Oleh:
NIM : 1886207002
2021
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif bidang sains anak usia dini
Kelompok B melalui penerapan metode eksperimen di RA.Pena Audi .Penelitian ini dilatar
belakangi Anak-anak Kelompok B di RA Pena Audi secara umum belum dapat menguasai
keterampilan sains yang meliputi keterampilan dalam melakukan perencanaan kegiatan,
melakukan aktivitas eksploratif dan menyelidik,mengklasifikasi benda, mengenal sebab-akibat,
memecahkan masalah, dan memiliki inisiatif. Hal itu disebabkan penggunaan metode pemberian
tugas baik LKA maupun majalah TK yang sering diberikan tentunya hanya mampu
mengembangkan salah satu dari aspek kognitif dalam bidang sains.Penerapan Metode
eksperimen merupakan proses belajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk mengalami dan
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek dan lebih menarik minat
anak .Perkembangan kognitif bidang sains anak usia dini melalui metode eksperimen dalam
pembelajaran sains merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikembangkan sejak
usia dini, agar menumbuhkan minat anak untuk mengenal dan mempelajari juga memahami
benda-benda maupun kejadian yang ada disekitar anak usia dini sesuai dengan fakta. Dengan
pembelajaran sains menggunakan metode eksperimen ini juga sangat baik digunakan untuk anak
usia dini.Anak usia dini diharapkan mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya.Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Dalam Kelas PTK yang kolaboratif
dengan menggunakan model penelitian Kemmis Mc Taggart.Subjek yang menjadi target adalah
anak usia 6-7 tahun.Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.Analisis data
akan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1,
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka dilakukan dengan proses belajar yang dapat
mengubah tingkah laku individu yang bersangkutan serta mengembangkan kreativitas, sikap, dan
perilaku.
Proses belajar tersebut akan lebih optimal jika dilakukan sejak anak masih berusia dini.
Hal ini disebabkan karena masa anak usia dini merupakan masa emas (the golden age), di mana
seluruh aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang dengan pesat dan
merupakan usia yang sangat potensial untuk melatih serta mengembangkan berbagai potensi
multi kecerdasan yang dimiliki anak (Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno, 2009: 64)
Berbagai aspek perkembangan yang dapat dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia
Dini yaitu fisik maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual atau kognitif, bahasa,
motorik, dan sosio-emosional (Dwi Yulianti, 2010: 7). Dari seluruh aspek yang ada, aspek
perkembangan kognitif adalah aspek utama yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek
yang lain. Terdapat berbagai kemampuan anak dalam bidang kognitif yang harus dikembangkan,
mulai dari konsep bentuk, warna, ukuran, pola, bilangan, lambang bilangan, huruf, dan sains.
Dalam bidang sains, kompetensi dasar yang harus anak miliki adalah mampu mengenal
berbagai konsep sederhana tentang kehidupan sehari-hari yang dialaminya.Pengenalan tentang
sains hendaknya dilakukan sejak usia dini dengan kegiatan yang menyenangkan dan melalui
pembiasaan agar anak mengalami proses sains secara langsung. Hal itu dilakukan agar anak tidak
hanya mengetahui hasilnya saja tetapi juga dapat mengerti proses dari kegiatan sains yang
dilakukannya. Sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik
benda hidup maupun mati. Selain itu juga dapat melatih anak menggunakan panca inderanya
untuk mengenal berbagai gejala benda dan peristiwa (Slamet Suyanto, 2008: 75).
Untuk menunjang terjadinya proses tersebut, guru harus menyiapkan metode yang tepat
dalam pembelajaran. Anak usia dini membutuhkan metode yang dapat membuat mereka
berinteraksi langsung dengan kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini guru dapat
menggunakanmetode eksperimen.Melalui metode eksperimen, anak dapat berinteraksi langsung
dengan kegiatan yang diberikan oleh guru dan membuat eksperimen-eksperimen terutama dalam
bidang sains. Dengan begitu diharapkan anak dapat memahami proses dari kegiatan yang
diberikan, mengerti konsep-konsep sains, dan tentunya mendukung kemampuan kognitif anak
dalam keterampilan pembelajaran sains. Di samping itu penggunaan metode eksperimen juga
memudahkan guru karena dapat menggunakan media yang ada di lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Kelompok B usia 5- 6 tahun di
RA.PENA AUDI khususnya di bidang keterampilan proses sains masih rendah. Guru lebih
sering meng gunakan metode pemberian tugas menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA) dan
majalah TK sehingga kurang menarik minat anak. Kurang optimalnya pembelajaran sains juga
disebabkan karena aktivitas pembelajaran yang masih terpusat pada guru, konsep sains yang
diajarkan pada anak masih bersifat abstrak, dan sulit dipahami karena anak tidak melakukannya
secara langsung serta metode dan strategi pembelajaran yang diberikan kurang bervariatif.Anak-
anak Kelompok B di RA.PENA AUDI belum dapat menguasai keterampilan proses sains yang
meliputi keterampilan dalam melakukan perencanaan kegiatan, melakukan aktivitas eksploratif
dan menyelidik, mengklasifikasi benda, mengenal sebab-akibat, memecahkan masalah, dan
memiliki inisiatif. Hal itu disebabkan guru yang kurang inovatif dalam pengajaran yang
penggunaan metode pemberian tugas baik LKA maupun majalah TK.
