Anda di halaman 1dari 25

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL

KONSEP ANGKA 1-10 DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN ALAM


PADA KELOMPOK B TK TUNAS HARAPAN KALIPANCUR
KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN
PELAJARAN 2018/2019

Oleh:
ELY YUNIATI
NIM 836674673
elyyuniati1122@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam


kegiatan mengenal konsep angka 1-10 dengan menggunakan bahan alam pada anak
kelompok B TK Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan
Tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang dilakukan dalam 2 (dua) siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian
adalah anak kelompok B yang berjumlah 20 anak. Pengumpulan data menggunakan
observasi dan dokumentasi hasil karya anak. Data diperoleh dari observasi awal, siklus I
dan siklus II. Hasil observasi awal adalah hanya 1 anak (5%) sudah berkembang sesuai
harapan dalam mengenal konsep angka 1-10 dengan menggunakan bahan alam tanpa
bimbingan guru, siklus I diperoleh hasil 4 anak (20%) sudah berkembang sesuai harapan
dalam mengenal konsep angka 1-10 dengan menggunakan bahan alam tanpa bimbingan
guru dan siklus II diperoleh hasil 18 anak (90%) sudah berkembang sesuai harapan
dalam mengenal konsep angka 1-10 dengan menggunakan bahan alam tanpa bimbingan
guru. Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui kegiatan mengenal konsep angka 1-
10 dengan menggunakan bahan alam dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada
anak Kelompok B TK Tunas Harapan Kalipancur.

Kata kunci: kognitif, konsep angka, bahan alam

1
2

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1. Identifikasi masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan jenjang
pendidikan yang penting dalam proses perkembangan anak. Pada saat ini,
PAUD sudah mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah, terbukti
dengan banyak berdirinya lembaga PAUD didaerah pedesaan ataupun
diperkotaan. Selain itu sudah disadari secara penuh bahwa perkembangan
anak itu lebih banyak terjadi pada saat usia dini (Slamet Suyanto, 2005:
7) yaitu masa usia dini disebut sebagai masa golden age, pertumbuhan
dan perkembangan fisik, motorik, sosial-emosional, kognitif, moral, dan
bahasa terjadi begitu pesat, karena itulah diperlukan stimulasi yang tepat
dan diberikan sejak usia dini.
Berbagai aspek perkembangan anak secara utuh dikembangkan,
meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik-motorik, moral, dan
sosial-emosional. Aspek tersebut perlu untuk dikembangkan secara
optimal sebagai landasan perkembangan anak pada tahapan selanjutnya.
Salah satu aspek perkembangan yang perlu dikembangkan adalah
kognitif, suatu proses berpikir yaitu berupa kemampuan untuk
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Menurut
Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 53) perkembangan kognitif anak pada
umumnya memiliki fase (tahapan) yang sama yaitu melalui empat tahap
dimulai dari tahap sensori motor, praoperasional, konkret operasional,
dan formal operasional. Dari empat tahapan yang telah disebutkan
pendidik dapat memberikan stimulasi kepada anak dengan tepat dan
sesuai agar tidak berakibat fatal kepada anak. Anak tidak mampu berpikir
seperti orang dewasa pada umumnya. Anak Taman Kanak-kanak (TK)
pada berada dalam tahap pra operasional, anak diberi pengalaman yang
konkret dirasakan langsung oleh anak. Anak tidak dapat menerima
materi/konsep yang sifatnya menghafal, karena anak menjadi terbebani,
bosan dan verbalismenya belum cukup mampu.
Menurut Bruner (Slamet Suyanto, 2005: 53), sebaiknya anak yang
sedang belajar angka dimulai dari benda yang nyata sebelum anak
3

mengenal angka. Anak dapat belajar dengan tahapan enaktif yaitu dengan
benda konkret, ikonik dengan gambar dan simbolik dengan kata atau
simbol. Berdasarkan teori tersebut, maka seharusnya dalam proses
pembelajaran berhitung pendidik mengenalkan secara langsung dalam
mengenal angka 1-10 melalui benda-benda konkret, agar anak dapat
melihat dan memegang secara langsung. Tentunya proses tersebut

memerlukan waktu yang lama dan melalui proses yang bertahap.


2. Analisis masalah
Berdasarkan pengamatan dalam kegiatan pengembangan kognitif di TK
Tunas Harapan Kalipancur kelompok B Kecamatan Bojong Kabupaten
Pekalongan ditemukan masalah rendahnya kemampuan anak dalam
membilang, yang ditandai dengan kondisi sebagai berikut: 1) keengganan
anak-anak untuk mendengarkan penjelasan guru; 2) Perilaku belajar anak
yang lebh suka bermain sendiri; 3) Perbedaan perkembangan anak dan
latar belakang yang berbeda dan 4) Kurangnya kemampuan anak dalam
membilang. Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut diatas maka
masalah yang akan dipecahkan adalah kurangnya kemampan anak dalam
mengenal konsep angka 1-10. Adapun penyebab masalah tersebut karena
strategi mengajar dan alat peraga yang digunakan kurang menarik
perhatian anak.
3. Alternatif dan pemecahan masalah
Dari analisis penyebab masalah, penulis dengan dibantu rekan sejawat
dan supervisor, merencanakan pemecahan masalah. Alternatif
pemecahan masalah meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal
angka 1-10 dengan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep angka 1-10
dengan menggunakan bahan alam pada anak Kelompok B di TK Tunas
Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Semester
I Tahun Pelajaran 2018/2019”.
4

b. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal
konsep angka 1-10 dengan menggunakan bahan alam pada anak Kelompok B
di TK Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan
Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019?”.

