Anda di halaman 1dari 26

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF KHUSUSNYA PROSES SAINS

MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA KELOMPOK B

RA.PENA AUDI JAKARTA BARAT

Oleh:

Nama : Nurul Hidayah

NIM : 1886207002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN

ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif bidang sains anak usia dini
Kelompok B melalui penerapan metode eksperimen di RA.Pena Audi .Penelitian ini dilatar
belakangi Anak-anak Kelompok B di RA Pena Audi secara umum belum dapat menguasai
keterampilan sains yang meliputi keterampilan dalam melakukan perencanaan kegiatan,
melakukan aktivitas eksploratif dan menyelidik,mengklasifikasi benda, mengenal sebab-akibat,
memecahkan masalah, dan memiliki inisiatif. Hal itu disebabkan penggunaan metode pemberian
tugas baik LKA maupun majalah TK yang sering diberikan tentunya hanya mampu
mengembangkan salah satu dari aspek kognitif dalam bidang sains.Penerapan Metode
eksperimen merupakan proses belajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk mengalami dan
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek dan lebih menarik minat
anak .Perkembangan kognitif bidang sains anak usia dini melalui metode eksperimen dalam
pembelajaran sains merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikembangkan sejak
usia dini, agar menumbuhkan minat anak untuk mengenal dan mempelajari juga memahami
benda-benda maupun kejadian yang ada disekitar anak usia dini sesuai dengan fakta. Dengan
pembelajaran sains menggunakan metode eksperimen ini juga sangat baik digunakan untuk anak
usia dini.Anak usia dini diharapkan mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya.Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Dalam Kelas PTK yang kolaboratif
dengan menggunakan model penelitian Kemmis Mc Taggart.Subjek yang menjadi target adalah
anak usia 6-7 tahun.Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.Analisis data
akan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Kata Kunci : Metode Eksperimen,Sains, Kognitif Anak Usia Dini


