I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak
memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia ini merupakan
golden age (usia emas) yang didalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Masa
peka merupakan suatu masa yang menuntut perkembangan anak perkembangan anak
dikembangkan secara optimal. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan
kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam
pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan di kelompok B RA Perwanida Banyuwangi.Penulis
menemukan adanya masalah yaitu rendahnya minat anak didik belajar berhitung dengan benda –
benda yang ada di lingkungan, lebih menyukai pembelajaran mewarnai, motorik halus dan
bermain di luar.
Dengan memberikan motifasi kepada anak karena motifasi merupakan proses internal
yang mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku anak secara terus menerus. Contoh
motifasi Intrinsik adalah rasa ingin tahu anak untuk menghitung benda yang ada di sekitarnya,
sehingga anak mau mengulangi apa yang sudah dipelajari.
Pembelajaran berhitung dengan benda – benda, menggunakan alat yang sederhana. Para
pendidik menggunakan media yang ada di dalam lingkungan sekolah misalnya pensil, kapur,
buku, jepitan baju. Hal ini membuat anak merasa bosan.
Di dalam persiapan menyususn model pembelajaran berhitung ini disesuaikan dengan
karakteristik anak, perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan lingkungan sekitar dan
ketersediaan saran dan prasarana pendidikan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran.
Kegiatan berhitung ini untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk
menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari –
hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Dari ketidak berhasilan tersebut guru berupaya untuk menuntaskan pembelajaran dalam
berhitung dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Kupu-kupu Pada Anak Kelompok B di RA
Perwanida Banyuwangi”, sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa, yang berdampak positif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Konsep berhitung seperti apa yang harus di kenalkan pada anak? Pada anak usia pra-
sekolah, matematika hanya pengalaman dan bentuk penguasaan. Ikutilah konsep yang harus
diperkenalkan pada anak dengan memulai:
1. Korespondensi, satu – satu.
Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana.
Contoh: satu buku, satu pensil, satu bola dan seterusnya.
2. Pola.
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu
memperkirakan urutan berikutnya.Setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan.
6. Bentuk.
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama / tidak sama, besar-kecil, panjang-pendek.
7. Ukuran.
Anak perlu pengalaman akan mengukur benda meliputi berat, isi, panjang dengan cara
mengukur langsung sehingga proses menemukan.
8. Waktu dan ruang.
Dua hal ini merupakan bagian dari kehidupan sehari -hari.
Contoh:
Waktu: 1 hari, 2 hari.
Ruang: sempit, luas.
Contoh penambahan:
+
2 + 2 = 4
Contoh pengurangan:
4 - 1 = 3
Anak usia dini cepat sekali berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain. Di usia
ini anak mulai suka bergaul dan bermain dengan teman – teman sebayanya. Bermain Merupakan
Dunia Masa Kanak – Kanak Bermain bagi anak merupakan proses mempersiapkan diri untuk
masuk ke dalam dunia orang dewasa.
REFLEKSI AWAL
Tidak Optimal
Pemecahan Masalah:
Permainan Ikan
- Media
- Instrumen
Peningkatan kemampuan berhitung
SIKLUS II
Skenario Pembelajaran
1. Dengan prinsip bermain sambil belajar anak diajak mengurutkan bilangan 1-10 dengan bentuk
ikan dari kayu yang berangka .
2. Anak mendengarkan petunjuk dan penjelasan guru dengan tertib.
3. Dengan metode pemberian tugas anak melaksanakan tugas secara mandiri.
4. Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.
5. Guru memberi penguatan pada anak yang sudah berhasil dan membantu anak yang belum
mampu.
SIKLUS I
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif 38.
Kegiatan : membilang bilangan 1-10 dengan konsep benda.
1. Pada kegiatan awal berdo’a bersama,salam.
Guru bertanya tentang keadaan siswa :
a) Benda apa saja yang ada di lingkungan sekolah ?
b) Dapatkah menyebutkan bendanya?
c) Siapa yang menciptakan ?
2. Guru menunjukan alat peraga untuk pembelajaran hari itu.
3. Guru menunjukan bentuk ikan dari kardus berangka.
4. Guru mendemonstrasikan cara membilang bilangan 1-10 dengan bentuk ikan.
5. Guru meminta anak melaksanakan kegiatan membilang satu persatu tanpa ada terlewatkan.
6. Anak melaksanakan tugas dan yang mengalami kesulitan guru mengadakan pendekatan dan
memberi motivasi.
SIKLUS II
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif 33.
Kegiatan : mengurutkan bilangan 1-10 dengan benda.
