SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Disusun Oleh :
Nama : ISWANTI
NPM : 2620230394
Program Studi : PG-PAUDFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS IVET
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.Apakah melalui metode BUAD DABI dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dalam mengenal konsep matematika dasar bagi anak kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Dukuh Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo Semester II Tahun Ajaran 2021/2022 ?
2.Bagaimana metode BUAH DABI dapat meningkatkan kemampuan
kognitif matematika dasar bagi anak kelompok A PAUDIT Mutiara Insan
Dukuh Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Semester II
Tahun Ajaran 2021/2022 ?
D. Tujuan Penelitian
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini sebagai pembanding yaitu
berdasarkan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya,
adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Penelitian
Pada umumnya, anak usia Taman
Kognitif Anak Usia Tindakan
Kanak-Kanak masih mengalami
Dini Dalam Kelas
kesulitan dalam kemampuan
Berhitung
memahami konsep bilangan. Hal
(Sitti Asma, 2019)
ini juga dialami sebagian besar
anak PAUD. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengembangkan
potensi anak dalam mengenal
angka dan merangsang
kemampuan anak melalui
permainan mencari harta karun.
Penelitian ini merupakan
penelitian yang berbasis kelas.
Metode yang digunakan yaitu
metode penelitian tindakan kelas
yang meliputi 2 siklus. Tiap-tiap
siklus dilakukan secara berdaur
yang terdiri atas 4 tahap, yaitu (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
Data penelitian diambil melalui
observasi. Alat pengambilan data
observasi yang digunakan berupa
instrumen observasi yang berisi
aspek-aspek kriteria aktifitas anak
dalam PBM dan kemampuan
PBM guru. Data dianalisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan analisis data
penelitian dan pembahasan,
disimpulkan bahwa dengan
menggunakan media kartu angka,
kemampuan menulis anak
meningkat sebesar 60%. Pada
siklus I, nilai rata-rata yang
diperoleh anak sebesar 25%
sedangkan pada siklus II, hasil
yang dicapai sebesar 85%.
Perilaku yang ditunjukkan anak
pun berubah setelah diberikan
tindakan. Anak lebih antusias
mengikuti pembelajaran,
bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya, semakin terlatih
dan semakin lancar dalam
menulis angka 1 – 10.
B. Kerangka Teoretis
1. Pengertian dan Hakekat PAUD
Pendidikan anak usia dini adalah merupakan upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu
perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling
mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat
strategis dalam pengembangan sumber daya manusia seperti yang
disampaikan oleh Direktorat PAUD di dalam (Yamin & Sanan, 2013).
Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia kritis
sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses
serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya artinya pada periode ini
merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai
kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-
emosional dan spiritual.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya adalah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan
pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi, 2017).
Pendidikan anak usia dini dianggap sebagai cermin dari suatu
tatanan masyarakat, tetapi juga ada pandangan yang mengemukakan bahwa
sikap dan perilaku masyarakat dipandang sebagai suatu keberhasilan atau
pun sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan, dan keberhasilan
pendidikan tergantung kepada pendidikan anak usia dini karena jika
pelaksanaan pendidikan pada usia dini baik, maka proses pendidikan pada
usia remaja, usia dewasa akan naik pula. Sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak
mulia adalah sebait ungkapan yang sarat makna dan merupakan semboyan
dalam pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di
Indonesia, seperti yang disampaikan oleh (Yamin & Sanan, 2013).
Secara ilmiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi,
bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kemandirian,
jasmani, dan sosialnya. Namun penelitian tentang otak menunjukan bahwa
jika anak dirangsang sejak dini, akan ditemukan potensi-potensi yang
unggul dalam dirinya. Setiap anak unik, berbeda dan memiliki kemampuan
tak terbatas dalam belajar limitless capacity to learn yang telah ada dalam
dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif, mandiri. Oleh karena itu,
anak memerlukan program pendidikan yang mampu membuka kapasitas
tersembunyi tersebut melalui pembelajaran yang bermakna sedini mungkin.
Jika potensi pada diri anak tidak pernah direalisasikan, berarti anak telah
kehilangan kesempatan dan momentum penting dalam hidupnya.
Abraham Maslow telah menjelaskan tentang hirarki dari kebutuhan
dasar manusia karena setiap individu itu berbeda, baik dilihat dari jenis
kelamin, temperamen, ketertarikan, gaya belajar, pengalaman hidup,
budaya, kebutuhannya (Diane Trister Dodge, Laura J. Colker, Cate, 2008).
Maka setiap individu juga berbeda dalam hal kemandirian, konsep diri, dan
tingkat kemampuannya.
Usia 4-6 tahun (TK) merupakan masa peka bagi anak, di mana anak
mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Di mana pada masa ini merupakan masa untuk meletakan dasar
pertama dalam pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai
agama berdasarkan dari Depdiknas di dalam (Yamin & Sanan, 2013). Oleh
sebab itu dibutuhkan suasana belajar, strategi dan stimulus yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai
secara optimal.
Kegiatan yang sangat digemari anak TK adalah kegiatan bermain.
Walaupun kegiatan ini dapat dilakukan tanpa menggunakan alat permainan,
tetapi hampir semua kegiatan bermain justru menggunakan alat permainan.
