikemukakan oleh Richard D. Kellough
(dalam Hartati, 2005) adalah sebagai berikut :
(1)anak itu bersifat egosentris;
(2) Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar;
(3) Anak adalah makluk sosial;
(4) Anak bersifat unik;
(5) Anak umumnya kaya dengan fantasi;
(6) Anak memiliki daya kosentrasi yang pendek;
(7) Anak merupakan masa belajar yang paling pontesial.

c.    Tujuan dan fungsi pendidikan anak usia dini

Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang
dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada
anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman
yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahuai dan memahami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang
berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. 
                                           

d.    Peran pendidik dalam pendidikan anak usia dini

Peran guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan penstranfer ilmu
pengetahuan sementara, karena ilmu tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan
anak itu sendiri dalam proses pembelajaran, tekanan harus diletakkan pada pemikiran guru.

2.    Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

a.    Pengertian kognitif

Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek berasal dari bahasa inggris
“intellect” yang menurut Chaplin (dalam Asrori, 2007: 36) diartikan sebagai berikut “Proses
kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan kemampuan menilai dan kemampuan
mempertimbangkan juga kemampuan mental atau intelegensi”
b.    Ciri-ciri kognitif anak usia dini

Menuru Piaget dalam Moeslichatoen (1996 : 65) bahwa setiap individu akan mengalami empat
periode perkembangan berpikir yang berlangsung mulai dari lahir sampai remaja. Masing-masing
periode selalu dialami anak secara berurutan. Pertama, individu akan mengalami periode
sensorimotor ± sampai umur 2,0 tahun. Kemudian periode  pra operasional ± sampai umur 7,0
tahun, dilanjutkan pada periode operasional konkrit ± sampai umur 11,0 tahun dan terakhir
periode
operasional formal ± sampai umur 15 tahun.

c.    Pengembangan kognitif anak usia dini

Montessori (dalam Sujiono, 2009 : 202) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif
selama masa inilah anak secara khusus muda menerima situasi-situasi dari lingkunganya.

d.    Tujuan pengembangan kognitif anak usia dini

Masa peka adalah sesuatu masa yang menuntut perkembangan anak dikembangkan secara
optimal. Peneliti menunjukkan bahwa 80 % perkembangan mental, kecerdasan anak berlangsung
pada usia ini. Kenyataan di lapangan bahwa anak yang tinggal kelas, drop out khususnya pada
kelas rendah disebabkan anak yang bersangkutan tidak melalui pendidikan di TK (Depdiknas,
2007)

3.    Metode Eksperimen

a.    Pengertian metode eksperimen

Metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak dimana anak memberi
perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya       ( Depdiknas, 2005).

b.    Manfaat dan tujuan penggunaan metode eksperimen

Eksperimen yang berhasil bisaanya diawali oleh pembuatan rancangan program eksperimen yang
rinci dan hati – hati. Adapun langkah – langkah pemakaian metode eksperimen menurut Gunarti,
dkk (2008, 11.21) adalah sebagai berikut :
Tahap I : Mempersiapkan eksperimen;
Tahap II : Pelaksanaan eksperimen;
Tahap III : Mengambil kesimpulan dari hasil eksperimen

c.    Kelebihan dan kelemahan metode eksperimen

Manfaat yang dapat diraih melalui pembelajaran dengan metode eksperimen akan berdampak
pada seluruh aspek-aspek perkembangan anak, menurut Gunarti, dkk (208 : 11.7)

d.    Cara pembelajaran kognitif melalui eksperimen


pembelajaran kognitif melalui eksperimen adalah mencoba dan menceritakan apa yang terjadi
jika biji ditanam.

e.    Media
Adapun media yang akan digunakan yaitu : Gelas bekas air mineral; Kapas; Air;Biji-bijian
(kacang hijau, kacang tanah, kedelai)

G.    Metode Penelitian

1.    Rancangan Penelitian


a.    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-interaktif dengan menggunakan rancangan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

b.    Penelitian ini menggunakan model PTK Kolaboratif yaitu peneliti berkolaborasi dengan
teman sejawat, yang bertindak sebagai kolaborator.

c.    Konsep pokok penelitian tindakan yang akan dilaksanakan menggunakan Model Kurt Lewin
terdiri dari empat komponen, yaitu
1) perencanaan (planning),
2) tindakan (acting),
3) pengamatan (observing),
4) refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

2.    Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelompok B TKM KHADIJAH 1 BANYUWANGI dengan jumlah


siswa 17 anak, 7 anak,perempuan dan 9 anak laki-laki.

3.    Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan tes.
Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati aktifitas anak dalam kegiatan pembelajaran
juga untuk mengamati kemampuan siswa
.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman selama penelitian berlangsung.
Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan pembelajaran melalui foto.
Tes pada penelitian ini berupa tes lisan, sehingga peneliti dan observer melakukan tanya jawab
ketika kegiatan sedang berlangsung maupun ketika kegiatan sudah selesai.

4.    Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan berupa Lembar Observasi Siswa dan Format Penilaian. Lembar
Observasi digunakan peneliti untuk mengetahui sikap dan tingkah laku anak ketika kegiatan
berlangsung dan perubahan yang timbul. Format penilaian digunakan peneliti untuk mengetahui
perkembangan kemampuan anak setelah belajar melalui pengamatan pertumbuhan tanaman

5.    Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari:
pengamatan yang sudah ditulis, dokumen foto, dan format penilaian. Data-data tersebut dipelajari
dan ditelaah.
Data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi kemudian ditulis ulang, dipaparkan
semuanya, kemudian dipilah-pilah sesuai fokus penelitian. Setelah melalui proses analisis maka
akan diperoleh data yang valid, kemudian data tersebut disimpulkan dan dimaknai. Adapun
rumus untuk menentukan persentase kemampuan kognitif anak adalah:

X =  Jumlah skor yang diperoleh anak  x 100%  Jumlah skor maksimal

6.    Standar Nilai Keberhasilan


a.    Standar Keberhasilan Individu
Bila anak mampu mencapai        
   (anak mampu mengelompokkan biji-bijian menurut jenisnya)

b.    Keberhasilan klasikal

Standar nilai klasikal dalam penelitian ini di tetapkan minimal 75%. Artinya, kemampuan
kognitif anak dinyatakan meningkat jika rata-rata  ketuntasan dalam kelas mencapai 75%.

H.   Daftar Pustaka

Asrori, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima

Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-


Kanak

. Jakrta : Depdiknas

Depdiknas, 2004. Pedoman Penilaian Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta : Depdiknas

Gunarti, W, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.

Jakarta : Universitas Terbuka

Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Iskandar. 2009. Penerapan PAKEM Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN

Plinggisan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Malang : FIP UM

K. Roestiyah, N. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta


Kusumah, W & Dwitagama, D. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Indeks

Rachmawati, Y & Kurniati, E. 2010. Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak. Jakarta : PT

Predana Media Grup

Sujiono, Yuliani, N. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks

Anda mungkin juga menyukai