Anda di halaman 1dari 15

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG

MELALUI MEDIA BERUPA TUTUP BOTOL BEKAS


PADA KELOMPOK B1
TKIT AL-RAHBINI GONDANGLEGI MALANG

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (IDIK4008)

Disusun oleh:
NUR AFIFAH
(837527023)

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PAUD

2020
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal
yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum
memasuki pendidikan dasar bertujuan membantu anak didik mengembangkan
potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai- nilai agama, sosial,
emosional, kognitif bahasa, fisik motorik, kemandirian dan seni untuk siap
memasuki pendidikan dasar. Salah satu kompetensi lulusan peserta didik Taman
Kanak-Kanak adalah mampu mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan
yang optimal sesuai dengan tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Untuk
mewujudkan hal tersebut, salah satu kegiatan yang perlu dikenalkan di TK adalah
kegiatan berhitung permulaan yang dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil
belajar. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan.
Kemampuan kognitif anak berkembang secara bertahap dan berada di pusat
saraf. Kemampuan kognitif ini sangat berperan dalam membantu anak dalam
memecahkan segalah permasalahannya. Salah satu bagian dari perkembangan
kognitif yaitu perkembangan matematika. Berhitung merupakan salah satu bagian
dari matematika yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika. Berhitung adalah salah satu cabang dari matematika, ilmu hitung
adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
berbagai proyek, kejadian, dan waktu. Menurut Nurkhasanah dan Turminto dalam
(Hanmetan, 2011) juga mengungkapkan berhitung adalah mengerjakan hitungan
(menjumlahkan, mengurangi, dan sebagainya), Sedangkan kemampuan berhitung
merupakan kesanggupan untuk menguasai pengerjaan suatu hitungan baik berupa
menjumlahkan,

1
2

mengurangi dan sebagainya. Kemampuan berhitung sebagai dasar


pengembangan matematika untuk menyiapkan anak secara mental mampu
mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut disekolah dasar, seperti
pengenalan konsep bilangan, dan lambang bilangan melalui berbagai jenis
media dalam kegiatan bermain yang menyenangkan. Berhitung juga
diperlukan untuk membentuk sikap logis, kritis, cermat, disiplin pada diri
anak (Depdiknas, 2000;1).
Berbagai upaya mengenalkan berhitung permulaan yang dilaksanakan
dalam pembelajaran seperti: pembelajaran berhitung menggunakan gambar,
biji-bijian, manik-manik, namun masih banyak anak kurang tertarik dan
kurang antusias dengan bahan-bahan tersebut, sehingga pembelajaran
berjalan kurang optimal. Hal ini nampak pada kegiatan anak sebagai berikut:
enggan membilang 1 - 20 dengan gambar atau manik-manik, enggan
membuat urutan dengan biji-bijian sampai dengan 10, belum optimal dalam
membedakan 2 benda ( lebih banyak, lebih sedikit, atau sama dengan ) belum
optimal dalam penjumlahan maupun pengurangan dengan benda-benda
sampai dengan 10, belum optimal menyusun pola berurutan maupun
berhitung statistika sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan pada kelompok B1 TKIT AL-RAHBINI gondanglegi malang,
dimana masih rendahnya kemampuan anak dalam memahami konsep
berhitung yaitu kemampuan dalam mengenal konsep bilangan dan lambang
bilangan. Hal ini dikarenakan kurang menariknya metode yang digunakan
guru saat mengajar, media yang digunakan juga sangat terbatas, dalam
mengajarkan berhitung guru biasanya menuliskan angka-angka di papan tulis
dan anak-anak meniru tulisan tersebut. Hal ini menyebabkan konsep
berhitung kurang diserap dengan baik oleh anak didik. Dan juga saat
mengajarkan berhitung anak menulis langsung di buku atau majalah. Dengan
demikian untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak dilakukan melalui
bermain dengan menggunakan media yang menarik yaitu dengan
menggunakan media tutup botol bekas. Kelebihan dari bermain dengan
menggunakan media tutup botol ini dapat mengembangkan pengetahuan