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1,
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka dilakukan dengan proses belajar yang dapat
mengubah tingkah laku individu yang bersangkutan serta mengembangkan kreativitas, sikap, dan
perilaku.
Proses belajar tersebut akan lebih optimal jika dilakukan sejak anak masih berusia dini.
Hal ini disebabkan karena masa anak usia dini merupakan masa emas (the golden age), di mana
seluruh aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang dengan pesat dan
merupakan usia yang sangat potensial untuk melatih serta mengembangkan berbagai potensi
multi kecerdasan yang dimiliki anak (Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno, 2009: 64)
Berbagai aspek perkembangan yang dapat dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia
Dini yaitu fisik maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual atau kognitif, bahasa,
motorik, dan sosio-emosional (Dwi Yulianti, 2010: 7). Dari seluruh aspek yang ada, aspek
perkembangan kognitif adalah aspek utama yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek
yang lain. Terdapat berbagai kemampuan anak dalam bidang kognitif yang harus dikembangkan,
mulai dari konsep bentuk, warna, ukuran, pola, bilangan, lambang bilangan, huruf, dan sains.
Dalam bidang sains, kompetensi dasar yang harus anak miliki adalah mampu mengenal
berbagai konsep sederhana tentang kehidupan sehari-hari yang dialaminya.Pengenalan tentang
sains hendaknya dilakukan sejak usia dini dengan kegiatan yang menyenangkan dan melalui
pembiasaan agar anak mengalami proses sains secara langsung. Hal itu dilakukan agar anak tidak
hanya mengetahui hasilnya saja tetapi juga dapat mengerti proses dari kegiatan sains yang
dilakukannya. Sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik
benda hidup maupun mati. Selain itu juga dapat melatih anak menggunakan panca inderanya
untuk mengenal berbagai gejala benda dan peristiwa (Slamet Suyanto, 2008: 75).
Untuk menunjang terjadinya proses tersebut, guru harus menyiapkan metode yang tepat
dalam pembelajaran. Anak usia dini membutuhkan metode yang dapat membuat mereka
berinteraksi langsung dengan kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini guru dapat
menggunakanmetode eksperimen.Melalui metode eksperimen, anak dapat berinteraksi langsung
dengan kegiatan yang diberikan oleh guru dan membuat eksperimen-eksperimen terutama dalam
bidang sains. Dengan begitu diharapkan anak dapat memahami proses dari kegiatan yang
diberikan, mengerti konsep-konsep sains, dan tentunya mendukung kemampuan kognitif anak
dalam keterampilan pembelajaran sains. Di samping itu penggunaan metode eksperimen juga
memudahkan guru karena dapat menggunakan media yang ada di lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Kelompok B usia 5- 6 tahun di
RA.PENA AUDI khususnya di bidang keterampilan proses sains masih rendah. Guru lebih
sering meng gunakan metode pemberian tugas menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA) dan
majalah TK sehingga kurang menarik minat anak. Kurang optimalnya pembelajaran sains juga
disebabkan karena aktivitas pembelajaran yang masih terpusat pada guru, konsep sains yang
diajarkan pada anak masih bersifat abstrak, dan sulit dipahami karena anak tidak melakukannya
secara langsung serta metode dan strategi pembelajaran yang diberikan kurang bervariatif.Anak-
anak Kelompok B di RA.PENA AUDI belum dapat menguasai keterampilan proses sains yang
meliputi keterampilan dalam melakukan perencanaan kegiatan, melakukan aktivitas eksploratif
dan menyelidik, mengklasifikasi benda, mengenal sebab-akibat, memecahkan masalah, dan
memiliki inisiatif. Hal itu disebabkan guru yang kurang inovatif dalam pengajaran yang
penggunaan metode pemberian tugas baik LKA maupun majalah TK.
Data yang diperoleh dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
22 Maret 2021 dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains dari 20 anak yang
diobservasi terdapat 6 anak tergolong dalam kriteria cukup, 4 anak tergolong dalam kriteria
kurang, dan 10 anak tergolong dalam kriteria kurang sekali. Penggolongan tersebut didasarkan
pada instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti.
Oleh karena itu, peneliti memiliki ide untuk menggunakan metode eksperimen dalam
pembelajaran guna mengembangkan keterampilan proses sains anak. Penggunaan metode
eksperimen diharapkan dapat menumbuhkan ketertarikan dan keaktifan anak dalam belajar,
sehingga proses belajar mengajar yang dilakukan dapat mem berikan pengalaman yang berkesan
bagi anak dan hasil pembelajaran lebih optimal.
B. Identifikasi Masalah
1. Keterampilan proses sains anak Kelompok B RA.Pena Audi masih rendah,yang disebabkan
proses pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif
dan berinteraksi dalam mengenal lingkungan hidup
2 .Aktivitas pembelajaran sains menggunakan LKA atau majalah TK belum dapat
mengembangkan aspek keterampilan proses sains.
3. Metode pemberian tugas yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran sains yang monoton
kurang menarik minat anak.
C. Batasan Masalah
Peningkatan keterampilan proses sains melalui penerapan metode eksperimen, khususnya pada
Kelompok B di RA.Pena Audi
D. Rumusan Masalah
1. Apakah metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan kognitif proses sains pada
Kelompok B di RA.Pena Audi ?
2. Bagaimana metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan proses sains pada Kelompok
B di RA.Pena Audi ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
proses sains melalui penerapan metode eksperimen pada Kelompok B di RA.Pena Audi
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Agar guru memberikan inovasi dan pengalaman baru dalam pembelajaran dengan penerapan
metode eksperimen.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan
kualitas proses belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Kognitif
Usia dini merupakan masa the golden age atau usia emas yang sangat potensial untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Aspek perkembangan kognitif merupakan
salah satu aspek penting yang harus dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Sebagaimana diungkapkan oleh (Fajriani & Liana, 2020) perkembangan kognitif merupakan
perkembangan yang lebih tinggi kausalitasnya daripada perkembangan motorik. Oleh karena itu
perkembangan kognitif merupakan aspek utama yang akan berpengaruh terhadap perkembangan
aspek-aspek anak yang lain.
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan atau cara berpikir, menurut
(Lestariningrum, 2016) kognitif adalah pengertian yang luas mengenai cara berpikir dan
mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan seseorang memperoleh
pengetahuan atau menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Ketika seorang anak
mengembangkan proses kognitif dalam berfikirnya melalui berbagai aktivitas yang dilakukan
dalam keseharian memerlukan stimulasi serta rangsangan yang tepat dari lingkungan sekitarnya.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kognitif
merupakan kemampuan individu yang berhubungan dengan pikiran untuk memperoleh
pengetahuan. Dengan didapatkannya pengetahuan tersebut, seseorang dapat menggunakannya
untuk memecahkan suatu permasalahan .
2. Karakteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun
Kemampuan Kognitif Anak Usia 5- 6 Tahun (Hijriati, 2016) antara lain:
(1) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran;
(2) Tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulis dan menyalin serta
menghitung;
(3) Telah mengenal sebagian besar warna;
(4) Mulai mengerti tentangwaktu, kapan harus pergi ke sekolah danpulang dari sekolah,
nama-nama hari dalam satu minggu;
(5) Mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya (teritorinya);
(6) Pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan berhitung
B. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses adalah keterampilan berpikir yang digunakan untuk mengolah
informasi, memecahkan masalah, dan merumuskan kesimpulan”.(Khaeriyah et al., 2018)
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan kinerja (performance skill). Keterampilan
proses sains memuat dua aspek keterampilan, yakni keterampilan dari sisi kognitif (cognitive
skill sebagai keterampilan intelektual maupun pengetahuan dasar yang melatarbelakangi
penguasaan keterampilan proses sains) dan keterampilan dari sisi sensorimotor (sensorimotor
skill).
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara
efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Kemampuan–
kemampuan dasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih yang lama-kelamaan akan menjadi
keterampilan. Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-
kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan
yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah
terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan. Jadi, keterampilan proses sains
merupakan keterampilan atau kemampuan yang dipelajari oleh siswa saat mereka melakukan
penemuan ilmiah, dimana diantaranya mencakup pengamatan (observasi), mengklasifikasikan,
menafsirkan, meramalkan, berkomunikasi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan
percobaan, menggunakan alat/bahan serta menerapkan konsep
Pengetahuan sains merupakan pengetahuan tentang ilmu alamiah yang mencakup ilmu
fisika, kimia, dan biologi baik pada makhluk hidup maupun makhluk tak hidup. Oleh karena itu
dalam mengajarkan sains pada Anak Usia Dini perlu adanya benda kongkret melalui percobaan
yang menunjukkan suatu perubahan sehingga dapat memberikan pengalaman yang sangat
berharga bagi anak dan pembelajaran yang bermakna. Ruang lingkup pembelajaran sains adalah
mempelajari tentang apa yang ada di alam baik yang terdapat pada mahkluk hidup atau tak
hidup. Secara umum Abrucasto (Yayuk Marselina STKIP Persada Khatulistiwa Sintang &
Sengkuang Km, 2019)
Perlunya mempelajari sains dalam pembelajaran adalah agar anak dapat mengerti konsep-
konsep sederhana sains yang tentunya dapat bermanfaat untuk kehidupan anak sehari-hari. Sains
secara garis besar memiliki tiga komponen, yaitu: proses, produk, dan sikap ilmiah (Sunuraya &
Kognitif, 2019) Pembelajaran sains untuk anak usia dini tidak hanya menitikberatkan pada hasil
saja, tetapi lebih kepada proses.

