Anda di halaman 1dari 7

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi
1  Kemampuan Hasil Kajian Literatur : Dari hasil kajian literatur dan
anak dalam 1. Ahmad. 2011: 21 Kemampuan hasil wawancara yang didapat
mengenal mengenal lambang bilangan pada serta dikonfirmasi melalui
konsep observasi dapat disimpulkan
anak sangat penting dikembangkan
bilangan bahwa penyebab munculnya
guna memperoleh kesiapan dalam masalah rendahnya kemampuan
masih
rendah. mengikuti pembelajaran di 3 tingkat anak dalam mengenal konsep
 Kemampuan yang lebih tinggi khususnya dalam bilangan dan lambang huruf
anak dalam penguasaan konsep matematika. adalah :
mengenal 2. Syah. 2010 : 37 Perkembangan Kurangnya penguasaan
lambang kognitif adalah tahapan-tahapan konsep matematika.
huruf masih Kurangnya ketersediaan
perubahan yang terjadi dalam
rendah. media pembelajaran yang
rentang kehidupan manusia untuk dapat memfasilitasi
memahami, mengolah informasi, kemampuan anak dalam
memecahkan masalah dan mengenal konsep bilangan
mengetahui sesuatu. dan lambang huruf.
Hasil Wawancara : Guru tidak mengulang
1. Kepala Sekolah : Karena kurangnya kembali materi
media pembelajaran yang disiapkan pembelajaran yang sudah
oleh Guru. diajarkan.
2. Guru : Karena kemampuan anak
berbeda-beda (ada yang kelas kecil
dan ada yang kelas besar). Intinya
dikarenakan kurangnya alat peraga.
3. Rekan Sejawat : Minimnya usaha
Guru dalam mengulang
pembelajaran yang sudah diajarkan.
4. Pengawas : Kurangnya kesiapan alat
peraga yang konkrit di kelas.
5. Pakar (Ketua IGTKI) : Waktu anak
belajar di sekolah terbatas.
2 kesulitan Hasil Kajian Literatur : Dari hasil kajian literatur dan
mengucapkan 1. Menurut Hellen (2002), kesulitan hasil wawancara yang didapat
kata, menghafal belajar adalah kemampuan seorang serta dikonfirmasi melalui
angka, susah siswa untuk menguasai suatu materi observasi dapat disimpulkan
membedakan pelajaran secara maksimal tetapi bahwa penyebab munculnya
huruf, kesulitan dalam kenyataannya siswa tidak masalah kesulitan mengucapkan
meniru tulisan dapat menguasainya. kata, menghafal angka, susah
huruf. 2. Menurut Tohirin (2008), kesulitan membedakan huruf, kesulitan
belajar adalah kondisi dimana siswa meniru tulisan huruf adalah :
tidak dapat belajar sebagaimana Kurangnya media
mestinya, baik dalam menerima pembelajaran yang
maupun menyerap pelajaran. disiapkan oleh Guru.
Kesulitan belajar ditandai dengan Kurang kreatif dalam
menurunnya kinerja anak secara membuat media yang dapat
akademik atau prestasi belajar siswa. menarik perhatian anak
Kesulitan ini juga dibuktikan dengan untuk belajar.
menurunnya kelainan perilaku. Media pembelajaran yang
3. Menurut Subini (2011), kesulitan disiapkan guru tidak
belajar adalah kesukaran yang dipahami baik oleh gru.
dialami peserta didik dalam
menerima dan menyerap pelajaran.
Beragam bentuk kesulitan belajar
yaitu belajar dalam aktivitas
mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, menalar dan menghitung.
Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah : kurangnya media
pembelajaran yang disiapkan oleh
Guru.
2. Guru : Guru kurang kreatif dalam
membuat media yang dapat menarik
perhatian anak untuk belajar.
3. Rekan Sejawat : kurangnya alat
peraga yang menarik untuk minat
belajar anak.
4. Pengawas : kurangnya pemahaman
Guru dalam memberi pembelajaran.
5. Pakar (Ketua IGTKI): mengajak
anak berkomunikasi dan Setiap anak
berbeda-beda sehingga guru harus
memahami setiap siswanya.
