Anda di halaman 1dari 10

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah dalam Pembelajaran Anak Usia


Dini

Nama Mahasiswa : Eka Syahfitri


Asal Institusi : TK Aisyiyah Busthanul Athfal Koto Taratak

Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-


penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk
berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:
1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang
relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah
tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan
Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas
sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait
masalah yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka
mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai
referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian
atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk
mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam
tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk
membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih
mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda
dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk
menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik.
Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel hasil eksplorasi penyebab masalah

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi Analisis eksplorasi


diidentifikasi penyebab masalah penyebab masalah
1  Anak tidak bisa Kajian Literatur : Setelah dilakukan
menceritakan 1. Aprillina, dkk (2020) analisis lebih lanjut
kembali isi cerita menjelaskan bahwa terhadap perkembangan
yang telah diceritakan berdasarkan kenyataannya di kemampuan literasi
guru lapangan, anak usia 5-6 anak, dapat di
 Anak belum bisa tahun di tempat simpulkan bahwa
menceritakan tentang penelitiannya belum dapat penyebab dari masalah
apa yang sudah menceritakan kembali apa yang diidentifikasi di
dibuatnya, misalnya yang diceritakan guru. Hal antaranya :
ketika bermain itu terjadi karena kurangnya 1. Kurangnya
menggunakan perbendaharaan kata dan perbendaharaan
plastisin anak tidak singkatnya perhatian anak kata dan singkatnya
mau menjelaskan apa dalam mendengarkan cerita perhatian anak
yang sudah dibuatnya dari guru. Ini dapat dilihat dalam
saat guru bertanya dari kurangnya kemampuan mendengarkan
anak dalam menerima dan cerita.
mengungkapkan bahasa, 2. Kurangnya
kurangnya rasa percaya diri kemampuan anak
anak untuk menceritakan dalam menerima
pengalaman kepada teman- dan
temannya dan guru. mengungkapkan
2. Revenia & Eliza (2022) bahasa
menjelaskan dalam 3. Kurangnya rasa
penelitiannya bahwa hasil percaya diri anak
observasinya di suatu TK untuk menceritakan
ditemukan keterampilan pengalaman kepada
anak dalam berbicara belum teman-temannya
berkembang dengan baik. dan guru.
Hal ini dikarenakan masih 4. Anak kurang
kurang sanggupnya anak termotivasi dalam
dalam mengungkapkan menceritakan
pendapat secara sederhana, pengalaman, ide,
mengekspresikan, maupun gagasan.
menyatakan, atau 5. Anak mengalami
mengkomunikasikan pikiran ketidakjelasan
maupun perasaan ketika guru dalam
bertanya terkait isi cerita menggunakan kosa
yang sudah diceritakan. kata, kata kerja,
Terlihat anak banyak diam artikulasi, dan
ketika guru bercerita di susunan kalimat.
depan kelas dan anak tidak 6. Media dan bahan
menyimak dengan baik. ajar yang digunakan
Selain itu kurangnya lafal, guru dalam
struktur bahasa, kosa kata, meningkatkan
kefasihan dan isi bahasa anak masih
pembicaraannya kurang variatif.
menyebabkan anak kurang
berani dalam mengeluarkan
suara untuk menceritakan
kembali cerita yang telah
diceritakan oleh guru di
kelas. Mengenai hal ini
dikarenakan penggunaan
media oleh guru dalam
bercerita kurang menarik
minat dan perhatian anak
dalam pembelajaran.

Sumber :
Aprillina, N. Z., dkk. (2020).
Mengembangkan Kemampuan
Bahasa Anak Melalui Metode
Bercerita Dengan Boneka
Tangan di TK ABA Manggeng
Kabupaten Aceh Barat Daya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Guru Anak Usia
Dini, 5 (2): 22-33.
https://jim.usk.ac.id/paud/article/
viewFile/15310/6871

Revenia, I., dan Eliza, D. (2022).


Pengaruh Media Loose Part Play
terhadap Kemampuan Berbicara
melalui Metode Bercerita
Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal
Basicedu, Vol 6 (4): 7029-7038.
DOI:
https://doi.org/10.31004/basiced
u.v6i4.3036

Hasil Wawancara dengan


kepala sekolah, guru/teman
sejawat :
1. Menurut Kepala Sekolah TK
Aisyiyah Busthanul Athfal
Koto Taratak, media yang
digunakan guru untuk
menstimulus anak dalam
berkomunikasi kurang
menarik.
2. Menurut ibu Rima rekan
sejawat, salah satu guru di
TK ABA Koto Taratak,
metode yang digunakan
guru dalam menceritakan isi
cerita belum menarik bagi
anak sehingga anak tidak
fokus dalam mendengarkan
isi cerita yang disampaikan
guru.
3. Menurut ibu Emi rekan
sejawat, salah satu guru di
TK ABA Koto Taratak, anak
kurang percaya diri dalam
berkomunikasi dengan guru.