Data yang diperoleh dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
22 Maret 2021 dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains dari 20 anak yang
diobservasi terdapat 6 anak tergolong dalam kriteria cukup, 4 anak tergolong dalam kriteria
kurang, dan 10 anak tergolong dalam kriteria kurang sekali. Penggolongan tersebut didasarkan
pada instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti.
Oleh karena itu, peneliti memiliki ide untuk menggunakan metode eksperimen dalam
pembelajaran guna mengembangkan keterampilan proses sains anak. Penggunaan metode
eksperimen diharapkan dapat menumbuhkan ketertarikan dan keaktifan anak dalam belajar,
sehingga proses belajar mengajar yang dilakukan dapat mem berikan pengalaman yang berkesan
bagi anak dan hasil pembelajaran lebih optimal.
B. Identifikasi Masalah
1. Keterampilan proses sains anak Kelompok B RA.Pena Audi masih rendah,yang disebabkan
proses pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif
dan berinteraksi dalam mengenal lingkungan hidup
2 .Aktivitas pembelajaran sains menggunakan LKA atau majalah TK belum dapat
mengembangkan aspek keterampilan proses sains.
3. Metode pemberian tugas yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran sains yang monoton
kurang menarik minat anak.
C. Batasan Masalah
Peningkatan keterampilan proses sains melalui penerapan metode eksperimen, khususnya pada
Kelompok B di RA.Pena Audi
D. Rumusan Masalah
1. Apakah metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan kognitif proses sains pada
Kelompok B di RA.Pena Audi ?
2. Bagaimana metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan proses sains pada Kelompok
B di RA.Pena Audi ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
proses sains melalui penerapan metode eksperimen pada Kelompok B di RA.Pena Audi
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Agar guru memberikan inovasi dan pengalaman baru dalam pembelajaran dengan penerapan
metode eksperimen.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan
kualitas proses belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Perkembangan Kognitif
Usia dini merupakan masa the golden age atau usia emas yang sangat potensial untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Aspek perkembangan kognitif merupakan
salah satu aspek penting yang harus dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Sebagaimana diungkapkan oleh (Fajriani & Liana, 2020) perkembangan kognitif merupakan
perkembangan yang lebih tinggi kausalitasnya daripada perkembangan motorik. Oleh karena itu
perkembangan kognitif merupakan aspek utama yang akan berpengaruh terhadap perkembangan
aspek-aspek anak yang lain.
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan atau cara berpikir, menurut
(Lestariningrum, 2016) kognitif adalah pengertian yang luas mengenai cara berpikir dan
mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan seseorang memperoleh
pengetahuan atau menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Ketika seorang anak
mengembangkan proses kognitif dalam berfikirnya melalui berbagai aktivitas yang dilakukan
dalam keseharian memerlukan stimulasi serta rangsangan yang tepat dari lingkungan sekitarnya.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kognitif
merupakan kemampuan individu yang berhubungan dengan pikiran untuk memperoleh
pengetahuan. Dengan didapatkannya pengetahuan tersebut, seseorang dapat menggunakannya
untuk memecahkan suatu permasalahan .
2. Karakteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun
Kemampuan Kognitif Anak Usia 5- 6 Tahun (Hijriati, 2016) antara lain:
(1) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran;
(2) Tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulis dan menyalin serta
menghitung;
(3) Telah mengenal sebagian besar warna;
(4) Mulai mengerti tentangwaktu, kapan harus pergi ke sekolah danpulang dari sekolah,
nama-nama hari dalam satu minggu;
(5) Mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya (teritorinya);
(6) Pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan berhitung
B. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses adalah keterampilan berpikir yang digunakan untuk mengolah
informasi, memecahkan masalah, dan merumuskan kesimpulan”.(Khaeriyah et al., 2018)
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan kinerja (performance skill). Keterampilan
proses sains memuat dua aspek keterampilan, yakni keterampilan dari sisi kognitif (cognitive
skill sebagai keterampilan intelektual maupun pengetahuan dasar yang melatarbelakangi
penguasaan keterampilan proses sains) dan keterampilan dari sisi sensorimotor (sensorimotor
skill).
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara
efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Kemampuan–
kemampuan dasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih yang lama-kelamaan akan menjadi
keterampilan. Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-
kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan
yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah
terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan. Jadi, keterampilan proses sains
merupakan keterampilan atau kemampuan yang dipelajari oleh siswa saat mereka melakukan
penemuan ilmiah, dimana diantaranya mencakup pengamatan (observasi), mengklasifikasikan,
menafsirkan, meramalkan, berkomunikasi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan
percobaan, menggunakan alat/bahan serta menerapkan konsep
Pengetahuan sains merupakan pengetahuan tentang ilmu alamiah yang mencakup ilmu
fisika, kimia, dan biologi baik pada makhluk hidup maupun makhluk tak hidup. Oleh karena itu
dalam mengajarkan sains pada Anak Usia Dini perlu adanya benda kongkret melalui percobaan
yang menunjukkan suatu perubahan sehingga dapat memberikan pengalaman yang sangat
berharga bagi anak dan pembelajaran yang bermakna. Ruang lingkup pembelajaran sains adalah
mempelajari tentang apa yang ada di alam baik yang terdapat pada mahkluk hidup atau tak
hidup. Secara umum Abrucasto (Yayuk Marselina STKIP Persada Khatulistiwa Sintang &
Sengkuang Km, 2019)
Perlunya mempelajari sains dalam pembelajaran adalah agar anak dapat mengerti konsep-
konsep sederhana sains yang tentunya dapat bermanfaat untuk kehidupan anak sehari-hari. Sains
secara garis besar memiliki tiga komponen, yaitu: proses, produk, dan sikap ilmiah (Sunuraya &
Kognitif, 2019) Pembelajaran sains untuk anak usia dini tidak hanya menitikberatkan pada hasil
saja, tetapi lebih kepada proses.
2.Metode Eksperimen
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak usia dini yaitu metode
eksperimen, metode ini memberikan kesempatan pada anak untuk lebih bereksplorasi dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut (Khairani, 2018) menanyatakan bahwa metode eksperimen
adalah suatu cara anak untuk melakukaan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai
dengan usianya dan guru sebagai fasilitator dengan alat yang sudah disiapakan oleh gurunya
sendiri. Dengan menggunakan metode ini anak dapat menemukan sesuatu hal yang baru dengan
pengalamannya sendiri.
D. Kerangka Berpikir
Di dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) proses pembelajaran harus dilakukan
dengan menyenangkan sambil bermain ,mengamati terutama dalam pembelajaran sains. Hal
tersebut dilakukan agar seluruh aspek aspek perkembangan yang akan dicapai dapat berkembang
dan mampu secara optimal. Akan tetapi sekarang ini masih banyak guru yang menggunakan
Lembar Kerja Anak (LKA), di mana anak tidak terlibat aktif dalam kegiatan dan tidak mampu
berekspresi menuangkan idenya dan kreativitasnya dalam proses pembelajaran tersebut.
Kreativitas dan pola pikirnya tidak akan berkembang, sehingga mereka tidak dapat
mengungkapkan tentang apa yang belum mereka ketahui.
Proses pembelajaran yang pasif cenderung membuat peserta didik tidak memahami
proses dari pembelajaran yang dilakukan, sehingga keterampilan proses sains yang dimiliki anak
masih rendah. Guru membutuhkan inovasi baru dalam pembelajaran untuk menumbuhkan
keaktifan belajar pada anak. Dalam hal ini, metode eksperimen dapat digunakan agar anak anak
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mengetahui apa yang dipelajari.
Metode eksperimen merupakan suatu cara pembelajaran dengan menggunakan percobaan
sehingga anak terlibat aktif dalam kegiatan. Anak dapat bereksplorasi mulai dari mengamati,
menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan dari kegiatan yang dilakukannya. Dengan
metode ini diharapkan anak dapat memiliki kemampuan untuk mengetahui proses dari konsep-
konsep sains dari percobaan yang dilakukan.
