Oleh:
ELY YUNIATI
NIM 836674673
elyyuniati1122@gmail.com
ABSTRAK
1
2
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1. Identifikasi masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan jenjang
pendidikan yang penting dalam proses perkembangan anak. Pada saat ini,
PAUD sudah mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah, terbukti
dengan banyak berdirinya lembaga PAUD didaerah pedesaan ataupun
diperkotaan. Selain itu sudah disadari secara penuh bahwa perkembangan
anak itu lebih banyak terjadi pada saat usia dini (Slamet Suyanto, 2005:
7) yaitu masa usia dini disebut sebagai masa golden age, pertumbuhan
dan perkembangan fisik, motorik, sosial-emosional, kognitif, moral, dan
bahasa terjadi begitu pesat, karena itulah diperlukan stimulasi yang tepat
dan diberikan sejak usia dini.
Berbagai aspek perkembangan anak secara utuh dikembangkan,
meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik-motorik, moral, dan
sosial-emosional. Aspek tersebut perlu untuk dikembangkan secara
optimal sebagai landasan perkembangan anak pada tahapan selanjutnya.
Salah satu aspek perkembangan yang perlu dikembangkan adalah
kognitif, suatu proses berpikir yaitu berupa kemampuan untuk
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Menurut
Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 53) perkembangan kognitif anak pada
umumnya memiliki fase (tahapan) yang sama yaitu melalui empat tahap
dimulai dari tahap sensori motor, praoperasional, konkret operasional,
dan formal operasional. Dari empat tahapan yang telah disebutkan
pendidik dapat memberikan stimulasi kepada anak dengan tepat dan
sesuai agar tidak berakibat fatal kepada anak. Anak tidak mampu berpikir
seperti orang dewasa pada umumnya. Anak Taman Kanak-kanak (TK)
pada berada dalam tahap pra operasional, anak diberi pengalaman yang
konkret dirasakan langsung oleh anak. Anak tidak dapat menerima
materi/konsep yang sifatnya menghafal, karena anak menjadi terbebani,
bosan dan verbalismenya belum cukup mampu.
Menurut Bruner (Slamet Suyanto, 2005: 53), sebaiknya anak yang
sedang belajar angka dimulai dari benda yang nyata sebelum anak
3
mengenal angka. Anak dapat belajar dengan tahapan enaktif yaitu dengan
benda konkret, ikonik dengan gambar dan simbolik dengan kata atau
simbol. Berdasarkan teori tersebut, maka seharusnya dalam proses
pembelajaran berhitung pendidik mengenalkan secara langsung dalam
mengenal angka 1-10 melalui benda-benda konkret, agar anak dapat
melihat dan memegang secara langsung. Tentunya proses tersebut
b. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal
konsep angka 1-10 dengan menggunakan bahan alam pada anak Kelompok B
di TK Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan
Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019?”.
5
6
yang disebut dengan lambang bilangan atau angka. Setiap bilangan memiliki
beberapa lambang bilangan. Contohnya bilangan lima dapat ditulis dengan
lambang bilangan bentuk romawi V atau dengan lambang yang berasal
dari arab yang biasanya kita lihat yaitu Satu lambang bilangan hanya
mewakili satu bilangan saja. Kebanyakan dalam suatu penulisan dan
pemakaian lambang bilangan yang ada dalam bentuk desimal dengan sistem
nilai tempat. Semua lambang desimal dapat disusun dari simbol-simbol yang
disebut dengan angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Menurut (Wahyudi, 2005: 110) dijelaskan angka adalah pemahaman
bahwa satu adalah satu, dan dua adalah dua dan seterusnya. Anak prasekolah
kesulitan dalam memikirkan angka karena memiliki nilai khusus. Pada
beberapa kesempatan anak dapat menghitung dan memberi angka pada suatu
benda. Contohnya “1” digunakan untuk satu obyek, “2” untuk untuk dua
obyek, “3” untuk tiga obyek, dan seterusnya. Untuk dapat memahami secara
benar dapat terjadi saat anak berusia 6-7 tahun.
