Anda di halaman 1dari 84

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM MENGENAL

MATEMATIKA DASAR KELOMPOK A MELALUI BUAH DABI(BUAH


DAUN DAN BIJI)DI PAUDIT MUTIARA INSAN KECAMATAN
SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Disusun Oleh :
Nama : ISWANTI
NPM : 2620230394
Program Studi : PG-PAUDFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS IVET
SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai sedang mengalami masa
yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan
tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses
perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura
dan lingkungan diman anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang
memberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami
pengalaman belajar yang diprolehnya dari lingkungan, melalui cara
mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-
ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik PAUD
adalah mampu mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang
optimal sesuai dengan tuntutan yang berkembang dalam masyarakat.
Kemampuan dasar yang dikembangkan di PAUD meliputi kemampuan
bahasa, fisik/motorik, seni dan kemampuan kognitif. Pengembangan
kemampuan kognitif bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir anak.
Pada kemampuan kognitif tersebut, anak diharapkan dapat mengenal konsep
sains dan matematika sederhana.
Kegiatan pembelajaran matematika pada anak diorganisir secara terpadu
melalui tema-tema pembelajaran yang paling dekat dengan konteks
kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman riil. Guru dapat menggunakan
media permainan dalam pembelajaran yang memungkinkan anak bekerja dan
belajar secara individual, kelompok dan juga klasikal. Penggunaan media
pada kegiatan pembelajaran matematika anak usia dini, khususnya dalam
pengenalan konsep matematika dasar bertujuan mengembangkan pemahaman
anak terhadap bilangan dan operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit
sebagai pondasi yang kokoh pada anak untuk mengembangkan kemampuan
matematika pada tahap selanjutnya.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di lapangan
ditemukan adanya permasalahan dalam kegiatan pengembangan di kelas yaitu
rendahnya kemampuan mengenal konsep matematika dasar di PAUDIT
Mutiara Insan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo kelompok usia A.
Dimana murid saat bermain di sentra matematika belum mampu mengenal
konsep matematika dasar 1-10. Hal ini diketahui dari penilaian dari 10 murid
saat diajak dalam permainan dengan tema tanaman sub tema buah di dalam
Al-Qur’an, Dari 8 peserta didik yang ada di Kelompok A PAUDIT Mutiara
Insan Sukoharjo, diketahui bahwa terdapat 3 anak pada kategori Belum
Berkembang (BB), 2 anak pada kategori Mulai Berkembang (MB), 2 anak
pada kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 1 anak pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB. Pada saat proses pembelajaran peneliti
melihat peran guru masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru.
Oleh karen itu, peneliti melakukan penelitian dengan tindakan sekaligus
memberikan contoh kepada murid dengan cara mengenalkan bilangan dengan
memanfaatkan Buah Dabi (Buah, dun dan Biji) untuk meningkatkan
kemampuan kognitif dalam mengenal matematika dasar bagi anak PAUDIT
Mutiara Insan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di PAUDIT Mutiara Insan
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, penulis tertarik untuk meneliti
secara langsung pemanfaatan media Buah dabi sebagai salah satu cara
meningkatkan kemampuan mengenal konsep matematika dasar dan dapat
memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi di PAUDIT Mutiara Insan
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten sukoharjo. Media ini dianggap mampu
memecahkan masalah diatas karena dalam proses pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi
siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki
peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja,
bertujuan, dan terkendali. Selanjut untuk meneliti masalah di atas.
Berdasarkan runtutan latar belakang masalah tersebut di atas maka
penulis mengambil judul “Meningkatan Kemampuan Kognitif Dalam
Mengenal Matematika Dasar Kelompok A Melalui Buah Dabi(Buah
Daun dan Biji)Di PAUDIT Mutiara Insan Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2021/2022”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan diatas, maka peneliti


dapat mengidentifikasi beberapa masalah di dalamnya, antara lain:
1. Kemampuan anak dalam mengenal bilangan 1-10 masih belum kuat.
2. Anak cenderung bergerak aktif dan tidak memperhatikan guru.
3. Sebagian anak belum bisa membedakan angka 3 dan 5.
4. Sebagian anak ketika berhitung 1-10 masih terbalik.
5. Keberhasilan anak dalam kegiatan mengenal,mengurutka,membedakan
dan juga berhitung belum sesuai dengan tingkat perkembangannya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.Apakah melalui metode BUAD DABI dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dalam mengenal konsep matematika dasar bagi anak kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Dukuh Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo Semester II Tahun Ajaran 2021/2022 ?
2.Bagaimana metode BUAH DABI dapat meningkatkan kemampuan
kognitif matematika dasar bagi anak kelompok A PAUDIT Mutiara Insan
Dukuh Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Semester II
Tahun Ajaran 2021/2022 ?

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai


dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan membuktikan apakah kegiatan membilang dengan
media BUAH DABI dapat meningkatkan meningkatkan kemampuan
kognitif matematika dasar bagi anak kelompok A PAUDIT Mutiara Insan
Dukuh Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Semester II
Tahun Ajaran 2021/2022 .
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kegiatan membilang
dengan media BUAH DABI dapat meningkatkan meningkatkan
kemampuan kognitif matematika dasar bagi anak kelompok A PAUDIT
Mutiara Insan Dukuh Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
Semester II Tahun Ajaran 2021/202
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan dapat bermanfaat,
baik secara teoretis maupun praktis
1. Manfaat Teoristis :
Di harapkan melalui hasil penelitihan dapat menjadi salah satu pedoman
untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan melalui
media bahan alam nyata serta menambah kreativitas dan pengetahuan
untuk perbaikan dalam meningkatkan minat belajar matematika dasar bagi
anak usia dini.
2. Manfaat Praktis:
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini meliputi manfaat bagi:
peserta didik, orang tua, guru, lembaga, peneliti
a. Peserta didik
Peserta didik mendapat pengembangan media pembelajaran guna
menunjang pembelajaran dan mengoptimalkan perkembangan mereka.
Kegiatan mengenal bilangan dengan metode Buah Dabi dengan media
bahan alam dapat meningkatkan kognitif kemampuan matematika dasar
anak, daya berpikir dan imajinasi, dan keterampilan anak bisa lebih terasah
b. Guru
1) Guru dapat mengetahui kekurangan pembelajaran selama ini,
sehingga dapat dapat mengaplikasikan media/metode baru sesuai
hasil penelitian.
2) Guru dapat meningkatkan kinerja melalui perbaikan kualitas
pembelajaran dengan menerapkan variasi model pembelajaran.
3) Guru dapat memahami gambaran tentang pentingnya kegiatan
mengenal bilangan dengan metode Buah Dabi dengan media bahan
alam untuk meningkatkan kognitif kemampuan matematika dasar
c. Lembaga
1) Lembaga dapat memanfaatkan lingkungan serta sarana-prasarana
yang telah disiapkan oleh peneliti.
2) Kualitas pembelajaran PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo dapat
meningkat berdasarkan hasil penelitian.
3) Prestasi sekolah di bidang pengembangan kognitif anak usia dini
dapat meningkat
d. Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh lewat
perkuliahan dengan kondisi nyata di lapangan, sehingga dapat
menambah wawasan dan pengalaman berkaitan dengan kondisi
lapangan yaitu lembaga PAUD Mutiara Insan, khususnya tentang
pembelajaran di bidang kognitif.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN


HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini sebagai pembanding yaitu
berdasarkan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya,
adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

Tabel 0.1 Bab 2 Penelitian yang Relevan


Judul/Nama Jenis Hasil Penelitian
No Peneliti/Tahun Penelitian

1. Kemampuan Penelitian
Pada umumnya, anak usia Taman
Kognitif Anak Usia Tindakan
Kanak-Kanak masih mengalami
Dini Dalam Kelas
kesulitan dalam kemampuan
Berhitung
memahami konsep bilangan. Hal
(Sitti Asma, 2019)
ini juga dialami sebagian besar
anak PAUD. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengembangkan
potensi anak dalam mengenal
angka dan merangsang
kemampuan anak melalui
permainan mencari harta karun.
Penelitian ini merupakan
penelitian yang berbasis kelas.
Metode yang digunakan yaitu
metode penelitian tindakan kelas
yang meliputi 2 siklus. Tiap-tiap
siklus dilakukan secara berdaur
yang terdiri atas 4 tahap, yaitu (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
Data penelitian diambil melalui
observasi. Alat pengambilan data
observasi yang digunakan berupa
instrumen observasi yang berisi
aspek-aspek kriteria aktifitas anak
dalam PBM dan kemampuan
PBM guru. Data dianalisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan analisis data
penelitian dan pembahasan,
disimpulkan bahwa dengan
menggunakan media kartu angka,
kemampuan menulis anak
meningkat sebesar 60%. Pada
siklus I, nilai rata-rata yang
diperoleh anak sebesar 25%
sedangkan pada siklus II, hasil
yang dicapai sebesar 85%.
Perilaku yang ditunjukkan anak
pun berubah setelah diberikan
tindakan. Anak lebih antusias
mengikuti pembelajaran,
bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya, semakin terlatih
dan semakin lancar dalam
menulis angka 1 – 10.

2. Aplikasi Kegiatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk


Peningkatan Tindakan mengetahui proses dan hasil
perkembangan Kelas pembelajaran sebagai upaya
kognitif anak usid meningkatkan perkembangan
dini sengsn kognitif anak melalui media
bermain bermain memancing pada anak
memancing kelompok A. Jenis penelitian ini
(Wulandari adalah Penelitian Tindakan Kelas
Retnaningrum2016) (PTK). Penelitian ini
menggunakan desain Kemmis
dan Mc Taggart. Setiap siklus
terdiri atas empat tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
Subjek penelitian adalah anak
kelompok B TK Miftahul Huda.
Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi,
wawancara dan studi
dokumentasi. Data yang
terkumpul dianalisis secara
diskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan perkembangan
kognitif anak sebelum tindakan
masih dalam kategori mulai
berkembang yakni 58,55%; hasil
penelitian siklus I mencapai
69,62% dalam kategori
berkembang dan siklus II
mencapai 80,99% dalam kategori
sangat berkembang; penggunaan
media bermain memancing
mempunyai dampak sangat baik
ditunjukkan dengan
perkembangan kognitif anak
yang mengalami perkembangan
sangat baik dibandingkan
sebelum tindakan

3. Perbaikan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk


Pembelajaran Tindakan meningkatkan kemampuan
Melalui Kelas Kognitif anak melalui kegiatan
Penelitihan membilang banda dan pengenalan
Tindakan konsep bilangan dengan
Kelas(PTK) menggunakan metode
Tentang demonstrasi dapat memberikan
Kemampuan pengalaman belajar yang menarik
Membilang dengan cara mendengar,
Benda dan menirukan serta mengamati di TK
Pengenalan Handayani Banjaranyar tahun
Konsep Bilangan pelajaran 2018/2019 Subyek
Pada penelitian ini adalah guru dan
Pengembangan anak pada anak kelompok A TK
Kognitif Handayani Banjaranyar yang
(Evi Handayani berjumlah 16 anak yang terdiri
2019) dari 9 anak laki-laki dan 7 anak
perempuan. Rancangan penelitian
tindakan kelas berbentuk siklus-
siklus seolah-olah merupakan
proses daur ulang mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan,
tindakan, observasi dan refleksi.
Dari siklus-siklus kegiatan yang
telah dilaksanakan diperoleh hasil
sebagai berikut : Siklus 1
prosentase siswa yang mampu
34emembilang sebanyak 7 anak
(43,7 %), pada siklus 2 diperoleh
prosentase keberhasilan menjadi
14 anak (87,5 %), sehingga dapat
diakatakan bahwa penelitian ini
telah berhasil.

Berdasarkan ketiga penelitian relevan di atas, maka keseluruhan


penelitian tersebut ada perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan
yaitu: “Meningkatan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Matematika
Dasar Kelompok A Melalui Buah Dabi(Buah Daun dan Biji)Di PAUDIT
Mutiara Insan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun
Ajaran 2021/2022”.

B. Kerangka Teoretis
1. Pengertian dan Hakekat PAUD
Pendidikan anak usia dini adalah merupakan upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu
perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling
mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat
strategis dalam pengembangan sumber daya manusia seperti yang
disampaikan oleh Direktorat PAUD di dalam (Yamin & Sanan, 2013).
Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia kritis
sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses
serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya artinya pada periode ini
merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai
kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-
emosional dan spiritual.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya adalah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan
pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi, 2017).
Pendidikan anak usia dini dianggap sebagai cermin dari suatu
tatanan masyarakat, tetapi juga ada pandangan yang mengemukakan bahwa
sikap dan perilaku masyarakat dipandang sebagai suatu keberhasilan atau
pun sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan, dan keberhasilan
pendidikan tergantung kepada pendidikan anak usia dini karena jika
pelaksanaan pendidikan pada usia dini baik, maka proses pendidikan pada
usia remaja, usia dewasa akan naik pula. Sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak
mulia adalah sebait ungkapan yang sarat makna dan merupakan semboyan
dalam pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di
Indonesia, seperti yang disampaikan oleh (Yamin & Sanan, 2013).
Secara ilmiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi,
bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kemandirian,
jasmani, dan sosialnya. Namun penelitian tentang otak menunjukan bahwa
jika anak dirangsang sejak dini, akan ditemukan potensi-potensi yang
unggul dalam dirinya. Setiap anak unik, berbeda dan memiliki kemampuan
tak terbatas dalam belajar limitless capacity to learn yang telah ada dalam
dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif, mandiri. Oleh karena itu,
anak memerlukan program pendidikan yang mampu membuka kapasitas
tersembunyi tersebut melalui pembelajaran yang bermakna sedini mungkin.
Jika potensi pada diri anak tidak pernah direalisasikan, berarti anak telah
kehilangan kesempatan dan momentum penting dalam hidupnya.
Abraham Maslow telah menjelaskan tentang hirarki dari kebutuhan
dasar manusia karena setiap individu itu berbeda, baik dilihat dari jenis
kelamin, temperamen, ketertarikan, gaya belajar, pengalaman hidup,
budaya, kebutuhannya (Diane Trister Dodge, Laura J. Colker, Cate, 2008).
Maka setiap individu juga berbeda dalam hal kemandirian, konsep diri, dan
tingkat kemampuannya.
Usia 4-6 tahun (TK) merupakan masa peka bagi anak, di mana anak
mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Di mana pada masa ini merupakan masa untuk meletakan dasar
pertama dalam pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai
agama berdasarkan dari Depdiknas di dalam (Yamin & Sanan, 2013). Oleh
sebab itu dibutuhkan suasana belajar, strategi dan stimulus yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai
secara optimal.
Kegiatan yang sangat digemari anak TK adalah kegiatan bermain.
Walaupun kegiatan ini dapat dilakukan tanpa menggunakan alat permainan,
tetapi hampir semua kegiatan bermain justru menggunakan alat permainan.
Alat permainan sendiri dinilai penting agar penyampaian dasar belajar
seraya bermain dapat tersampaikan dengan baik kepada anak (Arsana,
Anggreni, & Patriani, 2019)
Hakekat pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang
sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab
pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika
pada masa perkembangannya dilalui dengan suasan yang baik, harmonis,
serasi, dan menyenangkan.
Pendidikan anak usia dini merupakan dasar dari pendidikan anak
selanjutnya yang penuh dengan tantangan dan berbagai permasalahan yang
dihadapi anak. Dengan demikian maka pendidikan usia dini adalah jendela
pembuka dunia window of opportunity bagi anak.
Secara singkat Bredekamp dan Regrant menyimpulkan bahwa anak
akan belajar dengan baik dan bermakna bila anak merasa aman secara
psikologis serta kebutuhan fisiknya terpenuhi, anak mengkonstruksi
pengetahuannya, anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa
dan anak lainnya, eksplorasi, pencarian, penggunaan, belajar melalui
bermain, unsur perbedaan anak diperhatikan (Bredekamp di dalam (Yamin
& Sanan, 2013).
Konsep bermain pada anak sebaiknya memberikan kebebasan pada
anak untuk menentukan dan melakukan kegiatan mainnya sendiri. Karena
pada saat anak memutuskan untuk mulai bermain, maka disitulah anak
mulai menggunakan seluruh kemampuannya yang bahkan lebih tinggi dari
usianya. Oleh karena itu sebagai orang dewasa yang ada di sekitar anak
sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk memutuskan dan
menyelesaikan kegiatan main tanpa intervensi yang terlalu dalam
(Syamsiatin, 2017).
2. Pengertian Kognitif
Kognitif secara penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah
satu domain atau wilayah/ ranah dalam taksonomi pendidikan (Muhibbin,
2012. 22). Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan diantaranya yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif adalah kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif sendiri lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berada dengan teori behavioristik yang lebih menekankan pada
aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya (Retno,
Pusdiklat KNPK).
Carl Witherington mengemukakan bahwa “kognitif adalah pikiran,
kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan
cepatdan tepat dalam mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah.
Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa kognitif merupakan satu atau
beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan
dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.

3. Pengertian Matematika Dasar/Konsep Bilangan


Bilangan adalah sesuatu yang penting dalam matematika. Dalam
matematika perkataan bilangan dapat digunakan untuk menyatakan
jumlah atau banyaknya sesuatu. Bilangan pada awalnya hanya digunakan
untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya para pakar
matematika menambahkan perbendaharaan symbol dan kata-kata yang
tepat. Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk
pencacahan dan pengukuran. Symbol atau lambang yang digunakan untuk
mewakili suatu bilangan disebut angka atau lambang bilangan. Dalam
matematika konsep bilangan meliputi bilangan nol, bilangan negative,
bilangan rasional, bilangan irrasional dan bilangan komplek. Bilangan
menurut Aristoteles adalah suatu alat ukur dengan satuan Menurut Thomas
bilangan terdiri dari satu satuan
Sudaryanti (dalam Ulum 2014:14) yang menyatakan bahwa konsep
bilangan merupakan konsep matematika yang sangat penting
untuk dikuasai oleh anak, karena akan menjadi dasar bagi penguasaan
konsep-konsep matematika selanjutnya. Dengan memahami konsep
bilangan, diharapkan anak dapat memahami konsep matematika yang lain.
Menurut Hurlock (dalam Susanto 2011:107), seiring dengan
perkembangan pemahaman bilangan permulaan ini, menyatakan bahwa
konsep yang dimulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya
pengalaman yang dialami anak, di antaranya konsep bilangan. Konsep
bilangan berhubungan dengan kata-kata, ketika anak mulai bicara.
Pengalaman yang dialami seorang anak mempengaruhi konsep bilangan
anak, karena itulah secara umum anak yang memulai pendidikan di Taman
Kanak-kanak umumnya belajar arti bilangan lebih cepat dibandingkan
dengan yang tidak mengalami pendidikan di taman kanak
kanak.Pemahaman konsep bilangan akan berkembang dengan cepat
sampai pada peningkatan ke tahap pengertian mengenai jumlah. Konsep
bilangan ini berhubungan dengan penambahan dan pengurangan, sehingga
secara bertahapbilangan menjadi lebih jelas. Oleh karena itu memahami
konsep bilangan melalui 10 permainan sangat penting karena dengan
permainan anak akan dapat cepat memahami maksud dari pembelajaran
tersebut.
Menurut Montessori (dalam Ramaini 2012:4), mengatakan bahwa
dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep dan
pengertiansecara ilmiah tanpa paksaan seperti konsep bilangan dan warna.
Untuk menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan
yang disebut angka. Bilangan dengan angka menyatakan dua konsep yang
berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai sedangkan angka bukan nilai.
Angka hanya merupakansuatu notasi tertulis dari sebuah bilangan.
bilangan itu mewakili banyaknya suat benda, dan lambang bilangan
disebut juga angka. Jadi bilangan adalah suatu konsep matematika yang
digunakan untuk pemecahan dan pengukuran yang sifatnya abstrak.
Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan
disebut sebagai angka atau lambang bilangan.
Pengenalan matematika ank usia dini ialah mengembangkan
aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak
untuk berfikir logis dan matematis. Dalam mengembangkan kemampuan
mengenal bilangan diperlukan suatu stimulus yang baik dan sesuai tingkat
perkembangannya agar pengetahuan mengenai angka dapat berkembang
dengan baik. Dalam pembelajaran juga harus dirancang sedemikian rupa
agar anak nyaman dan tertarik. Apabila anak tertarik maka anak tidak akan
tertekan dan informasi akan mudah masuk kedalam kognitif anak.
Kemampuan melakukan konservasi atau mengenal bilangan berkaitan
dengan aktivitas yang dilakukan anak sehari-hari. Anak dalam melakukan
konservasi bilangan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
dikuasai oleh anak pada awal masa sekolah (anak usia TK) karena akan
menjadi dasar bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya di
pendidikan (formal) di tingkat berikutnya.Diperlukan cara yang tepat
dalam mengenalkan bilangan pada anak agar nantinya anak bisa paham
tentang konsep bilangan.

Menurut Sudaryanti (dalam Ulum 2014:16) terdapat beberapa cara


yang dapat dilakukan dalam mengenalkan bilangan pada anak, diantaranya
adalah menghitung dengan jari, menghitung benda-benda, berhitung
sambil berohlaga berhitung sambil bernyanyi,menghitung di atas sepuluh,
menuliskan angka, memasangkan angka, sertamembandingkan angka.
Diah Hartanti (dalam Ulum 2014:16-17) juga menjelaskan tentang
cara yang dapat dilakukan untuk mengenal konsep bilangan pada konsep
bilangan padaanak, yakni:Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa karakteristik pemahaman konsep bilangan anak usia 5-6 tahun
terdiri dari membilang banyakbenda satu sampai 10, mengenal lambang
bilangan (angka), serta mengetahui konsep banyak dan sedikit
(membandingkan).
4. Karakteristik Matematika Dasar
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari
secara formal oleh anak mulai dari pendidikan PAUD dasar sampai
pendidikan tinggi. Mempelajari konsep-konsep matematika sangat penting
dalam kehidupan. Hampir dipastikan setiap hari dalam kehidupan manusia
selalu bersentuhan dengan ilmu matematika mulai dari urusan rumah
tangga, bisnis, Negara dan bahkan urusan untuk mencari pasangan hidup.
Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan matematika banyak memberikan
solusi pada manusia dalam menjalani berbagai aspek kehidupannya
dibandingkan ilmu-ilmu lainnya.
Kemampuan matematika bukanlah kemampuan yang diperoleh
secara instan, namun kemampuan yang diperoleh melalui proses latihan
yang dilakukan secara berkelanjutan mulai dari yang sederhana menjadi
yang lebih kompleks. Mengajarkan matematik harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan anak dengan cara yang konkret sampai pada yang
abstrak. Untuk anak usia dini mengajarkan konsep-konsep matematika
harus dilakukan secara konkret hal ini sesuai dengan tahap perkembangan
kognitif anak. Ada tiga aktivitas yang dapat dilakukan oleh anak dalam
mempelajari konsep-konsep matematika yaitu naturalistic, informal dan
terstruktur (Charlesworth & Lind, 2010). Secara natural naturalistic anak
mempelajari konsep-konsep matematika mulai memperhatikan hubungan
dan mengelompokkan, menyusun, dan membandingkan objek. Sedangkan
menurut Copple & Bredekamp, 2009 Agar anak kecil mulai memahami
arti bilangan bulat, mulai menggunakan geometri dengan mengidentifikasi
bentuk dan hubungan dalam ruang, dan menggunakan pengukuran sebagai
cara untuk mengidentifikasi dan membandingkan benda. (The Young Child
and Mathematics. Junita Coley, 2000)
5. Tahapan mengenal Matematika dasar PAUD
Perkembangan kognitif terdapat empat tahap periode utama.
Tahapan
perkembangan kognitif menunjukkan adanya tingkatan yang berbeda –
beda
dari fungsi dan bentuk kognitif, ada anak yang mengalami kemajuan
kognitif
melalui tahapan yang sama, namun ada pula anak yang tidak urutan pada
tahap
perkembangan. Perbedaan dalam tahap perkembangan ini muncul
karena
adanya faktor – faktor dan pengaruh lingkungan yang dapat
mempercepat dan
memperlambat perkembangan kognitif. Terdapat empat tahap
perkembangan
aspek kognitif menurut piaget :
a. Tahap pertama
Saat masih berusia balita (0-2) tahun, anak memiliki kemampuan
sensor motorik untuk menangkap objek-objek di sekitarnya. Pada
periode ini, anak mengeksplorasi lingkungannya untuk
mendapatkan pengetahuan dasarnya menggunakan skema,
asimilasi, dan modifikasi dengan proses meniru. Perkembangan
intelektual anak pada usia balita merupakan respons refleks dan
kemampuan skemata.
b. Tahap kedua
Pada tahap pra-operasional (2-7) tahun, aktivitas kognitif anak
dimulai dengan memahami realitas dengan simbol. Meskipun
begitu, sistem berpikirnya belum terorganisir serta tidak logis,
sistematis, dan konsisten. Pada tahap ini, anak juga bersifat
egosentrisme, yang berarti anak melihat dunia dengan kehendaknya
sendiri dan belum mampu berpikir dengan perspektif lain.
c. Tahap ketiga
Pada tahap operasional konkret, yang terjadi di usia 7-11 tahun,
anak telah dapat melakukan aktivitas pemikiran logis dalam
menghadapi objek fisik. Namun, di rentang usia 7-11 tahun, anak
belum dapat menarik kesimpulan secara konkret, meski telah
berhasil mengidentifikasi dan menghubungkan beberapa dimensi
dalam satu waktu.
d. Tahap keempat
Pada tahap operasional formal (11-16), anak telah mampu berpikir
secara abstrak dan mengembangkan hipotesis dengan logis. Anak
mampu memecahkan masalah dan membentuk argumen karena
kompetensi operasionalnya berkembang menjadi lebih kompleks.

Perkembangan kognitif menurut Bruner terdapat beberapa tahap


yaitu :
a. Tahap Enaktif (penggambaran benda nyata): peserta didik
melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan. Peserta
didik juga melakukan observasi dengan cara mengalami suatu
realitas. Contohnya ketika seorang guru memegang beberapa
pensil, kemudian guru mengajak muridnya untuk berhitung
menggunakan benda nyata (pensil). Atau juga tahap enaktif ini
berbasis tindakan atau kinestetik.
b. Tahap Ikonik : peserta didik ataupun seseorang sedang
memahami objek-objek dunia melalui gambaran-gambaran atau
visualisasi gambar.
c. Tahapan Simbolik : seseorang memahami dunia melalui
simbol-simbol, bahasa, logika, matematika, dll. Di tahap ini peserta
didik mempunyai gagasan-gagasan yang banyak dipengaruhi
bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan
sistem simbol.

Tahapanan perkembangan kognitif anak usia dini menurut


piaget secara rinci melalui tabel berikut :
Tabel 0.2 Bab 2 Perkembangan kognitif Anak Usia Dini (menurut Piaget)
Tahap Usia Perkembangan Kognitif
Sensorimotor 0-2 Tahun 1.Berdasarkan tindakan
2.Langkah demi langkah
Praoperasi 2-7 Tahun 1.Penggunaan simbol/bahasa tanda
2.Kosep intuitif
Operasi 7-11 Tahu 1.Pakai aturan jelas/logis
konkret n 2.Reversibel dan kekekalan
Operasi 11 Tahun ke 1.Hipotesis
formal atas 2.Abstrak
3.Dedukatif dan induktif
4.Logis dan probabiitas

1)Tahap Sensorimotor

Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu periode 1. reflek,
periode 2. kebiasaan, periode 3. reproduksi kejadian yang menarik, periode 4.
koordinasi skemata, periode 5. eksperimen, dan periode 6. representasi. Secara
garis besar, perkembangan periode-periode pada tahap sensorimotor dapat
diringkaskan dalam skema pada tabel berikut.

2)Tahap Praoperasi

Piaget (1981) membagi perkembangan kognitif tahap praoperasi (umur 2-7 tahun)
dalam dua bagian, yaitu: (1) umur 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan
pemikiran simbolis; (2) umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran
intuitif.Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan simbol atau
tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Ia
dapat menggambarkan suatu benda atau kejadian yang sudah lalu. Fungsi
semiotik atau penggunaan simbol itu secara jelas tampak dalam lima gejala
berikut:

1. Imitasi tidak langsung.

2. Permainan simbolis.

3. Menggambar.

4. Gambaran mental.

5. Bahasa ucapan.

Pada usia 3-7 tahun pemikiran anak terus berkembang dengan ciri-ciri sebagai
berikut:

1.Pemikiran egosentris.

2.Adaptasi yang tidak disertai gambaran akurat.

3.Reversebilitas belum berbentuk.

4.Pengertian kekekalan belum lengkap.

5.Klasifikasi figuratif.
6.Relasi ordinal/serial.

7.Kausalitas.

Tahap praoperasi adalah jembatan antara tahap sensorimotor dengan tahap


operasi konkret. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya
bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Penggunaan bahasa
ini melepaskan keterikatan anak akan ingatan langsung dan tindakan refleks akan
objek dan lingkungan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin
maju. Ia dapat berbicara tentang suatu hal tanpa dibatasi waktu sekarang dan dapat
membicarakan beberapa hal bersama-sama. Namun demikian, bahasa anak masih
bersifat egosentris.

Pemikiran yang menonjol pada tahap ini adalah pemikiran simbolis/semiotik pada
umur 2-4 tahun dan pemikiran intuitif pada umur 4-7 tahun. Pemikiran intuitif ini
masih mempunyai banyak kesamaan dengan sensorimotor sehingga masih
menghambat anak dalam menganalisis persoalan disekitar reversebilitas dan
seriasi. Anak sudah memiliki kesadaran sebab akibat dengan selalu bertanya
“Mengapa?”.

3) Tahap Operasi Konkret

Tahap operasional dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang


didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi ini bersifat reversibel, artinya
dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan
pada awalnya lagi. Misalnya bila “A+B = C”, dapat dibuat juga “C – B = A”.
Dengan operasi ini, anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang
dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi.
Ciri-ciri pemikiran operasional konkret adalah:

1.Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.

2.Melihat dari berbagai macam segi.


3. Seriasi.

4. Klasifikasi.

5.Bilangan.

6.Ruang, waktu, dan kecepatan.

7.Kausalitas.

8.Probabilitas.

9. Penalaran .

10. Egosentrisme dan sosialisme.

4) Tahap Operasi Formal

Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam


perkembangan kognitif menurut Piaget. Ini terjadi pada umur sekitar 11 atau 12
tahun ke atas. Pada tahap ini seseorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir
dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis,
dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu
(Piaget, 1981: 78). Anak remaja sudah berpikir abastrak, fleksibel, dan efektif.

Pada tahap ini ada beberapa ciri pokok pemikiran operasi formal, yaitu:

(a) Pemikiran Deduktif.

(b) Pemikiran Induktif.

(c) Pemikiran Abstrak Refleksif.

(d) Skema Operasi Formal.


6. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Kognitif Matematika Dasar Anak
Tujuan pengembangan pengembangan matematika dasar
anak(menurut Fatrima Santri Syahri,2018) yaitu agar anak mampu:
1) Menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-
jemari seperti kesiapan menggambar, menulis, memanipulasi benda-
benda.
2) Mengkoordinasikan indra mata,pikiran dan aktivitas tangan.
3) Mengendalikan emosi dalam beraktivitas dan bekersama dengan teman
4) Mengembangkan kemampuan mengenal bilangan dan benda yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
Secara khusus tujuan pengembangan kognitif matematika dasar anak
untuk kelompok A adalah anak dapat menunjukkan kemampuan
menggerakkan anggota tubuhnya dan mengkoordinasikan antara mata dan
tangan sebagai persiapan untuk pengenalan angka dan menulis. Adapun
fungsi pengembangan keterampilan kognitif matematika dasar adalah untuk
mendukung aspek pengembangan lainnya seperti motorik halus,kasar,
bahasa dan sosial karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak dapat
terpisah satu sama lain.
7.Pengertian Membilang
Kemampuan membilang pada anak usia dini adalah anak bisa
memahami dan mengenal bilangan dengan lancar dan baik. Adapun ciri-ciri
kemampuan membilang (Tatag Yuli Eko Siswono, 2012) adalah:
a. Anak mampu menghitung benda yang ada di sekitarnya misalnya dengan
menggunakan jari, karena anak akan dengan mudah mempunyai konsep
bilangan yang mudah difahami anak. Anak dapat melakukan sendiri proses
membilang. Hal ini perlu dilatih sejak usia dini agar anak mempunyai
kemampuan membilang dengan jari tangannya.
b. Anak mampu membilang benda-benda. Hal ini dilakukakn untuk memberi
pemahaman pada anak bahwa semua benda yang ada disekitar anak bisa
dihitung.
c. Anak mampu membilang sambil beraktifitas misalnya dengan menyanyi. Hal
ini dapat dikenalkan pada anak dengan melalui lagu yang sesuai dengan
bilanyan yang akan dikenalkan pada anak meliputi:
a. Counting (Berhitung)
Counting (berhitung) merupakan kemampuan untuk menyebutkan angka
secara urut dari satu, dua, tiga dan seterusnya sampai anak mengingatnya.
b. One-to-One Correspondence (Koresponden Satu-satu)
One-to-one correspondence (koresponden satu-satu) merupakan kemampuan
yang dimiliki anak untuk menghubungkan satu benda dengan benda lain.
Misalnya anak dapat mencari pasangan gambar yang tepat seperti gambar ikan
dengan gambar kucing, gambar sikat gigi dengan pasta gigi dan lain
sebagainya.
c. Quantity (Kuantitas)
Quantity (kuantitas) merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk
mengetahui jumlah benda yang ada dihadapannya dengan cara menghitung
secara urut benda tersebut.
d. Recognizing and Writing (Mengenal dan Menulis Angka)
Recognizing and writing (mengenal dan menulis angka) merupakan
kemampuan yang dimiliki anak untuk mengetahui angka 1-10 atau lebih dan
mengingat dari masing-masing simbol tersebut. Pada mulanya untuk mengenal
angka anak diperkenalkan dahulu dengan simbol untuk angka yang kemudian
dihubungkan untuk diperkenalkan dahulu dengan symbol untuk angka yang
kemudian dihubungkan untuk menulis angka. Dapat dilakukan dengan guru
atau orang tua, caranya yaitu dengan memperlihatkan beberapa gambar
kemudian anak diminta untuk menulis jumlah gambar tersebut dengan angka.
Berdasarkan uraian di atas bahwa ciri-ciri membilang dalam penelitian
merupakan recognizing and writing (mengenal dan menulis angka). Hal ini
merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengetahui angka 1-10 dan
mengingat dari masing-masing simbol tersebut. Dalam upaya meningkatkan
kemampuan membilang pada anak kelompok A3, menggunakan metode bermain
kartu angka.
Kemampuan membilang pada anak usia 4 sampai 5 tahun menurut
kurikulum 2004 (Depdiknas,2005: 4), sebagai berikut:
a. Membilang banyak benda dari 1 sampai 10.
b. Membilang/menyebut urutan bilangan 1 sampai 10.
c. Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda) sampai 10.
d. Menunjuk urutan benda untuk bilangan sampai 10.
e. Membuat urutan bilangan 1 sampai 10 dengan benda.
f. Menunjuk lambang bilangan 1sampai 10.
g. Meniru lambang bilangan 1 sampai 10.
h. Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda
sampai 10 (anak tidak disuruh menulis).
8.Strategi Menumbuhkan Kemampuan Membilang
Tahapan pengenalan bilangan pada anak usia dini yaitu mengenalkan
materi bilangan kepada anak harus secara menarik dan menyenangkan melalui
simbol angka yang kongkrit, supaya minat anak tumbuh dengan sendirinya
melalui bermain. Sebagaimana diungkapkan Montessori (Nunik sulistiati, 2014)
bahwa dengan bermain anak akan memiliki kemampuan untuk memahami konsep
dan pengertian secara alamiah tanpa paksaan seperti konsep bilangan dan konsep
warna. Sedangkan menurut Bruner (Nunik sulidtiati, 2014) bahwa
perkembangan pemahaman konsep matematika anak dilakukan melalui tiga tahap
yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Tahap enaktif adalah tahap
belajar dengan memanipulasi benda atau obyek konkret. Tahap ikonik yaitu tahap
belajar matematika dengan menggunakan gambar dan tahap simbolik yaitu tahap
belajar matematika melalui memanipulasi lambang atau simbol.
Pendekatan belajar dengan menggunakan materi konkret dan gambar harus
secara intensif dilakukan ditingkat awal pada anak, sebelum anak memasuki
tingkat pengenalan bilangan selanjutnya seperti yang telah dikemukakan
tentang perkembangan konsep bilangan pada anak:
a. Pengenalan Kuantitas
Anak-anak menghitung sejumlah benda yang telah ditentukan dan dilakukan
secara bertahap 1-10 kemudian 11-20.
b. Menghafal Urutan Nama Bilangan
Menyebutkan nama bilangan dalam urutan yang benar
c. Menghitung secara rasional Anak disebut memahami bilangan bila dapat:
1) Menghitung benda sambil menyebutkan urutan nama bilangan.
2) Membuat korespondensi satu-satu.
3) Menyadari bilangan terakhir yang disebut mewakili total benda dalam satu
kelompok.
d. Menghitung Maju
Menghitung dua kelompok benda yang digabungkan dengan cara:
1) Menghitung semua, dimulai dari benda pertama sampai benda terakhir.
2) Menghitung melanjutkan.
3) Menghitung benda dengan cara melanjutkan dari jumlah salah satu
kelompok. Hal ini dapat dilakukan bila anak sudah dapat membedakan
kelompok yang lebih banyak dan lebih sedikit dengan baik.
e. Menghitung Mundur
Menyebutkan bilangan satu atau lebih kurangnya dari bilangan sebelumnya.
Dilakukan untuk memahami urutan dan posisi bilangan. Berhitung mundur
dapat dilakukan dalam operasi pengurangan, namun efektif bila pengurangan
angka menggunakan angka kecil. Apabila angka besar, berhitung mundur
hanya akan menyulitkan anak-anak.
f. Berhitung Melompat
Menyebutkan bilangan dengan cara melompat dengan beda bilangan tertentu
yang sama. Merupakan dasar pemahaman konsep perkalian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam menyampaikan materi
pembelajaran mengenal bilangan pada anak usia dini tidaklah mudah. Anak tidak
dapat memahami materi pembelajaran secara langsung tetapi harus
menyampaikan secara setahap demi setahap dari yang mudah sampai ke jenjang
yang lebih sulit, dan dengan menggunakan media yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Strtaegi menghitung bilangan dalam penelitian ini adalah anakanak
menghitung sejumlah benda yang telah ditentukan dan dilakukan secara
bertahap 1-10.
9.Pengertian Media Buah Dabi
Dalam usaha mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak selalu
berdasarkan pada unsur bermain.Anak usia dini harusnya bermain yang kreatif
dan menyenangkan. Untuk itu seorang guru dituntut selalu menyediakan sarana
berupa alat bermain yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak yang bertujuan
untuk meningkatkan belajar, konsentrasi, pemusatan perhatian sehingga mereka
dapat timbul kerjasama dengan teman lainnya di kelas.Media buah dabi sebagai
cara mengenalkan bilangan/angka dasar untuk mengembangkan kemampuan
membilang melalui kegiatan yang dilakukan secara alamiah atas dasar
kesenangan, sukarela, tanpa ada paksaan atau tekanan.
Buah dabi adalah penggunaan suatu bentuk media pembelajaran yang
berbasis permainan dalam bentuk buah daun dan biji terdiri atas berbagai jenis
komponen buah-buahan,daun-daunan,dan biji-bijian sebagai berikut:.
Buah dalam ilmu botani (Edelwais Lararenzana,2017) adalah organ pada
tumbuhan berbunga yang merupakan modifikasi lanjut bakal buah (ovarium).
Dalam buah banyak mengandungVitamin C ,salah satu jenis vitamin yang larut
dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai
penyakit.Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu
asam askorbat,buah juga dapat meningkatkan energi dan kesehatan bagi
manusia.Macam buah banyak sekali setiap buah mengandung manfaat yang
berbeda bagi tubuh
Daun secara pengertian (Muhammad Irfan Al Amin,2021) adalah satu
unsur penting dalam tumbuhan kaena fungsinya yang mampu menyerap
energi matahari sebagai bahan untuk rotosintesis,daun sempurna tersusun dari
tiga bagian yaitu pelepah,tangkai dan helai daun.Selain itu daun juga sangat
bermanfaat bagi manusia,bisa untuk menjadi obat(daun pepaya,jambu biji
dll),bisa untuk sayaur(ayam,kangkung dll) sebagai minuman(teh,salam)bisa
untuk membungkus makanan(pisang,jati,dll)

Biji adalah sekelompok tanaman yang di tanam untuk di panen,biji


bisa juga di sebut dengan benih atau bibit tanaman,biji banyak sekali
macamnya,ada biji yang bisa di makan,ada pula biji yang hanya di tanam
kambali.jenis,warna dan ukuran biji pun berbeda-beda (Edelwais
Lararenzana,2017)

Buah dabi mudah kita dapatkan di lingkungan sekitar untuk


meningkatkan kemampuan kognitif , memberikan rangsangan dan dorongan
pada anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga
anak mampu mengenal konsep matematika dasar

10.Teknik Mengenalkan Matematika Dasar


Seorang guru PAUD dalam memberikan kegiatan pembelajaran harus
memperhatikan tahap perkembangan anak didik, alat peraga/alat permainan,
Berdasarkan pedoman pembelajaran membilang pada anak kelompok A,
maka dalam penelitian ini kemampuan membilang pada anak meliputi:
kemampuan menyebutkan bilangan 1-10, mengurutkan bilangan 1-10, dan
menghubungkan bilangan 1-10.Guru mengenalkan angka 1-10 secara bertahap,
menjumlah benda secara sederhana,menghitungbenda dan menebalkan
angka ,menjumlahan sederhana melalui media dengan memperlihatkan gambar
yang jumlahnya sama dengan tulisan angka di bawahnya. Kemudian guru
mengajak anak untuk menghitung jumlah gambar tersebut dan menunjukkan
angka yang sesuai dengan jumlah gambar. Kemudian anak diajak menghitung 1-
10 sambil menunjuk benda/gambar. Ajak anak untuk mengulangi apabila masih
salah. Jika anak sudah bisa, jumlah benda boleh ditingkatkan. Guru dapat
mengenalkan hitungan melalui lagu yaitu dengan mengajak anak menyanyikan
lagu yang ada bilangan sambil memperagakannya. Untuk membandingkan besar
kecilnya nilai angka, guru memperlihatkan kedua gambar yang masing-masing
jumlahnya berbeda. Kemudian guru melakukan tanya jawab dengan anak tentang
jumlah gambar tersebut. Kegiatan ini diulangi beberapa kali agar anak memahami
perbedaan nilai angka tersebut. Anak diajak untuk menyambung titik-titik yang
berbentuk angka. Kemudian diajak untuk menulis lambang bilangan dari jumlah
benda yang ditunjuk, kegiatan ini dilakukan untuk pembelajaran dalam menyalin
dan menebalkan angka.
Kegiatan pembelajaran mengenal hitungan dan angka merupakan kegiatan
persiapan untuk belajar berhitung. Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan
tahap perkembangan anak. Pada usia dini adalah masa yang sangat
strategis untuk mengenalkan berhitung, karena usia dini sangat peka terhadap
stimulasi yang diterima dari lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
maka teknik pengenalan matematika dasar sebagai berikut:

Tabel 0.3 Bab 2 Teknik Pengenalan matematika Dasar


No Teknik Pengenalan No Teknik Pengenalan
. matematika Dasar . matematika Dasar
1. Mengenalan angka 2. Mengurutkan angka
3. Mengenalan penjumlahan 4. Menebalkan angka

5. Menghubungkan gambar 6. Menyesuikan angka dengan


dengan angka gambar
11.Prosedur Kegiatan Pengenalan Matematika Dasar
Kegiatan pembelajaran mengenal matematika dasar merupakan kegiatan
persiapan untuk belajar berhitung. Kegiatan pembelajaran disesuaikan
dengan tahap perkembangan anak. Pada usia dini adalah masa yang
sangatstrategis untuk mengenalkan berhitung, karena usia ini sangat peka
terhadapstimulasi yang diterima dari lingkungan. Berdasarkan uraian
tersebut di atas,maka langkah-langkah pembelajaran membilang dengan
media buah dabi dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Pengelolaan Kelas
Guru menyiapkan alat dan media yang akan digunakan dalam membilang
dengan buah dabi yang disertai gambar.
b. Langkah-langkah kegiatan
1) Kegiatan Awal
a) Guru mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran menggunakan buah
dabi
b) Guru melakukan bercakap-cakap kepada anak tentang materi
pembelajaran yang akan di laksanakan
2) Kegiatan Inti
Anak dengan bimbingan guru melakukan kegiatan membilang dengan
menggunakan buah dabi yang telah disediakan.
3) Kegiatan Akhir
Guru melakukan tanya jawab kepada anak tentang kegiatan yang sudah
dikerjakan
4). Penilaian
Guru mengevaluasi (menilai) peningkatan kemampuan membilang pada
anak kelompok A

12.Kerangka Berpikir

Anak usia dini berada pada tahapan praoprasional, karena anak


telah mampu menggunakan logika pada tempatnya. Pada tahap ini anak
mengembangkan kemampuan untuk mengorganisasikan dan mempersepsikan
dengan gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Praoprasional adalah
kemampuan anak untuk mengantisipasi pengaruh dari satu kejadian dalam
kejadian yang lain. Perkembangan praoprasional anak,memungkinkan anak
berfikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu
walaupun benda atau kejadian itu berada diluar pandangan,pendengaran atau
jangkauan tangannya.
Meningkatkan keterampilan kognitif matematika dasar dapat
dilakukan dengan kegiatan bermain yang kreatif dan menarik serta
menyenangkan. Sebagai salah satu kegiatan yang tepat untuk
mengembangkan keterampilan kognitif matematika dasar pada Kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo.Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang
menarik dan mengarah pada keterampilan matematika dasar anak salah
satunya adalah bermain dan membilang dengan media buah dabi. Berdasarkan
uraian di atas, maka kerangka pikir dalam penelitian tindakan ini dapat
diperjelas dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Guru belum menggunakan Anak tidak tertarik dan
Awal alat peraga dengan enggan untuk bermain
pemanfaatan media

Siklus 1
Guru sudah menggunakan alat dengan menggunakan
Proses
peraga dengan media BUAH alat peraga media BUAH
(Tindakan ) DABI(Buah,Daun dan Biji) DABI (Buah,Daun dan
secara kontiyu Biji) anak mulai
mengenal bilangan
matematika dasar

Diharapkan dengan
menggunakan alat peraga
Akhir media BUAH DABI (Buah,Daun Siklus II
dan Biji) dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam dengan menggunakan
mengenal konsep matematika alat peraga media BUAH
dasar semakin meningkat dan DABI(Buah,Daun dan
bersemangat Biji) meningkatkan
kemampuan anak dalam
mengenal bilangan
matematika dasar
Bagan 0.1 Kerangka Berpikir

C. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis adalah dugaan jawaban. Berdasarkan landasan teori dan
kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis bahwa kemungkinan dengan
adanya kegiatan bermain dan belajar mengenal matematika dasar dapat
meningkatkan kemampuan kognitif kelompok A di PAUDIT Mutiara Insan
Sukoharjo. Sehingga Hipotesis dalam penelitian ini ialah ”Meningkatkan
kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Matematika Dasar Kelompok A
Melalui Buah Dabi Di PAUDIT Mutiara Insan Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Salah satu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh guru,
khususnya guru PAUD adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Sebab
dengan PTK ini guru akan sangat terbantu dalam mendeteksi kelebihan,
kekurangan, bakat, talenta, dan potensi peserta didik. Guru tinggal
menggunakan metode pembelajaran yang mampu membangkitkan bakat dan
potensi tersebut agar cepat mencapai hasil yang ditentukan (Asmani, 2015).
Penelitian Tindakan Kelas yang umumnya disingkat dengan PTK
(dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research, disingkat CAR)
adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada
proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami.
PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti atau ia
sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas,
di sekolah dan atau di tempat ia mengajar untuk tujuan ‘penyempurnaan’ atau
‘peningkatan’ proses pembelajaran.
Dalam PTK, guru memberikan tindakan kepada peserta didik.
Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang untuk
dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu. Menurut (Arikunto, Suhardjono,
& Supardi, 2019), yang dimaksud dengan’tindakan’ adalah suatu tindakan
yang diberikan oleh guru kepada peserta didik agar mereka melakukan
sesuatu yang berbeda dari biasanya, bukan hanya mengerjakan soal yang
ditulis di papan tulis, atau mengerjakan LKS.
Oleh karena itu, tujuan PTK adalah memperbaiki mutu pembelajaran,
kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan yang diyakini lebih baik
dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Dengan kata lain, tindakan yang
diberikan kepada peserta didik harus terlihat kreatif dan inovatif.
Hal yang khusus pada tingkatan tersebut adalah adanya hal yang
berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik pembelajaran
sebelumnya, karena yang sudah dilakukan dipandang belum memberikan
hasil yang memuaskan. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut
maka harus dilakukan secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan akan
keampuhan dari tindakan.
Menurut (Muliawan, 2018), Ruang lingkup PTK secara teoritis
mencakup komponen-komponen seperti:
1) Peserta didik
2) Guru
3) Materi pelajaran
4) Peralatan dan atau sarana-prasarana pendidikan
5) Hasil pembelajaran
6) Pengelolaan (manajemen)
7) Lingkungan
Komponen mengenai peserta didik diteliti dari banyak sisi. Mulai dari
tingkat kecerdasan, karakter emosional, latar belakang psikologis,
pembawaan budaya keluarga, kemampuan khusus, sampai pada jenis-jenis
penyimpangan dan kenakalan yang sering ditimbulkan. Sedangkan untuk
komponen guru umunya menjadi sasaran penelitian tindakan kelas yang
dilakukan oleh kepala sekolah, tim pengawas pembelajaran/sekolah, peneliti
independen, konseptor pendidikan sampai pada pejabat pengambil kebijakan
teknis pendidikan. mereka diteliti dari banyak aspek. Mulai dari tingkat
kecerdasan dasar yang dimiliki, kemampuan teknis-metodologis mengajar,
pengendalian emosional, pengelolaan pembelajaran, sampai pada cara
pandangnya terhadap pekerjaan yang dijalani.
Untuk komponen peralatan dan atau sarana-prasarana pendidikan
biasanya diteliti untuk mencari tahu kesesuaiannya dengan hasil pembelajaran
yang diperoleh. Contoh, perbandingan hasil evaluasi belajar-mengajar antara
peserta didik yang belajar di ruang kelas klasik (dan sederhana) dengan
peserta didik yang belajar di ruang kelas khusus lengkap dengan laboratorium
pembelajaran. Komponen ini umumnya juga berhubungan dengan objek
sasaran PTK berikutnya, yaitu hasil pembelajaran. Bedanya komponen hasil
pembelajaran diteliti bukan hanya dari faktor teknis peralatan dan sarana-
prasarana semata, tetapi juga pengaruh komponen-komponen lain seperti:
kemampuan teknis metodologis mengajar guru, minat dan motivasi belajar
peserta didik, dukungan psikologis keluarga, bahkan sampai dukungan teknis
operasional pengelola sekolah.
Sedangkan untuk komponen pengelolaan kelas pada dasarnya menjadi
salah satu bagian dari objek penelitian yang memusatkan perhatian pada
kemampuan teknis-metodologis mengajar guru. Ini erat hubungannya dengan
hasil pembelajaran yang bisa dicapai. Untuk komponen pengaruh lingkungan
dalam PTK merupakan satu-satunya objek penelitian yang memiliki wilayah
jangkau paling luas dibanding sasaran objek lain. Objek penelitian tentang
pengaruh lingkungan membentang luas. Mulai dari lingkungan kelas,
lingkungan sekolah, pengaruh perlakuan psikologis keluarga, latar belakang
ekonomi, pembawaan budaya masyarakat tempat peserta didik itu tumbuh
dan berkembang, sampai pada pengaruh lingkungan komunitas masyarakat
tempat sekolah itu berada.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1) Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini direncanakan berlangsung
selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan April sampai dengan Juni 2022. Adapun
rinciannya sebagai berikut: 1) bulan April digunakan oleh peneliti untuk
menyusun proposal dan instrumen penelitian; 2) bulan Mei digunakan
untuk mengumpulkan data dan melakukan tindakan kelas serta
menganalisis data; dan 3) bulan Juni digunakan peneliti untuk melakukan
pembahasan hasil analisis data dan menyusun laporan hasil penelitian yang
telah dilakukan.
Pada penelitian ini, Siklus I terdiri dari Pertemuan I dan Pertemuan II.
Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2021. Pertemuan II
dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2022. Kemudian Siklus II terdiri dari
Pertemuan I dan Pertemuan II. Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 6
Juni 2021. Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2022.
2) Tempat Penelitian
Penelitian tindakan yang peneliti lakukan ini mengambil lokasi di
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo,yang terletak di Jalan bledak RT 10
RW 02 ,Dukuh ,Gayam ,Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
Provinsi Jawa Tengah.

C. Subyek Penelitian
Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah anak-anak Kelompok
A sejumlah 8 anak di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo Tahun Ajaran
2021/2022. Pada penelitian di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo khususnya
di kelompok A dilakukan secara klasikal pada jam pembelajaran dengan
peserta didik 4 laki-laki dan 4 perempuan.

D. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan merupakan salah satu elemen dalam proses
kolaborasi antara peneliti dan guru dengan tujuan utama membangun
komunikasi yang baik. Menyusun dan melakukan kegiatan
perencanaan. Dalam kegiatan atau pembelajan dalam meningkatkan
kemampuan matematika dasar melalui kegiatan bermain dan belajar
dengan media anak usia dini masih belum mampu melakukan
kegiatan dengan baik. Perencanaan dalam penelitian tidakan
sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang mampu
menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan
mengenal rintangan yang sebenarnya (Sukardi, 2019).
Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran awal
tentang obyek penelitian secara keseluruhan dan kondisi proses
pembelajaran di sekolah tempat penelitian.
2) Melakukan identifikasi permasalahan dan merumuskan persoalan
bersama guru kelas.
3) Menyusun perangkat pembelajaran seperti RKH (Rencana
Kegiatan Harian).
4) Membuat pedoman observasi untuk peserta didik sesuai masalah
yang dihadapi peserta didik sewaktu melakukan tindakan.
5) Membuat pedoman observasi untuk guru guna mengamati situasi
dan kondisi saat kegiatan berlangsung.
6) Menyiapkan lembar penilaian yang nantinya diisi oleh peneliti
dan kolaborator setelah akhir kegiatan.
Kegiatan yang berhubungan dengan pengenalan konsep matematika
dasar adalah:
a. Mengenalkan angka 1-10
b. Mengenalkan media yang digunakan.
c. Memberi contoh teknik bermain dan belajar matematika dengan
benar dan baik.
d. Mengkoordinasikan mata,otak dan tangan .
e. Mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media.
Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan maka peneliti berusaha
agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuan kognitif dengan
maksimal. Untuk meningkatkan kemampuan matematika dasar peserta
didik perlu bekerja sama dengan teman sejawat maupun orang tua
peserta didik. Peneliti berusaha mencari solusi bagaimana cara
mengajarkan kemampuan matematika dasar agar menarik bagi peserta
didik dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Kemudian peneliti mencari kegiatan yang berhubungan dalam
pengembangan kognitif melalui metode yang menarik yang sesuai
dengan karakteristik anak usia dini. Peneliti menyusun rencana
perbaikan yang terdiri dari dua siklus. Apabila hasil yang dicapai
setelah dua siklus belum sesuai dengan harapan peneliti, maka akan
dilakukan perbaikan kembali pada siklus selanjutnya.
b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-1
Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan yang
terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus
hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat
terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana
yang rasional dan terukur.
Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran.
b) Guru melakukan presensi kehadiran peserta didik.
c) Membaca doa bersama.
d) Bernyanyi dan tepuk tangan.
e) Mengkondisikan peserta didik agar siap belajar.
f) Mengkomunikasikan tema dan kegiatan yang akan dilakukan.
g) Memberikan motivasi kepada peserta didik melalui bercakap-
cakap.
1) Kegiatan Inti
a) Guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
kegiatan sesuai penelitian.
b) Guru menyampaikan aturan main dan persyaratan kegiatan
sesuai penelitian.
c) Guru mendemonstrasikan kegiatan sesuai penelitian.
d) Guru memberi bimbingan kepada anak dalam melakukan
kegiatan sesuai penelitian.
e) Guru memberikan reward kepada anak.

2) Kegiatan Penutup
a) Guru menanyakan kepada peserta didik tentang apa yng
dilakukan/dipelajari hari ini.
b) Guru menyampaikan tema materi/kegiatan yang akan
dilakukan besok.
c) Berdoa bersama.
c. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-2
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran.
b) Guru melakukan presensi kehadiran peserta didik.
c) Membaca doa bersama.
d) Bernyanyi dan tepuk tangan.
e) Mengkondisikan peserta didik agar siap belajar.
f) Mengkomunikasikan tema dan kegiatan yang akan
dilakukan.
g) Memberikan motivasi kepada peserta didik melalui
bercakap-cakap.
h) Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang dipelajari
kemarin.
2) Kegiatan Inti
a) Guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
kegiatan sesuai penelitian.
b) Guru menyampaikan aturan main dan persyaratan kegiatan
sesuai penelitian.
c) Guru mendemonstrasikan kegiatan sesuai penelitian.
d) Guru memberi bimbingan kepada anak dalam melakukan
kegiatan sesuai penelitian.
e) Guru memberikan reward kepada anak.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru menanyakan kepada peserta didik tentang apa yang
dilakukan/dipelajari hari ini.
b) Guru menyampaikan tema materi/kegiatan yang akan
dilakukan besok.
c) Berdoa bersama.
d. Observasi dan Evaluasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti melakukan
observasi sekaligus mengevaluasi terhadap aktivasi guru dan peserta
didik. Peneliti melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian
selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat
bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah perlu diadakan
perbaikan atau tidak. Dengan melakukan observasi maka data yang
didapatkan menjadi lebih lengkap, tajam, dan lebih memaknai
permasalahan apa yang terjadi. Data yang diambil dapat berupa data
dalam proses pembelajaran maupun data dari hasil belajar peserta
didik.
Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah observasi yang
fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik
yang diharapkan atau yang tidak diharapkan (Sukardi, 2019).
Observasi terhadap kegiatan dilakukan pada saat implementasi untuk
mengetahui pelaksanaan kegiatan, yaitu dengan cara mengamati
perilaku anak dan kinerja guru saat tindakan. Pada akhir kegiatan,
peneliti dan kolaborator mengisi lembar penilaian, berdasar penilaian
tersebut maka bisa dilakukan refleksi.
e. Refleksi
Pelaksanaan tindakan memerlukan suatu alat evaluasi yang berguna
sebagai pijakan dalam melakukan monitoring apakah tindakan yang
diberikan sudah sesuai dengan perencanaan atau belum. Maka dari itu
sebaiknya refleksi dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada siklus I kemudian
dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
yang didapat, direncanakan perbaikan dengan melakukan siklus II
terhadap permasalahan-perrnasalahan yang masih ada.
Hasil reflektif ini penting untuk melakukan tiga kemungkinan yang
terjadi terhadap perencanaan semula terhadap suatu subjek penelitian,
yaitu diberhentikan, modifikasi atau dilanjutkan ke tingkat atau daur
selanjutnya. Setelah melakukan observasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, hasilnya digunakan sebagai
dasar perbaikan tindakan pada siklus kedua.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I dengan
pertimbangan utama apakah indikator keberhasilan sudah tercapai atau
belum tercapai. Jika indikator sudah tercapai maka siklus berhenti, jika
indikator keberhasilan belum tercapai maka siklus berlanjut. Dengan
kegiatan pembelajaran matematika dasar melalui buah dabi peserta didik
merasa senang dan berkreasi sehingga anak dapat melakukan kegiatan
tersebut dengan baik dan benar.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan alat evaluasi untuk memperoleh
data tentang status sesuatu dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan
(Arikunto et al., 2019). Alat pengumpulan data dalam PTK harus sinkron
dengan teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian (Jakni,
2017). Untuk menghasilkan informasi yang akurat, agar tidak salah dalam
pengambilan keputusan dapat menggunakan teknik triangulasi, yakni suatu
cara untuk mendapatkan infrormasi yang akurat dengan menggunakan
berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga
peneliti tidak salah mengambil keputusan. Melalui triangulasi, guru atau
peneliti terhindar dari kesalahan mendapatkan informasi yang sudah tentu
juga akan terhindar dari pengambilan keputusan.

1) Wawancara
Menurut (Jaya, 2020), Wawancara merupakan teknik
mengumpulkan data yang digunakan untuk memperoleh informasi secara
langsung dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada sumber data
(informan). Macam-macam wawancara dapat terbagi menjadi wawancara
terstruktur (structured interview), wawancara tidak terstruktur
(unstructured interview), wawancara individual, dan wawancara
kelompok. Dalam penelitian ini, metode wawancara digunakan saat
observasi awal dan saat pelaksanaan siklus, adapun kisi-kisi wawancara
yang akan dilakukan berdasarkan pada instrumen pengumpulan data.
Wawancara ini dilakukan kepada rekan sejawat, kepala sekolah, dan
orangtua peserta didik dalam rangka triangulasi data.
Langkah-langkah wawancara dalam penelitian kualitatif adalah: 1)
Menentukan sumber data (informan) yang akan diwawancarai. Pastikan
subjek yang akan diwawancarai adalah orang yang mampu memberikan
informasi kepada peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan; 2)
Menyampaikan daftar pertanyaan sebelum ke tempat penelitian untuk
wawancara; 3) Mengawali dan membuka alur wawancara; 4) Membuat
catatan mengenai hasil wawancara yang telah dilakukan; 5)
Menginformasikan kembali hasil wawancara yang telah dilakukan
kepada sumber data; dan 6) Mengidentifikasi hasil wawancara yang telah
diperoleh oleh peneliti.
2) Observasi
Observasi adalah suatu usaha sadar untuk megumpulkan data yang
dilakukan secara sistematis dengan prosedur dan standar tertentu yang
telah ditetapkan. Pengamatan merupakan tahap pengumpulan data dan
informasi konkrit yang diperoleh dari objek penelitian (Muliawan, 2018).
Penerapannya dilakukan oleh guru kelas sebagai kolabolator bersama
peneliti. Observasi dilakukan pada saat proses tindakan dengan
didasarkan pada instrumen pengumpulan data, yakni pada kegiatan
peserta didik dan kinerja Guru saat proses tindakan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman observasi yaitu
daftar cek (check list). Zainal Arifin di dalam (Jakni, 2017), menyatakan
bahwa “daftar cek”/ (check list) adalah yang berisi daftar yang berisi
subjek dan aspek-aspek yang akan diamati”. Dengan demikian, peneliti
hanya akan memberi tanda check (silang, lingkaran, dan sebagainya).
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah hasil yang digunakan peneliti untuk
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, sejarah awal mula
sekolah berdiri dan sebagainya (Arikunto et al., 2019). Penerapannya
diambil dari catatan atau dokumen yang dimiliki oleh guru kelas yang
berkaitan dengan data siswa sebelum dan sesudah tindakan. Gambar-
gambar foto, cuplikan rekaman tape atau slides, berguna juga dalam
wawancara, baik untuk memulai topik pembicaraan, maupun untuk
mengingatkan agar peneliti tidak menyimpang dari tujuan wawancara
(Wiriaatmadja, 2014).

F. Keabsahan Data
Dalam meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik melalui
kegiatan pengenalan matematika dasar dengan media buah dabi, agar
validitas terpenuhi maka peneliti melakukan triangulasi dengan cara guru bisa
bertanya dan peserta didik bisa berinteraksi melakukan tanya jawab dengan
guru, sehingga diharapkan kemampuan matematika dasar peserta didik di
kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo bisa tercapai secara
maksimal.
Proses pembelajaran yang divalidasi ditanya melalui triangulasi
adalah sebagai berikut :
1) Triangulasi sumber yaitu peneliti bertanya langsung kepada anak sejauh
mana mereka mengenal angka.
2) Triangulasi metode yaitu rencana kegiatan yang dilakukan dengan
bermain dan belajar pengenalan matematika dasar dengan media buah
dabi.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan terhadap
seluruh hasil pengamatan. Dalam analisis data ini digunakan analisis
deskriptif komparatif, dengan cara membandingkan antara hasil penelitian
dengan pedoman yang ditetapkan sebagai patokan perbandingan yaitu
indikator keberhasilan. Cara menentukannya adalah dengan cara
membandingkan keadaan pada kondisi awal/ pra siklus dengan hasil siklus I
dan siklus II. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai penentu untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan.
Jika tindakan yang dilakukan pada siklus II belum berhasil, dalam arti
belum memenuhi target (indikator keberhasilan) yang ditentukan, maka
dilakukan tindakan siklus III dan seterusnya, hingga menunjukkan
keberhasilan signifikan dengan indikator keberhasilan sebagai kinerja dalam
pelaksanaan penelitian. Rumus yang digunakan untuk melakukan analisis
deskriptif persentase seperti yang dikemukakan oleh (Arikunto et al., 2019)
sebagai berikut:
Skor Max . Ideal
DP= x 100 %
Skor Total
Keterangan:
DP = Deskriptif persentase
Skor Max Ideal = Jumlah skor yang diperoleh di lapangan
Skor Total = Jumlah skor dari seluruh responden
Setelah dilakukan analisis kuantitatif, kemudian dilakukan analisis
secara kualitatif yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan
guru dan kolaborator serta peserta didik berdasarkan hasil penelitian di
lapangan.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto et al., 2019). Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
observasi.

Tabel H.4 Instrumen Penilaian Peserta Didik

Aspek Skala Penilaian

4 3 2 1
Variabel Indikator
No Aspek Penilaian M
BSB BSH BB
B

Peningkatan Mampu 1 Anak bisa menghitung


kemampuan dan bisa buah daun dan biji 1-
kognitif melakukan 10.
dalam kegiatan
2 Anak mampu
melakuan kegiatan
kolase angka melalui
buah dabi.

3 Anak dapat

pengenalan belajar mengelompokkan buah

matematika matematika dan dan biji

dasar melaui dasar melalui 4 Anak bisa membuat


buah buah dabi coretan angka
dabi(buah
5 Anak bisa membilang
buah dabi ke dalam
kotak

Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
Sedangkan untuk kategori skor dan prosentase kemampuan motorik
halus peserta didik menggunakan pedoman dari tabel berikut :
Tabel H.5 Kategori Skor dan Prosentase Motorik Halus Peserta Didik
No. Kriteria Skor Prosentase
1. BSB (Berkembang Sangat Baik) 4 76 – 100 %
2. BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 3 51 – 75 %
3. MB (Mulai Berkembang) 2 26 – 50 %
4. BB (Belum Berkembang) 1 0 – 25 %

I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan mencakup dua bagian yaitu indikator
keberhasilan aktivitas peserta didik dan indikator keberhasilan kinerja guru.
1) Indikator Keberhasilan Aktivitas Peserta Didik
Adapun keberhasilan yang ingin dicapai sesuai dengan karakteristik
penelitian tindakan kelas, di dalam penelitian ini dinyatakan berhasil
apabila terdapat perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar
peserta didik setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila rata-rata prosentase kemampuan motorik halus peserta didik pada
Kelompok A PAUDIT Mutiasa Insan Sukoharjo sebesar 75% dengan
kriteria BSH dan BSB.
2) Indikator Keberhasilan Kinerja Guru
Untuk mempermudah dan penetapan tolok ukur tingkat keberhasilan
kinerja guru, maka ditetapkan indikator keberhasilan seperti pada tabel di
bawah ini:

Tabel I.6 Indikator Kinerja Guru


No Aspek Perbaikan Pembelajaran Skala Nilai
1 2 3 4 5
1 Pengelolaan kelas 

2 Pemberian apersepsi
3 Kegiatan Kognitif matematika dasar
sesuai tingkat perkembangan anak dalam
menjelaskan materi kegiatan
4 Keterlibatan anak didik dalam kegiatan
membilang buah dabi
5 Memotivasi anak dalam kegiatan belajar
dan bermain melalui buah dabi
6 Pengaktifan anak didik dalam kegiatan
pengelompokan buah dabi
7 media pembelajaran buah dabi yang
digunakan sesuai materi kegiatan
8 Ketepatan materi kegiatan dengan
membuat coretan angka 5
9 Membimbing dan membantu anak yang
belum paham
10 Mengevaluasi kegiatan anak
Jumlah
Jumlah 1, 2, 3, 4, 5
Nilai rata – rata
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pra Siklus
Kondisi awal (Pra Siklus) tentang bagaimana cara meningkatkan
kemampuan kognitif dalam mengenal matematika dasar di Kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo Tahun Pelajaran 2021/2022 yang
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2022. Pada bagian ini dijelaskan
bahwa untuk mengetahui kondisi awal pengembangan kognitif matematika
dasar sebelum menggunakan media buah dabi.
Penelitian ini dilaksanakan melalui sebuah proses yang disebut
Siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Tindakan pada pra siklus dipantau oleh peneliti dan guru
mitra dengan menggunakan lembar observasi. Obyek yang diobservasi
adalah (1) kegiatan guru dalam mengajar, (2) kegiatan peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar, (3) hasil pekerjaan peserta didik yang
telah dikumpulkan, (4) hasil evaluasi selama penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan awal oleh peneliti pada kondisi Pra
Siklus, peserta didik cenderung kurang fokus sehingga hasil kegiatan jauh
dari yang diharapkan. Dari 8 peserta didik yang ada di Kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo, diketahui bahwa terdapat 3 peserta
didik pada kategori Belum Berkembang (BB), 2 peserta didik pada
kategori Mulai Berkembang (MB), 2 peserta didik pada kategori
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 1 peserta didik pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB). Untuk lebih jelasnya berikut disajikan
tabel penilaian peserta didik :
Tabel I.7 Hasil Penilaian Peserta Didik Pada Pra Siklus
No Nama Aspek Penilaian

Skor Max

Kategori
A B C D E %

Skor
1. Abdullah 3 2 3 2 2 12 20 60 BSH
2. Mis,aal 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
3. Abyan 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
4. Devi 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
5. Hilya 2 1 2 1 2 8 20 40 MB
6. Sahira 1 2 1 1 2 7 20 35 MB
7. Isvara 3 3 3 4 3 16 20 80 BSB
8. Ayas 2 3 2 2 3 12 20 60 BSH
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 3 37,5%
Mulai Berkembang (MB) 2 25%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 25%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 1 12,5%

Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka
melalui buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak
Berdasarkan observasi pada kondisi Pra Siklus tersebut dapat
disimpulkan peneliti bahwa kemampuan kognitif matematika dasar peserta
didik di Kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo masih rendah.
Pencapaian seperti itu dapat dikarenakan kebanyakan peserta didik malas
dengan pembelajaran yang ada di dalam kelas atau media yang digunakan
terlalu monoton. Berikut adalah penyajian diagram batang pada hasil
penilaian pra siklus.

Gambar I.1 Diagram Batang Hasil Penilaian Pra Siklus

Berdasarkan hasil pengamatan awal oleh peneliti pada kondisi Pra


Siklus, peserta didik cenderung kurang fokus sehingga hasil kegiatan jauh
dari yang diharapkan. Dari 8 peserta didik yang ada di Kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo, diketahui bahwa terdapat 3 peserta
didik pada kategori Belum Berkembang (BB), 2 peserta didik pada
kategori Mulai Berkembang (MB), 2 peserta didik pada kategori
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 1 peserta didik pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB). Karena rendahnya kemampuan kognitif
dalam mengenal matematika dasar peserta didik Kelompok A PAUDIT
Mutiara Insan Sukoharjo maka perlu diadakan Siklus I Pertemuan I dan II.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 17 Mei dan 19
Mei 2022, adapun kegiatannya meliputi :
a. Perencanaan Tindakan
Penelitian siklus I dilaksanakan di Kelompok A PAUDIT Mutiara
Insan Sukoharjo seperti yang diputuskan kepala sekolah dan
disepakati guru dan peneliti. Sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang harus peneliti lakukan adalah :
1) Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Kegiatan
Harian.
2) Menyusun lembar observasi untuk mengetahui hasil kerja anak.
3) Menyiapkan media yang digunakan untuk kegiatan kognitif
mengenal matematika dasar melalui buah dabi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan ke-1
Tindakan pada Siklus I Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal
17 Mei 2022. Dengan kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif
dalam mengenal matematika dasar melaui buah dabi , langkah-
langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
2) Pembukaan
a) Doa, salam, bernyanyi bersama
b) Guru mengajak anak bercakap-cakap tentang macam-
macam tumbuhan
c) Guru memperlihatkan/mengenalkan buah kelengkeng
d) Guru bertanya apa saja bagian-bagian dari tumbuhan
kelengkeng dan gunanya.
3) Kegiatan Inti
a) Guru bercerita tentang tema yang diajarkan
b) Guru memberi contoh teknik beramin dan belajar dalam
kegiatan kognitif mengenal matematika dasar
c) Guru mengajak anak melakukan kegiatan secara bergantian
4) Akhir Pembelajaran
5) Melakukan Review kegiatan
6) Memberi kesimpulan
7) Penutup doa dan salam
Setelah selesai melakukan pelaksanaan tindakan pada Siklus I
Pertemuan I maka peneliti melanjutkan ke Siklus I Pertemuan II.
2. Pertemuan ke-2
Tindakan pada Siklus I Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal
19 Mei 2022. Dengan kegiatan meningkatkan kemampuan
kognitif dalam mengenal matematika dasar, langkah-langkah yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
2) Pembukaan
a) Doa, salam, bernyanyi bersama
b) Guru mengajak anak bercakap-cakap tentang macam-
macam tumbuhan.
c) Guru memperlihatkan /mengenalkan buah kelengkeng
d) Guru bertanya apa saja bagian-bagian tumbuhan
kelengkeng dan gunanya.
3) Kegiatan Inti
a) Guru bercerita tentang tema yang diajarkan
b) Guru memberi contoh teknik beramin dan belajar dalam
kegiatan kognitif mengenal matematika dasar
c) Guru mengajak anak melakukan kegiatan bermain secara
bergantian
4) Akhir Pembelajaran
5) Melakukan Review kegiatan
6) Memberi kesimpulan
7) Penutup doa dan salam
Setelah selesai melakukan pelaksanaan tindakan pada Siklus I.
Pertemuan II maka peneliti melanjutkan ke Siklus II Pertemuan I.
c. Observasi
Pengamatan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan berlangsung. Aspek
yang diamati dalam tahap ini adalah :
1) Kemampuan anak dalam mengenal matematika dasar
2) Pengamatan terhadap metode pemberian tugas dalam kegiatan
matematika dasar selama siklus berlangsung.
Adapun rekapitulasi hasil belajar anak pada siklus I tentang
kemampuan kegiatan kognitif dalam mengenal matematika dasar pada
anak Kelompok A PAUDIT Mutiasa Insan Sukoharjo dapat dilihat
pada tabel berikut :
Hasil penelitian dari Siklus I Pertemuan I dan Siklus I Pertemuan II
adalah sebagai berikut :
a) Siklus I Pertemuan I
Tabel I.8 Hasil Penilaian Siklus I Pertemuan I
No Nama Aspek Penilaian
Skor Max

Kategori

A B C D E %
Skor

1. Abdullah 3 4 3 3 3 16 20 80 BSB
2. Mis,aal 2 1 1 1 1 6 20 30 MB
3. Abyan 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
4. Devi 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
5. Hilya 2 3 2 2 2 11 20 55 BSH
6. Sahira 2 2 3 2 2 11 20 55 BSH
7. Isvara 4 3 3 4 3 17 20 85 BSB
8. Ayas 3 3 2 2 3 13 20 65 BSH
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 2 25%
Mulai Berkembang (MB) 1 12,5%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 37,5%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 2 25%
Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak

Berdasarkan observasi pada kondisi Siklus I Pertemuan I tersebut


dapat disimpulkan peneliti bahwa kemampuan kognitif dalam mengenal
matematika dasar peserta didik di Kelompok A PAUDIT Mutiara Insan
Sukoharjo masih rendah. Hal ini dikarenakan karena anak masih merasa
baru dengan kegiatan mengenal matematika dasar melalui media buah dabi.
Berikut adalah penyajian diagram batang pada hasil penilaian Siklus I
Pertemuan I.
Gambar I.2 Diagram Batang Hasil Penilaian Siklus I Pertemuan I

Berdasarkan hasil analisis data penilaian peserta didik pada


Siklus I Pertemuan I diketahui bahwa Dari 8 peserta didik yang ada di
Kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo, diketahui bahwa
terdapat 2 peserta didik pada kategori Belum Berkembang (BB)
sebesar 25%, 1 peserta didik pada kategori Mulai Berkembang (MB)
sebesar 12,5%, 3 peserta didik pada kategori Berkembang Sesuai
Harapan (BSH) sebesar 37,5%, dan 2 peserta didik pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 25%. Karena belum
memenuhi target yang diharapkan, maka peneliti perlu melaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran pada Siklus I Pertemuan II, dan
selama perbaikan ini peneliti dibantu oleh rekan sejawat.
b) Siklus I Pertemuan II
Tabel I.9 Hasil Penilaian Siklus I Pertemuan II
No Nama Aspek Penilaian
Skor Max

Kategori

A B C D E %
Skor

1. Abdullah 3 4 3 4 3 17 20 85 BSB
2. Mis,aal 2 1 2 1 1 7 20 35 MB
3. Abyan 1 1 1 1 1 5 20 25 BB
4. Devi 1 2 1 1 1 6 20 30 MB
5. Hilya 2 3 2 3 2 12 20 60 BSH
6. Sahira 2 2 3 2 3 12 20 60 BSH
7. Isvara 4 3 3 4 4 18 20 90 BSB
8. Ayas 3 4 3 3 3 16 20 80 BSB
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 1 12,5%
Mulai Berkembang (MB) 2 25%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 25%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 37,5%
Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak

Berdasarkan observasi pada kondisi Siklus I Pertemuan II


tersebut dapat disimpulkan peneliti bahwa kemampuan kognitif
matematika dasar peserta didik di Kelompok A PAUDIT Mutiara
Insan Sukoharjo belum mampu mencapai target yang diharapkan.
Berikut adalah penyajian diagram batang pada hasil penilaian Siklus I
Pertemuan II.
Gambar I.3 Diagram Batang Hasil Penilaian Siklus I Pertemuan II

Berdasarkan hasil analisis data penilaian peserta didik pada


Siklus I Pertemuan II diketahui bahwa dari 8 peserta didik yang ada di
Kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo, diketahui bahwa
terdapat 1 peserta didik pada kategori Belum Berkembang (BB)
sebesar 12,5%, 2 peserta didik pada kategori Mulai Berkembang (MB)
sebesar 25%, 2 peserta didik pada kategori Berkembang Sesuai
Harapan (BSH) sebesar 25%, dan 3 peserta didik pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 37,5%. Karena belum
memenuhi target yang diharapkan, maka peneliti perlu melaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran pada Siklus II.
Tabel I.10 Daftar Hasil Rekapitulasi Siklus I Pertemuan I dan II

Siklus I
No Kategori Pertemuan I Pertemuan II
.
1. BB 37,5% 12,5%
2. MB 25% 25%
3. BSH 25% 25%
4. BSB 12,5% 37,5%
Anak yang mencapai BSH 37,5% 62,5%
+ BSB (%)
Rata-rata anak yang 50%
mencapai kriteria BSH dan
BSB (%)

Berdasarkan tabel daftar hasil rekapitulasi belajar peserta didik


pada Siklus I Pertemuan I dan II, didapatkan hasil rata-rata ketuntasan
peserta didik yang masuk dalam kriteria BSH dan BSB adalah sebesar
50%. Karena belum memenuhi target yang diharapkan yaitu sebesar
75%, maka perlu mengadakan tindakan perbaikan dalam pembelajaran
yang dilakukan yaitu dengan dilakukannya Siklus II.
Sedangkan untuk hasil penilaian indikator kinerja guru dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel I.11 Daftar Hasil Penilaian Indikator Kinerja Guru Siklus I
Skala Nilai
No Aspek Perbaikan Pembelajaran
1 2 3 4 5
1 Pengelolaan kelas 3
2 Pemberian apersepsi 4
3 Kegiatan Kognitif matematika 4
dasar sesuai tingkat
perkembangan anak dalam
menjelaskan materi kegiatan
4 Keterlibatan anak didik dalam 4
kegiatan membilang buah dabi
5 Memotivasi anak dalam kegiatan 4
belajar dan bermain melalui buah
dabi
6 Pengaktifan anak didik dalam 3
kegiatan pengelompokan buah
dabi
7 media pembelajaran buah dabi 4
yang digunakan sesuai materi
kegiatan
8 Ketepatan materi kegiatan dengan 4
membuat coretan angka 5
9 Membimbing dan membantu 5
anak yang belum paham
10 Mengevaluasi kegiatan anak 3

Jumlah 1, 2, 3, 4, 5 38
Nilai rata – rata 3,45
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih ada tiga kegiatan guru yang
masih kurang optimal yaitu pengelolaan kelas, pengaktifan anak didik dalam
kegiatan, dan mengevaluasi kegiatan anak. Apabila dilihat dari skor yang
diperoleh totalnya adalah 38 poin dengan jumlah rata-rata sebesar 3,45 dimana
masuk ke dalam kategori kurang.

d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan
pertama, maka data tersebut diolah dan dianalisis. Kemudian
diperoleh masukan sehingga mampu mengambil keputusan baik
sebelum maupun sesudah pembelajaran berlangsung. Dari analisis
tersebut akan diketahui keefektifan yang telah disusun, serta indikator
efektif untuk memperbaiki hasil observasi yang akan memberi
petunjuk pada pelaksanaan tindakan kedua. Peneliti akan melakukan
perbaikan dalam pembelajaran pada siklus II karena masih terdapat
hambatan-hambatan. Diantaranya ada anak yang mengikuti kegiatan
pembelajaran tetapi kadang masih enggan untuk belajar dan ada anak
yang masih bermalas malasan saat kegiatan belajar berlangsung.
3. Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 6 Juni dan 9
Juni 2022, adapun kegiatannya meliputi :
a.Perencanaan Tindakan
Penelitian siklus II dilaksanakan di Kelompok A PAUDIT Mutiara
Insan Sukoharjo seperti yang diputuskan kepala sekolah dan
disepakati guru dan peneliti. Sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang harus peneliti lakukan adalah :
1).Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Kegiatan Harian.
2).Menyusun lembar observasi untuk mengetahui hasil kerja anak.
3).Menyiapkan media yang digunakan untuk kegiatan kognitif
mengenal matematika dasar melalui buah dabi.

b.Pelaksanaan Tindakan
1.Pertemuan ke-1
Tindakan pada Siklus II Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal
6 Juni 2022. Dengan kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif
dalam mengenal matematika dasar melaui buah dabi , langkah-
langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a)Kegiatan awal
b)Pembukaan
1) Doa, salam, bernyanyi bersama
2)Guru mengajak anak bercakap-cakap tentang macam-
macam tumbuhan
3)Guru memperlihatkan/mengenalkan buah jeruk
4)Guru bertanya apa saja bagian-bagian dari tumbuhan
jeruk dan gunanya.
c).Kegiatan Inti
d) Guru bercerita tentang tema yang diajarkan
e) Guru memberi contoh teknik bermain dan belajar dalam
kegiatan kognitif mengenal matematika dasar
f) Guru mengajak anak melakukan kegiatan secara bergantian
8) Akhir Pembelajaran
9) Melakukan Review kegiatan
10) Memberi kesimpulan
11) Penutup doa dan salam
Setelah selesai melakukan pelaksanaan tindakan pada Siklus II
Pertemuan I maka peneliti melanjutkan ke Siklus II Pertemuan II.
3. Pertemuan ke-2
Tindakan pada Siklus II Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal
9 Juni 2022. Dengan kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif
dalam mengenal matematika dasar, langkah-langkah yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

8) Kegiatan awal
9) Pembukaan
e) Doa, salam, bernyanyi bersama
f) Guru mengajak anak bercakap-cakap tentang macam-
macam tumbuhan.
g) Guru memperlihatkan /mengenalkan buah jeruk
h) Guru bertanya apa saja bagian-bagian tumbuhan jeruk dan
gunanya.
10) Kegiatan Inti
d) Guru bercerita tentang tema yang diajarkan
e) Guru memberi contoh teknik beramin dan belajar dalam
kegiatan kognitif mengenal matematika dasar
f) Guru mengajak anak melakukan kegiatan bermain secara
bergantian
11) Akhir Pembelajaran
12) Melakukan Review kegiatan
13) Memberi kesimpulan
14) Penutup doa dan salam
Setelah selesai melakukan pelaksanaan tindakan pada Siklus II.
Pertemuan II maka peneliti melanjutkan
e. Observasi
Pengamatan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan berlangsung. Aspek
yang diamati dalam tahap ini adalah :
3) Kemampuan anak dalam mengenal matematika dasar
4) Pengamatan terhadap metode pemberian tugas dalam kegiatan
matematika dasar melalui buah dabi selama siklus berlangsung.
Adapun rekapitulasi hasil belajar anak pada siklus II tentang
kemampuan kegiatan kognitif dalam mengenal matematika dasar pada
anak Kelompok A PAUDIT Mutiasa Insan Sukoharjo dapat dilihat
pada tabel berikut :

Hasil penelitian dari Siklus II Pertemuan I dan Siklus II Pertemuan II adalah


sebagai berikut :

a) Siklus II Pertemuan I
Tabel I.12 Hasil Penilaian Siklus II Pertemuan I
No Nama Aspek Penilaian

Katego
A B C D E %
Skor

Skor
Max

ri
1. Abdullah 4 4 3 4 3 18 20 90 BSB
2. Mis,aal 2 2 3 2 2 11 20 55 BSH
3. Abyan 1 2 1 2 1 7 20 35 MB
4. Devi 2 3 2 2 2 11 20 55 BSH
5. Hilya 3 3 2 3 2 13 20 65 BSH
6. Sahira 3 2 3 2 3 13 20 65 BSH
7. Isvara 4 3 4 4 4 19 20 95 BSB
8. Ayas 3 4 4 3 3 17 20 85 BSB
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 0 0%
Mulai Berkembang (MB) 1 12,5%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4 50%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 37,5%

Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka 5
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak

Berdasarkan observasi pada kondisi Siklus II Pertemuan I tersebut


dapat disimpulkan peneliti bahwa kemampuan kognitif matematika dasar
melalui buah dabi peserta didik di Kelompok A PAUDIT Mutiara Insan
Sukoharjo masih rendah. Hal ini dikarenakan karena ada beberapa anak yang
belum mampu mencapai ketuntasan pada kegiatan belajar membilang
matematika sasar. Berikut adalah penyajian diagram batang pada hasil
penilaian Siklus II Pertemuan I.

Gambar I.4 Diagram Batang Hasil Penilaian Siklus II Pertemuan I

Berdasarkan hasil analisis data penilaian peserta didik pada Siklus II


Pertemuan I diketahui bahwa dari 8 peserta didik yang ada di Kelompok A
PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo, diketahui bahwa terdapat 0 peserta didik
pada kategori Belum Berkembang (BB) sebesar 0%, 1 peserta didik pada
kategori Mulai Berkembang (MB) sebesar 12,5%, 4 peserta didik pada
kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebesar 50%, dan 3 peserta
didik pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 37,5%. Karena
belum memenuhi target yang diharapkan, maka peneliti perlu melaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran pada Siklus II Pertemuan II.

b) Siklus II Pertemuan II

Tabel I.13 Hasil Penilaian Siklus II Pertemuan II


No Nama Aspek Penilaian
Katego

A B C D E %
Skor

Skor
Max

ri

1. Abdullah 4 4 3 4 4 19 20 95 BSB
2. Mis,aal 3 2 3 3 2 13 20 65 BSH
3. Abyan 2 2 1 2 1 8 20 40 MB
4. Devi 2 3 2 3 2 12 20 60 BSH
5. Hilya 3 3 2 3 3 14 20 70 BSH
6. Sahira 3 3 4 3 3 16 20 80 BSB
7. Isvara 4 4 4 4 4 20 20 100 BSB
8. Ayas 4 4 4 3 3 18 20 90 BSB
Keterangan
Belum Berkembang (BB) 0 0%
Mulai Berkembang (MB) 1 12,5%
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 37,5%
Berkembang Sangat Baik (BSB) 4 50%

Keterangan :
Indikator A : Anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10.
Indikator B : Anak mampu melakuan kegiatan kolase angka melalui
buah dabi.
Indikator C : Anak dapat mengelompokkan buah dan dan biji
Indikator D : Anak bisa membuat coretan angka 5
Indikator E : Anak bisa membilang buah dabi ke dalam kotak

Berdasarkan hasil analisis data penilaian peserta didik pada Siklus II


Pertemuan II diketahui bahwa sudah tidak ada peserta didik yang mencapai
kategori Belum Berkembang (BB) sebanyak 0%, tinggal 1 peserta didik
yang mencapai kategori Mulai Berkembang (MB) sebanyak 12,5%, 3 peserta
didik mencapai kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak
37,5%, dan 4 peserta didik pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)
sebesar 50%. Hal ini disebabkan karena anak sudah terbiasa dengan kegiatan
finger painting. Berikut adalah sajian diagram batang di Siklus II Pertemuan
II dan Daftar Hasil Rekapitulasi Siklus II Pertemuan I dan II.

Gambar I.5 Diagram Batang Hasil Penilaian Siklus II Pertemuan II


Tabel I.14 Daftar Hasil Rekapitulasi Siklus II Pertemuan I dan II
Siklus II
No. Kategori Pertemuan I Pertemuan II
1. BB 0% 0%
2. MB 12,5% 12,5%
3. BSH 50% 37,5%
4. BSB 37,5% 50%
Anak yang mencapai 87,5% 87,5%
BSH + BSB (%)
Rata-rata anak yang 87,5%
mencapai kriteria BSH
dan BSB (%)

Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas dapat dianalisis bahwa


hasil penelitian Siklus II Pertemuan II menunjukkan bahwa dari hasil
observasi bahwa sudah tidak ada peserta didik yang mencapai kategori
Belum Berkembang (BB) sebanyak 0%, tinggal 1 peserta didik yang
mencapai kategori Mulai Berkembang (MB) sebanyak 12,5%, 3 peserta
didik mencapai kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak
37,5%, dan 4 peserta didik pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)
sebesar 50%.
Berdasarkan hasil observasi siklus II kali ini Penelitian Tindakan
Kelas yang dilakukan dengan menggunakan media finger painting untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus dinyatakan anak telah berhasil. Itu
artinya pelaksanaan siklus II ini dinyatakan berhasil karena telah sesuai
indikator yang telah ditetapkan.
Sedangkan untuk tabel observasi untuk Indikator Kinerja Guru pada
Siklus II disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel I.15 Daftar Hasil Penilaian Indikator Kinerja Guru Siklus II

Skala Nilai
No Aspek Perbaikan Pembelajaran
1 2 3 4 5
1 Pengelolaan kelas  5

2 Pemberian apersepsi 4
3 Kegiatan Kognitif matematika 4
dasar sesuai tingkat
perkembangan anak dalam
menjelaskan materi kegiatan
4 Keterlibatan anak didik dalam 4
kegiatan membilang buah dabi
5 Memotivasi anak dalam kegiatan 4
belajar dan bermain melalui buah
dabi
6 Pengaktifan anak didik dalam 5
kegiatan pengelompokan buah
dabi
7 media pembelajaran buah dabi 4
yang digunakan sesuai materi
kegiatan
8 Ketepatan materi kegiatan dengan 5
membuat coretan angka 5
9 Membimbing dan membantu 5
anak yang belum paham
10 Mengevaluasi kegiatan anak 3
Jumlah 1, 2, 3, 4, 5 47
Nilai rata – rata 4,28
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tinggal satu kegiatan guru
yang masih kurang optimal yaitu mengevaluasi kegiatan anak. Apabila
dilihat dari skor yang diperoleh totalnya adalah 47 poin dengan jumlah rata-
rata sebesar 4,28 dimana masuk ke dalam kategori baik.
a. Refleksi
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, melalui metode
pembelajaran secara langsung dapat meningkatkan kemampuan kognitif
matematika dasar melalui buah dabi dengan hasil yang optimal karena ada
87,5 % anak yang bisa mengerjakan kegiatan matematika dasar melalui buah
dabi dengan baik.
Sudah banyak anak yang mau bertanya tentang kegiatan matematika dasar
melalui buah dabi dan banyak anak yang sudah mau mempraktekkan sesuai
dengan yang diajarkan guru. Sehingga dapat dinyatakan hasil observasi
siklus ini dinyatakan sudah terjadi peningkatan kemampuan kognitif
matematika dasar melalui buah dabi pada anak. Dari hasil pembelajaran pada
siklus ini dapat disimpulkan bahwa peneliti merasa kegiatan matematika
dasar melalui buah dabi sudah berhasil dan menarik bagi anak.

B. Pembahasan
1. Hasil Penilaian Anak
Data analisis hasil belajar anak tentang peningkatan kemampuan kognitif
matematika dasar anak usia dini melalui kegiatan membilang dengan media buah
dabi di kelompok A PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo diperoleh dari observasi
yang dilakukan pada setiap pertemuan dari kedua siklus. Maka dapat disajikan
data sebagai berikut:
Tabel I.16 Rekapitulasi Hasil Prosentase Data Hasil Belajar Anak

Tingkat Keberhasilan Tiap Siklus


Pra Siklus I Siklus II Keterangan
Rata- Siklus Pertemua Pertemua Pertemu Pertemua 87,5%
rata nI n II an I n II kemampuan
37,5% 37,5% 62,5% 87,5% 87,5% motorik halus
37,5% 50% 87,5% anak
meningkat

Dengan melihat data di atas dapat dikatakan bahwa hasil observasi dari
kegiatan matematika dasar melalui buah dabi dalam pra siklus sebesar 37,5%,
dan pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 50% itu artinya dari kegiatan pra
siklus ke I mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Dilanjut pada siklus II
memperoleh hasil rata-rata 87,5% itu berarti dari tindakan siklus I ke siklus II
hasil anak mengalami peningkatan sebesar 37,5%. Dengan hasil demikian maka
dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak untuk peningkatan kemampuan motorik
halus melalui kegiatan finger painting dapat meningkat. Berikut adalah penyajian
diagram batang rekapitulasi hasil belajar anak pra siklus, siklus I dan siklus II.

Gambar I.6 Rekapitulasi Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

2. Hasil Penilaian Indikator Keberhasilan Kinerja Guru


Data analisis hasil kinerja guru antar siklus telah diperoleh dari hasil
observasi Siklus I dan II. Berikut adalah sajian datanya :
Tabel I.17 Rekap Hasil Penilaian Indikator Kinerja Guru Siklus I dan II
No. Aspek Perbaikan Pembelajaran Tingkat Keterangan
Keberhasilan
Siklus Siklus II
I
1 Abdullah 3 5 Terdapat
peningkatan
2 Mis,aal 4 4
sebesar 9
3 Abyan 4 4 poin.
4 Devi 4 4
5 Hilya 4 4
6 Sahira 3 5
7 Isvara 4 4
8 Ayas 4 5
9 Abdullah 5 5
10 Mis,aal 3 3
1. Jumlah 38 47 9
2. Jumlah rata-rata 42,5 3,86
3. Nilai rata-rata 3,45 4,28 1,37
Keterangan Skor Rata-rata:
1 – 1,99 : Sangat Kurang
2 – 2,99 : Kurang
3 – 3,99 : Cukup
4 – 4,99 : Baik
5 – 5,99 : Sangat Baik

Tingkatan keberhasilan pada aktivitas guru pada Siklus I mendapatkan


skor sebesar 38 berarti masuk dalam kategori kurang. Kemudian pada Siklus II
terjadi kenaikan keberhasilan menjadi skor 47 yang berarti masuk dalam kategori
baik. Dan rata-rata skor adalah skor 3,86 yang merupakan kategori cukup.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif
matematekika dasar anak usia dini di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo dapat
ditingkatkan melalui kegiatan belajar matematika dasar melalui buah dabi .
Penelitian ini berhasil meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar anak
usia dini dalam hal anak bisa menghitung buah daun dan biji 1-10,Anak mampu
melakuan kegiatan kolase angka melalui buah dabi. Anak dapat mengelompokkan
buah dan dan biji, Anak bisa membuat coretan angka 5.Maka hasil penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Cara untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar peserta
didik PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo adalah dengan kegiatan belajar
matematika dasar melalui buah dabi. Adapun jenis dalam penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua
siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu : perencanaan (Planning),
tindakan (actuating), Observasi (Observing), dan evaluasi-refleksi
(Reflecting).
2. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa hasil
observasi dari kegiatan matematika dasar melalui bauh dabi dalam pra
siklus sebesar 37,5%, dan pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 50% itu
artinya dari kegiatan pra siklus ke I mengalami peningkatan sebesar
12,5%. Dilanjut pada siklus II memperoleh hasil rata-rata 87,5% itu berarti
dari tindakan siklus I ke siklus II hasil anak mengalami peningkatan
sebesar 37,5%. Dengan hasil demikian maka dapat dikatakan bahwa hasil
belajar anak untuk peningkatan kemampuan kognitif matematuka dasar
melalui kegiatan belajar matematika melalui buah dabi dapat meningkat.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan pada hasil pembelajaran, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut :
1. Guru
a. Kegiatan matematika melalui buah dabi perlu digunakan secara rutin
untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar peserta
didik di PAUDIT Mutiara Insan Sukoharjo.
b. Guru sebagai orang tua di sekolah, hendaknya memiliki pengetahuan
yang luas tentang kegiatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif matematika dasar peserta didik, sehingga
kemampuan matematika dasar peserta didik dapat terasah dengan
optimal.
2. Orang Tua
a. Orang tua hendaknya jeli memperhatikan anak-anaknya, karena orang
tua lebih tahu dan paham mengenai kemampuan anaknya.
b. Orang tua hendaknya memperhatikan apa-apa yang yang menjadi
keinginan/minat dan bakat anak dalam rangka meningkatkan
kemampuan anak
3. Sekolah
a. Sekolah hendaknya menyediakan media dan kegiatan pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif matematika dasar
peserta didik.
b. Adanya kerjasama antara orang tua dengan sekolah, untuk mencapai
tujuan membantu mengembangkan kemampuan kognitif matematika
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniandari Anik, 2016. Peningkatan Kemmpuan Mengenal Konsep
Bilangan
Dengan Kotak Matematika Kelompok A1 Di TK Aba Margomulyo III,
Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
Paizaluddin&Ermalinda,2012. Penelitian Tindakan KelasI,
Bandung:ALFABETA
Permendikbud. 2014. Nomor 146 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan
AnaK Usia Dini
Ramaini. 2012. Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Melalui Permainan Tabung Pintar di TK Negeri Pembina Lubuk Basung.
Jurnal
Pesona Paud(Online). Vol. 1, No 1,
(https://s.docworkspace.com/d/AEcWWFiwjp02gq6m4dqmFA di akses 5
September 2019)
Susanto Ahmad, 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Sanjaya Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Ulum Irfatul. 2014. Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Melalui
Permainan Memancing Angka Pada Anak Kelompok A Di RA Masyithoh
Kalisoka Triwidadi Pajangan Bantul. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pndidikan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Wahyuni Sri Revita. 2018. Efetivitas Media pasir dalam Meningkatkan
Kemampuan Kosep Bilangan Pada Aanak Usia 5-6 Tahun di TK Aisyiyah
Bengkalis, Jurnal Pendidikan, (Online) Vol 6, No 1,
(https://s.docworkspace.com/d/AKNwjp02otiA4dqmFA di akses 3
September 2019)

Anda mungkin juga menyukai