Penggunaan metode
Kemampuan proses sains eksperimen dalam proses
Anak kelas B pembelajaran sains kelas B
meningkat
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan hipotesis
tindakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan
keterampilan proses sains anak pada Kelompok B di RA.Pena Audi Jakarta Barat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang peneliti laksanakan menggunakan jenis penelitian PTK. PTK adalah
gabungan pengertian dari kata “penelitian, tindakan dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan
mengamati suatu objek, dengan menggunakan kaidah metodologi tertentu untuk mendapatkan
data yang bermanfaat bagi peneliti dan dan orang lain demi kepentingan bersama. Selanjutnya
tindakan adalah suatu perlakuan yang sengaja diterapkan kepada objek dengan tujuan tertentu
yang dalam penerapannya dirangkai menjadi beberapa periode atau siklus. Dan kelas adalah
tempat di mana sekolompok siswa belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam periode
yang sama (Rifanty, 2019) .
Berdasarkan pemahaman mengenai PTK diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu atau dengan menggunakan aturan
sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus agar
dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan
bersama dikelas secara professional sehingga diperoleh peningkatan pemahaman atau kualitas
atau target yang telah ditentukan.Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
proses sains anak melalui metode eksperimen.
D.Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (Prihantoro & Hidayat, 2019) instrumen penelitian merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah. Proses
pengembangan instrumen dilakukan dengan membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Catatan Lapangan (Field Note)
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat segala peristiwa selama proses penelitian
berlangsung sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Hal ini
dikarenakan berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas,
hubungan interaksi guru dengan siswa, suasana sekolah, dan kegiatan lain yang dapat
diketahui dari catatan lapangan.
2. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan catatan yang menggambarkan tingkat aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
mengenai kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran Sains berlangsung dengan
menggunakan metode eksperimen
3.Wawancara
Wawancara digunakan untuk menjaring data mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan metode eksperimen dalam mengembangkan kemampuan ketarampilan proses
sains. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan siswa untuk menjaring data mengenai
aktivitas siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung
4.Tes
Tes digunakan dalam pengukuran hasil belajar siswa sebagai tindak lanjut dalam proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Tes dilakukan pada tiap akhir siklus untuk mengetahui
tingkat efektivitas
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan hasil penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya
peningkatan keterampilan proses sains anak yaitu keterampilan dalam klasifikasi, aktivitas
eksploratif dan menyelidik, perencanaan kegiatan, mengenal sebab-akibat, memiliki inisiatif, dan
memecahkan sebuah masalah. Peningkatan keberhasilan dapat ditandai dengan membandingkan
hasil dari data awal pra penelitian (pretest) dan setelah diberikan tindakan (post test). Sebagai
indikator keberhasilan anak dalam penelitian ini adalah apabila 80% atau 15 anak dari 20 anak
pada Kelompok B di RA.Pena Audi mengalami peningkatan pada kriteria baik dan sangat baik
dalam keterampilan proses sains
Hasil dari observasi akan dikategorikan ke dalam kriteria berupa persentase kesesuaian
(Prihantoro & Hidayat, 2019), yaitu:
1 0
. Kesesuaian kriteria (%) : - 20 =Kurang sekali
2 2
Kesesuaian kriteria (%) : = Kurang
. 1-40
3 4
Kesesuaian kriteria (%) : = Cukup
. 1-60
4 6
Kesesuaian kriteria (%) : = Baik
. 1-80
5 8
. Kesesuaian kriteria (%) : 1-100 = Sangat baik
Klasifikasi - Mengelompokkan
benda berdasarkan
bentuk,ukuran
Sebab- - Menjelaskan alasan
akibat dari sebuah reaksi
Pemecahan - Memecahkan
masalah masalah sederhana
dalam kegiatan uji
coba yang dilakukan
Inisiatif - Memiliki inisiatif
dalam melakukan
aktivitas atau
kegiatan.
-
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Prihantoro & Hidayat, 2019).
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti selama masa observasi
dan memberikan gambaran konkret tentang keterampilan sains anak. Dokumen yang digunakan
berupa RKH dan dokumen lain seperti foto kegiatan anak untuk mengetahui segala hal yang
berhubungan dengan penelitian.
H.Keabsahan Data
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kerja ilmiah, untuk melakukannya mutlak
dituntut keobjektifan data. Untuk memenuhi kriteria ini maka faktor kogitif khususnya
keterampilan proses sains(validitas) dan metode eksperimen (reabilitas) harus terpenuhi dalam
penelitian kualitatif temuan atau data di nyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
di laporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi objek yang penelitian diteliti .Karena
itu apabila kriteria validitas dan reabilitas tidak terpenuhi maka tentu saja di proses penelitian
tindakan kelas ini perlu dipertanyakan keilmiahannya.
