Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pada masa ini
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai sedang
mengalami  masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.
Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak
harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan
perkembangan anak.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya
dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses
perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura
dan lingkungan diman anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang
meberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan
memahami  pengalaman belajar yang diprolehnya dari lingkungan, melalui
cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara
berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik PAUD
adalah mampu mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang
optimal sesuai dengan tuntutan yang berkembang dalam masyarakat.
Kemampuan dasar yang dikembangkan di PAUD meliputi kemampuan
bahasa, fisik/motorik, seni dan kemampuan kognitif. Pengembangan
kemampuan kognitif bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir anak.
Pada kemampuan kognitif tersebut, anak diharapkan dapat mengenal konsep
sains dan matematika sederhana.
Kegiatan pembelajaran matematika pada anak diorganisir secara
terpadu melalui tema-tema pembelajaran yang paling dekat dengan konteks
kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman riil. Guru dapat menggunakan

1
media permainan dalam pembelajaran yang memungkinkan anak bekerja dan
belajar secara individual, kelompok dan juga klasikal. Penggunaan media
pada kegiatan pembelajaran matematika anak usia dini, khususnya dalam
pengenalan konsep bilangan bertujuan mengembangkan pemahaman anak
terhadap bilangan dan operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit sebagai
pondasi yang kokoh pada anak untuk mengembangkan kemampuan
matematika pada tahap selanjutnya.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di lapangan
ditemukan adanya permasalahan dalam kegiatan pengembangan di kelas yaitu
rendahnya kemampuan mengenal konsep bilangan di TK Bodhi Dharmapada
Kelompok A. Pada saat proses pembelajaran peneliti melihat peran guru
masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai
kelas. Guru dengan spontan memberikan tugas kepada anak tanpa
memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Kondisi ini ditengarai
penyebabnya adalah dalam proses pembelajaran guru kurang memanfaatkan
media pembelajaran dan permainan yang tepat yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar anak.
Selain kurangnya media pembelajaran dan permainan yang tepat, hal ini
lebih disebabkan oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh TK Bodhi
Dharma. Sehingga guru merasa kesulitan mencari tempat jika menambahkan
media dan sumber belajar terlalu banyak.
Permasalahan lain yang terjadi di TK Bodhi Dharma adalah metode
yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-
praktek paper-pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada
pengenalan konsep bilangan, guru memberikan perintah kepada anak agar
mengambil majalah dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan
contoh kepada anak untuk menghitung jumlah benda yang terdapat pada
majalah dan mengisinya dengan angka yang sesuai dengan jumlah benda
tersebut pada kolom yang telah disediakan. Setelah anak mengerti, guru
menyuruh anak untuk mengerjakannya sendiri. Hal ini merupakan salah satu

2
penyebab rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan di
TK Bodhi Dharma. Sebagai indikator rendahnya kemampuan anak di PAUD
tersebut, dapat dilihat bahwa dari 25 siswa Kelompok A yang sudah
mengenal bilangan hanya 8 siswa (30%), dan sisanya sebanyak 17 siswa
(70%) belum mengenal angka.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di TK Bodhi Dharma, penulis
tertarik untuk meneliti secara langsung pemanfaatan media kartu angka
sebagai salah satu cara meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan
anak PAUD dan dapat memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi di TK
Bodhi Dharma. Media ini dianggap mampu memecahkan masalah diatas
karena dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat
memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk
merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan. Penggunaan media
pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam
menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali. Selanjut untuk meneliti masalah di atas, Penulis menggunakan
metode penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Angka Siswa Kelompok A Melalui Media Kartu
Angka di TK Bodhi Dharma Batam Tahun Pelajaran 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya
adalah:
Apakah melalui penggunaan media kartu angka dapat meningkatkan
kemampuan mengenal angka pada Anak Usia Dini di TK Bodhi Dharma
Batam?