Dari pengertian para tokoh tentang angka, penulis dapat menyimpulkan
bahwa angka adalah lambang dari suatu bilangan yang berkaitan dengan
bilangan tersebut.
c. Bermain dengan Bahan Alam
1. Media
Media berasal dari kata “medium” yang diartikan sebagai sarana
atau alat yang digunakan untuk mencapai tujuan (Pekerti Widia, dkk.,
2015:9.33). Gagne (dalam Sujiono Yuliani N., dkk., 2014:8.3)
menyampaikan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar. Pendapat
lain disampaikan oleh Briggs (dalam Sujiono Yuliani N., dkk., 2014:8.4),
yaitu bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta mendorong anak untuk belajar”.
Media menjadi bagian yang sangat vital dalam kegiatan
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Media dipergunakan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar efektif, efisien dan teratur
sehingga tujuan pembelajaran di TK dapat tercapai dengan baik. Secara
7
umum, media dapat berarti alat yang digunakan sebagai sumber belajar.
Hasil belajar menjadi positif apabila media direncanakan dengan baik
dalam pengggunaan di kelas. Mayke (dalam Sujiono Yuliani N., dkk.,
2014:8.4) berpendapat bahwa “belajar dengan bermain memberi
kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang,
menemukan sendiri tentang berbagai macam hal, bereksplorasi,
mempraktikan, dan mendapatkan berbagai macam konsep serta
pengertian tentang berbagai macam hal”.
Media yang digunakan sebaiknya mudah didapat baik materi atau
bahan yang tersedia di toko maupun diambil dari lingkungan sekitar.
Media dari lingkungan sekitar antara lain media yang berasal dari bahan-
bahan sisa dan media dari bahan-bahan alam. Bahan alam merupakan
materi atau bahan yang didapat dari alam seperti daun kering, biji kering,
pelepah pisang kering, bunga kering, dan sebagainya. Bahan-bahan
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal
konsep angka 1-10.
Berdasarkan definisi pendapat-pendapat di atas, penulis
menyimpulkan bahwa media adalah bahan yang digunakan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar anak dapat lebih respon, tertarik
dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan yang ada, sehingga hasil
belajar anak dapat sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran.
Media ada yang berasal dari bahan alam dan bahan sisa. Media yang
bervariasi berarti media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
tidak monoton, ada variasi media sehingga anak tidak bosan dan jenuh.
2. Bahan Alam
Bahan alam adalah bahan-bahan yang berasal dari alam yang dapat
diolah menjadi barang-barang yang bermanfaat bagi penggunanya.
Seperti: batu-batuan, kayu, ranting, biji-bijian, daun-daun kering,
pelepah, bambu, bunga, batang padi, wortel, dll.
8
Pelaksanaan
3
siklus II
Penyusunan
4 laporan
PKP
Penyusunan
5
draf Karil
3. Tema
Tema dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini, penulis
mengambil tema kebutuhanku pada siklus I, tema tanaman pada siklus II,
untuk meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan mengenal
konsep angka 1-10 menggunakan bahan alam di kelompok B TK Tunas
Harapan Kalipancur.
4. Kelompok
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok B TK Tunas
Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, dengan
jumlah siswa 15 yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan.
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan 2 (dua)
siklus, maka indikator keberhasilan adalah Perbaikan pembelajaran
dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep angka 1-10
dinyatakan berhasil, jika 80% anak didik mampu mengenal konsep angka
1-10 dengan baik .
Tema yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas mengikuti
tema yang ada di sekolah yang akan diadakan penelitian tindakan kelas.
Pada siklus I dan II mengambil tema Kebutuhanku dengan sub tema
bahan alam.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis memilih kelompok B di
TK Tunas Harapan Kalipancur, dengan jumlah anak didik sebanyak 15
anak, yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Data anak
didik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
10
Tabel 3.2
Data Anak Didik Kelompok B TK Tunas Harapan Kalipancur
Tahun Pelajaran 2018/2019
1 AFTAR SYAFANTA L
2 AHMAD F L
3 AINI RAHMA P
4 AL HAMID L
5 ALIKA P
6 CITRA P
7 KEYZA P
8 LATIFA P
9 MALIKA P
10 MUH. ABYANUL L
11 M. REVANZA L
12 NAYLA P
13 NISWATUL P
14 RAFAN L
15 RINA P
16 RIYAN L
17 SANTI P
18 SAVITA P
19 SISKA P
20 SORYOATMOJO L
5. Karakteristik
Karakteristik peserta didik di TK Tunas Harapan Kalipancur berasal
dari lingkungan sekitar TK yang sebagian besar orang tuanya bekerja
sebagai petani dan wiraswasta dengan penghasilan menengah ke bawah.