Alat permainan sendiri dinilai penting agar penyampaian dasar belajar
seraya bermain dapat tersampaikan dengan baik kepada anak (Arsana,
Anggreni, & Patriani, 2019)
Hakekat pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang
sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab
pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika
pada masa perkembangannya dilalui dengan suasan yang baik, harmonis,
serasi, dan menyenangkan.
Pendidikan anak usia dini merupakan dasar dari pendidikan anak
selanjutnya yang penuh dengan tantangan dan berbagai permasalahan yang
dihadapi anak. Dengan demikian maka pendidikan usia dini adalah jendela
pembuka dunia window of opportunity bagi anak.
Secara singkat Bredekamp dan Regrant menyimpulkan bahwa anak
akan belajar dengan baik dan bermakna bila anak merasa aman secara
psikologis serta kebutuhan fisiknya terpenuhi, anak mengkonstruksi
pengetahuannya, anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa
dan anak lainnya, eksplorasi, pencarian, penggunaan, belajar melalui
bermain, unsur perbedaan anak diperhatikan (Bredekamp di dalam (Yamin
& Sanan, 2013).
Konsep bermain pada anak sebaiknya memberikan kebebasan pada
anak untuk menentukan dan melakukan kegiatan mainnya sendiri. Karena
pada saat anak memutuskan untuk mulai bermain, maka disitulah anak
mulai menggunakan seluruh kemampuannya yang bahkan lebih tinggi dari
usianya. Oleh karena itu sebagai orang dewasa yang ada di sekitar anak
sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk memutuskan dan
menyelesaikan kegiatan main tanpa intervensi yang terlalu dalam
(Syamsiatin, 2017).
2. Pengertian Kognitif
Kognitif secara penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah
satu domain atau wilayah/ ranah dalam taksonomi pendidikan (Muhibbin,
2012. 22). Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan diantaranya yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif adalah kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif sendiri lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berada dengan teori behavioristik yang lebih menekankan pada
aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya (Retno,
Pusdiklat KNPK).
Carl Witherington mengemukakan bahwa “kognitif adalah pikiran,
kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan
cepatdan tepat dalam mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah.
Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa kognitif merupakan satu atau
beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan
dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
1)Tahap Sensorimotor
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu periode 1. reflek,
periode 2. kebiasaan, periode 3. reproduksi kejadian yang menarik, periode 4.
koordinasi skemata, periode 5. eksperimen, dan periode 6. representasi. Secara
garis besar, perkembangan periode-periode pada tahap sensorimotor dapat
diringkaskan dalam skema pada tabel berikut.
2)Tahap Praoperasi
Piaget (1981) membagi perkembangan kognitif tahap praoperasi (umur 2-7 tahun)
dalam dua bagian, yaitu: (1) umur 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan
pemikiran simbolis; (2) umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran
intuitif.Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan simbol atau
tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Ia
dapat menggambarkan suatu benda atau kejadian yang sudah lalu. Fungsi
semiotik atau penggunaan simbol itu secara jelas tampak dalam lima gejala
berikut:
2. Permainan simbolis.
3. Menggambar.
4. Gambaran mental.
5. Bahasa ucapan.
Pada usia 3-7 tahun pemikiran anak terus berkembang dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1.Pemikiran egosentris.
5.Klasifikasi figuratif.
6.Relasi ordinal/serial.
7.Kausalitas.
Pemikiran yang menonjol pada tahap ini adalah pemikiran simbolis/semiotik pada
umur 2-4 tahun dan pemikiran intuitif pada umur 4-7 tahun. Pemikiran intuitif ini
masih mempunyai banyak kesamaan dengan sensorimotor sehingga masih
menghambat anak dalam menganalisis persoalan disekitar reversebilitas dan
seriasi. Anak sudah memiliki kesadaran sebab akibat dengan selalu bertanya
“Mengapa?”.
4. Klasifikasi.
5.Bilangan.
7.Kausalitas.
8.Probabilitas.
9. Penalaran .
Pada tahap ini ada beberapa ciri pokok pemikiran operasi formal, yaitu:
12.Kerangka Berpikir
Siklus 1
Guru sudah menggunakan alat dengan menggunakan
Proses
peraga dengan media BUAH alat peraga media BUAH
(Tindakan ) DABI(Buah,Daun dan Biji) DABI (Buah,Daun dan
secara kontiyu Biji) anak mulai
mengenal bilangan
matematika dasar
Diharapkan dengan
menggunakan alat peraga
Akhir media BUAH DABI (Buah,Daun Siklus II
dan Biji) dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam dengan menggunakan
mengenal konsep matematika alat peraga media BUAH
dasar semakin meningkat dan DABI(Buah,Daun dan
bersemangat Biji) meningkatkan
kemampuan anak dalam
mengenal bilangan
matematika dasar
Bagan 0.1 Kerangka Berpikir
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis adalah dugaan jawaban. Berdasarkan landasan teori dan
kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis bahwa kemungkinan dengan
adanya kegiatan bermain dan belajar mengenal matematika dasar dapat
meningkatkan kemampuan kognitif kelompok A di PAUDIT Mutiara Insan
Sukoharjo. Sehingga Hipotesis dalam penelitian ini ialah ”Meningkatkan
kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Matematika Dasar Kelompok A
Melalui Buah Dabi Di PAUDIT Mutiara Insan Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Subyek Penelitian
Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah anak-anak Kelompok
A sejumlah 8 anak di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo Tahun Ajaran
2021/2022. Pada penelitian di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo khususnya
di kelompok A dilakukan secara klasikal pada jam pembelajaran dengan
peserta didik 4 laki-laki dan 4 perempuan.
D. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan merupakan salah satu elemen dalam proses
kolaborasi antara peneliti dan guru dengan tujuan utama membangun
komunikasi yang baik. Menyusun dan melakukan kegiatan
perencanaan. Dalam kegiatan atau pembelajan dalam meningkatkan
kemampuan matematika dasar melalui kegiatan bermain dan belajar
dengan media anak usia dini masih belum mampu melakukan
kegiatan dengan baik. Perencanaan dalam penelitian tidakan
sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang mampu
menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan
mengenal rintangan yang sebenarnya (Sukardi, 2019).
Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran awal
tentang obyek penelitian secara keseluruhan dan kondisi proses
pembelajaran di sekolah tempat penelitian.
2) Melakukan identifikasi permasalahan dan merumuskan persoalan
bersama guru kelas.
3) Menyusun perangkat pembelajaran seperti RKH (Rencana
Kegiatan Harian).
4) Membuat pedoman observasi untuk peserta didik sesuai masalah
yang dihadapi peserta didik sewaktu melakukan tindakan.
5) Membuat pedoman observasi untuk guru guna mengamati situasi
dan kondisi saat kegiatan berlangsung.
6) Menyiapkan lembar penilaian yang nantinya diisi oleh peneliti
dan kolaborator setelah akhir kegiatan.
Kegiatan yang berhubungan dengan pengenalan konsep matematika
dasar adalah:
a. Mengenalkan angka 1-10
b. Mengenalkan media yang digunakan.
c. Memberi contoh teknik bermain dan belajar matematika dengan
benar dan baik.
d. Mengkoordinasikan mata,otak dan tangan .
e. Mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media.
Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan maka peneliti berusaha
agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuan kognitif dengan
maksimal. Untuk meningkatkan kemampuan matematika dasar peserta
didik perlu bekerja sama dengan teman sejawat maupun orang tua
peserta didik. Peneliti berusaha mencari solusi bagaimana cara
mengajarkan kemampuan matematika dasar agar menarik bagi peserta
didik dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Kemudian peneliti mencari kegiatan yang berhubungan dalam
pengembangan kognitif melalui metode yang menarik yang sesuai
dengan karakteristik anak usia dini. Peneliti menyusun rencana
perbaikan yang terdiri dari dua siklus. Apabila hasil yang dicapai
setelah dua siklus belum sesuai dengan harapan peneliti, maka akan
dilakukan perbaikan kembali pada siklus selanjutnya.
b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-1
Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan yang
terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus
hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat
terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana
yang rasional dan terukur.
Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran.
b) Guru melakukan presensi kehadiran peserta didik.
c) Membaca doa bersama.
d) Bernyanyi dan tepuk tangan.
e) Mengkondisikan peserta didik agar siap belajar.
f) Mengkomunikasikan tema dan kegiatan yang akan dilakukan.
g) Memberikan motivasi kepada peserta didik melalui bercakap-
cakap.
1) Kegiatan Inti
a) Guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
kegiatan sesuai penelitian.
b) Guru menyampaikan aturan main dan persyaratan kegiatan
sesuai penelitian.
c) Guru mendemonstrasikan kegiatan sesuai penelitian.
d) Guru memberi bimbingan kepada anak dalam melakukan
kegiatan sesuai penelitian.
e) Guru memberikan reward kepada anak.
2) Kegiatan Penutup
a) Guru menanyakan kepada peserta didik tentang apa yng
dilakukan/dipelajari hari ini.
b) Guru menyampaikan tema materi/kegiatan yang akan
dilakukan besok.
c) Berdoa bersama.
c. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-2
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran.
b) Guru melakukan presensi kehadiran peserta didik.
c) Membaca doa bersama.
d) Bernyanyi dan tepuk tangan.
e) Mengkondisikan peserta didik agar siap belajar.
f) Mengkomunikasikan tema dan kegiatan yang akan
dilakukan.
g) Memberikan motivasi kepada peserta didik melalui
bercakap-cakap.
h) Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang dipelajari
kemarin.
2) Kegiatan Inti
a) Guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
kegiatan sesuai penelitian.
b) Guru menyampaikan aturan main dan persyaratan kegiatan
sesuai penelitian.
c) Guru mendemonstrasikan kegiatan sesuai penelitian.
d) Guru memberi bimbingan kepada anak dalam melakukan
kegiatan sesuai penelitian.
e) Guru memberikan reward kepada anak.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru menanyakan kepada peserta didik tentang apa yang
dilakukan/dipelajari hari ini.
b) Guru menyampaikan tema materi/kegiatan yang akan
dilakukan besok.
c) Berdoa bersama.
d. Observasi dan Evaluasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti melakukan
observasi sekaligus mengevaluasi terhadap aktivasi guru dan peserta
didik. Peneliti melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian
selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat
bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah perlu diadakan
perbaikan atau tidak. Dengan melakukan observasi maka data yang
didapatkan menjadi lebih lengkap, tajam, dan lebih memaknai
permasalahan apa yang terjadi. Data yang diambil dapat berupa data
dalam proses pembelajaran maupun data dari hasil belajar peserta
didik.
Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah observasi yang
fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik
yang diharapkan atau yang tidak diharapkan (Sukardi, 2019).
Observasi terhadap kegiatan dilakukan pada saat implementasi untuk
mengetahui pelaksanaan kegiatan, yaitu dengan cara mengamati
perilaku anak dan kinerja guru saat tindakan. Pada akhir kegiatan,
peneliti dan kolaborator mengisi lembar penilaian, berdasar penilaian
tersebut maka bisa dilakukan refleksi.
e. Refleksi
Pelaksanaan tindakan memerlukan suatu alat evaluasi yang berguna
sebagai pijakan dalam melakukan monitoring apakah tindakan yang
diberikan sudah sesuai dengan perencanaan atau belum. Maka dari itu
sebaiknya refleksi dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada siklus I kemudian
dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
yang didapat, direncanakan perbaikan dengan melakukan siklus II
terhadap permasalahan-perrnasalahan yang masih ada.
Hasil reflektif ini penting untuk melakukan tiga kemungkinan yang
terjadi terhadap perencanaan semula terhadap suatu subjek penelitian,
yaitu diberhentikan, modifikasi atau dilanjutkan ke tingkat atau daur
selanjutnya. Setelah melakukan observasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, hasilnya digunakan sebagai
dasar perbaikan tindakan pada siklus kedua.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I dengan
pertimbangan utama apakah indikator keberhasilan sudah tercapai atau
belum tercapai. Jika indikator sudah tercapai maka siklus berhenti, jika
indikator keberhasilan belum tercapai maka siklus berlanjut. Dengan
kegiatan pembelajaran matematika dasar melalui buah dabi peserta didik
merasa senang dan berkreasi sehingga anak dapat melakukan kegiatan
tersebut dengan baik dan benar.
1) Wawancara
Menurut (Jaya, 2020), Wawancara merupakan teknik
mengumpulkan data yang digunakan untuk memperoleh informasi secara
langsung dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada sumber data
(informan). Macam-macam wawancara dapat terbagi menjadi wawancara
terstruktur (structured interview), wawancara tidak terstruktur
(unstructured interview), wawancara individual, dan wawancara
kelompok. Dalam penelitian ini, metode wawancara digunakan saat
observasi awal dan saat pelaksanaan siklus, adapun kisi-kisi wawancara
yang akan dilakukan berdasarkan pada instrumen pengumpulan data.
Wawancara ini dilakukan kepada rekan sejawat, kepala sekolah, dan
orangtua peserta didik dalam rangka triangulasi data.
Langkah-langkah wawancara dalam penelitian kualitatif adalah: 1)
Menentukan sumber data (informan) yang akan diwawancarai. Pastikan
subjek yang akan diwawancarai adalah orang yang mampu memberikan
informasi kepada peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan; 2)
Menyampaikan daftar pertanyaan sebelum ke tempat penelitian untuk
wawancara; 3) Mengawali dan membuka alur wawancara; 4) Membuat
catatan mengenai hasil wawancara yang telah dilakukan; 5)
Menginformasikan kembali hasil wawancara yang telah dilakukan
kepada sumber data; dan 6) Mengidentifikasi hasil wawancara yang telah
diperoleh oleh peneliti.
2) Observasi
Observasi adalah suatu usaha sadar untuk megumpulkan data yang
dilakukan secara sistematis dengan prosedur dan standar tertentu yang
telah ditetapkan. Pengamatan merupakan tahap pengumpulan data dan
informasi konkrit yang diperoleh dari objek penelitian (Muliawan, 2018).
Penerapannya dilakukan oleh guru kelas sebagai kolabolator bersama
peneliti. Observasi dilakukan pada saat proses tindakan dengan
didasarkan pada instrumen pengumpulan data, yakni pada kegiatan
peserta didik dan kinerja Guru saat proses tindakan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman observasi yaitu
daftar cek (check list). Zainal Arifin di dalam (Jakni, 2017), menyatakan
bahwa “daftar cek”/ (check list) adalah yang berisi daftar yang berisi
subjek dan aspek-aspek yang akan diamati”. Dengan demikian, peneliti
hanya akan memberi tanda check (silang, lingkaran, dan sebagainya).
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah hasil yang digunakan peneliti untuk
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, sejarah awal mula
sekolah berdiri dan sebagainya (Arikunto et al., 2019). Penerapannya
diambil dari catatan atau dokumen yang dimiliki oleh guru kelas yang
berkaitan dengan data siswa sebelum dan sesudah tindakan. Gambar-
gambar foto, cuplikan rekaman tape atau slides, berguna juga dalam
wawancara, baik untuk memulai topik pembicaraan, maupun untuk
mengingatkan agar peneliti tidak menyimpang dari tujuan wawancara
(Wiriaatmadja, 2014).
F. Keabsahan Data
Dalam meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik melalui
kegiatan pengenalan matematika dasar dengan media buah dabi, agar
validitas terpenuhi maka peneliti melakukan triangulasi dengan cara guru bisa
bertanya dan peserta didik bisa berinteraksi melakukan tanya jawab dengan
guru, sehingga diharapkan kemampuan matematika dasar peserta didik di
kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo bisa tercapai secara
maksimal.
Proses pembelajaran yang divalidasi ditanya melalui triangulasi
adalah sebagai berikut :
1) Triangulasi sumber yaitu peneliti bertanya langsung kepada anak sejauh
mana mereka mengenal angka.