3
C. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Adapun  tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengembangkan potensi anak dalam mengenal angka dan merangsang
kemampuan mengidentifikasi jumlah dan simbol angka melalui media
kartu angka.
2. Untuk mengetahui apakah kemampuan mengenal angka siswa Kelompok
A dapat ditingkatkan melalui media kartu angka di TK Bodhi Dharma
Batam Tahun Pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
lebih baik bagi anak ataupun guru, dalam meningkatkan serta memperbaiki
proses pembelajaran berhitung, selain itu juga diharapkan bagi peneliti lain
dapat mengembangkan penggunaan media atau pendekatan lain guna
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk
mengembangkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu pendidikan yang
berhubungan dengan peningkatan potensi belajar anak usia dini.
2. Manfaat praktis
a. Bagi sekolah
Manfaaat penelitian bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dengan penggunaan metode dan media
yang tepat dan optimal sehingga hasilnya bisa dijadikan sebagai contoh
untuk sekolah-sekolah yang lain.
b.  Bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru yaitu menambah pengetahuan serta
mengembangkan  kemampuan guru dalam menggunakan metode
pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga tercipta
suasana pembelajaran yang kreatif dan lebih baik.

4
c. Bagi anak
Manfaat penelitian bagi anak yaitu dapat meningkatkan kemampuan
mengenal angka dan merangsang kemampuan mengidentifikasi jumlah
angka dan simbolnya dengan menggunakan media yang menyenangkan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Kemampuan Mengenal Angka
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah perpaduan antara teori dan pengalaman yang
diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk peningkatan kemampuan
menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka peningkatan
produktivitas kerja (Tadkirotun, 2012).
Menurut Asmani (1996:102), bahwa kemampuan adalah kapasitas
seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada
hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yakni kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah
kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental. Kemampuan fisik
adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis.
Kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan
seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya. Adapun apa yang harus
dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi pekerjaannya menurut
Mitzberg seperti yang dikutip Gibson, ada empat kemampuan (kualitas
atau skills) yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugas-
tugasnya sebagai berikut:
1. Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-
alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus.
2. Keterampilan manusia, adalah kemampuan untuk bekerja dengan
orang lain, memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.

6
3. Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta
kegiatan organisasi.
Menurut Atmosudirdjo (1998:37), kemampuan adalah sebagai
sesuatu hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam suatu
organisasi. Kemampuan tersebut terdiri atas tiga jenis kemampuan
(abilities) yaitu kemampuan sosial, kemampuan teknik dan kemampuan
manajerial.
Konsep kemampuan dalam kepustakaan dikenal dua terminology
yang memiliki makna yang sama, yaitu ada yang memakai istilah
abilities dan istilah skills. Dengan mengacu pada pendapat di atas, juga
membedakan jenis keterampilan/kecakapan yang terdiri atas
keterampilan/kecakapan kemanusiaan (human skills),
keterampilan/kecakapan administrasi (administrative skills), dan
keterampilan/kecakapan teknik (technical skills) (Kayvan, Umy.2009).
Menurut Iskandar (2011), kemampuan atau skill adalah berasal
dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas/pekerjaan
berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga
menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan.
Kemampuan dengan sendirinya juga kata sifat/keadaan ditujukan kepada
sifat atau keadaan seseorang yang dapat melaksanakan tugas/pekerjaan
atas dasar ketentuan yang ada.
b. Pengertian Angka
Menurut Tadkirotun (2012) angka atau bilangan adalah lambang
atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka.
Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka (double
digits) yaitu angka 1 dan angka 10). Bilangan banyak ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian, bilangan yang ditemui anak-
anak sebenarnya memiliki arti yang berbeda-beda.
Seperti yang dikemukakan oleh Fatimah (2011:14) anak-anak
akan belajar membedakan arti bilangan berdasarkan penggunaan yaitu:

7
1. bilangan kardinal menunjukkan kuatitas atau besaran benda dalam
sebuah kelompok.
2. bilangan ordinal, digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda,
contoh juara kesatu, dering telepon, ke lima kalinya, hari kartini hari ke
21 di bulan April, dll.
3. bilangan nominal, digunakan untuk member nama benda, contoh:
nomor rumah, kode pos, nomor lantai/ruang di dedung, jam, uang, dll.
Bilangan memiliki beberapa bentuk/ tampilan (representasi) yang saling
berkaitan diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan, simbol
(angka atau kata).
Nurlaela, (2009:16) mengemukakan bahwa tampilan bilangan
yang satu dengan tampilan bilangan yang lainnya memahami hubungan
antar tampilan bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak
mendengarkan soal (tampilan bahasa lisan), anak bisa menunjukkan
dengan media balok (tampilan model/benda mainan),
menggambarkannya (tampilan gambar), lalu anak menulis jawaban pada
kertas (simbol tertulis angka atau kata). Setiap bilangan yang
dilambangkan dalam bentuk angka, sebenarnya merupakan konsep
abstrak.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Marhijanto (2008:30) bahwa
bilangan adalah banyaknya benda, Jumlah, satuan system matematika
yang dapat diunitkan dan bersifat abstrak. Konsep abstrak iini merupakan
hal yang sulit untuk anak Taman Kanak kanak memahami secara
langsung. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa konsep bilangan
itu bersifat abstrak, maka cenderung sukar untuk dipahami oleh
anak  usia dini dan Taman  Kanak-kanak dimana pemikiran anak Taman
Kanak-kanak berdasarkan pada pengalaman kongkret. Untuk dapat
mengembangkan konsep bilangan pada anak anak Taman Kanak-kanak
tidak dilakuakn dalam jangka waktu pendek, yang harus dilakukan secra
bertahap dalam jangka waktu yang lama, serta dibutuhkan media yang
kongkrit untuk membantu proses pembalajaran mengenal bilangan.

8
Wardani IGAK (2008:27) mengungkapkan  bilangan merupakan
suatu konsep tentang bilangan yang terdapat unsure-unsur penting seperti
nama, urutan, bilangan dan Jumlah. Indikator yang berkaitan dengan
kemampuan mengenal konsep bilangan yaitu:
1.      counting (berhitung),
2.      one-to-one correspondence (koresponden satu-satu),
3.      quality (kuantitas),
4.      comparison (perbandingan)
5.      recognizing and writing numeral (mengenal dan menulis angka).
Anak memiliki kemampuan counting (berhitung) sebelum berusia 3
tahun bahwa anak mampu menyebutkan urutan bilangan, misalnya satu,
dua, tiga, empat, dan seterusnya. Untuk bisa berhitung anak-anak
memulai berhitung dari 1 sampai 9 setelah itu 10 dan seterusnya yaitu
bilangan yang terdiri dari 2 angka, misalnya anak mampu menyebutkan
bilangan “sebelas” bukan menyebutkan “sepuluh satu” dan sebagainya.

2. Media Kartu Angka


a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin “Medius” yang berarti
tengah, perantara, dan pengantar, dalam bahasa Arab, media diartikan
ssebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada
penerima pesan. Menurut Djamarah (1995:136), media adalah alat
bantu apa saja yang dapatg dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Menurut Purnamawati dan
Eldarni (2001:4), media merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan suatu informasi sehingga dapat merangsang fikiran,
persaan, perhatian, dan minat anak sehingga terjadi proses belajar.Istilah
media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran, alat
bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi
akan tetapi dapat merangsang anak untuk merespon dengan baik segala
pesan yang disampaikan.

9
1) Jenis-jenis Media
Berdasarkan pengertian media yang disebutkan oleh beberapa
pakar, secara umum media itu banyak, ada media elektronik, media
gambar dan lain sebagainya. Media yang dibahas pada  penelitian ini
merupakan jenis media yang secara khusus digunakan pada
pendidikan anak usia dini. Jenis-jenis media yang digunakan dalam
meningkatkan pengetahuan untuk anak usia dini diantaranya adalah:
a) Media Serutan Kayu
b) Media gambar
c) Media Kartu Angka   (Nurani, 2012).
2) Manfaat Media
Menurut pendapat yang dikemukakan (Tim PKP PG
PAUD.2008) tentang manfaat media pengajaran dalam proses belajar
anak, sebagai berikut:
a) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
c) metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal  melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga
b. Pengertian Kartu Angka
Kartu angka atau alat peraga kartu  adalah alat-alat atau
perlengkapan yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar yang
berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan tema yang
diajarkan. Alat peraga kartu adalah alat bantu bagi anak untuk mengingat
pelajaran. Alat peraga kartu huruf dapat menimbulkan kesan di hati
sehingga anak-anak tidak mudah melupakannya. Sejalan dengan ingatan
anak akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan pelajaran yang
disampaikan guru. Semakin kecil anak, ia semakin perlu