11
Pedoman Penilaian
Lembar Pengamatan
4. Rencana Refleksi
Refleksi adalah kegiatan merenung atau mengingat dan
menghubung-hubungkan kinerja mengajar yang telah, sedang atau akan
terjadi dalam pembelajaran (Schmuck, A. Richard, 2008).
Refleksi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan
deduksi. Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara
intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya
sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan.
Sebelum melakukan PTK penulis membuat refleksi. Hasil refleksi
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan perubahan atau perbaikan
yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran dengan
mempertimbangkan hal-hal yang telah dan akan terjadi. Tujuan refleksi
adalah untuk menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki guru
dalam kegiatan pengembangan yang dikelolanya.
15
Analisis masalah
Dari ketiga masalah yang teridenfikasi, masalah yang akan
dipecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam memahami
konsep bilangan. Penyebab masalah tersebut karena kurangnya
penggunaan media dan sumber belajar serta strategi mengajar guru atau
pendidik yang kurang menarik sehingga pembelajaran terkesan
seadanya dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak
dan masih belum tercapai kematangan. Masalah media pembelajaran
oleh guru dalam pembelajaran konsep bilangan dapat diatasi dengan
menggunakan berbagai bahan alam supaya anak lebih tertarik dalam
kegiatan mengenal konsep angka.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan penulis maka
rumusan masalahnya yaitu:
“Bagaiman cara mengenal konsep angka melalui media bahan alam
pada anak kelompok B di TK Tunas Harapan KalipancurKecamatan
Bojong Kabupaten Pekalongan?”
Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I menunjukkan bahwa dari
jumlah 20 anak, 4 anak (20%) yang berkembang sesuai harapan dalam
mengenal konsep angka 1-10 dengan baik tanpa bimbingan guru, 7 anak
(35%) mulai berkembang mengenal konsep angka 1-10 dengan
bimbingan guru dan 9 anak (45%) yang belum berkembang dalam
mengenal konsep angka 1-10. Dari data tersebut dapat diketahui tingkat
keberhasilan anak dalam mengenal konsep angka 1-10 mengalami
peningkatan. Tingkat keberhasilan siklus I kegiatan mengenal konsep
angka 1-10 media bahan alam adalah 20%. Tingkat keberhasilan tersebut
belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan sehingga
peneliti melanjutkan melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
17
3. Siklus II
Kegiatan siklus II mulai dari perencanaan pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi kegiatan perbaikan. Siklus II dilaksanakan tanggal 22-26 Okt
2018 dengan tema kebutuhan/bahan alam.
Berikut rancangan satu siklus II:
Tujuan Perbaikan
Meningkatkan kemampuan konsep angka melalui berbagai media
pada anak kelompok B di TK Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan
Bojong Kabupaten Pekalongan.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari hasil pengamatan dalam kegiatan kognitif di TK Tunas
Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan bahwa di
kelompok B ditemukan masalah yang berkaitan dengan “Mengenal
angka 1-10”
Masalah yang dihadapi yaitu :
a. Keengganan anak dalam belajar menyebut angka
b. Strategi mengajar guru kurang menggunakan media dan sumber
belajar
c. Perilaku belajar anak misal anak ribut, pasif dan malas
d. Kurangnya kemampuan pemahaman angka
Analisis Masalah
Dari keempat masalah yang teridentifikasi, masalah yang akan di
pecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam memahami konsep
angka,Masalah ini dirasa berat dan dapat menimbulkan masalah baru.