2) Triangulasi metode yaitu rencana kegiatan yang dilakukan dengan
bermain dan belajar pengenalan matematika dasar dengan media buah
dabi.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan terhadap
seluruh hasil pengamatan. Dalam analisis data ini digunakan analisis
deskriptif komparatif, dengan cara membandingkan antara hasil penelitian
dengan pedoman yang ditetapkan sebagai patokan perbandingan yaitu
indikator keberhasilan. Cara menentukannya adalah dengan cara
membandingkan keadaan pada kondisi awal/ pra siklus dengan hasil siklus I
dan siklus II. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai penentu untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan.
Jika tindakan yang dilakukan pada siklus II belum berhasil, dalam arti
belum memenuhi target (indikator keberhasilan) yang ditentukan, maka
dilakukan tindakan siklus III dan seterusnya, hingga menunjukkan
keberhasilan signifikan dengan indikator keberhasilan sebagai kinerja dalam
pelaksanaan penelitian. Rumus yang digunakan untuk melakukan analisis
deskriptif persentase seperti yang dikemukakan oleh (Arikunto et al., 2019)
sebagai berikut:
Skor Max . Ideal
DP= x 100 %
Skor Total
Keterangan:
DP = Deskriptif persentase
Skor Max Ideal = Jumlah skor yang diperoleh di lapangan
Skor Total = Jumlah skor dari seluruh responden
Setelah dilakukan analisis kuantitatif, kemudian dilakukan analisis
secara kualitatif yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan
guru dan kolaborator serta peserta didik berdasarkan hasil penelitian di
lapangan.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto et al., 2019). Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
observasi.
4 3 2 1
Variabel Indikator
No Aspek Penilaian M
BSB BSH BB
B
3 Anak dapat
Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
Sedangkan untuk kategori skor dan prosentase kemampuan motorik
halus peserta didik menggunakan pedoman dari tabel berikut :
Tabel H.5 Kategori Skor dan Prosentase Motorik Halus Peserta Didik
No. Kriteria Skor Prosentase
1. BSB (Berkembang Sangat Baik) 4 76 – 100 %
2. BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 3 51 – 75 %
3. MB (Mulai Berkembang) 2 26 – 50 %
4. BB (Belum Berkembang) 1 0 – 25 %
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan mencakup dua bagian yaitu indikator
keberhasilan aktivitas peserta didik dan indikator keberhasilan kinerja guru.
1) Indikator Keberhasilan Aktivitas Peserta Didik
Adapun keberhasilan yang ingin dicapai sesuai dengan karakteristik
penelitian tindakan kelas, di dalam penelitian ini dinyatakan berhasil
apabila terdapat perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar
peserta didik setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila rata-rata prosentase kemampuan motorik halus peserta didik pada
Kelompok A PAUDIT Mutiasa Insan Sukoharjo sebesar 75% dengan
kriteria BSH dan BSB.
2) Indikator Keberhasilan Kinerja Guru
Untuk mempermudah dan penetapan tolok ukur tingkat keberhasilan
kinerja guru, maka ditetapkan indikator keberhasilan seperti pada tabel di
bawah ini:
2 Pemberian apersepsi
3 Kegiatan Kognitif matematika dasar
sesuai tingkat perkembangan anak dalam
menjelaskan materi kegiatan
4 Keterlibatan anak didik dalam kegiatan
membilang buah dabi
5 Memotivasi anak dalam kegiatan belajar
dan bermain melalui buah dabi
6 Pengaktifan anak didik dalam kegiatan
pengelompokan buah dabi
7 media pembelajaran buah dabi yang
digunakan sesuai materi kegiatan
8 Ketepatan materi kegiatan dengan
membuat coretan angka 5
9 Membimbing dan membantu anak yang
belum paham
10 Mengevaluasi kegiatan anak
Jumlah
Jumlah 1, 2, 3, 4, 5
Nilai rata – rata
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pra Siklus
Kondisi awal (Pra Siklus) tentang bagaimana cara meningkatkan
kemampuan kognitif dalam mengenal matematika dasar di Kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo Tahun Pelajaran 2021/2022 yang
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2022. Pada bagian ini dijelaskan
bahwa untuk mengetahui kondisi awal pengembangan kognitif matematika
dasar sebelum menggunakan media buah dabi.
Penelitian ini dilaksanakan melalui sebuah proses yang disebut
Siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Tindakan pada pra siklus dipantau oleh peneliti dan guru
mitra dengan menggunakan lembar observasi. Obyek yang diobservasi
adalah (1) kegiatan guru dalam mengajar, (2) kegiatan peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar, (3) hasil pekerjaan peserta didik yang
telah dikumpulkan, (4) hasil evaluasi selama penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan awal oleh peneliti pada kondisi Pra
Siklus, peserta didik cenderung kurang fokus sehingga hasil kegiatan jauh
dari yang diharapkan. Dari 8 peserta didik yang ada di Kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo, diketahui bahwa terdapat 3 peserta
didik pada kategori Belum Berkembang (BB), 2 peserta didik pada
kategori Mulai Berkembang (MB), 2 peserta didik pada kategori
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 1 peserta didik pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB). Untuk lebih jelasnya berikut disajikan
tabel penilaian peserta didik :
Tabel I.7 Hasil Penilaian Peserta Didik Pada Pra Siklus
No Nama Aspek Penilaian
Skor Max
Kategori
A B C D E %
Skor
1. Abdullah 3 2 3 2 2 12 20 60 BSH
2. Mis,aal 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
3. Abyan 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
4. Devi 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
5. Hilya 2 1 2 1 2 8 20 40 MB
6. Sahira 1 2 1 1 2 7 20 35 MB
7. Isvara 3 3 3 4 3 16 20 80 BSB
8. Ayas 2 3 2 2 3 12 20 60 BSH
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 3 37,5%
Mulai Berkembang (MB) 2 25%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 25%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 1 12,5%
Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka
melalui buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak
Berdasarkan observasi pada kondisi Pra Siklus tersebut dapat
disimpulkan peneliti bahwa kemampuan kognitif matematika dasar peserta
didik di Kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo masih rendah.