2
dasar matematika yaitu anak belajar mengenai konsep berhitung yang
dikemas dalam kegiatan bermain.
Demikian pula anak didik kelompok B1 di TKIT AL-RAHBINI
gondanglegi malang berdasarkan pengamatan guru masih banyak ditemukan
anak yang belum optimal dalam pembelajaran berhitung permulaan. Masalah
yang dihadapi pada kegiatan pengembangan kognitif dalam upaya
mengenalkan berhitung permulaan pada kelas B1 TKIT AL-RAHBINI tahun
pelajaran 2020/2021, anak-anak masih banyak mengalami kesulitan
mengikuti kegiatan berhitung. Berdasarkan hal tersebut peneliti meminta
bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasikan kekurangan dalam
penyampaian kegiatan. Dari hasil diskusi dengan observer terungkap
beberapa masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1. Alat peraga kurang menarik minat anak.
2. Tempat duduk anak yang terlalu berdekatan sehingga anak ribut
sendiri/gaduh dengan teman-temannya.
3. Metode tidak sesuai.
4. Pendidik kurang komunikatif.
Media tutup botol bekas merupakan salah satu pemecahan dari masalah
yang tersebut di atas. Karena media tutup botol dari bahan bekas yang di beri
berbagai macam warna serta terdapat lambang bilangan 1-20 yang dilengkapi
dengan papan lengket sebagai tempat untuk menaruh tutup botol yang berisi
angka sehingga bisa menarik minat anak untuk mengikuti kegiatan berhitung.
Sebagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut perlu diadakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Upaya mengembangkan Kemampuan
Berhitung Melalui media tutup botol bekas Pada Kelompok B1 Semester I
TKIT AL-RAHBINI gondanglegi malang Tahun 2020/2021”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas maka dirumuskan masalah “Apakah
kemampuan berhitung dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga
Berupa tutup botol bekas pada anak didik kelompok B1 Semester I TKIT AL-
RAHBINI gondanglegi malang tahun pelajaran 2020/2021.

3
C. Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan kemampuan berhitung dengan
menggunakan media berupa tutup botol bekas pada anak didik kelompok B1 Semester I
TKIT AL-RAHBINI gondanglegi malang tahun pelajaran 2020/2021.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi anak
1. Anak dapat meningkatkan pemahaman terhadap kemampuan berhitung melalui
bermain dengan mengunakan media berupa tutup botol bekas.
2. Dengan adanya media pembelajaran akan menjadi lebih menarik bagi anak
sehingga akan menumbuhkan minat dan motivasi anak dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Bagi guru
1. Sebagai sarana peningkatan kemampuan berhitung dan menciptakan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk peserta didik.
2. Menambah metode mengajar guru yang lebih bervariasi sehingga anak tidak
akan merasa cepat bosan.
3. Memudahkan penyampaian materi pembelajaran oleh guru.
c. Bagi lembaga
1. Bagi lembaga pendidikan sebagai bahan masukan untuk peningkatan kualitas.
2. Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3. Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas.

4
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini

Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak


untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah (Desmita, 2009: 96). Menurut Slamet (2005: 53) Kemampuan Kognitif adalah
meng- gambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat
berfikir. Jadi Kemampuan Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berfikir dan
mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.

Sedangkan menurut Depdiknas ( 2007: 3 ) kemampuan kognitif adalah suatu


proses berpikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu
kebudayaan.

Apabila disimpulkan maka kemampuan kognitif dapat dipandang sebagai kemampuan

yang mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental

pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial

dengan lingkungan seperti dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan,

mengingat, menilai dan lain-lain.