10
visualisasi/konkret (perlu lebih banyak alat peraga) yang dapat disentuh,
dilihat, dirasakan, dan didengarnya (Nurani, 2012).
Alat peraga kartu adalah alat untuk menjelaskan yang sangat
efektif, misalnya: Untuk menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat
dari seorang tokoh. Dengan alat peraga, gambar lebih jelas daripada
dijelaskan dengan kata-kata saja. Sehingga anak dapat menghayati
karakter tokoh yang diceritakan.  Untuk menjelaskan situasi sebuah
tempat, misal keadaan sebuah kota, bangunan, dan sebagainya, dengan
gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan saja  (Nurani,
2012).
Menurut Tadkirotun (2012) kartu angka merupakan fasilitas
penting dalam pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk
meningkatkan perhatian anak. Dengan alat peraga kartu, anak diajak
secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan guru. Satu hal yang harus
diingat, walaupun fasilitas alat peraga kartu yang dimiliki sekolah sangat
minim, tetapi bila penggunaan alat peraga diikuti dengan metode anak
aktif, maka efektifitas pengajaran akan semakin baik. Maka adapun
langkah penerapan penggunaan kartu angka dalam pembelajaran yaitu:
Contoh penerapan untuk anak kelompok A
1) Permainan angka bisa dilakukan dengan kartu angka dan gambar. Satu
sisi berisi sejumlah gambar dan satu sisi bertulis angka.
2) Anak menghitung jumlah gambar pada kartu
3) Jika hitungannya benar, anak membalik kartu, sehingga terlihat angka.
4) Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru bantu dia
menghitungnya. Setelah itu anak menghitung kembali tanpa di bantu.
Contoh penerapan untuk anak Kelompok A
1) Kartu huruf dikembangkan bentuknya ke keartu angka-huruf. Satu sisi
bertulis angka, satu sisi bertulis huruf
2) Mula-mula anak membaca angka
3) Apabila benar, anak boleh membaca hurufnya.

11
4) Jika anak mau belajar membaca, permainan dibalik, anak membaca sisi
hurufnya terlebih dahulu baru membuka sisi yang bertulis angka.

B.     Hipotesis Tindakan
Adapun Hipotesis Tindakan  dari dari penelitian in adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan
mengenal angka siswa Kelompok A TK Bodhi Dharma Batam Tahun 2018/2019.

12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN

A. Subjek, Waktu, Tempat dan Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Anak Usia Dini Kelompok A TK Bodhi
Dharma Batam Tahun Pelajaran 2018/2019, yang berjumlah 27, terdiri
dari 13 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dan objek penelitiannya
adalah mengenal angka dengan media kartu angka.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Bodhi Dharma Batam.
3. Waktu
Penelitian ini dilaksanakn pada bulan April sampai Mei 2019.
4. Pihak yang Membantu
Pihak yang membantu dalam Penelitian ini adalah peserta didik, rekan
guru, dan Kepala Sekolah TK Bodhi Dharma Batam.
B. Desain Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 siklus yang tiap siklus terdapat
beberapa tahap atau langkah. Adapun tahap-tahap atau langkah tersebut yaitu:
a. Tahap perencanaan
b. Tahap pelaksanaan tindakan
c. Tahap pengamtan dan interpretasi
d. Tahap analisis dan refleksi
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini dibuat skenario yang merupakan penjabaran dari
tindakan, sehingga peneliti mudah melaksanakan tindakan atau
pembelajaran dengan harapan penggunaan media kartu angka dapat
meningkatkan kemampuan pada anak, terutama dalam sains dan
matematika. Adapun tahap perencanaan tindakan sebagai berikut :