Pencapaian seperti itu dapat dikarenakan kebanyakan peserta didik malas
dengan pembelajaran yang ada di dalam kelas atau media yang digunakan
terlalu monoton. Berikut adalah penyajian diagram batang pada hasil
penilaian pra siklus.
Kategori
A B C D E %
Skor
1. Abdullah 3 4 3 3 3 16 20 80 BSB
2. Mis,aal 2 1 1 1 1 6 20 30 MB
3. Abyan 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
4. Devi 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
5. Hilya 2 3 2 2 2 11 20 55 BSH
6. Sahira 2 2 3 2 2 11 20 55 BSH
7. Isvara 4 3 3 4 3 17 20 85 BSB
8. Ayas 3 3 2 2 3 13 20 65 BSH
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 2 25%
Mulai Berkembang (MB) 1 12,5%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 37,5%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 2 25%
Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak
Kategori
A B C D E %
Skor
1. Abdullah 3 4 3 4 3 17 20 85 BSB
2. Mis,aal 2 1 2 1 1 7 20 35 MB
3. Abyan 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
4. Devi 1 2 1 1 1 6 20 30 MB
5. Hilya 2 3 2 3 2 12 20 60 BSH
6. Sahira 2 2 3 2 3 12 20 60 BSH
7. Isvara 4 3 3 4 4 18 20 90 BSB
8. Ayas 3 4 3 3 3 16 20 80 BSB
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 1 12,5%
Mulai Berkembang (MB) 2 25%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 25%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 37,5%
Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak
Siklus I
No Kategori Pertemuan I Pertemuan II
.
1. BB 37,5% 12,5%
2. MB 25% 25%
3. BSH 25% 25%
4. BSB 12,5% 37,5%
Anak yang mencapai BSH 37,5% 62,5%
+ BSB (%)
Rata-rata anak yang 50%
mencapai kriteria BSH dan
BSB (%)
Jumlah 1, 2, 3, 4, 5 38
Nilai rata – rata 3,45
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih ada tiga kegiatan guru yang
masih kurang optimal yaitu pengelolaan kelas, pengaktifan anak didik dalam
kegiatan, dan mengevaluasi kegiatan anak. Apabila dilihat dari skor yang
diperoleh totalnya adalah 38 poin dengan jumlah rata-rata sebesar 3,45 dimana
masuk ke dalam kategori kurang.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan
pertama, maka data tersebut diolah dan dianalisis. Kemudian
diperoleh masukan sehingga mampu mengambil keputusan baik
sebelum maupun sesudah pembelajaran berlangsung. Dari analisis
tersebut akan diketahui keefektifan yang telah disusun, serta indikator
efektif untuk memperbaiki hasil observasi yang akan memberi
petunjuk pada pelaksanaan tindakan kedua. Peneliti akan melakukan
perbaikan dalam pembelajaran pada siklus II karena masih terdapat
hambatan-hambatan. Diantaranya ada anak yang mengikuti kegiatan
pembelajaran tetapi kadang masih enggan untuk belajar dan ada anak
yang masih bermalas malasan saat kegiatan belajar berlangsung.
3. Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 6 Juni dan 9
Juni 2022, adapun kegiatannya meliputi :
a.Perencanaan Tindakan
Penelitian siklus II dilaksanakan di Kelompok A PAUDIT Mutiara
Insan Sukoharjo seperti yang diputuskan kepala sekolah dan
disepakati guru dan peneliti. Sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang harus peneliti lakukan adalah :
1).Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Kegiatan Harian.
2).Menyusun lembar observasi untuk mengetahui hasil kerja anak.
3).Menyiapkan media yang digunakan untuk kegiatan kognitif
mengenal matematika dasar melalui buah dabi.
b.Pelaksanaan Tindakan
1.Pertemuan ke-1
Tindakan pada Siklus II Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal
6 Juni 2022. Dengan kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif
dalam mengenal matematika dasar melaui buah dabi , langkah-
langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a)Kegiatan awal
b)Pembukaan
1) Doa, salam, bernyanyi bersama
2)Guru mengajak anak bercakap-cakap tentang macam-
macam tumbuhan
3)Guru memperlihatkan/mengenalkan buah jeruk
4)Guru bertanya apa saja bagian-bagian dari tumbuhan
jeruk dan gunanya.
c).Kegiatan Inti
d) Guru bercerita tentang tema yang diajarkan
e) Guru memberi contoh teknik bermain dan belajar dalam
kegiatan kognitif mengenal matematika dasar
f) Guru mengajak anak melakukan kegiatan secara bergantian
8) Akhir Pembelajaran
9) Melakukan Review kegiatan
10) Memberi kesimpulan
11) Penutup doa dan salam
Setelah selesai melakukan pelaksanaan tindakan pada Siklus II
Pertemuan I maka peneliti melanjutkan ke Siklus II Pertemuan II.
3. Pertemuan ke-2
Tindakan pada Siklus II Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal
9 Juni 2022. Dengan kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif
dalam mengenal matematika dasar, langkah-langkah yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
8) Kegiatan awal
9) Pembukaan
e) Doa, salam, bernyanyi bersama
f) Guru mengajak anak bercakap-cakap tentang macam-
macam tumbuhan.
g) Guru memperlihatkan /mengenalkan buah jeruk
h) Guru bertanya apa saja bagian-bagian tumbuhan jeruk dan
gunanya.
10) Kegiatan Inti
d) Guru bercerita tentang tema yang diajarkan
e) Guru memberi contoh teknik beramin dan belajar dalam
kegiatan kognitif mengenal matematika dasar
f) Guru mengajak anak melakukan kegiatan bermain secara
bergantian
11) Akhir Pembelajaran
12) Melakukan Review kegiatan
13) Memberi kesimpulan
14) Penutup doa dan salam
Setelah selesai melakukan pelaksanaan tindakan pada Siklus II.
Pertemuan II maka peneliti melanjutkan
e. Observasi
Pengamatan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan berlangsung. Aspek
yang diamati dalam tahap ini adalah :
3) Kemampuan anak dalam mengenal matematika dasar
4) Pengamatan terhadap metode pemberian tugas dalam kegiatan
matematika dasar melalui buah dabi selama siklus berlangsung.
Adapun rekapitulasi hasil belajar anak pada siklus II tentang
kemampuan kegiatan kognitif dalam mengenal matematika dasar pada
anak Kelompok A PAUDIT Mutiasa Insan Sukoharjo dapat dilihat
pada tabel berikut :
a) Siklus II Pertemuan I
Tabel I.12 Hasil Penilaian Siklus II Pertemuan I
No Nama Aspek Penilaian
Katego
A B C D E %
Skor
Skor
Max
ri
1. Abdullah 4 4 3 4 3 18 20 90 BSB
2. Mis,aal 2 2 3 2 2 11 20 55 BSH
3. Abyan 1 2 1 2 1 7 20 35 MB
4. Devi 2 3 2 2 2 11 20 55 BSH
5. Hilya 3 3 2 3 2 13 20 65 BSH
6. Sahira 3 2 3 2 3 13 20 65 BSH
7. Isvara 4 3 4 4 4 19 20 95 BSB
8. Ayas 3 4 4 3 3 17 20 85 BSB
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 0 0%
Mulai Berkembang (MB) 1 12,5%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4 50%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 37,5%
Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka 5
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak
b) Siklus II Pertemuan II
A B C D E %
Skor
Skor
Max
ri
1. Abdullah 4 4 3 4 4 19 20 95 BSB
2. Mis,aal 3 2 3 3 2 13 20 65 BSH
3. Abyan 2 2 1 2 1 8 20 40 MB
4. Devi 2 3 2 3 2 12 20 60 BSH
5. Hilya 3 3 2 3 3 14 20 70 BSH
6. Sahira 3 3 4 3 3 16 20 80 BSB
7. Isvara 4 4 4 4 4 20 20 100 BSB
8. Ayas 4 4 4 3 3 18 20 90 BSB
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 0 0%
Mulai Berkembang (MB) 1 12,5%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 37,5%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 4 50%
Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka 5
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak
Skala Nilai
No Aspek Perbaikan Pembelajaran
1 2 3 4 5
1 Pengelolaan kelas 5
2 Pemberian apersepsi 4
3 Kegiatan Kognitif matematika 4
dasar sesuai tingkat
perkembangan anak dalam
menjelaskan materi kegiatan
4 Keterlibatan anak didik dalam 4
kegiatan membilang buah dabi
5 Memotivasi anak dalam kegiatan 4
belajar dan bermain melalui buah
dabi
6 Pengaktifan anak didik dalam 5
kegiatan pengelompokan buah
dabi
7 media pembelajaran buah dabi 4
yang digunakan sesuai materi
kegiatan
8 Ketepatan materi kegiatan dengan 5
membuat coretan angka 5
9 Membimbing dan membantu 5
anak yang belum paham
10 Mengevaluasi kegiatan anak 3
Jumlah 1, 2, 3, 4, 5 47
Nilai rata – rata 4,28
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tinggal satu kegiatan guru
yang masih kurang optimal yaitu mengevaluasi kegiatan anak. Apabila
dilihat dari skor yang diperoleh totalnya adalah 47 poin dengan jumlah rata-
rata sebesar 4,28 dimana masuk ke dalam kategori baik.
a. Refleksi
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, melalui metode
pembelajaran secara langsung dapat meningkatkan kemampuan kognitif
matematika dasar melalui buah dabi dengan hasil yang optimal karena ada
87,5 % anak yang bisa mengerjakan kegiatan matematika dasar melalui buah
dabi dengan baik.
Sudah banyak anak yang mau bertanya tentang kegiatan matematika dasar
melalui buah dabi dan banyak anak yang sudah mau mempraktekkan sesuai
dengan yang diajarkan guru. Sehingga dapat dinyatakan hasil observasi
siklus ini dinyatakan sudah terjadi peningkatan kemampuan kognitif
matematika dasar melalui buah dabi pada anak. Dari hasil pembelajaran pada
siklus ini dapat disimpulkan bahwa peneliti merasa kegiatan matematika
dasar melalui buah dabi sudah berhasil dan menarik bagi anak.
B. Pembahasan
1. Hasil Penilaian Anak
Data analisis hasil belajar anak tentang peningkatan kemampuan kognitif
matematika dasar anak usia dini melalui kegiatan membilang dengan media buah
dabi di kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo diperoleh dari observasi
yang dilakukan pada setiap pertemuan dari kedua siklus. Maka dapat disajikan
data sebagai berikut:
Tabel I.16 Rekapitulasi Hasil Prosentase Data Hasil Belajar Anak
Dengan melihat data di atas dapat dikatakan bahwa hasil observasi dari
kegiatan matematika dasar melalui buah dabi dalam pra siklus sebesar 37,5%,
dan pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 50% itu artinya dari kegiatan pra
siklus ke I mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Dilanjut pada siklus II
memperoleh hasil rata-rata 87,5% itu berarti dari tindakan siklus I ke siklus II
hasil anak mengalami peningkatan sebesar 37,5%. Dengan hasil demikian maka
dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak untuk peningkatan kemampuan motorik
halus melalui kegiatan finger painting dapat meningkat. Berikut adalah penyajian
diagram batang rekapitulasi hasil belajar anak pra siklus, siklus I dan siklus II.
Gambar I.6 Rekapitulasi Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif
matematekika dasar anak usia dini di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo dapat
ditingkatkan melalui kegiatan belajar matematika dasar melalui buah dabi .
Penelitian ini berhasil meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar anak
usia dini dalam hal anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10,Anak mampu
melakuan kegiatan kolase angka melalui buah dabi. Anak dapat mengelompokkan
buah dan dan biji, Anak bisa membuat coretan angka 5.Maka hasil penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Cara untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar peserta
didik PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo adalah dengan kegiatan belajar
matematika dasar melalui buah dabi. Adapun jenis dalam penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua
siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu : perencanaan (Planning),
tindakan (actuating), Observasi (Observing), dan evaluasi-refleksi
(Reflecting).
2. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi dari kegiatan matematika dasar melalui bauh dabi dalam pra
siklus sebesar 37,5%, dan pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 50% itu
artinya dari kegiatan pra siklus ke I mengalami peningkatan sebesar
12,5%. Dilanjut pada siklus II memperoleh hasil rata-rata 87,5% itu berarti
dari tindakan siklus I ke siklus II hasil anak mengalami peningkatan
sebesar 37,5%. Dengan hasil demikian maka dapat dikatakan bahwa hasil
belajar anak untuk peningkatan kemampuan kognitif matematuka dasar
melalui kegiatan belajar matematika melalui buah dabi dapat meningkat.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan pada hasil pembelajaran, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut :
1. Guru
a. Kegiatan matematika melalui buah dabi perlu digunakan secara rutin
untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar peserta
didik di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo.
b. Guru sebagai orang tua di sekolah, hendaknya memiliki pengetahuan
yang luas tentang kegiatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif matematika dasar peserta didik, sehingga
kemampuan matematika dasar peserta didik dapat terasah dengan
optimal.
2. Orang Tua
a. Orang tua hendaknya jeli memperhatikan anak-anaknya, karena orang
tua lebih tahu dan paham mengenai kemampuan anaknya.
b. Orang tua hendaknya memperhatikan apa-apa yang yang menjadi
keinginan/minat dan bakat anak dalam rangka meningkatkan
kemampuan anak
3. Sekolah
a. Sekolah hendaknya menyediakan media dan kegiatan pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar
peserta didik.
b. Adanya kerjasama antara orang tua dengan sekolah, untuk mencapai
tujuan membantu mengembangkan kemampuan kognitif matematika
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniandari Anik, 2016. Peningkatan Kemmpuan Mengenal Konsep
Bilangan
Dengan Kotak Matematika Kelompok A1 Di TK Aba Margomulyo III,
Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
Paizaluddin&Ermalinda,2012. Penelitian Tindakan KelasI,
Bandung:ALFABETA
Permendikbud. 2014. Nomor 146 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan
AnaK Usia Dini
Ramaini. 2012. Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Melalui Permainan Tabung Pintar di TK Negeri Pembina Lubuk Basung.
Jurnal
Pesona Paud(Online). Vol. 1, No 1,
(https://s.docworkspace.com/d/AEcWWFiwjp02gq6m4dqmFA di akses 5
September 2019)
Susanto Ahmad, 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Sanjaya Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Ulum Irfatul. 2014. Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Melalui
Permainan Memancing Angka Pada Anak Kelompok A Di RA Masyithoh
Kalisoka Triwidadi Pajangan Bantul. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pndidikan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Wahyuni Sri Revita. 2018. Efetivitas Media pasir dalam Meningkatkan
Kemampuan Kosep Bilangan Pada Aanak Usia 5-6 Tahun di TK Aisyiyah
Bengkalis, Jurnal Pendidikan, (Online) Vol 6, No 1,
(https://s.docworkspace.com/d/AKNwjp02otiA4dqmFA di akses 3
September 2019)