3 Komunikasi Hasil Kajian Literatur : Dari hasil kajian literatur dan
antara orang tua 1. Artikel Kompasiana.com : Seorang hasil wawancara yang didapat
dan guru masih siswa tidak hanya membutuhkan serta dikonfirmasi melalui
kurang. peran serta seorang Guru dalam observasi dapat disimpulkan
meningkatkan prestasi belajarnya. bahwa penyebab munculnya
Seorang Guru hanya dapat masalah kurangnya komunikasi
memberikan pengajarannya atau antara orang tua dan guru adalah
wewenangnya sebagai Guru dalam :
lingkungan sekolah namun jika
seorang siswa sudah berada di luar kurangnya respon dari orang
lingkungan sekolah peran Orang Tua tua menyangkut informasi
atau Wali merekalah yang berperan anak di sekolah.
penting dalam mendidik mereka. Kurangnya informasi
2. Uzer Usman, 2008 Orang tua juga tentang anak dari orang tua
perlu mengambil inisiatif dalam tentang kondisi anak di
membuka jalur komunikasi dengan rumah.
guru. Orang tua hendaknya bisa Orang tua tidak berusaha
memberikan informasi-informasi menghubungi guru untuk
yang berguna bagi guru tentang membahas aktifitas anak di
kondisi anak di rumah. Orang tua sekolah.
bisa melakukannya dengan Kurangnya kerja sama
menghubungi guru secara langsung antara orang tua dan guru.
di rumahnya atau melalui SMS, atau
melalui telepon di luar jam
mengajarnya. Orang tua juga bisa
membina hubungan dengan pihak
sekolah dengan cara sedapat
mungkin menghadiri undangan dari
pihak sekolah, karena momen seperti
rapat-rapat orang tua merupakan
sarana yang efektif untuk
menyampaikan pendapat, uneg-uneg
serta usul saran bagi pihak sekolah.
Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah : Orang tua kurang
merespon informasi menyangkut
siswa maupun sekolah lewat grup
kelas yang sudah dibuat.
2. Guru : Karena kesibukan orang tua
sehingga anak-anak sepenuhnya
diserahkan kepada guru.
3. Rekan Sejawat : Guru kurang
berkomunikasi dengan orang tua
secara baik.
4. Pengawas :
 Guru harus selalu membangun
komunikasi dengan orang tua
tentang masalah anak.
 Guru harus mencari tahu
kebiasaan anak di rumah kepada
orang tua.
 Guru harus membangun
kerjasama dengan orang tua.
5. Pakar (Ketua IGTKI) :
 Orang tua segan untuk melakukan
komunikasi dengan guru.
 harus ada kerja sama antara guru
dengan orang tua dalam proses
belajar mengajar.
4 Rendahnya Hasil Kajian Literatur : Dari hasil kajian literatur dan
motivasi dan 1. Uzer Usman, 2008 Motivasi adalah hasil wawancara yang didapat
minat belajar suatu proses untuk menggiatkan serta dikonfirmasi melalui
siswa. motif/daya menjadi perbuatan atau observasi dapat disimpulkan
tingkah laku untuk memenuhi bahwa penyebab munculnya
kebutuhan dan mencapai tujuan masalah rendahnya motivasi dan
tertentu. Tugas guru adalah minat belajar siswa adalah :
membangkitkan motivasi anak Anak kurang mendapatkan
sehingga ia mau melakukan motivasi dari guru saat
serangkaian kegiatan belajar. belajar di sekolah dan
Hasil Wawancara : kurang mendapat motivasi
1. Kepala Sekolah : Karena kurangnya juga dari orang tua saat di
dukungan dari orang tua atau orang rumah.
– orang disekitar. Dikarenakan usia anak yang
2. Guru : Karena kesibukkan orang tua belum cukup dalam
sehingga saat di rumah anak juga menerima pembelajaran di
tidak diperhatikan atau dimotivasi sekolah.
untuk belajar (mempelajari kembali Kurangnya perhatian guru
yang sudah dipelajari di sekolah) dalam melihat minat dan
3. Rekan Sejawat : mungkin ada karakter anak dalam belajar.
masalah yang terjadi di rumah dan
pada saat di sekolah sehingga
menimbulkan minat belajar anak
rendah.
4. Pengawas : guru berusaha
membangkitkan semangat belajar
anak.
5. Pakar (Ketua IGTKI) :
 anak tidak mempunyai motivasi
untuk belajar yang lebih baik.
 anak belum siap untuk menerima
pelajaran yang diberikan.
 Usia anak belum pada waktunya
sekolah tapi dipaksakan untuk
sekolah.
 Guru harus melihat minat dan
karakter anak supaya dapat
memotivasi anak dalam belajar.