1.Materi Sains untuk Anak Usia 5-6 Tahun


Kegiatan sains yang dapat diberikan untuk anak TK usia 5-6 tahun (Khadijah & Amelia,
2020) antara lain yaitu mengenal gerak, mengenal zat cair, mengenal timbangan atau neraca,
bermain gelembung sabun, mencampur warna dan zat, mengenal benda-benda lenting, bermain
dengan udara, bermain bayangbayang, melakukan percobaan sederhana, mengenal api dan
pembakaran, mengenal es, bermain pasir, bermain dengan bunyi, bermain magnet, dan
menyayangi binatang. Materi sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
mencampur warna, mengenal timbangan atau neraca, bermain magnet, dan melakukan percobaan
sederhana.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Kemampuan kognitif
merupakan kemampuan individu yang berhubungan dengan pikiran untuk memperoleh
pengetahuan.Proses kegiatan sains measuk ke dalam aspek kognitif, yang mempelajari
kehidupan sehari hari melalui kegiatan pembelajaran percobaan.

2.Metode Eksperimen
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak usia dini yaitu metode
eksperimen, metode ini memberikan kesempatan pada anak untuk lebih bereksplorasi dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut (Khairani, 2018) menanyatakan bahwa metode eksperimen
adalah suatu cara anak untuk melakukaan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai
dengan usianya dan guru sebagai fasilitator dengan alat yang sudah disiapakan oleh gurunya
sendiri. Dengan menggunakan metode ini anak dapat menemukan sesuatu hal yang baru dengan
pengalamannya sendiri.