2  Anak belum bisa Kajian Literatur : Setelah dilakukan


membedakan bentuk- 1. Berdasarkan observasi yang analisis lebih lanjut
bentuk geometri, dilakukan oleh Sukadariyah, mengenai masalah
seperti persegi, dkk (2020) di suatu TK, ia perkembangan
persegi panjang, dan menemukan beberapa numerasi, disimpulkan
lain-lain. permasalahan, yaitu : bahwa penyebab
 Anak belum mampu  anak tidak dapat masalah yang
mengklasifikasikan menyebutkan nama- diidentifikasi dapat
benda ke dalam nama bentuk geometri, berupa :
kelompok yang sama  anak tidak bisa 1. Rendahnya
atau kelompok yang menyebutkan ciri-ciri kemampuan anak
sejenis. bentuk geometri, dalam mengenal
 anak belum bisa konsep geometri.
membedakan bentuk- 2. Guru belum
bentuk geometri, menggunakan cara
 anak tidak bisa menunjuk bermain yang
benda yang menyerupai variatif.
bentuk geometri seperti 3. Pembelajaran masih
papan tulis berbentuk sering didominasi
oleh guru melalui
persegi panjang, metode bercakap-
 dalam proses cakap.
pembelajaran guru belum 4. Media yang
menggunakan cara digunakan hanya
bermain yang variatif, menggunakan buku
 pembelajaran masih lembar kerja (LK)
sering didominasi oleh sehingga anak
guru melalui metode kurang berminat
bercakap-cakap, dalam mempelajari
 media yang digunakan bentuk-bentuk
hanya menggunakan geometri.
buku lembar kerja (LK) 5. Strategi yang
sehingga anak kurang digunakan guru
berminat dalam dalam pengenalan
mempelajari bentuk- geometri belum
bentuk geometri. tepat.
Hal ini menyebabkan 6. Guru belum
rendahnya kemampuan anak mendorong anak
dalam mengenal konsep dalam berfikir kritis
geometri. dan kreatif.
2. Berdasarkan penelitian 7. Guru belum
Arisani (dalam Arini & menggunakan
Fajarwati, 2020), media yang menarik
menjelaskan bahwa bagi anak.
penyebab anak masih belum
dapat mengklasifikasikan
benda dengan tepat adalah :
 Karena kurangnya
tempat yang mendukung
kegiatan klasifikasi.
Tempat yang dijadikan
sebagai pendukung anak
agar dapat
mengklasifikasikan
benda hanya di dalam
kelas dan lingkungan
sekolah saja, sehingga
anak belum dapat
pengalaman klasifikasi
benda lebih konkret lagi.
 Penyebab lainnya yaitu
anak kurang diberikan
kesempatan oleh guru
untuk mengeksplorasi
kegiatannya. Hal ini
terjadi karena
pembelajaran masih
berpusat pada guru,
sehingga anak belum
bisa mendapatkan
kesempatan dalam
mengembangkan
kemampuannya.
Selain itu, Ramadhan, dkk.
(dalam Arini & Fajarwati,
2020) juga menjelaskan
masalah lain mengenai
kendala dalam kemampuan
klasifikasi bahwa guru juga
jarang menggunakan metode
pembelajaran yang variatif
dan cenderung hanya
memberikan lembar kerja
siswa terus menerus.

Sumber :
Arini, I., & Fajarwati, A. (2020).
Media Bahan Alam Untuk
Mengembangkan Kemampuan
Klasifikasi Pada Anak Usia
Dini. VISI : Jurnal Ilmiah PTK
PNF, Vol. 15 (2), hal. 117-126.
DOI:
http://doi.org/10.21009/
JIV.1502.3

Sukadariyah, R. F., dkk. (2020).


Pengaruh Permainan Tradisional
Engklek Terhadap Kemampuan
Geometri Anak. Yaa Bunayya :
Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, vol. 4 (I), hal. 57-63.
https://jurnal.umj.ac.id/index.ph
p/YaaBunayya/article/download/
6685/4247