2. Periode Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang

berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia. ( Slamet, 2005: 54-

65 ) :

a. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

Pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks

dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkunganya kelak, hasil

pengalaman berinteraksi dengan lingkungan ini amat berguna untuk

berfikir lebih lanjut

b. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berfikir yang

lebih jelas. Anak mualai mengenali beberapa simbol dan tanda

termasuk bahasa dan gambar.Anak menunjukan kemampuannya

melakukan permainan symbolis ( symbolic play atau preterd play ).

c. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

Pada tahapan ini anak sudah dapat memecahkan persoalan-

persoalan sederhana yang bersifat konkrit. Anak dapat berfikir

reversibel, yang dimaksud berfikir secara reversibel ( berkebalikan )

ialah anak dapat memahami suatu pernyataan.

d. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Pada tahapan ini pikiran anak tidak lagi terbatas pada

benda-benda dan kejadian yang terjadi di depan matanya. Pikiran

anak telah terbebas dari kejadian langsung.

Anak usia dini termasuk dalam tahapan Pra Operasional yang

usianya antara 2-7 tahun. Piaget ( dalam Suyadi, 2010 : 86-87 )


merinci karakter perkembangan kognitif pada tahap pra-operasional

yaitu pertama kombinasi mental dalam pencapaian perkembangan

pra-oprasionalnya anak dapat berpikir sebelum bertindak, walaupun

pikirannya masih sebatas mental image. Disamping itu anak mampu

meniru tindakan orang lain. Karakteristik yang kedua yaitu Persepsai

pikiran maksudnya anak- anak bisa membandingkan dua objek,

tetapi belum bisa membedakan.

Kemudian Berpikir unik dimensi yaitu anak mampu memahami

konsep secara umum, tetapi belum mampu memadukan dan

membedakan. Karakteristik selanjutnya Irreversibilitas dalam

karakteristik ini anak bisa membongkar susunan, tetapi belum

mampu menyusunnya kembali.

Setelah itu Penalaran dalam hal ini tahap pemikiran anak masih

sebatas mitos. Karakteristik yang terakhir egosentrisme maksudnya

anak memandang semua benda sebagaimana ia melihat dirinya.

Dalam Desmita ( 2011: 105 ) pada masa pra-operasional anak hanya

melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada

mulanya keadaanya sama dan pada akhirnya keadaanya menjadi

tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi diantaranya.

3. Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia Dini

Berhitung merupakan bagian dari matematika diperlukan untuk

menumbuh kembangkan ketrampilan menghitung yang sangat

berguna bagi kehidupan, terutama konsep bilangan yang merupakan

dasar bagi perkembangan kemampuan matematika.Dengan kata lain:

permainan berhitung di Tk diperlukan untuk mengembangkan

pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap

mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut disekolah dasar


Depdiknas ( 2000).

Dalam Depdiknas (2004: 7) pengembangan kemampuan dasar

merupakan kegiatan yang disiapkan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan dan kreatifitas sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Anak usia 4,5 – 6 tahun bisa belajar untuk menyukai matematika

dengan cara berfikir dan bernalar jika mereka belajar untuk

menikmati matematika. Salah satu tujuan dari pengalaman di taman

kanak-kanak ialah menanamkan diri dalam diri anak untuk mencintai

matematika. Seefeld & barbar A Wasik (2008). Peka pada bilangan

berati lebih dari sekedar menghitung. Kepekaan bilangan ini

mencakup pengembangan dasar kuantitas dan pemahaman kesesuaian

satu lawan satu. Dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan

berhitung anak disesuaikan dengan karakteristik anak dan

disesuaikan dengan perkembanganya, dimana anak usia 2-7 Tahun

berada pada masa praoprasional.