3. Tujuan Pemakaian Metode Eksperimen


Pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar (Khaeriyah et al.,
2018)bertujuan untuk:
a. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang
berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen.
b. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil
eksperimen, melalui eksperimen yang sama.
c. Melatih anak merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan.
d. Melatih anak menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari
fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.
4. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam memakai metode eksperimen menurut
(Puspita, 2020), langkah langkahberikut ini dapat diikuti.
a. Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen, yang mencakup kegiatan:
1) Menetapkan kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan-tujuan yang hendak
dicapai;
2) Menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan dalam
eksperimen sekaligus memeriksa ketersediaannya di sekolah;
3) Mengadakan uji eksperimen (guru mengadakan eksperimen sendiri untuk menguji
ketepatan proses dan hasilnya) sebelum menugaskan kepada anak, sehingga dapat
diketahui secara pasti kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi;
4) Menyediakan peralatan, bahan dan sarana lain yang dibutuhkan untuk eksperimen yang
akan dilakukan;
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode eksperimen
Metode Eksperimen ini memiliki kelebihan dan kekurangan, menurut (Fatmawati &
Ningrum, 2019) kelebihan dari metode eksperimen yaitu:
1) membantu anak mengembangkan keterampilan dan proses kognitif anak,
2) metode ini memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuan sendiri,
3) metode ini berpusat pada anak,
4) metode ini bisa membantu memperkaya kepercayaan diri anak melalui penemuan atau
eksperimen.
Selain itu, metode ini juga memiliki kekurangan antara lain:
1) diperlukan kesiapan mental untuk belajar dengan menggunakan metode eksperimen,
2) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba tidak selalu ada,
3) metode ini kurang berhasil untuk mengajar dikelas yang besar
6. Materi Sains untuk Anak Usia 5-6 Tahun
Kegiatan sains yang dapat diberikan untuk anak TK usia 5-6 tahun (Lestariningrum,
2016) antara lain yaitu mengenal gerak, mengenal zat cair, mengenal timbangan atau neraca,
bermain gelembung sabun, mencampur warna dan zat, mengenal benda-benda lenting, bermain
dengan udara, bermain bayangbayang, melakukan percobaan sederhana, mengenal api dan
pembakaran,mengenal es, bermain pasir, bermain dengan bunyi, bermain magnet, dan
menyayangi binatang. Materi sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
mencampur warna, mengenal timbangan atau neraca, bermain magnet, dan melakukan percobaan
sederhana.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan metode dimana anak diberikan kebebasan untuk
melakukan percobaan dengan pengawasan dan bimbingan guru. Metode ini membantu siswa
untuk lebih terlibat aktif dalam kegiatan. Metode eksperimen ini berpusat terhadap proses dan
hasil eksperimen dalam kehidupan sehari hari
C.Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut Bawan (Wahid & Suyanto, 2015) Anak usia dini adalah anakyang sedang
mengalami masa kanak-kanak awal, yaitu yang berusia antara 2-6tahun yang akan ditumbuhkan
kemampuan emosinya agar setelah dewasa nantiberkemungkinan besar untuk memiliki
kecerdasan.Anak usia dini juga memiliki karakteristik yang khas baik fisik maupunpsikis.
Pengalaman yang didapat anak pada saat usia dini akan berpengaruhterhadap kehidupan anak
selanjutnya. Oleh karena itu masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting, sehingga
segala aspek perkembangan yang dimiliki anak harus dikembangkan dengan optimal.
Anak usia dini mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang baik, setiap anak memiliki kekhasan sendiri-
sendiri. Secara umum Hartati (Pebriana, 2017) berpendapat bahwa beberapa ciri anak usia dini
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki ingin tahu yang besar. Anak usia dini memiliki ketertarikan yangbesar
terhadap dunia dan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Anak usia dini mulai gemar
bertanya tentang banyak hal dan suka membongkar sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
2. Merupakan pribadi yang unik. Secara umum anak memiliki pola perkembangan yang
sama antara satu dengan yang lainnya, tetapi pada dasarnya setiap anak memiliki keunikan
masing-masing, misal dalam gaya belajar, minat,dan latar belakang keluarga.
3. Suka berfantasi dan berimajinasi. Anak usia dini sangat suka berfantasi
atauberimajinasi tentang apa saja. Mereka membayangkan berbagai hal yang melampaui kondisi
nyata. Anak suka menceritakan segala sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau tidak pernah ia
alami. Salah satu bentuk dari proses imajinasi adalah adanya teman imajiner, yang bisa berupa
orang, hewan, atau benda.
4. Masa paling potensial untuk belajar. Anak usia dini sering disebut denganistilah golden
age atau usia emas. Hal itu dikarenakan masa usia dini merupakan masa yang potensial untuk
anak dalam belajar karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
dalam berbagai aspek.
5. Menunjukkan sikap egosentris. Egosentris diartikan bahwa anak usia dini umumnya
hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan dari sudut pandang orang lain.
Anak lebih sering berpikir dan berbicara tentang dirinya serta melakukan tindakan yang
menguntungkan dirinya.
6. Memiliki daya rentang konsentrasi yang pendek. Dalam pembelajaran, anak sering
sekali berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Hal itu disebabkan karena rentang
konsentrasi atau perhatian anak yang pendek, sehingga mudah teralihkan pada kegiatan yang
lain.
7. Sebagai bagian dari makhluk sosial. Anak usia dini mulai melakukan interaksi sosial
dengan teman sebaya dan lingkungannya. Ia mulai belajar berbagi, mengalah, dan sabar
menunggu giliran dalam bermain. Anak juga belajar untuk dapat diterima di dalam lingkungan
sosialnya. Jika dia ingin menang sendiri, ia akan dijauhi oleh teman-temannya. Oleh karena itu
anak akan berperilaku sesuai harapan sosialnya karena dia membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya.
Menurut Rohman Hibana (Wahid & Suyanto, 2015) karakteristik anak usia dini yaitu
diantaranya:
1. Usia 0-1 tahun. Pada masa bayi perkembangan anak mengalami percepatan luar biasa
dibanding usia selanjutnya. Karakteristik anak usia dini ini antara lain mempelajari keterampilan
motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan, mempelajari komunikasi
sosial, serta mengembangkan komunikasi prabahasa berupa tangis, celoteh, isyarat, dan
ungkapan emosional.
2. Usia 2-3 tahun. Beberapa karakteristik usia ini antara lain anak aktif mengeksplorasi
benda-benda yang ada di sekitarnya, mengembangkan kemampuan bicara dengan satu dua kata,
dan mulai belajar mengembangkan emosi.
3. Usia 4-6 tahun. Secara umum karakteristik usia ini antara lain secara motorik anak
semakin aktif melakukan aktivitas, secara bahasa anak sudah mampu berkomunikasi dengan
baik, bentuk permainan anak sudah bersifat pararel, artinya anak mulai bermain permainan yang
memerlukan kerja sama, dan perkembangan kognitif berkembang sangat pesat.
4. Usia 7-8 tahun. Pada usia ini anak memiliki karakteristik secara kognitif sudah mampu
berpikir perbaikan, analisis, dan sintesis, secara rasional anak ingin melepaskan diri dari otoritas,
anak mulai menyukai permainan sosial, dan perkembangan emosi anak mulai terbentuk dan
tampak sebagai hasil dari kepribadian anak.
Dari paparan para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa karakteristik anak usia dini
dalam penelitian ini adalah masa yang sangat potensial bagi anak untuk belajar dengan keunikan
yang dimiliki oleh masing-masing anak dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Beragamnya
karakteristik anak usia dini membuat pendidik perlu memahami bahwa pembelajaran untuk anak
harus diberikan melalui kegiatan yang menyenangkan dan dapat melibatkan anak secara aktif
dalam kegiatan tersebut, sehingga setiap potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara
optimal