5 Pembelajaran Hasil Kajian Literatur : Dari hasil kajian literatur dan
yang di kelas 1. Taksonomi Bloom menyebutklan hasil wawancara yang didapat
belum berbasis bahwa keterampilan HOTS memuat serta dikonfirmasi melalui
HOTS. beberapa level kognitif, beberapa observasi dapat disimpulkan
level kognitif yang termasuk dalam bahwa penyebab munculnya
HOTS adalah analisis sintetis (C4), masalah pembelajaran di kelas
mengevaluasi (C5), dan mencipta belum berbasis HOTS adalah :
kreativitas (C6). Guru belum memahami
2. Achmad Fanani.,et al, 2018 dengan baik proses
Pembelajaran merupakan suatu pembelajaran berbasis
proses membelajarkan peserta didik, HOTS.
yang dirancang secara sitematis agar
peserta didik mampu mencapai Karena keterampilan
tujuan pembelajaran. berpikir tingkat tinggi anak
3. Eka Fitriani, 2019 Pembelajaran masih kurang.
akan lebih bermakna jika peserta belum adanya sarana dan
didik sering dihadirkan oleh prasarana yang ada di
kemampuan berpikir tingkat tinggi, sekolah untuk mendukung
karena keberhasilan suatu konsep pembelajaran berbasis
dalam hal ini adalah penguasaan HOTS.
materi, akan berhasil didapatkan
ketika peserta didik mampu berpikir
tingkat tinggi, salah satu cara agar
hal tersebut dapat tercapai dalah
dengan membiasakan peserta didik
melalui pembelajaran dan evaluasi
berpikir tingkat tinggi atau HOTS.
Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah : Guru belum
memahami cara penerapan model
pembelajaran berbasis HOTS.
2. Guru : karena dalam keterampilan
berpikir tingkat tinggi masih kurang.
Hanya pada anak-anak terntentu.
3. Rekan Sejawat : karena siswa baru
sehingga pembelajaran berbasis
HOTS belum terlihat.
4. Pengawas :
 permasalah ada pada gimana
pemahaman guru tentang
pembelajaran berbasis HOTS.
 Pembelajaran berbasis HOTS
disesuaikan dengan tahap berpikir
anak.
 Membuka cakrawala berpikir
anak sesuai dengan kemampuan
berpikir anak.
 Pembelajaran HOTS guru bukan
mengajar tetapi menfasilitasi,
membimbing, mengarahkan,
memancing untuk anak bisa
berkembang nalarnya,
kreatifitasnya, keberaniannya,
kemandiriannya.
5. Pakar (Ketua IGTKI) :
 belum adanya sarana dan
prasarana yang ada di sekolah
untuk mendukung pembelajaran
berbasis HOTS.
 Guru belum memahami
pembelajaran berbasis HOTS.
peserta didik mampu mencapai Karena keterampilan
tujuan pembelajaran. berpikir tingkat tinggi anak
3. Eka Fitriani, 2019 Pembelajaran masih kurang.
akan lebih bermakna jika peserta belum adanya sarana dan
didik sering dihadirkan oleh prasarana yang ada di
kemampuan berpikir tingkat tinggi, sekolah untuk mendukung
karena keberhasilan suatu konsep pembelajaran berbasis
dalam hal ini adalah penguasaan HOTS.
materi, akan berhasil didapatkan
ketika peserta didik mampu berpikir
tingkat tinggi, salah satu cara agar
hal tersebut dapat tercapai dalah
dengan membiasakan peserta didik
melalui pembelajaran dan evaluasi
berpikir tingkat tinggi atau HOTS.
Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah : Guru belum
memahami cara penerapan model
pembelajaran berbasis HOTS.
2. Guru : karena dalam keterampilan
berpikir tingkat tinggi masih kurang.
Hanya pada anak-anak terntentu.
3. Rekan Sejawat : karena siswa baru
sehingga pembelajaran berbasis
HOTS belum terlihat.
4. Pengawas :
 permasalah ada pada gimana
pemahaman guru tentang
pembelajaran berbasis HOTS.
 Pembelajaran berbasis HOTS
disesuaikan dengan tahap berpikir
anak.
 Membuka cakrawala berpikir
anak sesuai dengan kemampuan
berpikir anak.
 Pembelajaran HOTS guru bukan
mengajar tetapi menfasilitasi,
membimbing, mengarahkan,
memancing untuk anak bisa
berkembang nalarnya,
kreatifitasnya, keberaniannya,
kemandiriannya.
5. Pakar (Ketua IGTKI) :
 belum adanya sarana dan
prasarana yang ada di sekolah
untuk mendukung pembelajaran
berbasis HOTS.
 Guru belum memahami
pembelajaran berbasis HOTS.

Anda mungkin juga menyukai