1. Kreadibilitas
Kreadibilitas merupakan proses dan hasil penelitian dapat diterima atau
dipercaya.Beberapa kriteria dalam menilai penelitian ini adalah perpanjang penelitian,
triangulasi, danPeer defriefing.Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian,yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkingkan peningkatan derajat kepercayaan
umpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden,
dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap penelitian juga kepercayaan
diri peneliti sendiri. Pengamatan yang terus menurus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
b. Triangulasi, diartikan sebagai pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai
sumber, berbagai metode, dan berbagai waktu. Karena itu terhadap teknik pengujian
keabsahan data melalui triangulasi sumber, metode, penyidik dan waktu. Dalam konteks
penelitian, teknik triangulasi yang menjadi pilihan adalah triangulasi sumber, yaitu
menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh kepada
beberapa sumber, dalam hal ini adalah peserta didik. Setiap pengecekkan data dimaksud
dilakukan dengan teknik fokus group discussion. Pemeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut
c. Peer defriefing (membicarakan dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Dalam konteks penelitian ini, dilakukan dengan dua orang guru pengamat (RD dan NB)
setiap kali satu siklus selesai dilaksanakan. Rumusan hasil diskusi tersebut diperkuat
dengan rumusan wawancara dengan focus group discussion. Selanjutnya ituangkan pada
bagian refleksi setiap siklus yang menjadi pertimbangan dalam menyusun rencana
pelaksanaan siklus berikutnya
I.Prosedur Penlitian
Apabila dalam PTK dilakukan dalam bentuk spiral/siklus, maka prosedur penlitian
dilakukan minimal 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaa, pelaksanaan
tindakan dan observasi, serta refleksi. Dalam tiap siklus memuat kegiatan yang terdiri dari
persiapan (menyusun perangkat pembelajaran), pengajaran (penerapan persiapan), evaluasi
proses dan hasil pembelajaran, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut (remidi dan
pengayaan).(Unyil, n.d.)
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan penelitian tindakan yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Taggart . Dalam perencanaan Kemmis dan Mc Taggart menggunakan siklus
sistem spiral.(Syafitri et al., 2018)
Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum Peneliti melakukan tindakan terlebih dahulu Peneliti merencanakan suatu hal yang akan
dilakukan setelah mengetahui masalah yang ada, maka peneliti merancang seluruh pembelajaran,
yaitu dengan menyusun desain pembelajaran, menyusun RPPH, dan silabus, membuat jadwal
pertemuan, dan instrument.
Adapun tahap-tahap dalam perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut :
1) Peneliti menetapkan satu kali pertemuan dengan waktu 60menit. Menetapkan materi yang
akan disajikan.
2) Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) dengan menggunakan metode eksperimen.
3) Peneliti membuat instrument penelitian berupa lembar pengamat an kegiatan peserta didik
dan lembar pengamatan kegiatan peserta didik.
4) Peneliti membuat perangkat evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Pembukaan
a) SOP Pembukaan
b) Bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini
c) Menyanyi lagu
2) Kegiatan Inti
Eksplorasi
a) Peneliti mengajak anak mengamati alat dan bahan yang akan digunakan untuk percoba
an eksperimen mencampur warna.
b) Peneliti bertanya kepada anak tentang tema hari ini.
c) Peneliti memperlihatkan contoh eksperimen dan meminta peserta didik untuk mengam ti
bahan tersebut.
d) Dengan eksperimen tersebut peserta didik mengidentifikasikan unsur-unsur yang ada pa
da bahan.
Elaborasi
a) Peneliti memberikan pertanyaan kepada anak tentang macam-macam warna, dan meng
ajak anak melakukan prediksi warna apa yang dihasilkan dari pencampuran warna.
b) Peneliti meminta peserta didik untuk mencoba sendiri kegiatan mencampur warna.
Konfirmasi
a) Peneliti bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik.
b) Peneliti bersama peserta didik mengevaluasi hasil kerja peserta didik.
3) Penutup
Dalam kegiatan penutup:
a) Peneliti menanyakan perasaan anak hari ini
b) Bercerita pendek berisi pesan-pesan
c) Menginformasikan kegiatan esok hari
d) Berdo’a pulang, Salam.
c. Pengamatan (Observasi)
Tahap ini adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan peserta
didik dalam belajar menggunakan metodeeksperimen. Observasi dapat diartikan sebagai
alat pengum pul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik gejala-gejala yang terjadi.