13
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam
prosses pembelajaran
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
3. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan media kartu
angka
4. Menyusun lembar observasi untuk mencatat situasi belajar
mengajar selama pembelajaran berlangsung
5. Membuat instrumen penelitian
6. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
7. Mendesain alat evaluasi
8. Merencanakan analisa hasil tes
b. Implementasi Tindakan
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan
rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran. Adapun
rencana implementasi tindakan adalah sebagai berikut :
1. Guru menciptakan kondisi belajar yang lebih baik
2. Guru menyampaikan dan menyajikan media yang akan digunakan
3. Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
c. Observasi dan Interpretasi
Selama pelaksanaan tindakan diadakan observasi, yang diamati
adalah aktivitas-aktivitas siswa yang tampak selama proses belajar
mengajar, dan semuanya dicatat dalam lembar observasi yang telah
disiapkan. Evaluasi hasil belajar dilakukan pada tiap akhir siklus.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Melihat kekurangan dalam proses belajar mengajar serta aktivitas
siswa dalam belajar dengan menggunakan lembar observasi
2. Mengadakan perbaikan untuk melaksanakan siklus berikutnya.
d. Analisis dan refleksi
Analisis hasil penelitian dan refleksi dilakukan pada akhir siklus.
Pada tahap ini, peneliti mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diproleh

14
dalam pemberian tindakan kelas pada suatu siklus, dan hasil dari
refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta
menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus
selanjutnya.
2. Siklus II
Pelaksanaan siklus kedua ini urutannya sama dengan pelaksanaan
pada siklus pertama dan tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini
berdasarkan hasil dari analisis tes pada siklus pertama sehingga dapat
dilihat perbedaaan antara siklus pertama dan siklus kedua apakah ada
peningkatan pada penggunaan metode penelitian. Apabila siklus pertama
belum ada peningkatan tindakan maka akan dilanjutkan pada siklus kedua
ataupun siklus selanjutnya.
C. Tehnik Analisa Data
Berapapun banyak data yang terkumpul, tidak akan bermakna sebelum
data tersebut dianalisa dan diolah. Dengan terkumpulnay data maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Tehnik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik Deskriptif
Kompratif dan Analisis Kritis.
1. Tekhnik deskriptif kompratif
Tehnik deskriftif kompratif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu
dengan membandingkan hasil antara siklus. Analisis ini juga digunakan
untuk menghitung nilai atau skor yang diproleh siswa yaitu besarnya
peningkatan kemampuan dalam berhitung dan mengenal angka. Hasil
komparasi tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan
dan kegagalan dalam setiap siklus. Indikator yang belum tercapai
diperbaiki pada siklus berikutnya.
2. Tekhnik analisis kritis
Tehnik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yaitu
mencakup kegiatan untuk mengungkapkan  kelemahan dan kelebihan
kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria

15
normatif. Hasil analisa tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan
perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.
D. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan
1. Indikator Kinerja
Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses pembelajaran
diperlukan evaluasi secara menyeluruh. Kriteria yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan evaluasi kegiatan dan
keberhasilan belajar anak adalah sejauh mana anak paham dan mengerti
dengan media kartu angka.
2. Kriteria Keberhasilan
Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian keberhasilan
pembelajaran dalam berhitung dinyatakan telah mencapai tujuan
pembelajaran jika total jumlah anak yang mampu mengenal angka dengan
menggunakan media kartu angka diatas 85%. Dan proses perbaikan
pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran jika jumlah
anak yang paham atau mengenal angka ditambah jumlah anak yang sangat
mengenal angka di atas 85%.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jogyakarta : Laksana

Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press

Kayvan, UMY. 2009. Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta :


Media Kita

Nurani, Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT.
Indeks

Nurani, Yuliani. 2012. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas


Terbuka

Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangerang :


Universitas Terbuka

Tim PKP PG PAUD. 2008. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional.


Jakarta : Universitas Terbuka

Wardhani IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas


Terbuka.

17

Anda mungkin juga menyukai