D. Kerangka Berpikir

Di dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) proses pembelajaran harus dilakukan
dengan menyenangkan sambil bermain ,mengamati terutama dalam pembelajaran sains. Hal
tersebut dilakukan agar seluruh aspek aspek perkembangan yang akan dicapai dapat berkembang
dan mampu secara optimal. Akan tetapi sekarang ini masih banyak guru yang menggunakan
Lembar Kerja Anak (LKA), di mana anak tidak terlibat aktif dalam kegiatan dan tidak mampu
berekspresi menuangkan idenya dan kreativitasnya dalam proses pembelajaran tersebut.
Kreativitas dan pola pikirnya tidak akan berkembang, sehingga mereka tidak dapat
mengungkapkan tentang apa yang belum mereka ketahui.
Proses pembelajaran yang pasif cenderung membuat peserta didik tidak memahami
proses dari pembelajaran yang dilakukan, sehingga keterampilan proses sains yang dimiliki anak
masih rendah. Guru membutuhkan inovasi baru dalam pembelajaran untuk menumbuhkan
keaktifan belajar pada anak. Dalam hal ini, metode eksperimen dapat digunakan agar anak anak
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mengetahui apa yang dipelajari.
Metode eksperimen merupakan suatu cara pembelajaran dengan menggunakan percobaan
sehingga anak terlibat aktif dalam kegiatan. Anak dapat bereksplorasi mulai dari mengamati,
menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan dari kegiatan yang dilakukannya. Dengan
metode ini diharapkan anak dapat memiliki kemampuan untuk mengetahui proses dari konsep-
konsep sains dari percobaan yang dilakukan.

Kegiatan belajar untuk


meningkatkan kemampuan kognitif Kemampuan kognitif khususnya
proses sains
Sains yang dimiliki anak masih
kogtiketerampilan
Khususnya kemampuan proses
sains pada
Sains anak
masih menggunakan LKA Sangat rendah
dan majalah TK.

Penggunaan metode
Kemampuan proses sains eksperimen dalam proses
Anak kelas B pembelajaran sains kelas B
meningkat

Gambar 1. Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan hipotesis
tindakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan
keterampilan proses sains anak pada Kelompok B di RA.Pena Audi Jakarta Barat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian yang peneliti laksanakan menggunakan jenis penelitian PTK. PTK adalah
gabungan pengertian dari kata “penelitian, tindakan dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan
mengamati suatu objek, dengan menggunakan kaidah metodologi tertentu untuk mendapatkan
data yang bermanfaat bagi peneliti dan dan orang lain demi kepentingan bersama. Selanjutnya
tindakan adalah suatu perlakuan yang sengaja diterapkan kepada objek dengan tujuan tertentu
yang dalam penerapannya dirangkai menjadi beberapa periode atau siklus. Dan kelas adalah
tempat di mana sekolompok siswa belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam periode
yang sama (Rifanty, 2019) .
Berdasarkan pemahaman mengenai PTK diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu atau dengan menggunakan aturan
sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus agar
dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan
bersama dikelas secara professional sehingga diperoleh peningkatan pemahaman atau kualitas
atau target yang telah ditentukan.Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
proses sains anak melalui metode eksperimen.

B. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan


Peneliti dalam penelitian Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Khususnya
Kemampuan Proses Sains Pada Kelompok B RA.Pena Audi Jakarta Barat berperan sebagai
perencana kegiatan ,pelaksana tindakan.Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif, artinya
peneliti tidak melakukan sendiri namun berkolaborasi dengan guru, yaitu guru kelas pada
Kelompok B RA.Pena Audi .Peneliti juga melakukan observasi dan refleksi yang kemudian
mengolah data tersebut yang telah diamati dan melaporkan hasil penelitian yang sudah
dilaksanakan .
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Kelompok B di RA.Pena Audi Jl.Turi 2
No.8 Kel.Kamal Kec.Kalideres Kota.Jakarta Barat.Penelitian dilaksanakan pada Semester II Th
Ajaran 2020/2021, pada bulan April 2021 – Juni 2021