c. Tujuan Perbaikan Pembelajaran


Kegiatan perbaikan pembelajaran yang penulis laksanakan bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep angka 1-10
dengan menggunakan bahan alam pada anak Kelompok B di TK Tunas
Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Semester I
Tahun Pelajaran 2018/2019

d. Manfaat Perbaikan Pembelajaran


1. Manfaat bagi anak didik
a. Memberikan pengalaman belajar yang berkesan dan bermakna
b. Memberikan pengalaman belajar yang nyata
c. Meningkatkan pemahaman anak dalam mengenal angka 1-10
2. Manfaat bagi pendidik
a. Meningkatkan kretifitas guru dalam menggunakan alat peraga yang
dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10
b. Meningkatkan peran guru dalam mendampingi anak didik melakukan
pembelajaran
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan profesionalisme
guru
3. Manfaat bagi sekolah
a. Memberikan masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran di Taman
kanak-kanak
b. Memberikan inspirasi untuk menggali dan mewujudkan model-model
pembelajaran yang inovatif di TK
c. Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru.
II. Kajian Pustaka
a. Pengembangan Kognitif
Vigotsky mengemukakan bahwa manusia dilahirkan dengan
seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan,
mengamati dan mengingat (Dworetsky, 1990). Kebudayaan akan
mentransformasikan kemampuan tersebut kedalam bentuk fungsi kognitif
yang lebih tinggi, terutama dengan cara mengadakan hubungan
bermasyarakat dan melalui proses pembelajaran serta penggunaan bahasa.
Hal ini sejalan dengan pendapat Guilford (Hilderbrand, dalam Moeslihatoen,
1999) untuk membantu pengembangan kognitif anak perlu dibekali dengan
pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan
mendengarkan dengan tepat.
b. Mengenal Konsep Angka
Konsep matematika yang paling penting dipelajari anak usia 3, 4, dan 5
tahun adalah pengembangan terhadap suatu bilangan. Menurut Seefeldt,
(2008: 392) peka pada bilangan itu lebih dari sekedar kegiatan menghitung,
tetapi juga pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu
lawan satu (Hartnett & Gelman, 1998).
Menyebut bilangan dari suatu himpunan diperlukan bahasa yang sama
yang berupa lambang-lambang, sehingga dapat disusun lambang bilangan.
Bilangan itu sendiri tidak dapat dilihat, ditulis, dibaca, atau dikatakan karena
suatu ide. Menurut Soesadiatmojo, (1983: 67) bilangan itu hanya dapat
dihayati atau dipikirkan saja, maka untuk menyatakan bilangan diperlukan
lambang atau simbol. Salah satu simbol bilangan adalah angka yang artinya
adalah notasi dari bilangan itu sendiri. Penjelasan yang ada dalam buku
lainnya (Soemartono dkk, 1992: 8) dituliskan bahwa lambang dasar dari
sistem Hindu-Arab disebut dengan angka. Seringkali bilangan disebut seperti
rangkaian kata-kata tanpa makna yang berkaitan dengan bilangan itu. Untuk
menyatakan suatu bilangan dijelaskan dalam pedoman umum matematika
bahwa sebelumnya kita harus memberi nama pada bilangan-bilangan
tersebut. Nama yang digunakan misalnya satu, dua, tiga, dan seterusnya,
kemudian kita baru mengenal lambang atau simbol untuk mewakili bilangan