1. Kegiatan awal berdo’a salam dan Tanya jawab kepada anak.
2. Guru memperkenalkan sejumlah bentuk ikan,dengan bermacam ukuran yang berbeda.
3. Guru memasang papan planel dan anak-anak memperhatikan.
4. Guru mengajak bilangan yang ada pada bentuk ikan dan anak–anak disuruh menempelkan pada
papan planel dengan urut setelah itu diberi jumlah benda yang sesuai urutan bilanganya.
5. Demikian kegiatan dilaksanakan secara klasikal dan individu.
6. Guru menanyakan pada anak, apakah anak-anak sudah jelas dengan kegiatan ini ?
7. Guru memberi pendekatan pada anak yang kurang mampu dan kurang jelas dalam melaksanakan
kegiatan tersebut.
8. Guru memberi penguatan pada anak yang berhasil.
G. Refleksi
Dalam refleksi, peneliti bersama teman sejawat telah mengadakan pengamatan,
mengadakan diskusi mengenai hasil penerapan yang sudah dilaksanakan. Jika ada kegagalan
harus ada penjelasan secara konkret. Data, informasi dan penjelasan ini sangat bermanfaat untuk
melaksanakan tindakan berikutnya apabila hasilnya belum signifikan. Hasil kerja kolaborasi
dalam kegiatan ini sebagai bahan untuk menyusun tindakan berikutnya dalam siklus II,dst.
1. Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung
terhadap sikap perilaku guru dan anak.
2. Penugasan atau pemberian tugas
Tugas yang diberikan dapat diberikan secara perseorangan atau secara kelompok.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti proses
belajar mengajar atau menerima materi (Diah Harwanti, 1994;160).
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari nontes berupa hasil wawancara yang berupa hasi berbicara
peserta didik. Data kualitatif berupa informasi yang berisi kalimat yang memberikan gambaran
tentang tingkat pemahaman peserta didik mengenai ketrampilan berbicara.
J. Jadwal Penelitian
Bulan Ke:
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PERSIAPAN
1 Menyusun konsep perencaan
Menyusun Instrumen
PELAKSANAAN
Melakukan Tindakan Siklus I
2 Melakukan Tindakan Siklus II
Melakukan Tindakan Siklus
III,dst
PENYUSUNAN LAPORAN
3 Menyusun konsep laporan
Penyempurnaan laporan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan .Jakarta : Rineka Cipta
Martini Jamaris. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Taman Kanak- kanak.
Jakarta. PPS Universitas Negeri.Jakarta :
Siti Aisyah, DKK.2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
PTK 7
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru, anak kurang diberi kesempatan untuk membangun
sendiri pengetahuannya tentang sesuatu hal.
2. Guru lebih banyak ceramah, sehingga pembelajaran kurang bermakna, pengetahuan yang
didapat anak tidak dapat bertahan lama dari ingatannya.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan tujuan penelitian adalah untuk
mendeskripsikan :
1. Penerapan metode eksperimen melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman dalam
meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B di TKM KHADIJAH 1 BANYUWANGI
2. Peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Islam Pasuruan setelah
dibelajarkan dengan metode eksperiman melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman.
Jika diterapkan metode eksperiman melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman, maka
dapat meningkatkan kemampuan kogintif anak kelompok B di TKM KHADIJAH 1
BANYUWANGI
Secara teoritis, hasil penelitian tentang penerapan metode eksperimen melalui kegiatan
pengamatan pertumbuhan tanaman dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B
di TK Islam Pasuruan ini akan memberikan sumbangan pada khasanah ilmu pengetahuan tentang
pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Secara praktis dalam proses pelaksanaan PTK berlangsung
akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelompok B di TKM
KHADIJAH 1 BANYUWANGI sedangkan bagi anak kelompok B diperkirakan akan mendapat
hasil yaitu kemampuan kognitif anak akan meningkat.
F. Kajian Pustaka
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa anak usia dini adalah anak yang sejak lahir sampai 6 tahun (Depdiknas, 2003).
Karakteristik anak usia dini yang khas tersebut seperti dikemukakan oleh Richard D. Kellough
(dalam Hartati, 2005) adalah sebagai berikut :
(1)anak itu bersifat egosentris;
(2) Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar;
(3) Anak adalah makluk sosial;
(4) Anak bersifat unik;
(5) Anak umumnya kaya dengan fantasi;
(6) Anak memiliki daya kosentrasi yang pendek;
(7) Anak merupakan masa belajar yang paling pontesial.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang
dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada
anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman
yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahuai dan memahami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang
berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Peran guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan penstranfer ilmu
pengetahuan sementara, karena ilmu tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan
anak itu sendiri dalam proses pembelajaran, tekanan harus diletakkan pada pemikiran guru.
Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek berasal dari bahasa inggris
“intellect” yang menurut Chaplin (dalam Asrori, 2007: 36) diartikan sebagai berikut “Proses
kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan kemampuan menilai dan kemampuan
mempertimbangkan juga kemampuan mental atau intelegensi”
b. Ciri-ciri kognitif anak usia dini
Menuru Piaget dalam Moeslichatoen (1996 : 65) bahwa setiap individu akan mengalami empat
periode perkembangan berpikir yang berlangsung mulai dari lahir sampai remaja. Masing-masing
periode selalu dialami anak secara berurutan. Pertama, individu akan mengalami periode
sensorimotor ± sampai umur 2,0 tahun. Kemudian periode pra operasional ± sampai umur 7,0
tahun, dilanjutkan pada periode operasional konkrit ± sampai umur 11,0 tahun dan terakhir
periode
operasional formal ± sampai umur 15 tahun.
Montessori (dalam Sujiono, 2009 : 202) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif
selama masa inilah anak secara khusus muda menerima situasi-situasi dari lingkunganya.
Masa peka adalah sesuatu masa yang menuntut perkembangan anak dikembangkan secara
optimal. Peneliti menunjukkan bahwa 80 % perkembangan mental, kecerdasan anak berlangsung
pada usia ini. Kenyataan di lapangan bahwa anak yang tinggal kelas, drop out khususnya pada
kelas rendah disebabkan anak yang bersangkutan tidak melalui pendidikan di TK (Depdiknas,
2007)
Metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak dimana anak memberi
perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya ( Depdiknas, 2005).
Eksperimen yang berhasil bisaanya diawali oleh pembuatan rancangan program eksperimen yang
rinci dan hati – hati. Adapun langkah – langkah pemakaian metode eksperimen menurut Gunarti,
dkk (2008, 11.21) adalah sebagai berikut :
Tahap I : Mempersiapkan eksperimen;
Tahap II : Pelaksanaan eksperimen;
Tahap III : Mengambil kesimpulan dari hasil eksperimen
Manfaat yang dapat diraih melalui pembelajaran dengan metode eksperimen akan berdampak
pada seluruh aspek-aspek perkembangan anak, menurut Gunarti, dkk (208 : 11.7)
e. Media
Adapun media yang akan digunakan yaitu : Gelas bekas air mineral; Kapas; Air;Biji-bijian
(kacang hijau, kacang tanah, kedelai)
b. Penelitian ini menggunakan model PTK Kolaboratif yaitu peneliti berkolaborasi dengan
teman sejawat, yang bertindak sebagai kolaborator.
c. Konsep pokok penelitian tindakan yang akan dilaksanakan menggunakan Model Kurt Lewin
terdiri dari empat komponen, yaitu
1) perencanaan (planning),
2) tindakan (acting),
3) pengamatan (observing),
4) refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan tes.
Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati aktifitas anak dalam kegiatan pembelajaran
juga untuk mengamati kemampuan siswa
.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman selama penelitian berlangsung.
Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan pembelajaran melalui foto.
Tes pada penelitian ini berupa tes lisan, sehingga peneliti dan observer melakukan tanya jawab
ketika kegiatan sedang berlangsung maupun ketika kegiatan sudah selesai.
Instrumen yang digunakan berupa Lembar Observasi Siswa dan Format Penilaian. Lembar
Observasi digunakan peneliti untuk mengetahui sikap dan tingkah laku anak ketika kegiatan
berlangsung dan perubahan yang timbul. Format penilaian digunakan peneliti untuk mengetahui
perkembangan kemampuan anak setelah belajar melalui pengamatan pertumbuhan tanaman
Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari:
pengamatan yang sudah ditulis, dokumen foto, dan format penilaian. Data-data tersebut dipelajari
dan ditelaah.
Data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi kemudian ditulis ulang, dipaparkan
semuanya, kemudian dipilah-pilah sesuai fokus penelitian. Setelah melalui proses analisis maka
akan diperoleh data yang valid, kemudian data tersebut disimpulkan dan dimaknai. Adapun
rumus untuk menentukan persentase kemampuan kognitif anak adalah:
Standar nilai klasikal dalam penelitian ini di tetapkan minimal 75%. Artinya, kemampuan
kognitif anak dinyatakan meningkat jika rata-rata ketuntasan dalam kelas mencapai 75%.
H. Daftar Pustaka
. Jakrta : Depdiknas
Gunarti, W, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.
Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas
Iskandar. 2009. Penerapan PAKEM Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN
Rachmawati, Y & Kurniati, E. 2010. Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak. Jakarta : PT
Sujiono, Yuliani, N. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks