Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk


pendidikan Anak Usia Dini yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai
lembaga pendidikan Prasekolah, tugas utama TK adalah mempersiapkan anak
dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku, dan ketrampilan agar
anak dapat melanjutkan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar. Untuk
dapat menggali potensi yang dimiliki oleh setiap anak, maka diperlukan adanya
usaha yang sesuai dengan kondisi anak masing-masing. Upaya ini bisa dilakukan
dengan berbagai macam cara termasuk melalui berhitung permulaan.
Berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi
juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan. Metode berhitung
merupakan bagian dari matematika, hal ini diperlukan untuk menumbuhkembangkan
ketrampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama konsep bilangan yang merupakan  juga dasar bagi pengembangan
kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya
(Depdiknas, 2007, 1)

Pada kenyataannya, pembelajaran berhitung masih terasa sulit terutama bagi


anak usia dini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor permasalahan baik dari guru,
siswa maupun sumber belajar sebagai pendukungnya. Oleh karena itu untuk
memecahkan permasalahan tersebut di perlukan penelitian tindakan kelas
sebagai upaya perbaikan pelaksanaan  pembelajaran berhitung permulaan untuk
anak TK, hal ini ditandai dengan kondisi sebagai berikut :

1.1.1 Dari 20 anak baru 7 anak atau 47 % paham lambang bilangan sedangkan 1 3
anak atau 73 % belum paham lambang bilangan.

1
1.1.2 Untuk memahami proses berhitung tambah kurang secara sederhana hanya 7
anak atau 47 % yang paham dan mampu sementara 13 anak atau 73 % belum
mampu dan tidak paham untuk melakukan proses berhitung sederhana.

1.1.3 Dari jumlah anak 20 yang mengikuti pembelajaran berhitung sekitar 7


anak atau 47 % sedangkan yang lainnya masih pasif tidak mau mengikuti
pembelajaran berhitung.

Adapun masalah yang ada pada guru adalah :

1.1.1 Metode yang digunakan dalam kegiatan, kurang menarik dan menyenangkan.
1.1.2 Alat peraga dalam pembelajaran masih terbatas.

Oleh karena itu untuk memecahkan permasalahan diatas peneliti mencoba


mencari jalan keluar dengan upaya perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas agar tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan dapat
memotivasi anak untuk mengikutinya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan dan penelitian, masalah yang teridentifiksi yaitu :

1. Kurangnya metode pembelajaran berhitung permulaan yang mudah dan


menarik bagi anak.
2. Masih terbatasnya alat peraga untuk berhitung permulaan.
3. Motivasi anak untuk belajar berhitung belum maksimal.
4. Sebagian besar anak belum memahami proses berhitung tambah kurang
secara sederhana.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini


dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah melalui metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan
berhitung permulaan anak kelompok B TK Negeri Airbuaya.
2. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berhitung permulaan melalui
metode jarimatika?

2
1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat


dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan tambah kurang
secara sederhana.
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi anak di kelompok B
TK Negeri Airbuaya Tahun Pelajaran 2018/2019 dalam berhitung
permulaan melalui metode yang lebih mudah dan menyenangkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan


kontribusi yang baik bagi siswa, guru dan peneliti dalam memperbaiki proses
pembelajaran berhitung permulaan dikelompok B.
a. Bagi anak.
Dapat meningkatkan kemampuan berhitung dengan menggunakan jari-jari
tangan yang mudah dan menyenangkan.
b. Bagi Guru.

Menambah pengetahuan dan mengembangkan kemampuan guru dalam


menggunakan metode pembelajaran berhitung permulaan yang lebih menarik
dan menyenangkan sehingga tercipta suasana pembelajaran yang lebih baik.

c. Bagi Sekolah.
Kemampuan guru dalam melakukan PTK dengan berbagai strategi
perbaikan pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan
secara optimal dan hasilnya bisa disebarluaskan ke sekolah lain

3
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
TINDAKAN

2.1 Kajian Teori


A. Pengertian tentang Kemampuan.

Didalam kamus bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata “mampu” yang
berarti (kuasa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta
berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan.
Menurut Chaplin Ability (Kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,
kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.
Sedangkan menurut  Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak
lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Adapula pendapat lain menurut
Ahmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap
individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan.
Kecapakan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses
pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.
Kemampuan adalah yang dapat dikuasai oleh anak setelah terjadinya
proses belajar. Kemampuan anak TK tentu tidak sama dengan kemampuan anak pada
jenjang yang lebih tinggi, mengingat usia, kematangan cara berfikir anak belum
maksimal (PGTK 2402).

B. Pengertian tentang Berhitung Permulaan


Secara umum permainan berhitung permulaan di TK bertujuan agar
anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung, sehingga pada saatnya nanti
anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang pendidikan
selanjutnya. Secara khusus permainan berhitung permulaan di TK bertujuan agar
anak :
a. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap
benda-benda konkrit, gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.
b. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat
yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berhitung.

4
c. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
d. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan
kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya.
e. Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara
spontan.

Dalam berhitung permulaan harus memperhatikan prinsip-prinsip


permainan berhitung permulaan yaitu :

Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung


benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan
terhadap alam sekitar.

Pengetahuan dan ketrampilan pada permainan berhitung diberikan secara


bertahap menurut kesukaannya, misal dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan
dari sederhana ke yang lebih kompleks.Permainan berhitung akan berhasil jika anak-
anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-
masalahnya sendiri.Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat
peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi,
mudah digunakan dan tidak membahayakan.

Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya


bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat
di lingkungan sekitar kita
Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokan sesuai tahap
penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang. Dalam mengevaluasi
hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan
(Depdiknas.2007, 2)

C. Pengertian tentang Metode


Metode adalah cara menyampaikan/mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan
anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik.
Metode merupakan bagian dari setrategi pembelajaran untuk mencapai tujuan
dan dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang ditetapkan (PGTK 2101, 7.3)\
Metode yang digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok didalam

5
keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan metode yang
akan digunakan harus relevan dengan berbagai variasi materi, media dan bentuk
kegiatan yang akan dilakukan (Depdiknas.2007, 13).

D. Pengertian tentang Jarimatika.


Jarimatika adalah cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan
menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika lebih merupakan alat komunikasi orang tua
kepada anak-anaknya, yang merupakan sebuah cara sederhana dan menyenangkan
mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah berikut :
a. Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep
bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar.
b. Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.
c. Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
Dibandingkan dengan metode lain, metode jarimatika lebih menekankan
pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak
menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara  fun,
sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang dalam mengerjakannya.

Apa nilai lebih berhitung menggunakan metode jarimatika.

E. Sederhana.
F. Jarimatika memberikan Visualisasi proses berhitung, hal ini akan membuat
anak mudah melakukannya.
G. Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak,mungkin mereka
menganggapnya lucu. Dengan begitu mereka akan melakukannya dengan
Gembira.
H. Jairmatikan relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan.
I. Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, ataupun terlupa
dimana menyimpannya.
Karena diberikan secara menyenangkan maka sistim limbik  diotak anak akan
senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
Membiasakan mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun
secara fungsional, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan langkah
awal membangun rasa  percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu

6
matematika secara luas.

J. Proses operasi matematika. Umi Kayvan (2009). Melakukan penelitian


berjudul “ 57 Permainan Kreatif untuk mencerdaskan Anak”. Hasil
penelitiannya yaitu : pada tahap pertama pembelajaran matematika
anak-anak dilatih untuk mampu menghitung mengenali angka-angka, menafsir,
menambahkan, mengurangi, dan memahami konsep sederhana seperti : bahwa 1
mewakili satu orang unit dan 2 untuk dua unit.

K. Bagan Kerangka Berpikir Dari bagan kerangka berpikir diatas dapat dijelaskan


hal-hal berikut. Pada kondisi awal, anak  belum paham cara berhitung
permulaan dan hasil belajar masih rendah. Setelah itu diberikan tindakan
pembelajaran menggunakan metode jarimatika dengan jari-jari tangan dan
hasil belajar belum maksimal karena belum mencapai 75%. Selanjutnya peneliti
menerapkan tindakan perbaikan siklus II dengan melakukan pembiasaan
berhitung berulang-ulang dan hasilnya mencapai apa yang diharapkan yaitu
diatas 75%.

L. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka diatas dapat diajukan hipotesis


bahwa melalui metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung
permulaan bagi anak kelompok B. TK Negeri Airbuaya Kecamatan Airbuaya
Kabupate Buru.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Airbuaya, alasan yang mendasari


pemilihan tempat penelitian itu karena aktivitas peneliti sehari-hari, sebagai tenaga
pengajar di sekolah tersebut. Hal itu dilaksanakan dengan pertimbangan sebagai
berikut :
1. Penelitian dilakukan didalam kelas yang diajar oleh guru sebagai peneliti.
2. Peneliti Tindakan Kelas akan berjalan baik jika terkait dengan program
peningkatan guru dan pengembangan materi di sekolah sendiri, dan Penelitian
tindakan yang dilaksanakan berkaitan dengan proses, materi dan
evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah anak TK kelompok B sejumlah 15 anak,


terdiri dari 6 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Objek penelitiannya adalah
proses pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika pada anak
kelompok B TK Negeri Airbuaya.
3.3 Data dan Sumber Data Penelitian

Data penelitian yang dikumpulkan berupa iformasi tentang kemampuan anak


kelompok B TK Negeri Airbuaya dalam pembelajaran berhitung permulaan.
Masing-masing data diperoleh melalui teknik berikut :

1 Informan atau narasumber, yaitu anak kelompok B sejumlah 15 anak.

2 Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktifitas pembelajaran di ruang kelas


kelompok B TK Negeri Airbuaya.

3 Lembar kerja dan buku penilaian tentang kemampuan anak dalam berhitung
permulaan.

8
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting


dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti.
untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan beberapa teknik dalam proses pengumpulan data, yaitu Observasi,
wawancara, kajian dokumen dan tes yang masing-masing secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut :

a. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja terhadap anak ketika


melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kemampuan siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung.

b. Wawancara.

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan jalan atau cara berdialog


langsung dengan para responden secara lisan berdasarkan hasil pengamatan
dikelas selama proses  belajar mengajar berlangsung untuk memperoleh
informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran khususnya pada kemampuan berhitung  permulaan melalui metode
jarimatika.

c. Dokumentasi.

Dokumentasi dilakukan terhadap kurikulum RKH, model pembelajaran dan hasil


belajar Siswa berupa nilai kemampuan berhitung permulaan melalui metode
jarimatika.

9
d. Tes

Pemberian tes dilakukan untuk mengukur sejauh mana hasil belajar anak dan untuk
mengetahui tingkat perkembangan kemampuan anak dalam berhitung
permulaan melalui metode jarimatika sesuai dengan siklus yang ada.

3.5 Tes Teknik Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif Komporatif dan analisis kritis, teknik deskriptif komparatif digunakan
untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antara siklus. Peneliti
membandingkan hasil sebelum penelitian dengan membandingkan hasil pada akhir
setiap siklus (Suwandi, 2008:70)
Teknik komparatif dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil
penelitian siklus pertama dan kedua. Hasil komparasi tersebut digunakan untuk
mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan dalam setiap siklus. Indokator yang
berlum tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa.
Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yakni mencakup kegiatan
untuk Mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses
pembelajaran berdasarkan kriteria normatif. Hasil analisis tersebut dijadikan
dasar dalam penyusunan  perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya. Setelah
kondisi awal kemampuan berhitung  permulaan melalui metode jarimatika siswa
diketahui, peneliti bersama kolaboran merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi. Setiap siklus berakhir, diketahui adanya peningkatan
kemampuan berhitung permulaan melalui metode jarimatika.

3.6 Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan

Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses pembelajaran diperlukan evaluasi


secara menyeluruh. Kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan
kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui dari keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan evaluasi kegiatan dalam bentuk nilai. Adapun indikator kerja untuk

10
mengukur prestasi dan keberhasilan belajar anak adalah sejauh mana anak paham dan
bisa berhitung permulaan dengan mudah.
Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian keberhasilan pembelajaran dalam
berhitung  permulaan melalui metode jarimatika adalah sebagai berikut :

1. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran


jika total jumlah anak mampu berhitung permulaan melalui metode jarimatika
diatas 75 %.

2. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran


jika jumlah anak yang paham berhitung permulaan dengan metode jarimatika
sama dengan jumlah anak yang paham berhitung permulaan dengan metode
jarimatika ditambah dengan jumlah anak yang sangat paham berhitung dengan
metode jarimatika diatas 75 %.
Dengan simbol nilai yaitu : lingkatan (O) = anak belum paham ceklis (Ѵ) =
anak yang paham, lingkaran penuh ( ) = anak sangat paham.

3. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran


jika jumlah anak yang paham ditambah jumlah anak yang sangat paham
berhitung permulaan dengan metode jarimatika diatas 75 %.

11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian


A. Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti
membuat rencana kegiatan pembelajaran agar dalam pelaksanaannya dapat
berhasil dengan baik dan sesuai harapan.

Peneliti mempersiapkan RKH yang akan dijadikan pedoman dalam


melaksanakan langkah-lankgah pembelajaran, serta lembar evaluasi yang
digunakan untuk mengukur kemampuan atau prestasi siswa, dan lembar
analisis untuk mencatat nilai yang diperoleh siswa saat mengikuti
pembelajaran tes berhitung permulaan dengan jarimatika.

No Komponen Keterangan

1 RKH 1 (Satu) Set

2 Lembar Pengamatan Dibuat untuk siswa dengan guru

3 Lembar Evaluasi Dibuat Sejumlah Siswa

4 Lembar Analisis Dibuat untuk Siswa

Tabel 4.1 komponen-komponen yang dipersiapkan dalam siklus.

2. Tindakan

Setelah semua komponen diatas dipersiapkan, peneliti dibantu dengan


teman sejawat sebagai Observer melaksanakan tindakan perbaikan
pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika.

12
Tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode
jarimatika dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pada akhir pertemuan peneliti
memberikan review kepada siswa untuk mengetahui seberapa pemahaman
dan kemampuan siswa dalam menggunakan jari-jari tangannya sesuai dengan
proses berhitung jarimatika yang telah diajarkan. Pelaksanaan tindakan dapat
diuruaikan sebagai berikut :
a. Pertemuan pertama (RKH – 1)

Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu satu tambah satu


dilanjutkan dengan bercakap- cakap tentang kegiatan hari ini.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 1  –  9 dengan
menggunakan yel-yel jarimatika yaitu dengan jari-jari tangan, kemudian
anak mengikutinya sampai paham dan mampu untuk membuka dan
menutup jari-jarinya dengan sempurna.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan
mengingat yel-yel yang diajarkan kemudian berdo`a, salam, pulang.

b. Pertemuan Ke Dua (RKH – 2)


Tahap awal : salam, berdo`a, dilanjutkan dengan yel-yel jarimatika.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang cara atau proses
berhitung penambahan dan pengurangan dengan jarimatika dari 1 – 4 dan
diikuti oleh anak-anak. Kemudian anak diberi soal untuk diselesaikan
bersama-sama dengan guru.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dan postest tambah
kurang 1 – 4 yang telah diajarkan kemudian berdo`a, salam, pulang.

c. Pertemuan Ke Tiga (RKH – 3)


Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika dilanjutkan dengan
review tambah kurang dari 1 – 4.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 5  – 9 dengan
jarimatika diikuti oleh anak dan dilanjutkan dengan menyebutkan hasil
tambah kurang dari 5  –  9 dengan jarimatika sampai paham dan
mampu memposisikan jari-jari tangannya dengan sempurna.

13
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari postest tambah
kurang dari 5 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.

d. Pertemuan Ke Empat (RKH – 4)


Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika.

Tahap inti : reiew tambah kurang dari 1  –  9 dilanjutkan dengan


mengerjakan soal di lembar guru sifatnya mengamati dan membantu anak
yang mengalami kesulitan
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan
postest kemudian berdo`a, salam, pulang.

e. Pertemuan Ke Lima (RKH – 5)


Tahap awal : salam, berdo`a, review tambah kurang dari 1 – 9.

Tahap inti : pemberian tugas menyebutkan hasil tambah kurang dari 1


– 9 dilembar kerja dengan guru sebagai pengawasnya.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan
postest tambah kurang dari 1 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.

B. Siklus II
1. Perencanaan
Setelah melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I yang
hasilnya kurang memuaskan maka peneliti melanjutkan melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Peneliti mempersiapkan RKH
yang akan dijadikan pedoman didalam langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran, lembar observasi untuk mencatat kekurangan siswa dan
guru selama proses pembalajaran, lembar evaluasi yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa dan lembar analisis untuk mencatat
nilai yang diperoleh siswa pada saat melaksanakan tes berhitung tambah
kurang dengan jarimatika.

14
Untuk memperjelas, peneliti sajikan perencanaan dalam bentuk tabel seperti berikut
ini :

No Komponen Keterangan

1 RKH 1 (Satu) Set

2 Lembar Pengamatan Dibuat untuk siswa dengan guru

3 Lembar Evaluasi Dibuat Sejumlah Siswa

4 Lembar Analisis Dibuat untuk Siswa

Tabel 4.2 Komponen-komponen yang dipersiapkan dalam siklus II

2. Tindakan
Masih dibantu teman sejawat sebagai observer, peneliti melaksanakan
tindakan perbaikan siklus II. Selama peneliti melakukan tindakan
perbaikan, peneliti berpedoman pada RKH dan melihat kekurangan-
kekurangan yang ada pada siklus I.

a. Pertemuan Ke pertama (RKH – 1)


Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika, menyanyi lagu
jarimatika.
Tahap inti : review tambah kurang 1  –  9 dengan jarimatika bersama
guru dan anak-anak dilanjutka dengan mengerjakan dengan lembar kerja.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan
postest kemudian berdo`a, salam, pulang.

b. Pertemuan Ke Dua (RKH – 2)


Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu jarimatika.
Tahap inti : guru bersama-sama dengan anak membilang 1 – 9 dengan
yel-yel tambah kurang dilanjutkan dengan pengenalan teman kecil
jarimatika.

15
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dan postest teman
kecil jarimatika kemudian berdo`a, salam, pulang.

c. Pertemuan Ke Tiga (RKH – 3)


Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika dilanjutkan dengan
menyanyi lagu teman kecil jarimatika.
Tahap inti : review penambahan teman kecil jarimatika dilanjutkan
dengan menyebutkan hasil penambahan dengan teman kecil jarimatika
dilembar kerja.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari postest penambahan
teman kecil jarmatika kemudian berdo`a, salam, pulang.

d. Pertemuan Ke Empat (RKH – 4)


Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu teman kecil jarimatika.
Tahap inti : review penambahan teman kecil jarimatika dilanjutkan
dengan menyebutkan hasil penambahan dengan teman kecil jarimatika
dilembar kerja.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari postest penambahan
teman kecil jarmatika kemudian berdo`a, salam, pulang.

e. Pertemuan Ke Lima (RKH – 5)


Tahap awal : salam, berdo`a, review yel-yel tambah kurang, menyanyi
lagu teman kecil jarimatika.
Tahap inti : review tambah kurang 1  –  9 dengan jarimatika
dilanjutkan menyebutkan hasil tambah kurang dari 1 – 9 dengan teman
kecil jarimatika.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan
postest tambah kurang dari 1 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.

16
4.2 Hasil Penelitian

A. Siklus I
Pada studi awal, banyaknya siswa yang mampu berhitung hanya 5
siswa atau 35 % dari 20 siswa yang ada. Hal ini disebabkan karena
kurangnya motivasi belajar dan metode pembelajaran yang mudah bagi
siswa. Melihat kemampuan berhitung siswa yang demikian kiranya
diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran yang lebih mudah dan
menyenangkan bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk mengikutinya
dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berhitung permulaan.
Pada tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan
dengan metode jarimatika siklus I diadakan review dan tes untuk 20
siswa dan hasilnya ada 7 siswa (35%) mampu dan dapat berhitung dengan
mudah. Peningkatan ini karena dalam tindakan perbaikan pembelajaran
peneliti menggunkaan metode jarimatika penambahan dan pengurangan
dengan jari-jari tangan untuk alat bantunya dan akan menarik minat anak
karena dilakukan dengan gembira, sehingga anak akan merasa senang dan
mudah dalam berhitung.

Di bawah ini peneliti akan sajikan hasil observasi dalam tabel rekapitulasi siswa
yang paham dan siswa yang tidak paham pada prasiklus dan siklus I.

Kegiatan Siswa mampu Siswa tidak mampu


No
Pembelajaran Paham dan mampu Tidak paham

1 Studi awal 5 Siswa (35%) 15 siswa (80%)

2 Siklus 1 7 siswa (35 %) 13 siswa (73)


Tabel 4.3 Rekapitulasi mampu dan tidak Mampu siswa pada pembelajaran berhitung
permulaan melalui metode jerimatika.

Siklus I menemukan beberapa kekurangan baik yang dilakukan siswa maupun guru.

17
Teman-teman dari observer antara lain :

1) Dalam membuka dan menutup jari-jari tangannya siswa masih kaku.


2) Masih ragu-ragu dalam berhitung.
3) Keaktifan siswa masih kurang.
4) Penjelasan guru terlalu cepat.

B. Siklus II

Menurut observer pada siklus II terjadi peningkatan yang baik, siswa


termotivasi mengikuti pembelajaran berhitung dengan jarimatika karena dilakukan
dengan nyanyian dan yel-yel yang mudah dan menyenangkan, siswa yang masih ragu-
ragu membuka dan menutup jarinya terlihat lebih mudah dan termotivasi untuk terus
berhitung. Peneliti lebih sering menggunakan review dengan nyanyian untuk
memotivasi dan memudahkan anak untuk menggunakan jar-jari tangannya untuk
berhitung.
Setelah diadakan review sambil bernyanyi dan diadakan tes berhitung berulang
kali ternyata pada siklus II ini mengalami peningkatan yang baik. Dari 20 siswa yang
ada pada kelompok B TK Negeri Airbuaya yang paham dan mampu berhitung dengan
metode jarimatika bisa mencapai 7 anak atau 35 %, sedangkan yang belum mampu ada
13 siswa atau 83 %.