5
6

yang disebut dengan lambang bilangan atau angka. Setiap bilangan memiliki
beberapa lambang bilangan. Contohnya bilangan lima dapat ditulis dengan
lambang bilangan bentuk romawi V atau dengan lambang yang berasal
dari arab yang biasanya kita lihat yaitu Satu lambang bilangan hanya
mewakili satu bilangan saja. Kebanyakan dalam suatu penulisan dan
pemakaian lambang bilangan yang ada dalam bentuk desimal dengan sistem
nilai tempat. Semua lambang desimal dapat disusun dari simbol-simbol yang
disebut dengan angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Menurut (Wahyudi, 2005: 110) dijelaskan angka adalah pemahaman
bahwa satu adalah satu, dan dua adalah dua dan seterusnya. Anak prasekolah
kesulitan dalam memikirkan angka karena memiliki nilai khusus. Pada
beberapa kesempatan anak dapat menghitung dan memberi angka pada suatu
benda. Contohnya “1” digunakan untuk satu obyek, “2” untuk untuk dua
obyek, “3” untuk tiga obyek, dan seterusnya. Untuk dapat memahami secara
benar dapat terjadi saat anak berusia 6-7 tahun.
Dari pengertian para tokoh tentang angka, penulis dapat menyimpulkan
bahwa angka adalah lambang dari suatu bilangan yang berkaitan dengan
bilangan tersebut.
c. Bermain dengan Bahan Alam
1. Media
Media berasal dari kata “medium” yang diartikan sebagai sarana
atau alat yang digunakan untuk mencapai tujuan (Pekerti Widia, dkk.,
2015:9.33). Gagne (dalam Sujiono Yuliani N., dkk., 2014:8.3)
menyampaikan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar. Pendapat
lain disampaikan oleh Briggs (dalam Sujiono Yuliani N., dkk., 2014:8.4),
yaitu bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta mendorong anak untuk belajar”.
Media menjadi bagian yang sangat vital dalam kegiatan
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Media dipergunakan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar efektif, efisien dan teratur
sehingga tujuan pembelajaran di TK dapat tercapai dengan baik. Secara
7

umum, media dapat berarti alat yang digunakan sebagai sumber belajar.
Hasil belajar menjadi positif apabila media direncanakan dengan baik
dalam pengggunaan di kelas. Mayke (dalam Sujiono Yuliani N., dkk.,
2014:8.4) berpendapat bahwa “belajar dengan bermain memberi
kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang,
menemukan sendiri tentang berbagai macam hal, bereksplorasi,
mempraktikan, dan mendapatkan berbagai macam konsep serta
pengertian tentang berbagai macam hal”.
Media yang digunakan sebaiknya mudah didapat baik materi atau
bahan yang tersedia di toko maupun diambil dari lingkungan sekitar.
Media dari lingkungan sekitar antara lain media yang berasal dari bahan-
bahan sisa dan media dari bahan-bahan alam. Bahan alam merupakan
materi atau bahan yang didapat dari alam seperti daun kering, biji kering,
pelepah pisang kering, bunga kering, dan sebagainya. Bahan-bahan
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal
konsep angka 1-10.
Berdasarkan definisi pendapat-pendapat di atas, penulis
menyimpulkan bahwa media adalah bahan yang digunakan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar anak dapat lebih respon, tertarik
dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan yang ada, sehingga hasil
belajar anak dapat sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran.
Media ada yang berasal dari bahan alam dan bahan sisa. Media yang
bervariasi berarti media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
tidak monoton, ada variasi media sehingga anak tidak bosan dan jenuh.
2. Bahan Alam
Bahan alam adalah bahan-bahan yang berasal dari alam yang dapat
diolah menjadi barang-barang yang bermanfaat bagi penggunanya.
Seperti: batu-batuan, kayu, ranting, biji-bijian, daun-daun kering,
pelepah, bambu, bunga, batang padi, wortel, dll.
8

III. Rencana Perbaikan


A. Subyek Penelitian
1. Lokasi
Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong
Kabupaten Pekalongan merupakan tempat dilaksanakannya penelitian
tindakan kelas. Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kalipancur terletak
di Desa Kalipancur, Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.
2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diawali dengan
persiapan sampai pembuatan laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) dimulai pada awal bulan Oktober sampai akhir bulan
November. Kegiatan persiapan meliputi; orientasi PKP, membuat
identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah serta rancangan satu
siklus.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu:
Siklus ke I dan siklus ke II. Siklus ke I dilaksanakan pada hari Senin-
Jum’at tanggal 15-19 Oktober 2018. Sedangkan siklus ke II dilaksanakan
hari Senin-Jum’at tanggal 22-26 Oktober 2018. Pembuatan laporan PKP
dimulai minggu pertama sampai minggu terakhir pada bulan November.
Untuk menyusun dan unggah karil dilaksanakan pada minggu pertama
sampai minggu ketiga bulan Desember.
Adapun rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas ini, dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 3.1
Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian
Bulan/Minggu
Rancangan Septembe Oktober November Desember
No r
kegiatan
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan   
Pelaksanaan
2  
siklus I
9

Pelaksanaan
3  
siklus II
Penyusunan
4 laporan    
PKP
Penyusunan
5    
draf Karil

3. Tema
Tema dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini, penulis
mengambil tema kebutuhanku pada siklus I, tema tanaman pada siklus II,
untuk meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan mengenal
konsep angka 1-10 menggunakan bahan alam di kelompok B TK Tunas
Harapan Kalipancur.
4. Kelompok
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok B TK Tunas
Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, dengan
jumlah siswa 15 yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan.
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan 2 (dua)
siklus, maka indikator keberhasilan adalah Perbaikan pembelajaran
dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep angka 1-10
dinyatakan berhasil, jika 80% anak didik mampu mengenal konsep angka
1-10 dengan baik .
Tema yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas mengikuti
tema yang ada di sekolah yang akan diadakan penelitian tindakan kelas.
Pada siklus I dan II mengambil tema Kebutuhanku dengan sub tema
bahan alam.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis memilih kelompok B di
TK Tunas Harapan Kalipancur, dengan jumlah anak didik sebanyak 15
anak, yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Data anak
didik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
10

Tabel 3.2
Data Anak Didik Kelompok B TK Tunas Harapan Kalipancur
Tahun Pelajaran 2018/2019

No Nama Anak L/P KET.