D.Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (Prihantoro & Hidayat, 2019) instrumen penelitian merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah. Proses
pengembangan instrumen dilakukan dengan membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Catatan Lapangan (Field Note)
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat segala peristiwa selama proses penelitian
berlangsung sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Hal ini
dikarenakan berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas,
hubungan interaksi guru dengan siswa, suasana sekolah, dan kegiatan lain yang dapat
diketahui dari catatan lapangan.
2. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan catatan yang menggambarkan tingkat aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
mengenai kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran Sains berlangsung dengan
menggunakan metode eksperimen
3.Wawancara
Wawancara digunakan untuk menjaring data mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan metode eksperimen dalam mengembangkan kemampuan ketarampilan proses
sains. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan siswa untuk menjaring data mengenai
aktivitas siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung
4.Tes
Tes digunakan dalam pengukuran hasil belajar siswa sebagai tindak lanjut dalam proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Tes dilakukan pada tiap akhir siklus untuk mengetahui
tingkat efektivitas
E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan hasil penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya
peningkatan keterampilan proses sains anak yaitu keterampilan dalam klasifikasi, aktivitas
eksploratif dan menyelidik, perencanaan kegiatan, mengenal sebab-akibat, memiliki inisiatif, dan
memecahkan sebuah masalah. Peningkatan keberhasilan dapat ditandai dengan membandingkan
hasil dari data awal pra penelitian (pretest) dan setelah diberikan tindakan (post test). Sebagai
indikator keberhasilan anak dalam penelitian ini adalah apabila 80% atau 15 anak dari 20 anak
pada Kelompok B di RA.Pena Audi mengalami peningkatan pada kriteria baik dan sangat baik
dalam keterampilan proses sains
Hasil dari observasi akan dikategorikan ke dalam kriteria berupa persentase kesesuaian
(Prihantoro & Hidayat, 2019), yaitu:
1 0
. Kesesuaian kriteria (%) : - 20 =Kurang sekali
2 2
Kesesuaian kriteria (%) : = Kurang
. 1-40
3 4
Kesesuaian kriteria (%) : = Cukup
. 1-60
4 6
Kesesuaian kriteria (%) : = Baik
. 1-80
5 8
. Kesesuaian kriteria (%) : 1-100 = Sangat baik

F. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang peneliti lakukan untuk memperoleh data penelitian. Penelitian ini
menggunakan dua metode pengumpulan data yakni observasi dan dokumentasi.
1. Observasi
Menurut (Prihantoro & Hidayat, 2019) Observasi adalah pengamatan yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.
Penggunaan observasi bertujuanmenggambarkan keadaan ruang, peralatan, pelaku, dan juga
aktivitas sosial yang sedang berlangsung.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang
proses pembelajaran melalui pengamatan secara langsung dalam proses pembelajaran. Dalam
melakukan observasi, peneliti berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat sebagai
instrumen. Peneliti menggunakan pedoman observasi agar dapat melakukan observasi dengan
lebih terarah sehingga data yang diperoleh akan lebih mudah untuk diolah. Melalui lembar
observasi, peneliti dapat mencatat segala aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran.

Adapun kisi-kisi observasi ditampilkan dalam Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Kemampuan Sains Anak Menggunakan Metode Eksperimen


Variabel Sub Indikator Teknik Instrumen
Variabel Stimulasi
Keteram Perencanaan - Mencari/ mengambil Eksperimen Lembar
pilan kegiatan dan menentukan mencampur Observasi
proses benda untuk warna,
sains uji coba membuat es
- Memprediksi lilin ,
Aktivitas - Mencoba benda bermain
eksploratif yang diuji coba magnet dan
dan dengan berbagai telur
menyelidik cara kegiatan tenggelam
eksperimen terapung.
- Mengamati reaksi
benda yang akan di
uji coba
- Menceritakan
kembali reaksi dari
benda yang diuji
cobakan

Klasifikasi - Mengelompokkan
benda berdasarkan
bentuk,ukuran
Sebab- - Menjelaskan alasan
akibat dari sebuah reaksi
Pemecahan - Memecahkan
masalah masalah sederhana
dalam kegiatan uji
coba yang dilakukan
Inisiatif - Memiliki inisiatif
dalam melakukan
aktivitas atau
kegiatan.
-

2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Prihantoro & Hidayat, 2019).
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti selama masa observasi
dan memberikan gambaran konkret tentang keterampilan sains anak. Dokumen yang digunakan
berupa RKH dan dokumen lain seperti foto kegiatan anak untuk mengetahui segala hal yang
berhubungan dengan penelitian.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
Menurut Miles dan Huberman (Rifanty, 2019)yang termasuk ke dalam analisis kualitatif adalah
data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu telah dikumpulkan
dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, dan pita rekaman) dan yang
biasanya diproses kirakira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan,
penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang
biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.
Dalam teknik penyusunan analisis data terdapat tiga alur kegiatan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Penjelasan untuk ketiga alur kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan finalnya dan diverifikasi (Septiwiharti, n.d.).
Melalui reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka
cara seperti melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya
dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Terkadang dapat juga mengubah data ke dalam
angka atau peringkat dengan kata-kata untuk menguraikan angka atau peringkat tersebut.
2. Penyajian data
Penyajian merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Rifanty, 2019). Lebih lanjut, melalui
penyajian data dapat dipahami apa yang sedang terjadi untuk selanjutnya dilakukan analisis atau
pengambilan tindakan atas pemahaman dari penyajian data tersebut. Penyajian data ada empat
jenis yaitu matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang untuk menggabungkan
informasi yang tersusun menjadi bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga seorang
penganalisis dapat melihat apa yang terjadi untuk menarik kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Kegiatan analisis yang ketiga merupakan menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
yang muncul tergantung pada besarnya kumpulankumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, metode pencarian ulang yang digunakan, dan kecakapan peneliti (Rifanty, 2019),
Kesimpulan-kesimpulan yang ada juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini
seperti pemikiran kembali dan tinjauan ulang terhadap catatancatatan lapangan dari penganalisis
ataupun tukar pikiran di antara teman sejawat sebagai upaya untuk menguji kebenaran,
kekokohan, dan kecocokan data yang merupakan validitas.
Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi sebagai sesuatu yang
saling berhubungan pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data yang dilakukan
untuk membangun wawasan umum disebut sebagai analisis. Seorang peneliti harus aktif
bergerak selama pengumpulan data, bolak-balik di antara reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan/ verifikasi. Reduksi menjurus ke arah gagasan-gagasan baru guna dimasukkan ke
dalam matriks (penyajian data). Setelah matriks terisi, dapat ditarik kesimpulan awal.

H.Keabsahan Data

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kerja ilmiah, untuk melakukannya mutlak
dituntut keobjektifan data. Untuk memenuhi kriteria ini maka faktor kogitif khususnya
keterampilan proses sains(validitas) dan metode eksperimen (reabilitas) harus terpenuhi dalam
penelitian kualitatif temuan atau data di nyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
di laporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi objek yang penelitian diteliti .Karena
itu apabila kriteria validitas dan reabilitas tidak terpenuhi maka tentu saja di proses penelitian
tindakan kelas ini perlu dipertanyakan keilmiahannya.
1. Kreadibilitas
Kreadibilitas merupakan proses dan hasil penelitian dapat diterima atau
dipercaya.Beberapa kriteria dalam menilai penelitian ini adalah perpanjang penelitian,
triangulasi, danPeer defriefing.Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian,yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkingkan peningkatan derajat kepercayaan
umpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden,
dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap penelitian juga kepercayaan
diri peneliti sendiri. Pengamatan yang terus menurus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
b. Triangulasi, diartikan sebagai pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai
sumber, berbagai metode, dan berbagai waktu. Karena itu terhadap teknik pengujian
keabsahan data melalui triangulasi sumber, metode, penyidik dan waktu. Dalam konteks
penelitian, teknik triangulasi yang menjadi pilihan adalah triangulasi sumber, yaitu
menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh kepada
beberapa sumber, dalam hal ini adalah peserta didik. Setiap pengecekkan data dimaksud
dilakukan dengan teknik fokus group discussion. Pemeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut
c. Peer defriefing (membicarakan dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Dalam konteks penelitian ini, dilakukan dengan dua orang guru pengamat (RD dan NB)
setiap kali satu siklus selesai dilaksanakan. Rumusan hasil diskusi tersebut diperkuat
dengan rumusan wawancara dengan focus group discussion. Selanjutnya ituangkan pada
bagian refleksi setiap siklus yang menjadi pertimbangan dalam menyusun rencana
pelaksanaan siklus berikutnya

I.Prosedur Penlitian
Apabila dalam PTK dilakukan dalam bentuk spiral/siklus, maka prosedur penlitian
dilakukan minimal 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaa, pelaksanaan
tindakan dan observasi, serta refleksi. Dalam tiap siklus memuat kegiatan yang terdiri dari
persiapan (menyusun perangkat pembelajaran), pengajaran (penerapan persiapan), evaluasi
proses dan hasil pembelajaran, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut (remidi dan
pengayaan).(Unyil, n.d.)
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan penelitian tindakan yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Taggart . Dalam perencanaan Kemmis dan Mc Taggart menggunakan siklus
sistem spiral.(Syafitri et al., 2018)
Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum Peneliti melakukan tindakan terlebih dahulu Peneliti merencanakan suatu hal yang akan
dilakukan setelah mengetahui masalah yang ada, maka peneliti merancang seluruh pembelajaran,
yaitu dengan menyusun desain pembelajaran, menyusun RPPH, dan silabus, membuat jadwal
pertemuan, dan instrument.
Adapun tahap-tahap dalam perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut :
1) Peneliti menetapkan satu kali pertemuan dengan waktu 60menit. Menetapkan materi yang
akan disajikan.
2) Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) dengan menggunakan metode eksperimen.
3) Peneliti membuat instrument penelitian berupa lembar pengamat an kegiatan peserta didik
dan lembar pengamatan kegiatan peserta didik.
4) Peneliti membuat perangkat evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Pembukaan
a) SOP Pembukaan
b) Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
c) Menyanyi lagu
2) Kegiatan Inti
Eksplorasi
a) Peneliti mengajak anak mengamati alat dan bahan yang akan digunakan untuk percoba
an eksperimen mencampur warna.
b) Peneliti bertanya kepada anak tentang tema hari ini.
c) Peneliti memperlihatkan contoh eksperimen dan meminta peserta didik untuk mengam ti
bahan tersebut.
d) Dengan eksperimen tersebut peserta didik mengidentifikasikan unsur-unsur yang ada pa
da bahan.
Elaborasi
a) Peneliti memberikan pertanyaan kepada anak tentang macam-macam warna, dan meng
ajak anak melakukan prediksi warna apa yang dihasilkan dari pencampuran warna.
b) Peneliti meminta peserta didik untuk mencoba sendiri kegiatan mencampur warna.
Konfirmasi
a) Peneliti bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik.
b) Peneliti bersama peserta didik mengevaluasi hasil kerja peserta didik.
3) Penutup
Dalam kegiatan penutup:
a) Peneliti menanyakan perasaan anak hari ini
b) Bercerita pendek berisi pesan-pesan
c) Menginformasikan kegiatan esok hari
d) Berdo’a pulang, Salam.
c. Pengamatan (Observasi)