Berikut ini peneliti sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini

Kegiatan Siswa mampu Siswa tidak mampu


No
Pembelajaran Paham dan mampu Tidak paham

1 Studi awal 5 Siswa (35%) 15 siswa (80%)

2 Siklus 1 7 siswa (35 %) 13 siswa (73)

3 Siklus II 9 siswa (40 %) 11 siswa (29)


Rekapitulasi mampu dan tidak mampu siswa pada pembelajaran berhitung

18
permulaan dengan metode jarimatika studi awal sampai siklus II

Berdasarkan hasil kemampuan siswa yang telah mencapai 75 %, maka peneliti


bersama observer sepakat bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk
kelompok B TK Negeri Airbuaya berhenti pada siklus II.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil belajar siswa pada tindakan perbaikan pembelajaran siklus I meningkat
sebesar 35 % atau sebanyak 5 siswa dari hasil belajar siswa pada studi awal.  Namun
demikian, hasil ini kurang memuaskan peneliti. Harapan peneliti lebih banyak lagi
siswa yang akan paham dan mampu menggunakan jari-jari tangannya untuk
berhitung  permulaan tambah dan kurang sehingga siswa yang paham dan mampu
dapat mencapai 75% sesuai dengan harapan.
Ternyata peningkatan pada prestasi siswa juga diimbangi dengan peningkatan
kemampuan dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran berhitung permulaan
dengan menggunakan metode jarimatika yang hanya menggunakan jari-jari tangan
tanpa membebani memori otaknya.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut : Upaya meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung
permulaan melalui metode jarimatika pada kelompok B TK Negeri Airbuaya,
telah memberikan hasil yang memuaskan. Hal tersebut terbukti dari rekapitulasi
penilaian kemampuan anak dalam berhitung menggunakan metode jarimatika.
Pada studi awal hanya 2 anak atau 20% dari 20 siswa, pada siklus I siswa yang
mampu dan paham mencapai 25% atau 5 anak, jadi prestasi siswa dari studi
awal ke siklus I bertambah 3 anak atau 20%. Peningkatan kemampuan siswa
dalam berhitung menggunakan metode jarimatika yang cukup baik terlihat pada
siklus II yaitu mencapai 75% atau 6 anak dari 20 siswa.

Motivasi siswa dalam pembelajaran berhitung permulaan melalui metode


jarimatika pada anak kelompok B TK Negeri Airbuaya, juga mengalami
peningkatan, hal ini dikarenakan berhitung dengan metode jarimatika dilakukan
dengan menggunakan nyanyian dan yel-yel yang tidak membebani memori
otak anak, sehingga anak merasa senang dan tidak terbebani.
Belajar berhitung dengan menggunakan metode jarimatika relatif tidak
memberatkan memori otak, karena diberikan secara menyenangkan maka sistem
linbik diotak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam
menerima materi baru dan ini merupakan langkah awal membangun rasa
percaya diri anak untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika seperti yang
diungkapkan oleh Septi Peni Wulandani (2004)
Implikasi berdasarkan penelitian, pengamatan dan penerapan perbaikan
pembelajaran berhitung permulaan yang kami lakukan pada kelompok B TK
negeri Airbuaya, ternyata menimbulkan dampak yang sangat positif bagi
peningkatan kemampuan anak dalam berhitung permulaan. Untuk itulah kami
berharap agar penerapan pembelajaran berhitung dengan metode jarimatika ini

20
dapat diteruskan sebagai suatu metode pembelajaran yang berkelanjutan.
Agar terlaksananya pembelajaran dengan metode jarimatika dapat
terwujud sangatlah diharapkan uluran tangan yang arif dan bijaksana dari ketua
lembaga/yayasan untuk memberikan rekomendasi kepada kepala sekolah
agar metode pembelajaran jarimatika ini dimasukan dalam KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

B. Saran
Bagi siswa diharapkan agar metode jarimatika selalu dipakai dalam
pembelajaran berhitung permulaanDiharapkan kepada kepala sekolah dapat
menerapkan metode jarimatika menjadi salah satu kurikulum Tingkat satuan
pendidikan dalam pengembangan pembelajaran berhitung.Mengingat
pelaksanaan penelitian ini hanya berjalan 2 siklus, maka peneliti atau guru lain
diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan temuan-temuan yang lebih
kompleks dan memuaskan.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung untuk
meningkatkan kemampuan anakkelompok B TK Negeri Airbuaya ini, dalam
penelitiannya masih kurang optimal dan sempurna sebagai penelitian yang
ideal. Kegiatan berhitung permulaan untuk motivasi dan meningkatkan
kemampuan siswa akan berhasil jika dilakukan dengan senang, gembira dan
mudah tanpa membebani anak serta menggunakan metode yang sesuai dengan
dunia anak. Kepada Depdiknas dimohon untuk merespon dan menindak
lanjuti hasil observasi pembelajaran berhitung permulaan dengan metode
jarimatika di TK Negeri Airbuaya dikaji lebih jauh kemungkinan untuk
diterapkan pada pendidikan pra sekolah.

21

Anda mungkin juga menyukai