1 AFTAR SYAFANTA L
2 AHMAD F L
3 AINI RAHMA P
4 AL HAMID L
5 ALIKA P
6 CITRA P
7 KEYZA P
8 LATIFA P
9 MALIKA P
10 MUH. ABYANUL L
11 M. REVANZA L
12 NAYLA P
13 NISWATUL P
14 RAFAN L
15 RINA P
16 RIYAN L
17 SANTI P
18 SAVITA P
19 SISKA P
20 SORYOATMOJO L

5. Karakteristik
Karakteristik peserta didik di TK Tunas Harapan Kalipancur berasal
dari lingkungan sekitar TK yang sebagian besar orang tuanya bekerja
sebagai petani dan wiraswasta dengan penghasilan menengah ke bawah.
11

Ada beberapa anak yang masih ditunggui oleh ibunya. Karakteristik


perkembangan karakter anak usia dini menurut Hartati, 2005 adalah
memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka
berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar,
menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang
pendek, sebagai bagian dari makhluk sosial (Aisyah, dkk. 2013).
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Langkah-langkah perbaikan tersebut akan dilaksanakan 5 hari (5 RKH)
berturut-turut. Penulis merencanakan dua siklus yang terdiri dari empat tahap,
seperti rencana pelaksanaan, prosedur pelaksanaan PTK, rencana pengamatan
dan pengumpulan data, dan rencana refleksi.
1. Rencana Tindakan
a. Rencana Tindakan
- Siklus I dilaksanakan selama 5 (lima) kali pertemuan dengan tahapan
perencanaan sebagai berikut: RKH 1: mengenal angka 1-10
menggunakan kartu angka, RKH 2: menghubungkan gambar buah ke
angka; RKH 3: mengurutkan angka 1-10 menggunakan puzzle
angka; RKH 4: membilang angka dengan menunjuk gambar buah
dan RKH 5: memasangkan angka 1-10 pada gambar buah
- Siklus II dilaksanakan selama 5 (lima) kali pertemuan dengan
tahapan perencanaan sebagai berikut: RKH 1: menghitung buah
wortel 1-10, RKH 2: mengurutkan angka 1-10 dengan urutan gambar
buah tomat dari yang besar ke kecil, RKH 3: mencepit-cepitkan
gambar buah tomat sesuai dengan angka yang tertulis, RKH 4:
menempel angka sesuai dengan jumlah gambar sayur dan RKH 5:
menghubungkan angka 1-10 dengan gambar sayur.
b. Langkah-langkah Perbaikan
1) Guru membuat rancangan perbaikan pembelajaran yang meliputi
berbagai macam kegiatan pengembangan.
2) Guru menentukan sistem pengelolaan kelas :
a) Merancang penataan kelas;
12

b) Merancang pengorganisasian kelas.


3) Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk setiap
kegiatan pengembangan selama satu Siklus.
4) Membuat RPPH satu Siklus.
5) Mendiskusikan RPPH dengan Supervisor 2.
6) Mempersiapkan alat penilaian untuk kemampuan anak yang berupa
lembar observasi.
7) Mempersiapkan lembar APKG-PKP 1 dan 2 serta lembar refleksi.
8) Melakukan koordinasi dengan Supervisor 2 untuk pelaksanaan
kegiatan pengembangan.
9) Melaksanakan kegiatan pengembangan sesuai dengan rancangan
pengembangan.
10) Supervisor 2 melakukan pengamatan.
11) Melakukan perbaikan berdasarkan refleksi.
12) Membuat rancangan satu Siklus, RPPH 1-5 untuk siklus I.
2. Prosedur Pelaksanaan PTK
Pelaksanaan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) melibatkan
berbagai pihak, yaitu peserta PKP/mahasiswa, pengelola UPBJJ-UT,
supervisor 1 dan 2, penilai dan pemeriksa laporan PKP. Supervisor 2
adalah supervisor/pembimbing mahasiswa di lapangan (sekolah tempat
mahasiswa mengajar) saat melakukan perbaikan pengembangan. Dalam
penelitian ini penulis meminta bantuan kepada Emi Partinah, S.Pd. AUD
sebagai supervisor 2. Tugas supervisor 2 adalah sebagai berikut: a)
Membimbing penulis di sekolah tempat mengajar terkait dengan perbaikan
kegiatan pengembangan. b) Memberi masukan terhadap rancangan satu
siklus, RKH perbaikan, dan skenario perbaikan yang disusun penulis. c)
Mengamati dan menilai kinerja penulis pada tiap akhir siklus pelaksanaan
perbaikan kegiatan pengembangan. d) Memberi masukan terhadap kinerja
penulis setelah pelaksanaan perbaikan kegiatan pengembangan dengan
cara memberikan bimbingan dalam melakukan refleksi. e) Memeriksa
13

kesesuaian antara jurnal pembimbingan PKP dengan laporan PKP. f)