Adapun tahap tahap menghitung (Depdiknas, 2000: 7-8)antara

lain pertama tahap konsep atau pengertian, yaitu pemahaman atau

pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda konkret

seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung dengan kegiatan,

kegiatan tersebut dilakukan dengan menarik dan dapat dipahami oleh

anak. Guru berperan aktif untuk menunjukan dengan cara

memfariasikan metode menghitung melalui benda konkrit dengan

media permainan yang dikemas dengan begitu menarik sehingga

anak menyukainya dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Kedua

adalan tahapan transisi atau peralihan yaitu peralihan dari konkrit ke

abstrak dari konsep lambang bilangan. Tahap ini adalah saat anak

benar-benar memahami konsep dengan cara apa saja. Ketiga tahap


lambang bilangan pada tahapan ini anak sudah diberi kesempatan

menuliskan lambang bilangan sendiri tanpa paksaan. Missal lambang

bilangan 3 untuk menggambarkan jumlah bilangan 3

B. Kegiatan berhitung dengan menggunakan media berupa tutup botol bekas sebagai
Metode Pembelajaran di TK

1. Pembelajaran di Taman Kanak- kanak

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia

Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi”Pendidikan Anak Usia

Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun

dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”.

Selanjutnya pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 di tegaskan bahwa Pendidikan

Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di tunjukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut Depdiknas USPN

(dalam Sujiono Nurani Yuliani, 2004: 4).

Di Taman Kanak-kanak dalam usaha mengembangkan kemampuan

yang di miliki anak selalu berdasarkan pada unsur bermain. Bermain

sebagai bentuk kegiatan belajar di TK haruslah bermain yang kreatif

dan menyenangkan (tidak menimbulkan perasaan takut anak). Untuk itu

guru di tuntut untuk selalu menyediakan sarana berupa alat bermain

yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, Aqib Zainal (2009).

Semua anak mempunyai seperangkat fungsi kognitif untuk belajar

Vigotsky (dalam sujiono,2007: 7.5-7.6) mengemukakan bahwa manusia

di lahirkan dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan


memperhatikan, mengamati, dengan mengingat. Kebudayaan akan

mentransfer kemampuan tersebut dalam bentuk fungsi kognitif yang

lebih tinggi terutama dengan melakukan hubungan bermasyarakat dan

melalui proses pembelajaran. Guilfrod (Hildebbrand, dalam

Moeslihatoen, 1999) untuk membantu pengembangan kognitif, anak

perlu dibekali dengan pengalaman belajar yang dirancang melalui

kegiatan mengobservasi dan mendengarkan dengan tepat.

Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak


yang dapat mendorong anak untuk belajar. Sedangkan Briggs (dalam

yuliani Nurani Sujiono dkk, 2007: 84-85) berpendapat bahwa media

adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mendorong

anak untuk belajar.

Berdasarkan permasalahan yang ditemui pada saat penelitian

penulis menggunakan metode pengembangan kognitif dalam kegiatan

berhitung dengan menggunakan media bahan bekas berupa tutup botol

“kegiatan berhitung dengan menggunakan media yang

menyenangkan” merupakan salah satu bagian dari kegiatan yang dapat

digunakan untuk mengembangkan kemapuan kognitif pada anak usia

dini, disamping itu juga dapat mengembangkan kemampuan yang lain

seperti bahasa dan sosial emosional.

2. Kegiatan berhitung dengan menggunakan media bahan bekas


berupa tutup botol.

Menghitung beberapa tutup botol yang sudah tertulis nominal

angka 1-20 dengan alat perkerat dibalik tutup botol tersebut, digunakan

dalam pengembangan kognitif anak TK pada dasarnya merupakan

media yang tidak berbahaya, menyenangkan, dan bisa membantu guru

menghubungkan satu hal dengan hal yang lainya. Yaitu selain


mengenang konsep dan lambang bilangan, juga dapat mengenal

berbagai macam-macam warna Karena tutup botol tersebut dikemas

dengan berbagai macam warna.

Adapun kelebihan dari kegiatan berhitung dengan menggunakan

media tutup botol ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Motivasi

Kegiatan berhitung dengan menggunakan media tutup botol ini

mampu memenuhi kebutuhan, minat, atau keinginan, untuk belajar dan

bermain anak sehingga kegiatan berhitung dengan menggunakan media

tutup botol ini mampu membantu anak mengerjakan tugas yang harus di

selesaikan dengan menyenangkan.