Hasil Wawancara dengan


kepala sekolah, guru/teman
sejawat/para pakar :
1. Menurut Kepala Sekolah TK
Aisyiyah Busthanul Athfal
Koto Taratak, guru belum
menggunakan media yang
menarik bagi anak.
2. Menurut ibu Rima rekan
sejawat, salah satu guru di
TK ABA Koto Taratak,
strategi yang digunakan guru
dalam pengenalan geometri
belum tepat.
3. Menurut ibu Emi rekan
sejawat, salah satu guru di
TK ABA Koto Taratak, guru
belum mendorong anak
dalam berfikir kritis dan
kreatif
3  Anak belum mampu Kajian Literatur : Setelah dilakukan
menggambar sendiri 1. Menurut Husnu, (2020) analisis lebih lanjut
sesuai dengan dalam penelitiannya, ia terhadap masalah yang
kreativitasnya mengungkapkan kegelisahan berkaitan dengan
masing-masing. yang terjadi dalam dunia perkembangan HOTS
 Anak belum bisa pendidikan saat ini, yaitu maka dapat
membuat kreasi dari rendahnya kreativitas anak disimpulkan penyebab
benda alam dalam kegiatan dari masalah yang
disekitarnya. menggambar. Pada dasarnya diidentifikasi yaitu:
kegiatan menggambar yang 1. Rendahnya
dilakukan anak, dapat kreativitas anak
menjadikan suatu peluang dalam kegiatan
kesuksesan pada diri anak. Ia menggambar.
juga menjelaskan pada saat 2. Kurangnya
sekarang ini, masih banyak pengetahuan guru
terdapat pandangan yang dan orang tua akan
kurang baik dari beberapa pentingnya kegiatan
pihak dalam dunia menggambar pada
pendidikan, baik guru anak.
maupun orang tua yang 3. Anak mengalami
meremehkan akan kesulitan bahkan
pentingnya kegiatan tidak mampu
menggambar yang dilakukan menyelesaikan
oleh anak. Terjadinya sudut persoalan yang
pandang tersebut, membutuhkan
dikarenakan kurangnya ketrampilan berpikir
pengetahuan akan tingkat tinggi
pentingnya kegiatan mereka terlebih saat
menggambar pada anak, anak diminta untuk
sehingga tidak semua memunculkan ide
pendidik memahami baru atau inovasi.
bagaimana tumbuhnya 4. Pendidik belum
kreativitas anak melalui memahami dan
kegiatan menggambar. memberikan
2. Purnamasari, dkk (2020) stimulasi yang tepat
menjelaskan dalam sebuah dalam
prosiding seminar, bahwa perkembangan anak
beberapa realita yang dia usia dini.
temukan di lapangan masih 5. Guru tidak
banyak pendidik yang belum menyadari bahwa
memahami dan memberikan banyak hal terlewat
stimulasi yang tepat dalam dipelajari anak saat
perkembangan anak usia guru tidak
dini. Guru masih memberikan
memandang bahwa ketika aktivitas menantang
memberikan materi dan melibatkan
sebanyak-banyaknya kepada anak dalam proses
anak dan meminta mereka memperoleh
untuk mengingatnya menjadi pengetahuannya.
tugas utama bagi mereka. 6. Guru sbelum bisa
Masih banyak dijumpai guru menimbulkan ide-
yang tidak menyadari bahwa ide dalam diri anak
banyak hal terlewat dengan memberi
dipelajari anak saat guru pertanyaan
tidak memberikan aktivitas pemantik kepada
menantang dan melibatkan anak.
anak dalam proses
memperoleh
pengetahuannya. Selama ini
pembelajaran bagi anak usia
dini lebih mengutamakan
calistung sehingga perlu
perubahan pembelajaran
yang memfasilitasi anak
untuk berpikir secara bebas,
mengembangkan ide-ide
dalam proses menemukan
solusi dari permasalahan
yang dihadapi. Dominasi
guru seperti inilah yang
membuat kesempatan anak
untuk aktif berpikir menjadi
sangat tidak terfasilitasi.
Akibat terbesarnya adalah
anak mengalami kesulitan
bahkan tidak mampu
menyelesaikan persoalan
yang membutuhkan
ketrampilan berpikir tingkat
tinggi mereka terlebih saat
anak diminta untuk
memunculkan ide baru atau
inovasi.

Sumber :
Husnu, U. (2020). Analisis
Kreativitas Kegiatan
Menggambar pada Anak Usia
Dini. JM2PI: Jurnal Mediakarya
Mahasiswa Pendidik, Vol. 01
(2), hal. 383-401. DOI:
10.33853/jm2pi.v1i2 http://e-
journal.stit-islamic-
village.ac.id/index.php/JM2PI

Purnamasari, I., dkk. (2020).


Stimulasi Keterampilan HOTS
dalam PAUD Melalui
Pembelajaran STEAM.
Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana UNNES, hal. 506-
516.
https://proceeding.unnes.ac.id/in
dex.php/snpasca/article/downloa
d/614/533

Hasil Wawancara dengan


kepala sekolah, guru/teman
sejawat :
1. Menurut Kepala Sekolah TK
Aisyiyah Busthanul Athfal
Koto Taratak, guru belum
bisa menimbulkan ide-ide
dalam diri anak dengan
memberi pertanyaan
pemantik kepada anak.
2. Menurut ibu Rima rekan
sejawat, salah satu guru di
TK ABA Koto Taratak, guru
belum mendorong anak
dalam berfikir kritis, kreatif
dan kolaboratif.
3. Menurut ibu Emi rekan
sejawat, salah satu guru di
TK ABA Koto Taratak,
strategi yang digunakan guru
dalam meningkatkan
perkembangan HOTS anak
belum tepat.

Anda mungkin juga menyukai