Membuat jurnal kegiatan pembimbingan PKP.
Penilai adalah kepala sekolah tempat mahasiswa mengajar atau
pengawas sekolah yang bersangkutan atau Dosen PTS/PTN setempat yang
yang dapat menilai RKH dengan menggunakan APKG-PKP 1dan
perbaikan kegiatan pengembangan dengan menggunakan APKG-PKP 2.
Dalam hal ini penulis meminta bantuan Ani Rimawulan S.Pd., sebagai
penilai. Sedangkan tugas penilai adalah bersama supervisor 2 menilai
RKH pada akhir siklus 2 yang dibuat oleh mahasiswa dan pelaksanaannya
dengan menggunakan APKG-PKP 1 dan APKG-PKP 2.
Dalam kegiatan pengembangan PKP penulis melakukan PTK yang
pelaksanaannya melalui beberapa tahap. Langkah perencanakan
merupakan langkah pertama dalam PTK. Melakukan tindakan sebagai
langkah kedua yang merupakan realisasi dari rencana yang dibuat. Agar
tindakan yang dilakukan diketahui maka perlu adanya pengamatan.
Refleksi sebagai langkah keempat yang bisa didapat dari pengamatan.
3. Rencana pengamatan dan pengumpulan data
Rencana pengamatan dan pengumpulan data dibantu supervisor 2,
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengembangan berlangsung dengan
pengisian instrument yang telah disediakan. Rencana pengamatan dan
pengumpulan data dalam penelitian perbaikan pengembangan ini
menggunakan :
a. Teknik pengumpulan data
 Observasi adalah merupakan salah satu teknik atau metode dalam
mengumpulkan data pada sebuah penelitian.
 Dokumentasi adalah kumpulan data yang berbentuk nyata dan
diperoleh berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut dengan
proses dokumentasi.
b. Alat pengumpul data
 Lembar Penilaian Hasil Tindakan Guru berupa APKG-PKP 1 dan 2
 Lembar Penilaian Kemampuan Anak
14

 Pedoman Penilaian
 Lembar Pengamatan
4. Rencana Refleksi
Refleksi adalah kegiatan merenung atau mengingat dan
menghubung-hubungkan kinerja mengajar yang telah, sedang atau akan
terjadi dalam pembelajaran (Schmuck, A. Richard, 2008).
Refleksi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan
deduksi. Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara
intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya
sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan.
Sebelum melakukan PTK penulis membuat refleksi. Hasil refleksi
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan perubahan atau perbaikan
yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran dengan
mempertimbangkan hal-hal yang telah dan akan terjadi. Tujuan refleksi
adalah untuk menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki guru
dalam kegiatan pengembangan yang dikelolanya.
15

IV. Hasil dan Pembahasan


a. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan
1. Observasi Awal
Hasil pembelajaran kegiatan mengenal konsep angka 1-10, dari 20 anak
hanya 1 atau sebesar 5% anak yang sudah mampu mengenal konsep
angka 1-10 tanpa bimbingan guru, 6 anak atau sebesar 30% anak yang
mulai berkembang mengenal konsep angka 1-10 dengan bimbingan guru
dan 13 anak atau sebesar 65% anak yang masih butuh bantuan dalam
kegiatan mengenal konsep angka. Hal ini menunjukkan kegiatan
pembelajaran belum berhasil, karena tingkat keberhasilannya hanya 5%
saja, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus I.
2. Siklus I
Kegiatan perbaikan siklus I mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi kegiatan pembelajaran perbaikan. Siklus I
dilaksanakan tanggal 15-19 Oktober 2018 dengan tema kebutuhanku.
Berikut rancangan satu siklus I.
Tujuan Perbaikan
Mengenal konsep angka 1-10 dengan menggunakan media bahan
alam pada anak TK kelompok B di TK Tunas Harapan Kalipancur
Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari hasil penelitian dalam kegiatan kognitif di TK
Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan
bahwa di kelompok B di temukan masalah yang berkaitan dengan
“kemampuan mengenal konsep angka”
Masalah yang penulis hadapi yaitu
a. Kurangnya kemampuan pemahaman konsep bilangan
b. Strategi mengajar guru menggunakan media masih terbatas
c. Perilaku belajar anak masih ribut
16