b. Emosi

Belajar yang melibatkan kegembiraan, emosi dan perasaan

pribadi, disamping intelektual, akan sangat mempengaruhi anak dan

akan berkesan lebih lama. Belajar berhitung dengan menggunakan

media tutup botol ini mampu menjadi kegiatan yang sangat kuat dalam

membangkitkan respon emosional seperti simpatik, menyayangi, dan

gembira. Dengan adanya respon emosi tersebut di harapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar anak didik .

c. Tujuan Belajar

Kegiatan berhitung menggunakan media tutup botol ini mampu

mempercepat pencapaian tujuan belajar dan bermain dengan cara

memberi tahu anak tentang apa yang bisa ia harapkan dari proses

belajarnya dan bermainnya. Disamping kelebihan dari mengenal konsep

dan lambang bilangan tentunya ada kekurangan dari alat permainan

tersebut diantaranya. Setiap alat peraga untuk anak TK masih

membutuhkan penjelasan dari gurunya, persiapan dan perencanaan


harus di lakukan sebaik mungkin sebelum Alat peraga di gunakan agar

dicek kembali sebelum digunakan, alat peraga berupa tutup botol yang

berwarna warni tidak dapat di produksi dalam waktu cepat dan

cenderung tidak sama persis dengan satu dengan yang lainya.

“kegiatan belajar berhitung mengguanakan media tutup botol”

memiliki manfaat diantaranya, mampu memberikan rangsangan yang

bervariasi kepada otak anak, sehingga dapat berfungsi secara optimal,

mengatasi keterbatasan pengetahuan (pengalaman) yang di miliki anak,

memungkinkan interaksi langsung antara anak dengan lingkunganya,

dapat membandingkan keinginan dan minat baru, membangkitkan

motivasi dan merangsang anak untuk belajar, dan dapat meningkatkan

kemampuan anak dalam berkomunikasi pada saat anak bermain.

3. Langkah-langkah kegiatan belajar berhitung menggunakan


media tutup botol

Guru memperkenalkan apa saja kegiatan yang akan

dilaksanakan dengan menggunakan media tutup botol tersebut. Yaitu

belajar mengenal konsep dan lambang bilangan 1-20, belajar

penjumlahan dan pengurangan dengan langkah awal dilakukan secara

demonstrasi dan kemudian dilanjutkan dengan per anak mendapat

bagian untuk menjawab pertanyaan sederhana dari guru dengan tetap

menjaga suasana yang menyenangkan dan membuat mereka tidak takut

atau percaya dari saat maju untuk menjawab pertanyaan sederhana dari

guru dengan menggunakan media tutup botol tersebut.

Yang pertama, secara bersama-sama menyebutkan angka dari

masing-masing tutup botol tersebut yang masih keadaan rapi tersusun

secara berjajar yang mana sudah terdapat lambang bilangan 1-20.


Kemudian mengenalkan simbol pengurangan (-) dan

penjumlahan (+) sebelum melangkah pada pembelajaran berhitung

penjumlahan dan pengurangan. Lalu guru memperkenalkan contoh

sederhana bagaimana cara menyelesaikan soal penjumlahan dan

pengurangan yang dimulai dari angka paling sederhana 1-5, kemudian

1-10, kemudian 1-15, kemudian 1-20 yang dilakukan secara bertahap

dengan melihat kemampuan rata-rata anak-anak.

Aturan main yang digunakan seperti kuis dimana anak-anak

yang bisa menyelesaikan soal sederhana yang diberikan oleh guru

mendapat sebuah reward (minimal bisa sebuah pujian,pemberian

penilaian yang nyata seperti stempel bintang ,dll.) dengan tujuan

membangun motivasi belajar anak.

4. Tujuan kegiatan belajar berhitung menggunakan media tutup


botol
Tujuan kegiatan ini untuk mengembangkan kemampuan

berhitung ,mengenalkan konsep dan lambang bilangan, mengembangkan

kemampuan bahasa, menambah motivasi belajar anak, merangsang daya

ingat anak, menambahkan kepercayaan diri.


14

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Iin Nurkhasanah, FKIP UMP, 2015

Anda mungkin juga menyukai