Penyebab masalah tersebut karena kurangnya penggunaan media dan
sumber belajar serta strategi mengajar guru/pendidik yang kurang
menarik sehingga pembelajaran terkesan seadanya dan tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif anak dan perkembangan kognitif
anak masih belum mencapai kematangan. Masalah media pembelajaran
18
b. Pembahasan Penelitian
Hasil pembelajaran kegiatan pembelajaran mengenal konsep angka 1-
10 belum mencapai hasil yang optimal, karena dari jumlah 20 anak yang
berkembang sesuai harapan dalam mengenal konsep angka 1-10 tanpa
bimbingan guru hanya 1 anak, atau tingkat keberhasilan pada kondisi awal
hanya 5%.
Setelah melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran pra siklus dapat
diketahui kelemahan-kelemahan yang dapat menyebabkan tujuan atau hasil
belajar anak belum berhasil, yaitu1) Kurangnya kemampuan pemahaman
19
menggunakan media yang lebih menarik dan lebih bervariatif lagi. Ini
dimaksudkan agar dalam pembelajaran anak lebih semangat dan termotivasi.
Sehingga anak mampu mengerjakan kegiatan tersebut sesuai dengan harapan
guru. Dengan menggunakan media yang menarik tersebut penulis berharap
agar benar-benar anak semangat dan tidak cepat bosan dalam melakukan
kegiatan sesuai langkah-langkah yang dipratekkan guru dalam kegiatan
menggunting.
Setelah melakukan pengamatan dan refleksi dari kegiatan
pembelajaran siklus I, Peneliti mengidentifikasi masalah yang menyebabkan
kegiatan pembelajaran tersebut belum optimal. Dari beberapa masalah yang
teridentifikasi pada kegiatan pembelajaran siklus I akan menjadi acuan dalam
perbaikan pembelajaran pada siklus II. Peneliti mencoba memperbaiki
metode pembelajaran dengan menggunakan metode dan media yang lebih
menarik dan lebih bervariatif lagi. Ini dimaksudkan agar dalam pembelajaran
anak lebih semangat dan termotivasi. Sehingga anak mampu mengerjakan
kegiatan mengenal konsep angka 1-10 tersebut sesuai dengan harapan guru.
Dengan menggunakan media yang menarik tersebut peneliti berharap agar
benar-benar anak semangat dan tidak cepat bosan dalam melakukan kegiatan
sesuai langkah-langkah yang dipratekkan guru dalam kegiatan mengenal
konsep angka 1-10.
Hasil belajar kegiatan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak menggunting yang diawali dengan pra
siklus/observasi awal, siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan hasil
belajar secara signifikan.
Pra Siklus Siklus I Siklus II
MB 6 30% 7 35% 1 5%
BB 13 65 % 9 45 % 1 5%
21
pembelajaran meningkat pada sikus I menjadi 20%, dan pada siklus II tingkat
keberhasilan mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 90%.
Langkah-langkah guru untuk meningkatkan kemampuan anak
mengenal konsep angka 1-10 yaitu menggunakan metode pembelajaran yang
tepat yaitu demonstrasi (memperagakan, melakukan, menjelaskan),
menggunakan media yang menarik, variatif dan kreatif, memberi contoh dan
penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, memberi bimbingan
dan motivasi serta penghargaan kepada anak dengan baik.
b. Saran
Dari pembahasan hasil yang diperoleh pada kegiatan perbaikan
pembelajaran, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi anak didik
a) Anak hendaknya lebih berkonsentrasi pada kegiatan pembelajaran,
sehingga dapat memahami setiap penjelasan yang diberikan oleh guru
dengan baik.
b) Anak hendaknya tetap bersemangat untuk belajar, sehingga dapat
mengembangkan seluruh potensi diri dan meningkatkan kemampuan
dalam kegiatan belajar.
2. Bagi guru
a) Guru hendaknya berupaya untuk memberi kegiatan pembelajaran yang
menarik, menantang, kreatif dan inovatif agar dapat bereksplorasi
seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, dan karakteristik anak.
b) Guru hendaknya memberikan penjelasan pembelajaran dengan jelas,
runtut dan disertai dengan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c) Guru hendaknya memberikan bimbingan, pengawasan, dan motivasi
kepada anak dengan baik.
d) Guru TK diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia
pendidikan anak usia dini, sehingga dapat meningkatkan kualitas
kegiatan pengembangannya.
24
Daftar Pustaka