Analisis masalah
Dari ketiga masalah yang teridenfikasi, masalah yang akan
dipecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam memahami
konsep bilangan. Penyebab masalah tersebut karena kurangnya
penggunaan media dan sumber belajar serta strategi mengajar guru atau
pendidik yang kurang menarik sehingga pembelajaran terkesan
seadanya dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak
dan masih belum tercapai kematangan. Masalah media pembelajaran
oleh guru dalam pembelajaran konsep bilangan dapat diatasi dengan
menggunakan berbagai bahan alam supaya anak lebih tertarik dalam
kegiatan mengenal konsep angka.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan penulis maka
rumusan masalahnya yaitu:
“Bagaiman cara mengenal konsep angka melalui media bahan alam
pada anak kelompok B di TK Tunas Harapan KalipancurKecamatan
Bojong Kabupaten Pekalongan?”
Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I menunjukkan bahwa dari
jumlah 20 anak, 4 anak (20%) yang berkembang sesuai harapan dalam
mengenal konsep angka 1-10 dengan baik tanpa bimbingan guru, 7 anak
(35%) mulai berkembang mengenal konsep angka 1-10 dengan
bimbingan guru dan 9 anak (45%) yang belum berkembang dalam
mengenal konsep angka 1-10. Dari data tersebut dapat diketahui tingkat
keberhasilan anak dalam mengenal konsep angka 1-10 mengalami
peningkatan. Tingkat keberhasilan siklus I kegiatan mengenal konsep
angka 1-10 media bahan alam adalah 20%. Tingkat keberhasilan tersebut
belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan sehingga
peneliti melanjutkan melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
17

3. Siklus II
Kegiatan siklus II mulai dari perencanaan pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi kegiatan perbaikan. Siklus II dilaksanakan tanggal 22-26 Okt
2018 dengan tema kebutuhan/bahan alam.
Berikut rancangan satu siklus II:
Tujuan Perbaikan
Meningkatkan kemampuan konsep angka melalui berbagai media
pada anak kelompok B di TK Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan
Bojong Kabupaten Pekalongan.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari hasil pengamatan dalam kegiatan kognitif di TK Tunas
Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan bahwa di
kelompok B ditemukan masalah yang berkaitan dengan “Mengenal
angka 1-10”
Masalah yang dihadapi yaitu :
a. Keengganan anak dalam belajar menyebut angka
b. Strategi mengajar guru kurang menggunakan media dan sumber
belajar
c. Perilaku belajar anak misal anak ribut, pasif dan malas
d. Kurangnya kemampuan pemahaman angka
Analisis Masalah
Dari keempat masalah yang teridentifikasi, masalah yang akan di
pecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam memahami konsep
angka,Masalah ini dirasa berat dan dapat menimbulkan masalah baru.
Penyebab masalah tersebut karena kurangnya penggunaan media dan
sumber belajar serta strategi mengajar guru/pendidik yang kurang
menarik sehingga pembelajaran terkesan seadanya dan tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif anak dan perkembangan kognitif
anak masih belum mencapai kematangan. Masalah media pembelajaran
18

oleh guru dalam pembelajaran mengenal angka dapat di atasi dengan


menggunakan media bahan alam supaya anak lebih tertarik dalam
kegiatan mengenal angka.
Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka rumusan
masalahnya yaitu: “Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan
mengenal angka melalui media bahan alam pada anak kelompok B di TK
Tunas Harapan Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan?”
Dari hasil pelaksanaan perbaikan pada Siklus II terjadi peningkatan
yang sangat baik, dari 20 anak, 18 anak (90%) yang berkembang sesuai
harapan dalam mengenal konsep angka 1-10 tanpa bimbingan guru
dengan baik, 1 anak (5%) mulai berkembang dalam mengenal konsep
angka 1-10 dengan bimbingan guru dan 1 (5%) anak yang belum
berkembang dalam mengenal konsep angka 1-10. Tingkat keberhasilan
pada Siklus II mencapai 90%, hal tersebut sudah menunjukkan bahwa
melalui kegiatan mengenal konsep angka 1-10 media bahan alam mampu
meningkatkan kemampuan anak Kelompok B TK Tunas Harapan
Kalipancur. Hasil diskusi peneliti dan teman sejawat dengan melihat
tingkat keberhasilan yang mencapai 90%, maka perbaikan dinyatakan
berhasil dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

b. Pembahasan Penelitian
Hasil pembelajaran kegiatan pembelajaran mengenal konsep angka 1-
10 belum mencapai hasil yang optimal, karena dari jumlah 20 anak yang
berkembang sesuai harapan dalam mengenal konsep angka 1-10 tanpa
bimbingan guru hanya 1 anak, atau tingkat keberhasilan pada kondisi awal
hanya 5%.
Setelah melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran pra siklus dapat
diketahui kelemahan-kelemahan yang dapat menyebabkan tujuan atau hasil
belajar anak belum berhasil, yaitu1) Kurangnya kemampuan pemahaman
19

konsep bilangan, 2) Strategi mengajar guru menggunakan media masih


terbatas dan 3) Perilaku belajar anak masih ribut..
Dari ketiga masalah yang teridenfikasi, masalah yang akan
dipecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam memahami konsep
bilangan. Penyebab masalah tersebut karena kurangnya penggunaan media
dan sumber belajar serta strategi mengajar guru/pendidik yang kurang
menarik sehingga pembelajaran terkesan seadanya dan tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitif anak dan masih belum tercapai kematangan.
Masalah media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran konsep bilangan
dapat diatasi dengan menggunakan berbagai bahan alam supaya anak lebih
tertarik dalam kegiatan mengenal angka. Untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran pra siklus, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada
siklus I yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
mengenal konsep angka 1-10.
Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I, jumlah 20 anak, 4 anak (20%)
yang berkembang sesuai harapan dalam mengenal konsep angka 1-10 tanpa
bimbingan guru, 7 anak (35%) mulai berkembang dalam mengenal konsep
angka 1-10 dengan bimbingan guru dan 9 anak (20%) yang belum
berkembang dalam mengenal konsep angka 1-10, membutuhkan bimbingan
guru. Dari data tersebut sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
anak dalam mengenal konsep angka 1-10, tetapi belum mencapai hasil yang
optimal, tingkat keberhasilan baru mencapai 20%. Hal ini disebabkan pada
waktu pelaksanaan kegiatan perbaikan pada siklus I ditemukan masalah-
masalah yaitu 1) Keengganan anak dalam belajar menyebut angka, 2) Strategi
mengajar guru kurang menggunakan media dan sumber belajar, 3) Perilaku
belajar anak misal anak ribut,pasif dan malas dan 4) Kurangnya kemampuan
pemahaman angka. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan
perbaikan pembelajaran lebih lanjut yang dilaksanakan pada siklus II.
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi pada kegiatan
pembelajaran siklus I akan menjadi acuan dalam perbaikan pembelajaran
pada siklus II. Penulis mencoba memperbaiki metode pembelajaran dengan
20

menggunakan media yang lebih menarik dan lebih bervariatif lagi. Ini
dimaksudkan agar dalam pembelajaran anak lebih semangat dan termotivasi.
Sehingga anak mampu mengerjakan kegiatan tersebut sesuai dengan harapan
guru. Dengan menggunakan media yang menarik tersebut penulis berharap
agar benar-benar anak semangat dan tidak cepat bosan dalam melakukan
kegiatan sesuai langkah-langkah yang dipratekkan guru dalam kegiatan
menggunting.
Setelah melakukan pengamatan dan refleksi dari kegiatan
pembelajaran siklus I, Peneliti mengidentifikasi masalah yang menyebabkan
kegiatan pembelajaran tersebut belum optimal. Dari beberapa masalah yang
teridentifikasi pada kegiatan pembelajaran siklus I akan menjadi acuan dalam
perbaikan pembelajaran pada siklus II. Peneliti mencoba memperbaiki
metode pembelajaran dengan menggunakan metode dan media yang lebih
menarik dan lebih bervariatif lagi. Ini dimaksudkan agar dalam pembelajaran
anak lebih semangat dan termotivasi. Sehingga anak mampu mengerjakan
kegiatan mengenal konsep angka 1-10 tersebut sesuai dengan harapan guru.
Dengan menggunakan media yang menarik tersebut peneliti berharap agar
benar-benar anak semangat dan tidak cepat bosan dalam melakukan kegiatan
sesuai langkah-langkah yang dipratekkan guru dalam kegiatan mengenal
konsep angka 1-10.
Hasil belajar kegiatan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak menggunting yang diawali dengan pra
siklus/observasi awal, siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan hasil
belajar secara signifikan.
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tingkat Tingkat Tingkat


Kriteria Jumlah Jumlah Jumlah
Keberha Keberha Keberha
Anak Anak Anak
silan silan Silan

BSH 1 5% 4 20% 18 90%

MB 6 30% 7 35% 1 5%

BB 13 65 % 9 45 % 1 5%
21

Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran


mengenal konsep angka 1-10 pada pra siklus dari jumlah 20 anak hanya 1
anak (5%) yang berkembang sesuai harapan dalam mengenal konsep angka 1-
10 tanpa bimbingan guru, 6 anak (30%) anak yang mulai berkembang dalam
mengenal konsep angka 1-10 dengan bimbingan guru, dan 13 anak (53%)
anak yang belum berkembang dalam mengenal konsep angka 1-10. Pada
siklus I, diperoleh hasil belajar yaitu dari 20 anak, 4 anak (20%) yang
berkembang sesuai harapan dalam mengenal konsep angka 1-10 tanpa
bimbingan guru, 7 anak (35%) mulai berkembang dalam mengenal konsep
angka 1-10 dengan bimbingan guru dan 9 anak (20%) yang belum
berkembang dan butuh bantuan guru dalam mengenal konsep angka 1-10.
Sedangkan pada siklus II diperoleh data hasil belajar yaitu, dari 20 anak, 18
anak (90%) yang sudah sudah berkembang sesuai harapan dalam mengenal
konsep angka 1-10 tanpa bimbingan guru, 1 anak (5%) mulai berkembang
dalam mengenal konsep angka 1-10 dan 1 anak (5%) yang belum
berkembang dalam mengenal konsep angka 1-10.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pada
kegiatan mengenal konsep angka 1-10 mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Pada pra siklus tingkat keberhasilan hanya 5%, keberhasilan
pembelajaran meningkat pada sikus I menjadi 20%, dan pada siklus II tingkat
keberhasilan mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 90%.
22

V. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran dalam upaya meningkatkan
kemampuan mengenal konsep angka 1-10 media bahan alam yang
dilaksanakan di kelompok B TK Tunas Harapan Kalipancur, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Kegiatan mengenal konsep angka 1-10 dapat meningkatkan
kemampuan anak, hal ini dapat dibuktikan dari data hasil belajar setelah
diadakan penelitian tindakan kelas dan melakukan perbaikan pembelajaran
pada kegiatan mengenal konsep angka 1-10 menggunakan media bahan alam,
yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada pra siklus dari
jumlah 20 anak hanya 1 anak (5%) yang berkembang sesuai harapan dalam
mengenal konsep angka 1-10 tanpa bimbingan guru, 6 anak (30%) anak yang
mulai berkembang dalam mengenal konsep angka 1-10 dengan bimbingan
guru, dan 13 anak (53%) anak yang belum berkembang dalam mengenal
konsep angka 1-10. Pada siklus I, diperoleh hasil belajar yaitu dari 20 anak, 4
anak (20%) yang berkembang sesuai harapan dalam mengenal konsep angka
1-10 tanpa bimbingan guru, 7 anak (35%) mulai berkembang dalam mengenal
konsep angka 1-10 dengan bimbingan guru dan 9 anak (20%) yang belum
berkembang dan butuh bantuan guru dalam mengenal konsep angka 1-10.
Sedangkan pada siklus II diperoleh data hasil belajar yaitu, dari 20 anak, 18
anak (90%) yang sudah sudah berkembang sesuai harapan dalam mengenal
konsep angka 1-10 tanpa bimbingan guru, 1 anak (5%) mulai berkembang
dalam mengenal konsep angka 1-10 dan 1 anak (5%) yang belum
berkembang dalam mengenal konsep angka 1-10.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pada
kegiatan mengenal konsep angka 1-10 mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Pada pra siklus tingkat keberhasilan hanya 5%, keberhasilan
23

pembelajaran meningkat pada sikus I menjadi 20%, dan pada siklus II tingkat
keberhasilan mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 90%.
Langkah-langkah guru untuk meningkatkan kemampuan anak
mengenal konsep angka 1-10 yaitu menggunakan metode pembelajaran yang
tepat yaitu demonstrasi (memperagakan, melakukan, menjelaskan),
menggunakan media yang menarik, variatif dan kreatif, memberi contoh dan
penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, memberi bimbingan
dan motivasi serta penghargaan kepada anak dengan baik.
b. Saran
Dari pembahasan hasil yang diperoleh pada kegiatan perbaikan
pembelajaran, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi anak didik
a) Anak hendaknya lebih berkonsentrasi pada kegiatan pembelajaran,
sehingga dapat memahami setiap penjelasan yang diberikan oleh guru
dengan baik.
b) Anak hendaknya tetap bersemangat untuk belajar, sehingga dapat
mengembangkan seluruh potensi diri dan meningkatkan kemampuan
dalam kegiatan belajar.
2. Bagi guru
a) Guru hendaknya berupaya untuk memberi kegiatan pembelajaran yang
menarik, menantang, kreatif dan inovatif agar dapat bereksplorasi
seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, dan karakteristik anak.
b) Guru hendaknya memberikan penjelasan pembelajaran dengan jelas,
runtut dan disertai dengan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c) Guru hendaknya memberikan bimbingan, pengawasan, dan motivasi
kepada anak dengan baik.
d) Guru TK diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia
pendidikan anak usia dini, sehingga dapat meningkatkan kualitas
kegiatan pengembangannya.
24

3. Bagi lembaga pendidikan (sekolah)


a. Sekolah hendaknya untuk melengkapi sarana dan prasarana
pembelajaran yang memadai, sehingga dapat mendukung kelacaran
proses kegiatan pembelajaran.
b. Sekolah hendaknya memberi dukungan dan kesempatan kepada guru
untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga dapat menjadi seorang
guru yang profesional.
c. Sekolah hendaknya menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan
pendidikannya.
4. Bagi orang tua
a) Orang tua hendaknya mendukung program sekolah yang telah
direncanakan dan telah menjadi visi dan misi.
b) Orang tua hendaknya memberi dukungan dan motivasi kepada anaknya
agar jangan mudah putus asa dalam belajar.
25

Daftar Pustaka

Asmawati , Luluk dkk (2009) pengelolaan kegiatan pengembangan anak usia


dini, Jakarta : Universitas Terbuka
Aisyah,Siti,dkk (2008) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini, Jakarta : Universitas Terbuka.
Departemen Pendidikan Nasional (2000) Permainan Membaca dan Menulis Di
Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar
Setiawan, Denny (2010) Analisis Pengembangan PAUD Jakarta : Universitas
Terbuka
Wijana, D. Widarmi,dkk (2010) kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta :
Universitas Terbuka
Wardani, I GAK (2014) Penelitian Tindakan Kelas Jakarta : Universitas
Terbuka

Anda mungkin juga menyukai