Dalam observasi ini diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan
pengajaran maupun respons terhadap metode eksperimen. Pengamatan hasil belajar dapat
diamati melalui daftar nilai tugas post tes pada akhir siklus peserta didik di RA.Pena Audi
tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam
kemampuan sains.
d.Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan siklus II berdasarkan hasil dari refleksi siklus I. Oleh karenaitu hasil
observasi dijadikan bahan untuk refleksi dan hasil refleksi pada siklus I akan dijadikan acuan
perbaikan pembelajaran pada siklus II. Apabila proses pembelajaran siklus I kurang memuaskan
dimana antusiasdan hasil belajar masih kurang optimal maka siklus II harus dilaksanakan
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus.
Daftar Pustaka
Fajriani, K., & Liana, H. (2020). Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Permainan Pencampuran Warna Dengan Percobaan Sains Sederhana Di Tk Islam Silmi
Samarinda. PENDAS MAHAKAM: Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1), 32–41.
https://doi.org/10.24903/pm.v4i1.394
Fatmawati, D., & Ningrum, M. A. (2019). Pengaruh metode eksperimen terhadap kemampuan sains
mengenal benda cair pada anak kelompok B TK Hidayatullah Lidah Kulon 1/58 Surabaya. Paud
Teratai, 8 Nomor 3, 3.
Hijriati. (2016). Tahapan perkembangan kognitif pada masa early childhood. Jurnal Pendidikan Anak,
1(2), 1–17. http://103.107.187.25/index.php/bunayya/article/download/2034/1506
Khadijah, K., & Amelia, N. (2020). Asesmen Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun. Al-Athfaal:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 69–82. https://doi.org/10.24042/ajipaud.v3i1.6508
Khaeriyah, E., Saripudin, A., & Kartiyawati, R. (2018). Penerapan Metode Eksperimen Dalam
Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini. AWLADY : Jurnal
Pendidikan Anak, 4(2), 102. https://doi.org/10.24235/awlady.v4i2.3155
Khairani, M. (2018). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Sains Anak Usia 5-6 Tahun
Di TK Salsa Percut Sei Tuan. 4(2), 31–38.
Lestariningrum, A. (2016). Sains Pada Anak Didik Kelompok a Tk Pkk Suruhwadang Kecamatan. 5(58),
1–5.
Prihantoro, A., & Hidayat, F. (2019). Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Ulumuddin : Jurnal Ilmu-
Ilmu Keislaman, 9(1), 49–60. https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v9i1.283
Puspita, Y. (2020). Penerapan Pembelajaran Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun. Aulad: Journal on Early Childhood, 3(3), 126–131.
https://doi.org/10.31004/aulad.v3i3.80
Rifanty, E. (2019). Peningkatan Keaktifan Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make a Match Pada Peserta Didik Kelas Vb Sd Muhammadiyah Condongcatur. JURNAL JPSD
Vol.x No. x Tahun 20xx ISSN 2356-3869 (Print), 2614-0136 (Online), 1(1), 6.
Septiwiharti, D. (n.d.). Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol . 1 No . 3 ISSN 2354-614X Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran PKn melalui Media Kliping di SD Inpres Despot
Posona Kecamatan Kasimbar. Kreatif Tadulako Online, 1(3), 118–130.
Sunuraya, J., & Kognitif, H. B. (2019). ANALISIS HUBUNGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
KREATIFITAS LKM BERORIENTASI ICARE PADA PEMBELAJARAN MATAKULIAH FISIKA
SMA Jurubahasa Sinuraya , Deo Demonta Panggabean , Ida Wahyuni Pendidikan Fisika ,
Universitas Negeri Medan email : jurubahasa@unimed.ac. 2.
Syafitri, O., Rohita, R., & Fitria, N. (2018). Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Lambang
Bilangan 1 – 10 Melalui Permainan Pohon Hitung pada Anak Usia 4 – 5 Tahun di BKB PAUD
Harapan Bangsa. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, 4(3), 193.
https://doi.org/10.36722/sh.v4i3.277
Unyil, I. (n.d.). MENGGUNAKAN METODE SCRAMBLE. 1–9.
Yayuk Marselina STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, T., & Sengkuang Km, J. (2019). Metode
Eksperimen Dalam Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini
Di Tk Santa Yohana Antida 2 Sintang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1).