Tahap ini adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan peserta
didik dalam belajar menggunakan metodeeksperimen. Observasi dapat diartikan sebagai
alat pengum pul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik gejala-gejala yang terjadi.
Dalam observasi ini diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan
pengajaran maupun respons terhadap metode eksperimen. Pengamatan hasil belajar dapat
diamati melalui daftar nilai tugas post tes pada akhir siklus peserta didik di RA.Pena Audi
tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam
kemampuan sains.

d.Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, mengevaluasi, membuat perbaikan


berdasarkan pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi bertujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode eksperimen. Apabila sudah mencapai target yang diinginkan maka siklus
tindakan dapat berhenti, tetapi jika belum maka siklus tindakan dilanjutkan ke siklus II
dengan memperbaiki tindakan.

Siklus II

Pelaksanaan siklus II berdasarkan hasil dari refleksi siklus I. Oleh karenaitu hasil
observasi dijadikan bahan untuk refleksi dan hasil refleksi pada siklus I akan dijadikan acuan
perbaikan pembelajaran pada siklus II. Apabila proses pembelajaran siklus I kurang memuaskan
dimana antusiasdan hasil belajar masih kurang optimal maka siklus II harus dilaksanakan
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus.
Daftar Pustaka

Fajriani, K., & Liana, H. (2020). Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Permainan Pencampuran Warna Dengan Percobaan Sains Sederhana Di Tk Islam Silmi
Samarinda. PENDAS MAHAKAM: Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1), 32–41.
https://doi.org/10.24903/pm.v4i1.394
Fatmawati, D., & Ningrum, M. A. (2019). Pengaruh metode eksperimen terhadap kemampuan sains
mengenal benda cair pada anak kelompok B TK Hidayatullah Lidah Kulon 1/58 Surabaya. Paud
Teratai, 8 Nomor 3, 3.
Hijriati. (2016). Tahapan perkembangan kognitif pada masa early childhood. Jurnal Pendidikan Anak,
1(2), 1–17. http://103.107.187.25/index.php/bunayya/article/download/2034/1506
Khadijah, K., & Amelia, N. (2020). Asesmen Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun. Al-Athfaal:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 69–82. https://doi.org/10.24042/ajipaud.v3i1.6508
Khaeriyah, E., Saripudin, A., & Kartiyawati, R. (2018). Penerapan Metode Eksperimen Dalam
Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini. AWLADY : Jurnal
Pendidikan Anak, 4(2), 102. https://doi.org/10.24235/awlady.v4i2.3155
Khairani, M. (2018). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Sains Anak Usia 5-6 Tahun
Di TK Salsa Percut Sei Tuan. 4(2), 31–38.
Lestariningrum, A. (2016). Sains Pada Anak Didik Kelompok a Tk Pkk Suruhwadang Kecamatan. 5(58),
1–5.
Prihantoro, A., & Hidayat, F. (2019). Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Ulumuddin : Jurnal Ilmu-
Ilmu Keislaman, 9(1), 49–60. https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v9i1.283
Puspita, Y. (2020). Penerapan Pembelajaran Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun. Aulad: Journal on Early Childhood, 3(3), 126–131.
https://doi.org/10.31004/aulad.v3i3.80
Rifanty, E. (2019). Peningkatan Keaktifan Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make a Match Pada Peserta Didik Kelas Vb Sd Muhammadiyah Condongcatur. JURNAL JPSD
Vol.x No. x Tahun 20xx ISSN 2356-3869 (Print), 2614-0136 (Online), 1(1), 6.
Septiwiharti, D. (n.d.). Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol . 1 No . 3 ISSN 2354-614X Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran PKn melalui Media Kliping di SD Inpres Despot
Posona Kecamatan Kasimbar. Kreatif Tadulako Online, 1(3), 118–130.
Sunuraya, J., & Kognitif, H. B. (2019). ANALISIS HUBUNGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
KREATIFITAS LKM BERORIENTASI ICARE PADA PEMBELAJARAN MATAKULIAH FISIKA
SMA Jurubahasa Sinuraya , Deo Demonta Panggabean , Ida Wahyuni Pendidikan Fisika ,
Universitas Negeri Medan email : jurubahasa@unimed.ac. 2.
Syafitri, O., Rohita, R., & Fitria, N. (2018). Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Lambang
Bilangan 1 – 10 Melalui Permainan Pohon Hitung pada Anak Usia 4 – 5 Tahun di BKB PAUD
Harapan Bangsa. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, 4(3), 193.
https://doi.org/10.36722/sh.v4i3.277
Unyil, I. (n.d.). MENGGUNAKAN METODE SCRAMBLE. 1–9.
Yayuk Marselina STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, T., & Sengkuang Km, J. (2019). Metode
Eksperimen Dalam Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini
Di Tk Santa Yohana Antida 2 Sintang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai